Laman

new post

zzz

Rabu, 20 Maret 2013

f6-3 maghfiroh : makhluk Metafisik : Syetan...

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas
                                    DosenPengampu         : Muhammad hufron,M.s.i
Mata kuliah                 : Hadist Tarbawi2
Kelas                           : F




Oleh :

             MAGHFIROH     
                                                             2021 111 246




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2013


PENDAHULUAN

Dalam kehidupan manusia tidak akan luput dari godaan syaitan, karena Allah telah menciptakan makhluk metafisik (syaitan) untuk menggoda manusia. Syaitan di ciptakan dari api sedangkan manusia dari tanah, sehingga sangatlah mudah syaitan masuk melalui aliran darah untuk menggoda manusia, selama  darah manusia masih mengalir, maka syaitanpun akan terus menggoda manusia.
Dan tentunya ada cara bagaimana kita memutuskan godaan syaitan tersebut yang mengalir melalui aliran darah, sehingga kita lebih bisa menjaga nasfu.
Tentang bagaiman cara memutus godaan syaitan tersebut, akan sedikit di bahas dalam makalah yang saya buat, semoga bisa bermanfaat bagi pembaca dan bisa membuat kita lebih menjaga diri dari godaan syaitan, dan membuat kita menjadi lebih  mengingat AlahSWT.
















PEMBAHASAN

Hadist 1
  1. Materi Hadist
 حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ عَمْرٌو حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : { يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ ثَلَاثَ عُقَدٍ إِذَا نَامَ بِكُلِّ عُقْدَةٍ يَضْرِبُ عَلَيْكَ لَيْلًا طَوِيلًا فَإِذَا اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ وَإِذَا تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عَنْهُ عُقْدَتَانِ فَإِذَا صَلَّى انْحَلَّتْ الْعُقَدُ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَ إِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ } . (رواه مسلم فى الصحيح, باب ما روى فيمن نام : 1295

  1. Terjemah
Abu hurairah ra, bahwa Nabi saw besabda; setan itu akan mengikat tengkuk salah seorang engkau yang tengah tidur dengan tiga ikatan sehingga engkau tidur semalam. Apabila seorang diantara engkau bangun seraya menyebut nama Allah, maka lepaslah ikatan pertama, lalu apabila ia berwudlu maka lepaslah ikatan kedua , dan apabila diteruskan dengan sholat maka lepaslah ikatan ketiga. Sehingga ia akan bersemangat dan berhati jernih, kalau tidak maka hatinya akan kusut dan malas.
  1. Mufrodat
Setan telah mengikat
يَعْقِدُ الشَّيْطَان                                    ُ
Tengkuk
قَافِيَةِ رَأْس                                       ِ
Tiga ikatan
ثَلَاثَ عُقَد                                         ٍ
Malas
كَسْلَان                                           َ

  1. Biografi rowi
Ø  Abu Hurairah
Abu Hurairah ialah Rahman ibn Sakhr At Dausy At Tamimy. Beliau lahir 21 sebelum H/602M. Abu Hurairah datang ke madinah pada tahun khaibar yakni pada bulan Muharam tahun 7 H, lalu memeluk agama islam. Setelah beliau memeluk islam , beliau tetap bersama nabi dan menjadi ketua jam’ah Ahls Suffah karena inilah beliau mendengar hadist dari Nabi.
Menurut pentahqikan Baqy ibn Makhlad, sepeti yang dikutip oleh ibn Dausy, beliau meriwayatkan hadist sejumlah 5374 hadist, menurut Al-khirmani 5364. Dari jumlah tersebut 325 hadist disepakati oleh bukhori dan muslim. Bukhori sendiri meriwayatkan 93 hadist dan muslim sendiri seumlah 189 hadist.
Abu Hurairah meriwayatkan hadist dari Nabi sendiri dan dari sahabat diantaranya islah Abu bakar, umar Al adlel ib abbas ibn Abdl munththalib, ubay ibn ka’ab, usamah ibn zaid, aisyah
Abu Hurairah pernah menjadi gubernur madinah pada masa pemerintahan umar, beliau diangkat menjadi gubernur di bahrain, kemudian beliau diberhentikan.[1]
                                                                        
