TAFSIR TARBAWI: ASAL KEJADIAN MANUSIA
"MANUSIA TUMBUH DARI KEADAAN LEMAH"
Listi Bahati (2021114232)
Kelas: PAI (G)
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asal Kejadian Manusia (Surat ar-Ruum:54) ” Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw., sahabatnya, keluarganya, serta segala umatnya hingga yaumil akhir.
Makalah ini disusun guna menambah wawasan pengetahuan mengenai asal kejadian manusia. Tugas ini disajikan sebagai tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi II. Penulis menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Penulis sudah berusaha dan mencoba mengembangkan dari beberapa referensi. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan dan pembahasannya maka penulis sangat menyadari bahwa semua itu karena keterbatasan kemampuan penulis. Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca ynag budiman. Amin
Pekalongan, 28 Februari 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah menciptakan manusia dengan penciptaan yang paling sempurna, baik secara fisik ataupun ruhani yang dilengkapi dengan akal, itulah yang membedakan manusia dari makhluk Allah yang lain. Suatu tuntutan yang berlaku bagi manusia yang telah diberi nilai ekstra yakni akal adalah untuk difungsikan sebagai media ataupun fasilitas untuk meraih tanda-tanda kekuasaan Allah.
Manusia diciptakan Allah Swt dari saripati tanah, lalu menjadi nuthfah, alaqah dan mudghah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan baik fisik ataupun rohani. Allah menjadian manusia dalam fase yang berbeda-beda, hal ini menunjukan akan kekuasaan Allah menurut apa yang dikehendaki-Nya, baik dibumi maupun di langit. Oleh karena itu, akan dijelaskan mengenai penciptaan manusia yang diciptakan dari keadaan lemah hingga menjadi kuat dan lemah kembali.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Umum
Melalui ayat ini Allah mengemukakan hujjah-Nya terhadap orang-orang musyrik yang ingkar adanya hari berbangkit, Tuhan yang telah menciptakan kalian dari air mani yang hina, dan pendengaran sert penglihatan dan hati bagi kalian, kemudian dia menjadikan kalian kuat dan mempunyai kemampuan untuk berkreatif sesudah kalian dalam keadaan lemah karena masih kecil. Dan seudah itu Dia menjadikan kalian lemah karena tua dan pikun, sesudah kalian kuat dalam usia muda kalian. Maka Tuhan yang telah menjadikan hal-hal tersebut Maha Kuasa untuk mengembalikan kalan hidup kembali sesudah kalian binasa, dan sesudah kalian berupa tulang-belulang hancur luluh.
Allah mengingatkan manusia ihwal beralihnya perkembangan fisik manusia. Pertama dia diciptakan dari tanah, kemudian air mani, kemudian dari segumpal darah, kemdian dari segumpal daging, kemudian menjadi tulang, kemudian tulang itu dibungkus dengan daging, kemudian ditiupkan ke dalam tubuhnya ruh, kemudian keluar dari perut ibunya dalam keadaan sangat lemah, kemudian tumbuh hingga menjadi anak kecil, kemudian menjadi kanak-kanak, kemudian baligh, kemudian menjadi pemuda. Itulah yang dimaksud kuat setelah lemah. Lalu kekuatan tubuh manusia menjadi surut, tua dan akhirnya pikun. Inilah yang dimaksud lemah setelah kuat. Hal ini sejalan dengan lemahnya hasrat, dinamika, dan kekuatan. Berubah pula sifat-sifat lahiriah dan batiniah.
B. QS. Ar-ruum ayat 54 dan Penafsiran
الله اَّلذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُرَّةَ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَ شَيْبَةً يَخْلُقُ ما يَشَاءُ وَهُوَ اْلعَلِيْمُ اْلقَدِيْرُ
Artinya: “Allah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan sesudah keadaan lemah itu kekuatan. Kemudian Dia menjadikan sesudh kekuatan itu kelemahan dan uban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
الله اَّلذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُرَّةَ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَ شَيْبَةً
Sesungguhnya perpindahan manusia dalam fase-fase kejadianya selangkah demi selangkah, mulai dari lemah hingga menjadi kuat, kemudian dari kuat menjadi lemah kembali. Hal ini jelas menunjukan akan kekuasaan Yang Maha Pencipta lagi Maha Berbuat menurut apa yang dikehendaki-Nya, baik dibumi maupun di langit. Dan tidaklah sulit bagi-Nya untuk mengembalikan kalian menjadi hidup kembali.
يَخْلُقُ ما يَشَاءُ وَهُوَ اْلعَلِيْمُ اْلقَدِيْرُ
Dia menciptakan apa saja yang dikehendaki-Nya yang antara lain ialah menciptakan manusia dari lemah hingga menjadi kuat, dan dari kuat hingga menjadi tua (lemah). Dan Dia Maha Mengetahui untuk mengatur makhluk-Nya, lagi Maha Kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya, Maha Kuasa untuk mematikan makhluk-Nya kemudian menghidupkan-Nya kembali jika dikehendaki-Nya.
