Laman

new post

zzz

Kamis, 07 November 2013

FPI-O-8: manusia dan potensi pendidikannya



MAKALAH

“MANUSIA DAN POTENSI PENDIDIKANNYA”


Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah   : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu      : Ghufron Dimyati M.Si.





Disusun kelompok :
                   Heni Sufita                       2021211132
                   M. Rojib Milkhi               2021211136
                   Khoirin                             2021211161
                   Abdul Kholik                   2021211166


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) PEKALONGAN
2013

PENDAHULUAN
Tuhan menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna didunia,manusia dikarunia akal,pikiran,cipta,rasa dan karsa. Dari berbagai kelebihan yang dimiliki manusia inilah,maka manusia menjadi raja di raja dibumi ini. Alam ini diciptakan untuk manusia ,maka segala ssuatu yang ada disekitarnya menjadi objek kajian manusia mulai dari lingkungan alam ,hewan dan sebagainya.
Manusia ternyata tidak cukup hanya mengkaji alam sekitarnya,ia selanjutnya berfilsafat tentang Tuhan dan bidang-bidang kehidupan sosial,ekonomi,budaya dan lain-lain. Dan akhirnya manusia berfilsafat tentang dirinya ,segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia dibahas ,dikaji secara mendalam,yaitumengenai siapa,bagaimana,dimana dan untuk apa manusia itu diciptakan.
Begitu menariknya membicarakan manusia dengan potensi pendidikanya dalam pandangan filsafat pendidikan islam ,maka dalam makalah yang sederhana ini akan dibahas tentang hakikat manusia,pandangan filsafat pendidikan islam tentang manusia dan berbagai pandangan tentang proses kependidikan serta hakikat fungsi manusia dalam proses pendidikan. Semoga apa yang diuraikan dalam makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca pada umumnya dan bagi penulis tentunya . Amin...    


PEMBAHASAN

A.  Berbagai Pemikiran Tentang Hakikat Manusia
Pemikiran tentang hakikat manusia ,sejak zaman dahulu sampai sekarang ini belum pernah berakhir.hal inilah yang menyebabkan orang tidak henti-hentinya terus berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan mendasar mengenai apa,dari mana dan kemana manusia itu.
 Berbicara mengenai apa manusia itu,ada 4 aliran yaitu;
a.      Aliran serba zat (materialisme)
Menurut aliran ini bahwa yang sungguh-sungguh ada itu adalah zat atau materi. Zat atau materi itulah yang merupakan hakikat dari sesuatu. Alam ini adalah zat atau materi,dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu hakikat manusia adalah zat atau materi.
Dalam kaitanya dengan pendidikan ,aliran ini memandang manusia adalah sebagai mahluk reaksi yang pola reaksinya dapat disimpulkan sebagai satu stimulus respon. Implikasi dan teori ini dalam pendidikan ,manusia hanya butuh pengalaman,latihan dan tidak mengakui adanya potensi-potensi kreativitas dan inisiatif.
b.    Aliran serba ruh (Idealisme)
Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu di dunia ini adalah Ruh. Juga hakikat manusia adalah Ruh . adapun zat itu adalah manifestasi daripada ruh di atas dunia ini. Ruh adalah sesuatu yang tidak menempati ruang sehingga tidak dapat disentuh atau dilihat oleh panca indera. Jadi menurut aliran ini hakikat manusia adalah ruh,sedangkan jasad hanyalah bayangan saja.
c.    Aliran dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa manusia ini terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani,badan dan ruh.kedua subtansi ini masing-masing merupakan unsur asal yang adanya tidak tergantung satu sama lain .jadi badan tidak berasal dari ruh juga sebaliknya ruh tidak berasal dari badan.hanya dalam perwujudanya manusia itu serba dua ,jasad dan ruh,yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut manusia. Antara badan dan ruh terjalin hubungan yang bersifat kausal,sebab akibat. Artinya antara keduanya saling mempengaruhi. Apa yang terjadi di satu pihak akan mempengaruhi pihak lain.
d.   Aliran eksistensialisme
Seiring dengan perkembangan  pemikiran mengenai apa sesungguhnya hakikat manusia itu para ahli filsafat modern yang kurang puas atas pandangan-pandangan di atas dengan tekun berpikir lebih lanjut tentang hakikat manusia mana yang merupakan eksistensi atau wujud sesungguhnya dari manusia itu. Mereka yang memikirkan bagaimana eksistensi manusia atau wujud manusia itu sesungguhnya ,disebut kaum eksistensialisme dan aliranya disebut dengan aliran eksistensialisme.
Jadi mereka mencari inti hakikat manusia yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh .dengan demikian aliran ini memandang manusia dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.[1]
B.  Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Tentang Manusia
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah pekaitan antara badan dan ruh yang masing-masing merupakan subtansi yang berdiri sendiri. Allah berfirman :
‘’ Dan sesungguhnya Kami ciptakan manusia dari sari pati tanah kemudian Kami jadikan dari tanah itu air mani (terletak) dalam tempat simpanan yang teguh (rahim) kemudian dari air mani itu kami ciptakan segumpal darah lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan dari segumpal daging itu kami ciptakan tulang-tulang. Kemudian tulang-tulang itu kami tutup dengan daging. Sesudah itu kami jadikan dia mahluk yang baru yakni manusia yang sempurna . Maka maha berkat (suci Allah ) pencipta yang paling baik’’.
(QS.al-Mukminun:12-14)
Jadi manusia terdiri dari dua subtansi yaitu materi yang berasal dari bumi dan ruh yang berasal dari Tuhan. Maka hakikat manusia itu adalah ruh itu,sedangkan jasadnya hanyalah alat yang digunakan oleh ruh untuk menjalani kehidupan material di alam material yang bersifat sekunder dan ruh adalah yang primer,karena ruh saja tanpa jasad tidak dapat dinamakan manusia.[2]
C.    Kedudukan Manusia dalam Alam Semesta
Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa Allah SWT. menciptakan manusia bukan secara main-main melainkan dengan suatu tujuan dan fungsi. Kesatan wujud antara fisik dan psikis serta didukung oleh potensi-potensi yang ada membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan al-taqwim dan menempatkan manusia pada posisi yang strategis yaitu:
1)   Manusia sebagai hamba Allah (‘abd Allah)
Konsep ’abd mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah. Dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah SWT. Dengan penuh keikhlasan. Yang  meliputi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Islam menggariskan bahwa seluruh akifitas seorang hamba selama ia hidup di alam semesta ini dapat dinilai sebagai ibadah manakalah aktivitas itu memang ditujukan kepada Allah SWT dalam rangka mendapatkan redho-Nya.
Musa Asy’arie mengatakan bahwa esensi ‘abd adalah ketaatan, ketundukan, kepatuhan yang kesemuanya itu hanya layak diberikan kepada Tuhan. Ketundukan dan ketaatan pada kodrat alamiah yang senantiasa belaku bagi-Nya. Ia terikat oleh hokum-hukum Tuhan yang menjadi kodrat pada setiap ciptaannya, manusia menjadi bagian dari setiap ciptaa-Nya, ia tergantung pada sesamanya, hidup dan matinya menjadi bagian dari segala yang hidup dan mati. Sebagai hamba Allah manusia tidak bias terlepas dari kekuasaan-Nya, karena manusia mempunyai fitrah (potensi) bergama. Yang mengakui adanya kekuatan diluar dirinya.[3]
2)   Manusia sebagai khalifah di bumi
Manusia di beri kedudukan oleh Tuhan sebagai penguasa, pengatur kehidupan dimuka bumi ini. Allah berfirman dalam QS.al-An’am ayat 165:
uqèdur Ï%©!$# öNà6n=yèy_ y#Í´¯»n=yz ÇÚöF{$# yìsùuur öNä3ŸÒ÷èt/ s-öqsù <Ù÷èt/ ;M»y_uyŠ öNä.uqè=ö7uŠÏj9 Îû !$tB ö/ä38s?#uä 3 ¨bÎ) y7­/u ßìƒÎŽ|  É>$s)Ïèø9$# ¼çm¯RÎ)ur Öqàÿtós9 7LìÏm§ ÇÊÏÎÈ  
‘’Dialah yang menetapkan kamu menjadi khalifah-khalifah dimuka bumi dan ditinggikanya sebagian kamu dan ditinggikanya kamu dari pada yang sebagian beberapa derajat untuk mencobaimu dari hal apa saja yang diberikan-Nya padamu. Sesungguhnya siksaan Tuhan engkau amat lekas dan dan sesungguhnya Tuhan pengampun lagi penyayang’’.[4]

D.  Potensi-potensi Dasar Manusia dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
1.    Potensi manusia menurut al-Qur’an
Mengenai potret potensi yang dimiliki oleh manusia al-Qur’an telah mensinyalir dengan dua kata kunci yang dapat dijadikan untuk memahami manusia secara komprehensip. Kedua kata tersebut yaitu;
a)    Kata al-insan
Kata al-insan yang bentuk jamaknya adalah al-Nas dari segi ilmu sremantik atau ilmu tentang akar kata ,dapat dilihat dari akar kata anasa yang berarti melihat,mengetahui dan,meminta izin. Atas dasar kata ini mengandung petunjuk adanya kaitan subtansi antara manusia dengan kemampuan penalaran. Dengan penalaran ini manusia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya ,ia dapat pula mengetahui dari apa yang benar dan apa yang salah  dan terdorong untuk meminta izin menggunakan sesuatu yang bukan miliknya.
Selanjutnya kata al-insan yang berasal dari kata nasiya yang berarti lupa ,ini menunjukan adanya hubungan yang erat antara manusia dengan kesadaran dirinya.
Sedangkan kata al-insan yang berasal dari kata al-Uns atau anisa yang berarti jinak,mengandung pengertian  bahwa pada dasarnya manusia itu jinak dan dapat menyesuaikan dirinya dengan realitas hidup dan lingkunganya. Manusia dapat beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan alamiahnya.
b)   Kata al-Basyar
Kata al-Basyar merupakan bentuk jamak dari kata Basyarah yang artinya permukaan kulit kepala,wajah dan tubuh.semua kegiatan yang didasari dan dilakukan manusia itu dasarnya adalah kegiatan yang didasari dan berkaitan dengan kapasitas akalnya dan aktualisasi dalam kehidupanya yang konkret yaitu perencanaan,tindakan dan akibat-akibatnya atau perolehan yang ditimbulkan perbuatan tersebut. Pengertian basyar tak lain adalah manusia dalam kehidupanya sehari-hari yang berkaitan dengan aktifitas lahiriah ,yang dipengaruhi oleh dorongan kodrat alamiahnya ,separti makan ,minum.
Manusia adalah mahluk yang memiliki kelengkapan jasmani dan rohani. Dengan kelengkapan yang dimilikinya ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan jasmani dan rohani tersebut. Oleh karena itu agar kedua subtansi tersebut dapat berfungsi dengan baik dan produktif,maka perlu dibina dan dikembangkan melalui pendidikan.
2.    Alat-alat potensial manusia
Abdul Fatah Jalal dalam bukunya ‘’Min al-Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah ‘’ menyatakan ada beberapa alat-alat potensial manusia yang dianugerahkan oleh Allah untuk meraih pengetahuan ,anatara lain yaitu;
·      Al-Lams dan al-syum (alat peraba dan alat penciuman/pembau)
·      Al-sam’u (alat pendengaran)
·      Al-abshar (penglihatan)
·      Al-aql (akal atau daya berfikir)
·      Al-qalbu (kalbu)[5]
3.    Implikasi potensi dasar fitrah manusia dalam proses pendidikan
Di tinjau dari segi bahasa, Fitrah  berati: ’’ciptaan, sifat tertentu yang mana setiap yang mawjud disifati denganya pada awal masa penciptaanya,sifat pembawaan manusia (yang ada sejak lahir), agama, sunnatullah”. Sedang  menurut istilah fitrah adalah suatu kekuatan atau kemampuan (potensi terpendam) yang menetap/menancap pada diri manusia sejak awal kejadianya ,untuk komitmen terhadap nilai-nilai keimanan kepada Allah SWT, cenderung kepada kebenaran, dan potensi itu merupakan ciptaan Allah.
Hakikat fitrah manusia adalah  sebagian sifat-sifat ketuhanan ( potensi/fitrah) yang harus ditumbuh kembangkan secara terpadu oleh manusia dan diaktulisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik secara individu maupun sosialnya. Hal ini dapat dilakukan melalui proses pendidikan sepanjang hayatnya yang dilaksanakan di sekolah maupun diluar sekolah.
Disamping itu,pertumbuhan dan perkembangan potensi dasar fitrah manusia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor hereditas, lingkungan alam dan geografis, lingkungan sosio kultural dan sejarah. Oleh karena itu maka minat,bakat dan kemampuan skill dan sikap manusia yang diwujudkan dalam kegiatan ikhtiarnya dan hasil yang dicapai bermacam-macam.
Proses kependidikan yang terjadi pada manusia menurut ajaran islam dipandang sebagai perkembangan alamiah pada diri manusia yang sudah ditetapkan oleh Allah berdasarkan sunatullah.
Proses kependidikan yang ada pada akhirnya diharapkan mampu membina kepribadian manusia,baik demi ultimate goal maupun tujuan-tujuan yang terdekat. Tujuan akhir pendidikan adalah kesempurnaan pribadi yang didasarkan pada asas self-realisasi,yakni merealisasikan potensi-potensi yang sudah ada baik berupa potensi moral,ketrampilan maupun perkembangan jasmani.[6]



KESIMPULAN
Dari urian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Manusia lahir dengan membawa potensi fitrah. Selanjutnya Potensi-potensi yang di miliki oleh manusia tersebut dapat dikembangkan dengan baik dan produktif melalui proses pendidikan . selain itu manusia dalam proses pertumbuhan dan perkembanganya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor hereditas dan lingkungan. Proses pendidikan islam diharapkan mampu mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri  manusia sehingga lahirlah manusia yang berkepribadian muslim.


DAFTAR PUSTAKA
Nizar ,Samsul , 2002, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Teoritis,Historis dan Praktis, Ciputat pers: Jakarta
Arifin, 1996, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta
Zuhairini, dkk., 1995, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara : Jakarta
Muhaimin ,2004,Paradigma Pendidikan Islam,PT.Remaja Rosda Karya:Bandung
Nata, Abuddin,1999,Filsafat Pendidikan Islam,Logos Wacana Ilmu:Jakarta


[1] Zuhairini, dkk., 1995, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara : Jakarta. Hal:74
[2] Abdul khobir M.Ag,2013 Filsafat Pendidikan Islam,STAIN Pekalongan Press:Pekalongan. Hal 84
[3] DR.H.Abuddin Nata,1999,Filsafat Pendidikan Islam,Logos Wacana Ilmu:Jakarta. Hal 40
[4] Zuhairini.Op Cit. Hal 87
[5] DRS.Muhaimin ,M.A dkk,2004,Paradigma Pendidikan Islam,PT.Remaja Rosda Karya:Bandung.hal 16-17

[6] Abdul Khobir,M.Ag Op Cit. Hal 86-89