Ø  Imam muslim
Imam muslim ialah Abu husain muslim ibn Al hajaj ibn muslim Al quraisy An Niabury, salah seorang imam hadist yang terkemuka. Beliau melawat kehijaz, irak, syiria,dan mesir untuk mempelajari hadist dari ulama-ulama hadist. Hadist-hadistnya diriwayatkan oleh ulama-ulama baghdad yang sering beliau datangi.At turmudzi, yahya ibn said, muhammad ibn makhlad, muhammad ibn ishaq ibn huzaimah, muhammad ibn abdul wahabal farra,ahmad ibn salamah, abu awanah, ya’qub ibn ishaq al isfarayiny nashr ibn ahmad.
Diterangkn oleh Abu abdullah muhammad ibn ya’qub bahswa tatkalaal bukhari terdiam di naisabury, muslim sering mengunjunginya tetapi setelah terjadi perselisihan paham antara muhamad ibn yahya dengan al bukhory dalam masalah lafal Al-qur’an dan muhammad ibn yahya mencegah orang-orang mengunjungi bukhori, Al buhkory meninggalkan murid-muridnya pun menjauhkan diri keceali muslim, walaupun muhammad ibn yahya tidak menyukai muslim menghdiri majlis Albukhori.
Para ulam berkata’ kitab muslim adalah kitab yang kedua sesudah al-buhkori dan tidak ada seorangpun yang menyamai al-buhkori dalam mengetik sanad-sanad hadist dan perawi-perawinya selain dari muslim”.
Muhamaad al masarjasi berkata” saya mendengar muslim berkata, musnad shahih ini  saya sarihkan dari 300.000 hadist. Diriwayatkan dari muslim bahwa shahihnya berisi 7275 hadist. Beliau dilahirkn pada tahun 206H dan wafat di Naisabury pada tahun 261H.[2]
  1. Keterangan hadist
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ ثَلَاثَ عُقَدٍ
Di dalam hadist diatas yang dimaksud dengan قَافِيَةِ  yaitu ujung rambut ulama’ berbeda pendapat dalam mengartikan  عُقَدٍ ada yang berkata  عُقَدٍ  bermakna ikatan hakiki yaitu sihir syaitan kepada manusia sehingga dia malas untuk bangun tidur. Ada yang juga berkata  عُقَدٍ mengandung arti sebuah pekerjaan. Sebagaimana perbuatannya wanita-wanita penyihir yang mengikat perbuatannya. Ada yang berkata عُقَدٍ berarti mengikat hati seakan-akan dia di bisiki syaitan bahwa”malamu masih panjang maka kalau manusia mendengarkan bisikan itu,dia akan terlambat bangun.
Ada yang berkata عُقَدٍ itu bermakna “perumpamaan”, diumpamakan ikatan syaitan yang menghalang-halangi manusia untuk qiyamul lail.
فَإِذَا اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ
Sabda Nabi diatas mengandunga beberapa faedah diantaranya , anjuran untuk dzikir kepada Allah ketika bangun tidur. Anjuran untuk segera berwudlu ketika bangun tidur

وَإِذَا تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عَنْهُ عُقْدَتَانِ
Maksudnya ketika orang itu berwudlu maka lepaslah ikatan yang kedua , maka sempurnalah lepas dua ikatan tersebut.
فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ
Maksudnya gembira karena diberi sesuatu kemulyaan dari Allah dari ketaanya. Serta balasan dari perbuatannya yaitu sesutu yang memberi barokah untuk dirinya karena dia melakukan yang diperintahkan ,maka godaan ikatan syaitan akan terlepas semuanya.
إِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ
Artinya dia masih terbelenggu oleh ikatan dan godaan syaitan, sehingga bekasnya masih terasa. Dhohirnya hadist itu mengatakan sesungguhnya orang yang tidak mau mengumpulkan tiga perkara tersebut (dzikir kepada Allah, wudlu dan sholat) maka orang tersebut termasuk dalam kategori”ketika pagi datang jiwanya kotor dan bermalas-malasan” dan hadist diatas tidak ada yang menyangkal.
Kalau Al-bukori dita’wil beliau menghendaki bahwa penhertian “ tutuplah iktan syaitan “itu untuk orang yang meninggalkan sholat dan menjadikan orang yang melakukan sholat akan terlepas ikatan syaitan tersebut sebagaimana dia tanpa ikatan dan bekas-bekasnyanya.[3]

  1. Aspek tarbawi
ü  Hadist diatas mengajarkan kita untk berdzikir kepada Allah ketika bangun tidur.
ü  Selain berdzikir ,kita juga dianjurkan untuk berwudlu dan sholat ketika bangun tidur.
ü  Menganjurkan agar kita terbiasa bangun malam untuk sholat , karena dengan hal tersebut maka diri kita tidak akan malas.