C. Teori Pengembangan
Ayat ini memulai dengan menyebut nama wujud yang teragung dan yang khusus bagi-Nya serta yang mencakup segala sifat-Nya yakni: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah yakni setetes sperma yang bertemu dengan indng telur. Lalu tahap demi tahap meningkat dan meningkat hingga kemudian setelah melalui tahap bayi, kanak-kanak dan remaja, Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu memiliki kekuatan sehingga kamu Dia menjadikan kamu sesudah menyandang kekuatan itu menderita kelemahan kembali dengan hilangnya sekian banyak potensi, dan tumbuhnya uban di kepala kamu. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki sesuai hikmah kebijaksanaa-Nya dan Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
Ayat diatas melukiskan pertumbuhan fisik, kendati kelemahan dan kekuatan berkaitan juga dengan mental seseorang. Ada kelemahan manusia menghadapi sekian banyak godaan, juga tantangan yang menjadikan semangatnya mengendor. Di sisi lain ada kekuatan yang dianugerahkan Allah berupa kekuatan jiwa menghadapi tantangan. Tentu saja kekuatan dan kelemahan fisik maupun mental seseorang berbeda kadarnya satu pribadi dengan pribadi yang lain, dan atas dasar itulah agaknya sehingga kata-kata (ضعف ) kelemahan dan kata (قوة ) kekuatan ditata dalam bentuk indefinit.
Apa yang dikemukakan ayat di atas adalah uraian tentang tahap-tahap hidup manusia secara umum, bukan yang dialami oleh setiap orang, karena di antara manusia ada yang meninggal dunia pada tahap awal hidupnya, ada juga saat puncak kekuatanya. Namun jika tahap puncak itu dilampauinya, maka pasti dia akan mengalami tahap-tahap kelemahan lagi. Apapun yang dialami manusia, semua kembali pada Allah SWT. Karena itu, setelah menyebut tahap-tahap tersebut, ayat diatas menegaskan bahwa Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan buat manusia tahap-tahap yang dilalui serta kadar masing-masing. Itu semua ditetapkan atas dasar pengetahuan-Nya yang menyeluruh, karena Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
Pada ujung ayat 54, menjelaskan bahwa Allah yang menentukan ukuran hidup, ukuran tubuh, pengalaman manusia, daya dan upayanya, batas-batas kekuatanya dan keistimewaan yang akan tumbuh daripada tiap-tiap orang. Dia yang menentukan jalan hidup yang akan ditempuh manusia.
D. Aplikasi Ayat dalam Kehidupan
Ayat diatas melukiskan pertumbuhan fisik, kendati kelemahan dan kekuatan berkaitan juga dengan mental seseorang. Ada kelemahan manusia menghadapi sekian banyak godaan, juga tantangan yang menjadikan semangatnya mengendor. Di sisi lain ada kekuatan yang dianugerahkan Allah berupa kekuatan jiwa menghadapi tantangan. Tentu saja kekuatan dan kelemahan fisik maupun mental seseorang berbeda kadarnya satu pribadi dengan pribadi yang lain. Apapun yang dialami manusia, semua kembali pada Allah SWT.
E. Aspek Tarbawi
1. Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia memiliki berbagai keistimewaan daripada makhluk lain seperti diberi akal yang dengannya manusia dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik.
2. Manusia tidak dapat luput dari kelemahan. Kendati disatu saat ia merasa kuat, tetapi kekuatanya akan berkurang dan berkurang hingga lenyap. Karena itu, manusia membutuhkan sandaran kepada kekuatan yang kokoh dan tidak pernah akan lenyap, yakni Allah Swt.
3. Manusia tidak diperbolehkan sombong karena tercipta dari nuthfah.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Allah Swt., menciptakan apa saja yang dikehendaki-Nya yang antara lain ialah menciptakan manusia dari lemah hingga menjadi kuat, dan dari kuat hingga menjadi tua (lemah). Dan Dia Maha Mengetahui untuk mengatur makhluk-Nya, lagi Maha Kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya, Maha Kuasa untuk mematikan makhluk-Nya kemudian menghidupkan-Nya kembali jika dikehendaki-Nya. Apapun yang dialami manusia, semua kembali pada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1989. Tafsir al-Maraghi juz XXI. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1999. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani Press.
Hamka. 1982. Tafsir al-Azhar juz XXI. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Shihab, M. Quraish. 2012. al-Lubab. Tanggerang: Lentera Hati.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
PROFIL PENULIS
NAMA : LISTI BAHATI
NIM : 2021114232
TTL : Pemalang, 12 Maret 1996
ALAMAT : Ds. Gendoang, Moga, Pemalang
MOTTO : Jangan pernah takut pada bayanganmu sendiri “selalu Percaya Diri”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar