Laman

new post

zzz

Jumat, 28 September 2012

civic education S3 - 1 : Pancasila

civic education S3 : Pancasila - word

civic education S3 : Pancasila - ppt



MAKALAH
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : GHUFRON DIMYATI, M.S.I




Description: http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSwdQIZ_jQBU9TSAM51hM6p_RgbikmPsV_6PCX65hX8vuYoDGBY
 














Oleh:
Ahmad Yanuar Pradika



JURUSAN EKONOMI SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KI AGENG PEKALONGAN
(STIKAP)

2012



 

BAB I
PENDAHULUAN

Sebagai sebuah idiologi dan dasar filsafat negara,pancasila layak untuk di kaji relevansinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.kesepakaan bangsa telah menetapkan pancasila terdiri atas lima sila itu merupakan dasar negara kesatuan republik indonesia yang di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.kesepakatan itudi nyatakan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI sebagai lembaga pembentuk negara saat itu.
MElalui perjalanan panjang negara indonesia sejak merdeka hingga saat ini,pancasila ikut berproses pada kehidupan bangsa indonesia.pancasila tetap sebagai dasar negara namun interprestasi dan perluasa maknanya ternyata digunakan untukkepentingan kekuasaan  yang silih berganti.pada akhirnya kesepakatan bangsa terwujud kembali pada masa kini yaitu   dengan keluarnya ketetapan M[PR No. XVII/MPR/1998 tentang pencabutan ketetepan MPR RI No II/MPR/1978 tentangpedoman penghayatan dan pengamalan pancasila (eka rasetya pancakarsa) dan penetapan tentang penegasan pencasilasebagai asar negara. Pasal 1 ketetapan tersebut menyatakan bahwa pancasila sebagai mana  di maksud dalam pembukaan undang –undang dasar 1945 adalah dasar negara dari negara kesatuan republik indonesia yang harus di laksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Catatan risalah ./penjelasan tang merupakan bagian tak terpisahkan dari ketetapan yang menyatakan bahwa dasar negara yang di maksud  dalam ketetapan ini di dalamnya mengandung makna idiologi nasional sebagai cita-cita dan tujuan negara.












 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PANCASILA DALAM PENDEKATAN FILSAFAT.
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang pancasila dalam bangunan bangsa dan Negara Indonesia.
1.      Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
Secara etimologi, nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berarti kuat, baik, berharga, dan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang berguna. Nilai bersifat abstrak seperti sebuah idea tau tidak dapat ditangkap oleh Indra manusia. Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan.
Didalam ilmu filsafat nilai di bedakan menjadi 3(tiga)tingkatan:
a.       Nilai logika         : Nilai tantang salah dan benar
b.      Nilai etika           : Nilai tentang baik dan buruk/
c.       Nilai estetika      :Nilai tentang keindahan dan kejelekan.
Dalam filsafat pancasila, nilai terbagi atas tiga tingkatan :
a.         Nilai Dasar             : Nilai yang mendasari instrumental, bias juga berarti asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak.
b.        Nilai Instrumental :Pada umumnya berbentuk norma sosial dan norma hukum.
c.       Nilai Praktis.           : Nilai yang sesungguhnya di laksanakan dalam kenyataan.
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa nilai dasar pancasila adalah Nilai Ketuhanan, Nilai kemanusiaan, nilai, persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan. Nilai dasar itu mendasari semua aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai dasar bernilai tetap.
Makna dalam setiap nilai dasar di Indonesia :
·         Nilai Ketuhanan YME mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan pencipta Alam.
·         Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab berarti kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai moral atas dasaar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu sebagaimana mestinya.
·         Nilai persatuan Indonesia berarti usaha dengan tujuan bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam NKRI.
·         Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikamat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan berarti suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat.
·         Nilai keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia berarti sebagai dasar sekaligus tujuan yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

2.      Mewujudkan nilai pancasila sebagai norma bangsa dan Negara
Setiap norma pasti mengandung nilai. Nilai sekaligus menjadi sumber norma, begitu pula sebaliknya. Norma yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari ada 4 :
a.       Norma Agama : Norma  ini di tujukan dari manusia kepada tuhan dan dirinya.
b.      Norma Moral (Etik) : Norma ini berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyankut kehidupan pribadi.
c.       Norma Kesopanan : Norma ini di sebut juga sebagai norma adat,sopan santun dan tentang tatakrama
d.      Norma Hukum. : Norma ini brrdasarkan kepada hokum yang berlaku.
Sebagai seperangkat nilai dasar, pancasila harus dijabarkan dalam norma agar praktis dalam kehidupan bernegara.
Pancasila sebagai dasar (filsafat) Negara berarti bahwa nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi penyelenggara Negara. pereduksian dan pemaknaan atas pancasila dalam  pengetian yang sempit dan politis berakibat pada:
a.       Pancasila dipahami sebagai mitos.
b.      Pancasila dipahami secara politik untuk kekuasaan.
c.       Nilai-nilai pancasila menjadi nilai yang di sotopia tidak sekedar otopia.
Penyelewengan- penyelewengan atas pancasila disebut juga radikalisasi pancasila.radikalisasi pancasila berarti:
1)      Mengembalikan pancasila sebagai jati dirinya dalam member visi Negara
2)      Mengganti presepsi dari pancasila sebagai idiologi memjadi pancasila sebagai ilmu.
3)      Mengusahakan pancasila supaya mempunyai konsistensi dengan produk-produk perundang-undangan, koheransi antar sila, korespondensi dengan realita sosial.
4)      Pancasilayangsemula melayanikepentingan vertical menjadi pancasila yang melayani kepentingan horizontal.
Ada 3(tiga) Faktor yang membuat pancasila semakin sulimarginaldalam semua perkembangan yang terjdi,yaitu
1)      Pancasila terlanjur tercemar kebojakan rezim orde baru yang mewujudkan pancasila sebagai alat politik untuk mempertahankan kekuasaan.
2)      Liberalisasi politik dengan penghapusan ketentuan presiden B.J HABIBI  tentang pancasila sebagai satu-satunya asas setiap organisasi
3)      Disentralisasi dan otanomi daerah yang sedikit banyak mendorong peguatan  system daerah.
B.     Makna pancasila sebagai ideologi nasional
1.      Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata Ide yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar. Secara harfiah ideologi berarti ilmu tentang pengertian dasar dan bisa juga berarti argumen yang muncul dari pandangan dunia atau paradigma sosial yang digunakan seklompok orang untuk menjustifikasi tindakan mereka.
Menurut FRAS MAGNISUSENO : Idiologi sebagai  suatu system pemikiran yang dapat di bedakan  menjadi:
a)      Idiologi terbuka.:merupakan suatu pemukiran yang terbuka.dengan  ciri :
-          Bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar melainkan  di ambil dan di gali dari moral budaya masyarakat itu sendiri.
-          Yang berdasarkan atas musywarah dan mufakat
-          Nilai – nilai itu sifatnya dasar
b)      Idiologi tertutup : simtem pemikiran yang tertutup. Dengan cirri:
-          Merupakan cita-cita siatu kelompok  untuk merubah dan memperbaharui masyarakat.
-          Atas nama idiologi di benarkan pengorbanan-pengorbanan yang  dibebankan pada masyarakat.
-           Isinya terdiri dari tuntutan kongkret dan oprasional yang karas yang di ajukan  dengan mutlak.
Pancasila sebagai idiologi nasional  menurut ketetapan MPR : bahwa  nilai- nilai yang terkandung  dalam idiologi pancasila menjadi  cita- cita normatif  penyelanggaraan Negara. Idiologi pancasila berfungsi sebagai pemersatu masyarakat, sehingga dapat  dijadikan prosedur penyelesaian konflik.
Makna pacasila sebagai idiologi  nasional :
a)      Nilai nilai yangterkandung dalam pancasila menjadi cita-cita normative penyelenggara bangsa.
b)      Nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai yang di sepakati bersama dan oleh karena itu menjadi sarana pemersatu bangsa.





























KESIMPULAN

·         Indonesia adalah Negara hukum yang berlandaskan pancasila.
·         Nilai-nilai di Indonesia di dasarkan pada pancasila seperti :
ü  Nilai ketuhanan
ü  Nilai kemanusiaan
ü  Nilai persatuan
ü  Nilai kerakyatan
ü  Nilai keadilan

























 


DAFTAR PUSTAKA

Narno, Dwi, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara)
http://ideologipancasila.wordpress.com/ diakses tanggal 25 September 2012



 

Senin, 24 September 2012

SBM H3: Pendekatan Pembelajaran

SBM H3: Pendekatan Pembelajaran - word

SBM H3: Pendekatan Pembelajaran - ppt






MAKALAH
PENDEKATAN BELAJAR MENGAJAR
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah  : Strategi belajar mengajar
Dosen Pengampu  : Ghufron Dimyati, M.S.I

Description: D:\New folder\stain-pekalongan.gif
Disusun oleh
Lukmanul Ma’arif                 202 111 0366
Anis Tia Mely Azkiati            202 111 0367
M. Mastur Hilmi                    202 111 0368
Muhammad Rizqon               202 111 0369

Kelas H

JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari prilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar diri anak didik harus guru hilangkan dan bukan membiarkannya. Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak oleh guru dalam mengelola kelas.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara aktif dan bijksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. 











BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PENDEKATAN BELAJAR MENGAJAR
Pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum, didalamnya mewadahi, mengispirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Pada dasarnya pendekatan pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya.
Satu pendekatan direncanakan untuk satu penbelajaran, mungkin dalam pelaksanaan proses tersebut digunakan beberapa metode.[1]
B.     MACAM-MACAM PENDEKATAN BELAJAR MENGAJAR
1.      Pendekatan yang berhubungan dengan penyampaian materi
a.       Pendekatan kompetensi
Kompetensi merupakan indikator Kompetensi merupakan indikator yang menunjuk kepada perbuatan yang bisa diamati dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pngetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap serta tahapan-tahapan pelaksanaannya secara utuh.[2]
b.      Pendekatan lingkungan
Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta didik mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada di lingkungan sekitar, baik di lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah.
c.       Pendekatan kontekstual
Pembelajaran kontekstual (contekstual teaching and learning) yang sering disebut CTL. CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan kepada keterkaitan materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan konsep hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.[3]
d.      Pendekatan tematik
Pendekatan tematik merupakan pendekatan pembelajaran untuk mengadakan hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang mempengaruhi peserta didik dalam proses belajar. Oleh karena itu pendekatan tematik sering juga disebut pendekatan terpadu.[4]
e.       Pendekatan tujuan pembelajaran
Pendekatan ini berorientasi pada tujuan akhir yang ingin dicapai.
f.       pendekatan konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung didalamnya.
g.      Pendekatan inquiri
Penggunaan pendekatan inquiri berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli peneliti.
h.      Pendekatan penemuan
Penggunaan pendekatan penemuan berarti siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah.
i.        Pendekatan proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam ketrampilan proses.
j.        Pendekatan interaktif
Pendekatan ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan.

k.      Pendekatan pemecahan masalah
Pendekatan ini berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan.
l.        Pendekatan sains teknologi masyarakat (STM)
Pembelajaran sains dengan menggunaka pendekatan STM  mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa.
m.    Pendekatan keagamaan
Untuk mata pelajaran umum, pendekatan keagamaan sangat penting digunakan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama.
n.      Pendekatan keterampilan proses
Pendekatan ketrampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.[5]
o.      Pendekatan kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam rangka penguasaan bahasa guru tidak bisa mengabaikan masalah pendekatan dalam proses belajar mengajar. Diantara sebab kegagalan penguasaan bahasa oleh siswa adalah kurang tepatnya pendidikan yng digunakan oleh guru. Karenanya perlu dipecahkan. Salah satu alternatif  kearah pemecahan masalah tersebut maka digunakanlah pendekatan kebermaknaan.[6]
2.      Pendekatan yang berhubungan dengan penciptaan kondisi pembelajaran
a.       Pendekatan system
Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembembangan dalam psikologi belajar sistemik, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip psikologi behavioristik humanistik, serta dalam kenyataan masyarakat sendiri.[7]
b.      Pendekatan penularan informasi
Pendekatan ini merupakan cermin pengajaran yang dialami kebanyakan guru. Pendekatan ini memberikan kepada mereka yang berusaha menilai hasil pendidikan dengan menularkan pengetahuan yang telah diketahui.[8]
c.       Pendekatan individual
Di kelas ada sekelompok anak didik . mereka belajar dengan gaya yang berbeda beda. Prilaku mereka juga bermacam macam cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap, tingkat kecerdasan dsb, selalu ada variasinya. Masing-masing  anak didik memang mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainya .
Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini .
d.      Pendekatan kelompok
Anak didik adalah sejenis mahluk homosocius, yakni mahluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok , di harapkan dapat di tumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka di bina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing- masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas.
Anak  didik dibiasakn hidup bersama, bekerjasama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan.
e.       Pendekatan bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah,maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul daam pengajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus.
f.       Pendekatan edukatif
Setiap tindakan,sikap dan perbutan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial dan norma agama.
Tindakan guru karena dendam,marah, kesal,benci dan sejenisnya bukanlah termasuk perbatan mendidik, karena apa yang guru lakukan itu menurutkan kata hati atau untuk memuaskan hati.[9]


















BAB III
PENUTUP
Simpulan :
Pendekatan dalam belajar mengajar ada dua , meliputi :
1.      Pendekatan yang berhubungan dengan penyampaian materi
a.       Pendekatan kompetensi
b.      Pendekatan lingkungan
c.       Pendekatan kontekstual
d.      Pendekatan tematik
e.       Pendekatan tujuan pembelajaran
f.       pendekatan konsep
g.      Pendekatan inquiri
h.      Pendekatan penemuan
i.        Pendekatan proses
j.        Pendekatan interaktif
k.      Pendekatan pemecahan masalah
l.        Pendekatan sains teknologi masyarakat (STM)
m.    Pendekatan keagamaan
n.      Pendekatan keterampilan proses
o.      Pendekatan kebermaknaan
2.      Pendekatan yang berhubungan dengan penciptaan kondisi pembelajaran
a.       Pendekatan system
b.      Pendekatan penularan informasi
c.       Pendekatan individual
d.      Pendekatan kelompok
e.       Pendekatan bervariasi
f.       Pendekatan edukatif




DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Mustakim, Zaenal. 2011. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press



[1] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Peklongan Press,2011), h. 72
[2] Ibid, h.73
[3] Ibid, h. 76-77
[4]Ibid, h. 80
[5] Ibid, h.82-85
[6] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.79
[7] Zaenal Mustakim, Op.Cit, h. 87
[8] Ibid, h. 90
[9] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op. Cit., h.62-70