Hadist 2
  1. Materi Hadist

  حَدَّثَنِي مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ عَنْ صَفِيَّةَ بِنْت حُيَيٍّ قَالَتْ : { كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُعْتَكِفًا فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلًا فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ فَانْقَلَبْتُ فَقَامَ مَعِي لِيَقْلِبَنِي وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِي دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنْ الْأَنْصَارِ فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ فَقَالَا سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا سُوءًا أَوْ قَالَ شَيْئًا  }  . (رواه البخارى فى الصحيح, كتاب بدء الخلق, باب صفة إبليس وجنوده, 3039)

  1. Terjemah
Mahmuda dan ghailan me nyampaikankepada kami dari Abdurazak yang mengabarkan dari Ali bin husain dari syafiyyah  binti hayang yang berkata” saat Rosulullah sebagai  i’tikikaf di masjid aku pernah menemui beliau  di malam hari. Aku berbicara dengan beliau, kemudian aku berdiri dan hendak kembali. Beliau berdiri bersamaku untuk mengantarku pulang. Syafi’iyah  tinggal dirumah usamah bin zaid. Saat itulah, ada 2 orang laki-laki dari anshor laut,  melihat Rosulullah, merekapun mempercepat langkah, maka nabi bersabda, pelan-pelan! Dia ini syafi’iyyah binti huyang, mereka berdua  berkata, maha suci Allah, wahai Rosulullah, beliau bersabda,sesungguhnya setan itu mengalir pada diri manusia melalui aliran darah . sungguh, aku khawatir setan itu melesatkan keburukan kedalam hati kalian  berdua.
  1. Mufrodat
Sebagai i’tikaf
مُعْتَكِفًا                                                 
 Mengalir
يَجْرِي                                                  
Darah
الدّمِ                                                    
Melestkan
يَقْذِفَ                                      
Kebrukan
سُوءًا                                                

  1. Biografi rawi
·         Al- bukhory
Al-bukhory adalah Abu abdullah Muhammad ibn ismail ibn ibrahim ibn Al mjughiroh Al ja’fy . kakek-kakek beliau beragama majusi. Kakeknya yang mula-mula memeluk islam ialah mughiroh di islaamkan oleh Al yaman Al’ ja’fy . ayah beliau adalah seorang ahli hadist yang meninggal di waktu beliau masih kecil dan meninggallkan untuknya banyak harta.  Karena itu beliau di didik oleh ibinya dan beliau mendapat pelajaran pertama dari seorang ulama fiqih.
Dan usia sepuluh tahun mulailah belisu menghafal hadist, dan umur 16 tahun beliau menghafal kitab-kitab susunan ibnu mubarak dan wakie’ serta melawat untuk menemui ulama- ulama hadist din berbagai kota. Beliau melawat ke maru, naisabur ray, baghdad, basrah, kufah ,makah , madinah, mesir, damaskus, dan asqalan.
Belaiu meriwayatkan hadist dari segolongan penghafal hadist , diantaranya ialah, makky ibn ibrahim al balkhy Abdan ibn ustman  dll.
Beliau telah membuat suatu cara baru yang kuat untuk membedakan antara hadist yang shahih dan yang tidak, sedang kiyab-kitab yang sebelumnya tidak berbuay demikian, hanya mengumpulkan hadist,yang sampai pada pengarang kitab, sedang pembahasan perawinya diserahkan kepada orang-orang yang akan mempelajarinya.
Al- bukhori mempunyai daya hafalan yang sangat kuat khusunya dalam bidang hadist. Dalam masa kanak-kanaknya beliau telah menghafal 70.000hadist lengkap dengan sanadnya.
Al-buhory adalah orang pertama yang menyusun kitab shohih yang kemudian jejeknya diikut oleh ulam-ulam lain sesdahnya beliau menyusun kitabnya itu dalam waktu 16 tahun. Dan beliau merupakan imam mujtahid yang mempunyai pendapat sendiri, walaupun pada mulanya beliau bermadab syafi’i.[4]

  1. Keterangan hadist
Sesungguhnya syaitan dan pasukanya berjalan meggoda anak adam sebagaimana berjalanya aliran darah pada tubuh manusia, sebagaimana berjalanya aliran darah yang mana manusia tidak merasakanya, sehingga tidak merasa bahwa dia dalam genggaman godaan syaitan .
Dalil bukhori menyebutkan bahwa Allah Ta’ala kuasa menciptakan makhluk yang lembut yang bisa masuk kedalam tubuh manusia sebagaimana bercampur dengan aliran darah, karena syaitan itu juga diciptakan dari api dan manusia dari tanah, apabila manusia selalu ingat Allah maka dia tidak akan tergoda dan juga sebaliknya, syaitan itu meniupkan godaannya kepada orang yang dipilih lewat nafsu amarah dengan melewati aliran darah. Dan obat yang baik dari godaan syaitan tersebut adalah memutuskan liran-aliran itu dengan rasa lapar serta puasa.[5]

  1. Aspek tarbawi
v  Hadist diatas mengajarkan kita untuk selalu ingst kepada Allah agar tidak tergoda oleh tipu daya syaitan.
v  Hadist tersebut menerangkan agar kita bisa mengendalikan hawa nafsu, seperti nafsu amarah.
v  Menganjurkan kita untuk sering berlapar(berpuasa),agar kita bisa memutuskan godaan syaitan yang menggoda manusia melewati aliran darah.








PENUTUP
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa syaitan itu akan selalu menggoda manusia, walaupun disaat sedang tidur. Untuk itu rosulullah menganjurkan agar segera bedzikir ketika bangun dari tidur, kemudian dilanjutkan dengan berwudlu dan melakukan sholat, karena dengan hal itu maka kita akan lebih bersemangat dalm menjalani kehidupan esok hari.dan sesungguhnya orsng yang tidak melakukan hal terdebut maka hatinya akan cenderung kotor dan malas.
Selain itu di dalam makalah dibahas bahwa syaitan di dilam menggoda manusia ,akan menggoda melalui aliran darah, sehingga setiap darah itu mengalir maka syaitan akan terus menggoda menusia. Dan obat untuk mengatasi godaan syaitan tersebut adalah beringnya berlapar-lapar (berpuasa).


















DAFTAR PUTAKA

Ash-Shidieqy,Teuku M.Hasb.1997.Ilmu Hadist.semarng:PT Pustaka Riski Putra.
Raul,M.Abdul.2009. Kitab Faidhul qodir.semarang:PT Pustaka RiskiPutra.
Zakariy AbiI,Imam Muhbihin.2003.kitab Syarah Shohih.Jakarta:Prenada Media.   



[1] Teungku M. Hasbi Ash Shidieqy,Ilmu Hadist(semarng:PT Pustaka Riski Putra,1997),hlm.254
[2] Ibid,hlm296
[3]Imam Muhyidin Abi Zakariya,kitab Syarah Shohih(Jakarta;Prenada Media,2003),hlm.404-405
[4] Teuku M.Hasbi Ash Shidieq,op.cit,hlm.292
[5]M.Abdul Raul, Kitab Faidhul qodir(semarang;PT Pustaka RiskiPutra,2009), hlm.453

f6-2 nafrotul izza: Makhluk Metafisik : Malaikat......



MAKHLUK METAFISIKA

MAKALAH
Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas

               Mata Kuliah                             : Hadist Tarbawi II
             Dosen Pengampu                         : M. Ghufron, M.SI










Disusun Oleh :

Kelas F
NAFROTUL IZZA
2021 111 245

TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2013


PENDAHULUAN


Dalam suatu hadits diriwatkan bahwa; “ barang siapa yang berdzikir kepada- Ku dalam dirinya, niscaya Aku akan mengingatnya dalam diri- Ku. Dan barang siapa dzikir kepada- Ku dalam segala hal, niscaya aku akan mengingatnya dengan lebih banyak dan lebih baik”. Dalam hadits tersebut terdapat dorongan dan motivasi untuk selalu berdzikir kepada Allah. Kita diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah untuk selalu mengingat akan kekuasaan dan kebesaran-Nya, sehingga kita bisa terhindar dari penyakit sombong dan takkabur.
Untuk itu dimakalah ini akan membahas tentang hadits keutamaan majelis dzikir, do’a dan istighfar yang merupakan salah satu kebutuhan makhluk metafisika. Metafisika adalah ilmu yang membahas tentang hakekat sesuatu dan masalah imateri yang tidak dapat ditangkap indera. Sedangkan makhluk metafisika adalah pemenuhan kebutuhan jiwa, ruh dan hati, tidak hanya pemenuhan kebutuhan materi semata.




















PEMBAHASAN
A.   Materi Hadits

29- عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: { إن لله تبارك وتعالى ملا ئكة سيارة فضلا يتتبعون مجالس الذكر فإذا وجدوا مجلسا فيه ذكرقعدوا معهم وحف بعضهم بعضا بأجنحتهم حتى يملئوا ما بينهم وبين السماء الدنيا فإذا تفرقوا عرجوا وصعدوا إلى السماء قال فيسألهم الله عز و جل وهو أعلم بهم من أين جئتم فيقولون جئنا من عند عباد لك فى الأرض يسبحونك ويكبرونك ويهللونك ويحمدونك ويسئلونك.قال وما ذا يسألونى قالوا يسألونك جنتك قال وهل رأوا جنتى قالوا لا أي رب قال فكيف لورأوا جنتي قالوا ويستجيرونك قال مم يستجيرونني قالوا من نارك يارب قال وهل رأوا ناري قالوا لا قال فكيف لورأوا ناري قالوا ويستغفرونك قال فيقول قدغفرت لهم فأعطيتهم ما سألوا وأجرتهم مما استجاروا قال فيقولون رب فيهم فلان عبد خطاء إنما مرفجلس معهم قال فيقول وله غقرت هم القوم لا يشقى بهم جليسهم }.  (رواه مسلم فى الصحيح، كتاب الذكروالدعاء والتوبة والإستغفار، باب فضل مجالس الذكر)

B.     Terjemah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, daru nabi SAW : beliau bersabda, “sesungguhnya Allah Tabaraka wata’ala mempunyai malaikat-malaikat yang bertugas berkeliling mencari majelis-majelis zikir. Apabila mereka telah mendapatkan suatu majlis zikir, malaikat-malaikat duduk bersama mereka dan menaungi sama lainya dengan sayap- sayap mereka sampai memenuhi ruang antara mereka dengan langit dunia ini. Setelah majelis itu bubar, malaikat-malaikat itu kembali lagi naik keatas langit.”Sabda beliau,’’lalu Allah bertanya kepada malaikat-malaikat itu, sedangkan Dia lebih mengetahui dari pada mereka, ‘Dari manakah kalian datang?’ mereka menjawab, ‘kami datang dari majelis hamba-hamba Engkau dibumi, yang bertasbih, bertakbir, bertahlil, bertahmid,dan memohon kepada Engkau.Tanya Allah, ‘Mereka memohon apa kepada-Ku?’ Jawab malaikat, ‘Mereka memohon surga kepada Engkau.’ Tanya Allah, ‘Apakah mereka telah melihat surga-Ku?’ Jawab malaikat, ‘Belum, wahai Tuhanku.’ Allah berfirman, ‘Bagaimanakah kiranya kalau mereka telah surga-Ku?’ Malaikat itu berkata lagi, ‘Mereka memohon perlindungan kepada Engkau.’Tanya Allah, ’Dari apakah mereka memohon perlindungan kepada-Ku?’ Jawab mereka, ‘Mereka memohon perlindungan-Mu dari api neraka-Mu wahai Tuhanku, ‘Tanya Allah, ’Apakah mereka telah melihat api neraka-Ku?’ Jawab malaikat, ’Belum. ’Tanya Allah, ’Bagaimanakah kiranya kalau mereka telah melihat api neraka-Ku?’ Malaikat itu berkata lagi, ’Mereka juga memohon ampunan kepada Engkau.’ Firman Allah, ’Aku telah mengampuni mereka, Aku telah memberi mereka apa yang mereka minta, dan Aku telah melindungi mereka dari api neraka,” Sabda beliau,” Kemudian malaikat-malaikat berkata, ‘Wahai Tuhanku, didalam majelis itu ada si fulan, yaitu seorang hamba yang penuh dosa. Dia hanya lewat, lalu bertemu dengan majelis dzikir itu, kemudian dia duduk bersama mereka.” Sabda beliau, “Lalu Allah berfirman,’Aku telah mengampuni dosanya, mereka adalah orang-orang yang teman duduk mereka itu tidak akan ada yang celaka.”[1] (HR. Muslim)

C.     Mufrodat.
اندنسي
عربي
Mereka telah mendapatkan
وجدوا
Mengelilingi atau menaungi
حف
Sayap-sayap
اجنحت
Mereka memenuhi ruang
يملؤوا
Naik
وصعدوا
Mengampuni
غفرت
Memberi
واعطيت
Penuh dosa
خطاء
Lewat
مر
Tidak celaka
لايشقى


D.     Biografi.
1)   Abu Hurairah.
Abu Hurairah ialah Abdur Rahman ibnu Sakhr (Abdulah ibn Sakhr) Ad-Dausy at-Tamimy. Beliau lahir pada tahun 21 sebelum Hijriyah tahun 602 M. Pada masa Jahiliyah, sebelum beliau masuk Islam, namanya Abu Syamsi. Beliau Masuk Islam pada tahun ke-7 Hijriyah, ketika perang Khaibar sedang berkecamuk. Abu hurairah langsung terjun ke dalam perang tersebut. Setelah beliau memeluk Islam, beliau diberi nama oleh Nabi SAW dengan Abdur Rahman atau Abdullah, ibunya yang bernama Maimunah ia juga memeluk islam berkat seruan Nabi SAW.
Abu Hurairah adalah seorang di antara Muhajirin yang miskin, Ia termasuk salah seorang Ahlush Shuffah, yaitu sahabat yang tinggal di Madinah. Beliau tidak punya rumah untuk tinggal, tidak punya tanah untuk bercocok tanam, tidak punya barang dagangan untuk dijual. walaupun demikian beliau tegar dalam menghadapi hudup dan sanggup menerima SAW secara baik bahkan beliau orang yang paling banyak menghafal dan meriwayatkan hadits-hadits.
Iman Syafi’i pernah berkata: “Abu Hurairah adalah orang yang paling banyak menghafal hadits bila dibandingi dengan perawi-perawi di masanya.”
Menurut pentahqikan Baqy ibn Makhlad, seperti yang dikutip oleh Ibn Dausy, beliau meriwayatkan hadits sejumlah 5374 hadist, sedangkan menurut al-Kirmany 5364. Dari jumlah tersebut 325 hadits disepakati oleh Bukhari dan Muslim. Bukhari sendiri meriwayatkan hadits sejumlah 93 hadits dan Muslim sendiri sejumlah 189 hadits. Beliau meriwayatkan hadist dari Nabi sendiri dan dari sahabat diantaranya Islah Abu Bakar, Umar, al Fadel ibn Abbas ibn Abdil Munththalib, Ubay ibn Ka’ab, Usamah ibn Zaid, ‘Aisyah.
Abu Hurairah pernah menjadi gubernur Madinah, dan  pada masa pemerintahan Umar, beliau diangkat menjadi gubernur di Bahrain, kemudian beliau diberhentikan. Beliau wafat pada tahun 59 H/ 679 M di Madinah[2].
2)   Imam Muslim.
Imam Muslim ialah Abu Husain Muslim ibn Al Hajjaj ibn Muslim Al Quraisy An Naisbury, beliau termasuk salah seorang Imam hadist yang terkemuka. Beliau dilahirkn pada tahun 206 H dan wafat di Naisabury pada tahun 261 H.
 Beliau melawat ke Hijaz, Irak, Syiria, dan Mesir untuk mempelajari hadist dari ulama- ulama hadist. Hadist-hadistnya diriwayatkan oleh ulama-ulama Baghdad yang sering beliau datangi, yakni At-Turmudzy, Yahya ibn Said, Muhammad ibn Makhlad, Muhammad ibn Ishaq ibn Khuzaimah, Muhammad ibn Abdul Wahab al Farra, Ahmad ibn Salamah, Abu Awanah, Ya’qub ibn Ishaq al al-Isfarayiny.
Abu ‘Ali an- Naisabury berkata; “tak ada dibawah kolong langit ini, kitab yang lebih shahih dari kitab Muslim dalam ilmu hadits”.
Para ulama berkata “Kitab Muslim adalah kitab yang kedua sesudah Al- Bukhori dan tidak ada seorangpun yang menyamai Al-Buhkori dalam mengeritik sanad- sanad hadits dan perawi- perawinya selain dari Muslim”.
Muhammad al-Masarjasy berkata; “saya mendengar Muslim berkata, musnad shahih ini saya sarikan dari 300.000 hadist”. Diriwayatkan dari muslim bahwa shahihnya berisi 7275 hadist[3].
E.     Keterangan Hadits.
Ibnu al- Atsir mengatakan dalam kitab an- Nihayah Kata (فضلا) yakni tambahan dari kalangan para Malaikat yang ditugaskan bersama para mahluk. Diriwayatkan dengan sukun pada dhaadh dan juga dhammah, sebagian mereka mengatakan bahwa mayoritas dengan sukun dan itu lebih benar. An- Nawawi mengatakan; “ mereka mencantumkan kata (فضلا) dengan beragam: pertama, yang paling kuat ialah dengan dhammah pada fa’dan dhaad (فضلا). Kedua, dengan dhammah pada fa’ dan sukun pada dhaad (فضلا ), ini yang diklaim oleh sebagian mereka sebagai yang paling banyak dan paling benar. Ketiga, dengan fathah pada fa’ dan sukun pada dhaad( فضلا), al- Qadhi Iyadh mengatakan; “demikian riwayat mayoritas guru kami dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim. Keempat, dengan dhammah pada fa’ dan dhaad seperti yang pertama namun dengan rafa’ pada lam (فضل)sebagai predikat dari Inna. Kelima, Fudhalaa’(ء فضلا), jamak dari faadhilu (فضل). Menurut para ulama, makna berdasarkan semua riwayat, bahwa mereka adalah para malaikat tambahan dari para malaikat menjaga dan lainnya yang ditugaskan kepada para mahluk, tidak ada tugas yang lain bagi mereka kecuali untuk kelompok- kelompok dzikir. Mereka adalah para malaikat tanpa tugas. Tugas mereka adalah (mencari) halaqoh-halaqoh (majelis-majelis) dzikir[4].
Kata (حَفَّ) : demikian yang banyak terdapat di redaksi hadits di negeri kami dengan kata (حفّ) (mengelilingi). Ada juga di sebagian redaksi ditulis dengan kata (حضَّ) (menganjurkan untuk hadir dan mendengarkan), sedangkan imam Al-Qadhi menceritakan dari sebagian perawinya dengan kata (حَطَّ) (turun), kata inilah yang dipilih beliau, menurut beliau artinya adalah memberi isyarat kepada sebagian mereka untuk turun.
فيسألهم الله عز و جل وهو أعلم منهم (Kemudian Tuhan mereka bertanya kepada mereka- dan Dia lebih tahu dari pada mereka). Dalam riwayatan al- Kasymihani disebutkan dengan kata (lebih mengetahui tentang mereka), demikian juga al- Ismaili. Suhaili menambahkan dalam riwayatnya فى الأرض من أين جئتم فيقولون جئنا من عند عباد لك(dari mana kalian? Para Malaikat menjawab, “kami datang dari sisi para hamba- Mu dibumi”. Dalam riwayat at- Tirmidzi disebutkan(“ lalu Allah bertanya; ‘sedang apa para hamba- Ku ketika kalian meninggalkan mereka?), para Malaikat menjawab: يسبحونك ويكبرونك ويحمدونك (Mereka menyucikan-Mu [bertasbih], membesarkan- Mu [bertakbir], memuji- Mu [bertahmid])[5]. Karena sesungguhnya keimanan dan kebenaran dari keyakinan seseorang muslim itu akan menjadikan dirinya selalu ingat kepada Tuhannya dalam setiap waktu dan keadaan[6].
Redaksi هم القوم (Mereka adalah kelompok), disebutkan ال yang disebut kesempurnaan. Demikian juga لا يشقى بهم جليسهم (bersama mereka tidak akan menderita teman duduk mereka). Ini adalah redaksi kalimat permulaan untuk menerangkan konsekuensi dari kondisi mereka sebagai orang- orang sempurna[7].
Jadi Hadits diatas menerangkan tentang keutamaan majelis-majelis dzikir, walaupun salah satu pengunjungnya ada yang bukan ahli majelis tersebut. (misalnya mengunjungi majelis hanya mencari makan, dia berhak mendapatkan pengampunan karena berkah majelis tersebut dan orang-orang shalih di dalamnya). Dan juga menerangkan keutamaan duduk bersama orang-orang shalih dan menyucikan (menghormati) mereka. Allah Ta’ala akan senantiasa memberikan ampunan kepada orang- orang yang menghadiri majelis orang- orang berdzikir sekalipun kedatangannya ketempat tersebut untuk kepentingan pribadi, bukan berniat untuk berdzikir bersama- sama mereka. Karena hanya dengan menghadiri majelis dzikir sebenarnya bisa menghidupkan hati yang mati. Pada waktu itu Malaikat menyaksikan sendiri bahwa Bani Adam juga menyucikan Allah dan memuliakan-Nya ketika dalam kesunyian[8].
Yang dimaksud dengan dzikir disini adalah mengucapkan kalimat-kalimat yang dianjurkan dan memperbanyaknya. Dzikir kepada Allah juga berarti menjaga pelaksanaan amalan yang diwajibkan atau dianjurkan, seperti membaca Al Quran, membaca hadits, mengkaji ilmu, shalat sunnah. Dzikir kadang dilakukan dengan lisan, dan yang mengucapkannya mendapat pahala. Dalam hal ini tidak disyaratkan menghadirkan maknanya, tapi disyaratkan agar tidak memaksudkan selain maknanya. Bila dzikir disertai dengan hati, maka akan lebih sempurna dan bila ditambah lagi dengan menghadirkan maknanya beserta semua yang terkandung didalamnya berupa pengagungan Allah dan penafian segala kekurangan dari-Nya, maka akan lebih sempurna lagi. Jika dzikir itu dilakukan ketika sedang melakukan amal shalih, sekalipun amal shalih itu diwajibkan, yaitu berupa shalat, jihad dan sebagainya, maka akan lebih sempurna lagi. Jika hal itu dilakukan dengan benar-benar dan ikhlas karena Allah, maka itulah kesempurnaannya yang tertinggi.
Seorang ahli ma’rifah mengatakan,”Dzikir ada tujuh macam: Dzikir kedua mata adalah dengan menangis, dzikir kedua telinga adalah dengan mendengarkan secara seksama, dzikir lisan adalah dengan pujian, dzikir kedua tangan adalah dengan memberi, dzikir badan adalah dengan memenuhi janji, dzikir hati adalah dengan takut dan cemas dan dzikir ruh adalah dengan kepasrahan dan kerelaan[9].
Sedangkan yang dimaksud dengan majelis-majelis dzikir adalah yang mencangkup dzikir kepada Allah dengan berbagai macam dzikir, yaitu berupa tasbih, takbir dan sebagainya, dan juga membaca kitab Allah, serta berdoa memohon kebaikan dunia dan akhirat. Adapun tentang cakupannya terhadap membaca hadits, mengkaji ilmu syar’i dan menghafalkannya,dan serupanya serta membaca Al Quran membaca hadits, mengkaji dan mendalami ilmu syar’i juga termasuk kategori yang disebut dzikir kepada Allah[10].

F.      Aspek Terbawi.
a)    Hadits ini menunjukkan keutamaan majlis- majlis dzikir dan orang- orang yang berdzikir, keutamaan berkumpul untuk berdzikir, dan bahwa teman mereka tidak terpisahkan dari mereka dalam mendapatkan segala yang dianugerahkan Allah kepada mereka, sebagai bentuk permuliaan Allah terhadap mereka, walaupun ada teman duduk mereka yang tidak ikut berdzikir.
b)   Hadits ini menunjukkan bahwa kecintaan para malaikat kepada manusia serta kepeduliaan mereka kepada manusia.
c)    Hadits ini juga menunjukkan bahwa yang bertanya itu lebih mengetahui daripada yang ditanya, karena hal ini  menunjukkan penghormatan kepada yang ditanya, yakni mengingatkan akan kekuasaan- Nya dan kemuliaan kedudukan- Nya.
d)   Suatu pendapat yang menyebutkan bahwa pertanyaan Allah kepada para malaikat mengenai ahli dzikir mengisyaratkan pada Firman- Nya dalam Qs. Al Baqarah: 29. Dan seolah- olah Allah mengatakan;             “ lihatlah apa yang mereka lakukan, yakni berupa tasbih dan taqdis, walaupun mereka diliputi oleh syahwat dan godaan- godaan syaithan. Bagaimana mereka mengatasinya dengan membaca tasbih dan taqdis serta membanggakan kalian”.
e)    Dan hadist ini juga menunjukkan kedustaan orang- orang kafir yang mengatakan bahwa dia dapat melihat Allah secara nyata sewaktu di dunia[11].

















PENUTUP

Dari pembahasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dzikir kepada Allah dalam hadits tersebut adalah dzikir yang sempurna, yaitu dzikir lisan dan hati, serta memikirkan maknanya dan menghadirkan keagungan Allah. Orang yang berdzikir seperti itu lebih utama daripada orang yang memerangi orang kafir –misalnya- tanpa berdzikir. Karena sesungguhnya keimanan seorang muslim dan kebenaran dari keyakinannya akan menjadikan dirinya selalu ingat kepada Tuhannya dalam setiap waktu dan keadaaan.
Sedangkan tentang keutamaan majelis-majelis dzikir itu sendiri, walaupun salah satu pengunjungnya ada yang bukan ahli majelis tersebut. (misalnya mengunjungi majelis hanya mencari makan, dia berhak mendapatkan pengampunan karena berkah majelis tersebut dan orang-orang shalih di dalamnya). Allah Ta’ala akan senantiasa memberikan ampunan kepada orang- orang yang menghadiri majelis orang- orang berdzikir sekalipun kedatangannya ketempat tersebut untuk kepentingan pribadi, bukan berniat untuk berdzikir bersama- sama mereka. Karena hanya dengan menghadiri majelis dzikir sebenarnya bisa menghidupkan hati yang mati. Pada waktu itu Malaikat menyaksikan sendiri bahwa Bani Adam juga menyucikan Allah dan memuliakan-Nya ketika dalam kesunyian.








DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin dan Amir Hamzah. 2009. Fathul Baari: Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari, Buku 30. Jakarta: Pustaka Azzam.
 Ariyanti, Dewi. 2008.  Mutiara Hadits Qudsi (terjemahan Fi al- Ahadits al- Qudsiyyah karya; Ahmad Abduh Iwadh). Bandung: PT Mizan Pustaka.
Djamaludin, Shinqithy dan Mochtar Zoerni. 2002. Ringkasan Shahih Muslim. Bandung: Penerbit Mizan.
Djunaedi, Wawan  Soffandi. 2007.  Syarah Hadits Qudsi. Jakarta: Pustaka Azzam.
 Muhammad, Tengku Hasby ash Shiddieqy. 1997. Sejarah & Pengantar ilmu Hadits. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.



[1] Shinqithy Djamaludin dan Mochtar Zoerni, Ringkasan Shahih Muslim (Bandung: Penerbit Mizan, 2002)  Hlm. 1089-1090
[2] Tengku Muhammad Hasby ash Shiddieqy, Sejarah & Pengantar ilmu Hadits, (Semarang: PT.    Pustaka Rizki Putra, 1997), hlm.254-255
[3] Ibid, hlm. 206-207.
[4] Amiruddin dkk, Fathul Baari Syarah Shahih Muslim 30: Al- Imam Al Hafizh  Ibnu Hajjar al- Asqalani, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm. 720- 721.
[5] Ibid, hlm.723
[6] Dewi Ariyanti, Mutiara Hadits Qudsi (terjemahan Fi al- Ahadits al- Qudsiyyah karya; Ahmad Abduh Iwadh), (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008), hlm.235.
[7] Amiruddin dan Amir Hamzah, Op. Cit, hlm. 726- 727.
[8] Wawan Djunaedi Soffandi, Syarah Hadits Qudsi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), hlm. 28.
[9] Ibid, hlm. 714
[10] Amiruddin dan Amir Hamzah, Op. Cit, hlm. 724.
[11] Amiruddin dkk, Op. Cit, hlm. 28.