Laman

new post

zzz

Sabtu, 25 Februari 2012

Kelas F makalah 2 : memperluas tema kajian di masjid


MAKALAH
MEMPERLUAS TEMA KAJIAN DI MASJID
        Disusun guna memenuhi tugas :
                 Mata kuliah              :hadits tarbawi II
                Dosen pengampu    : Muhammad hufron, M.S.I
                                                                                        



 
             Disusun oleh
                                                Eny Marfu’ah  ( 2021110238)
                  Kelas: F


                            SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN  
2012
PENDAHULUAN
            Didalam makalah ini akan membahas tentang seseorang yang ditempat suatu majlis yang membicarakan orang lain, dan kita sebagai calon pendidik haruslah bisa  memberi contoh yang baik dan memberi motifasi kepada peserta didik,.
            Dan kita juga dilarang meremehkan suatu perkara yang kecil,karena suatu saat pasti akan dibutuhkan ataupun menggunjing, karena itu adalah perbuatan yang tercela.













PEMBAHASAN
A.    HADITS


عن جا برابن سمرة قل جالست النبي صلى الله عليه وسلم اكثرمن ما ئة فكا ن اصحا به يتنا شدون الشعرويتزاكرون اشيا ء من امرالجا هلية وهوساكت فربما يتبسم معهم
رواه التري فى الجا مع .كتاب الاء دب عن رسول الله ,ما جاءقى انشادالشعر,ورواه الطبراني فى الكبير.

B.     TERJEMAH
Dari Jabir bin Samuroh berkata: “ketika saya duduk  bersama nabi lebih dari 100 kali yang mana ada sahabat nabi yang melagukan syair dan membicarakan tentang urusan orang jahiliah dan Nabi tersenyum kepada mereka”.[1]

A.    MUFRODAT
      Masjid       المسجد                                    
            membicarakan                       ويتدا كرون      
      Bernyanyi               يتنا شدون                     
      Syair                                                    الشر                  
      Tersenyum                          يتبسم                      

C.     BIOGRAFI PERAWI
Nama lengkapnya ialah Jabir bin Samurah bin Janadah As-Sawai Al-Madani, seorang sahabat yang dijuluki dengan Abu Abdullah. Ibunya bernama Khalidah binti Abu Waqqas, saudara kandung Saad dan Utbah. Beliau wafat pada masa khilafah Abdul Malik bin Marwan pada tahun 74 H.[2]

D.    KETERANGAN HADITS
Kata   يتداكرون  maknanyayaitu  mereka membicarakan urusan-urusan orang jahiliah,  mereka menertawakan, dan nabipun tersenyum, dan nabi juga mengatakan seorang yang tidak memberi  manfaat kepada orang lain  sebagaimana berhala yang tidak memberikan manfaat kepada saya.
Para sahabat berkata : apa maksudnya nabi berkata ,saya membuat sesuatu dari الحيس (makanan dari kurma yang dikeringkan), maka datanglah waktu peceklik(panas tidak hujan) dan saya juga mendoakan setiap hari. Sahabat yang lainpu berkata:saya melihat dua musang yang naik keatas berhala dan mengencinginya . maka saya berkata :apakah arti dari dua ekor musang itu mengencingi berhala ? dan saya dating pada rosul dan masuk islsm.[3]
            Hadits ini menjelaskan ketika didalam perkumpulan atau suatu majelis tidak boleh membicarakan orang lain dan jangan mencampuri urusan orang lain. Karna belum tentu urusan kita lebih baik dari urusan oranr lain. Karena masjit itu tempat untuk  beribadah,bukan tempat untuk memikirkan perkara dunia. Dan jika berada di dalam masjid itu kita harus memakai etika atau adab-adab.[4]
  Hal tersebut menunjukan bahwasannya seorang pendidik itu tidak boleh mencela atau menghina kepada peserta didik. Seorang pendidik seharusnya harus memperhatikan kepada peserta didik  dan tidak boleh membeda-bedakan antara satu dengan yang Lain.[5]

f. ASPEK TARBAWI
            Seprrti yang dijelaskan dari hadits tersebut,begitu besarnya prrhatian seorang muslim untuk selalu melaksanakan etika-etika agama islam dalam setiap perkara. Sebagaimana seorang muslim harur beretika ketika didalam masjid.[6]
 Seseorang juga sangat dianjurkan supaya tidak mencari kesalahan orang lain sebelum ia mengoreksi dirinya sendiri.
Tidak boleh  meremehkan suatu hal yang kecil, karna pada suatu saat pasti akan membutuhkan.
Tidak boleh menyepelekan pendapat orang lain, karena belum tentu  pendapat kita benar.Dan jika memang pendapat orag lain itu salah,kita harus tetap menghargai dan berkata dengan baik dan sopan.[7]

H. PENUTUP
            Sebagai sesama  umat islam, kita harus bias menghargai orang lain,tidak boleh mencela. Tidak boleh menyepelekan perkara yang kecil,
            Dan apabila sedang disuatu majelis,dilarang membicarakan perkara yang tidak baik,apalagi menggunjig orang lain. Dan sebagai seorang muslim, kita harus kita harus melakukan etika-etika di dalam masjid dan menjauhkan perkara yang dilarang oleh syariaaaaat islam.
           
           












DAFTAR PUSTAKA
           
Imam tirmizi jilid 8,kitab adab dari nabi saw,bab melagukan syair,hal:142-143
Abdul Aziz bin Fathi as-sayyid,Ensiklopedia Etika Islam,Jakarta : Magfiroh Pustaka,
            2006
Yunahar.H.Ilyas, Kuliah Ahlak, yokyakarta: P.T. Bumi Aksara,2004
Http// Ahlul Hadits.wordprees.com


[1] Imam Tirmizi jus 8,kitab adab dari rosulullah,hal.142-143
[2] http//www.Ahlu hadits.wordpress.com
[3] Imam tirmizi jus 8,kitab adab dari nabi.hal 142-143
[4] Abdul Aziz bin Fathi as-sayyid,Ensiklopedia Etika Islam, Begini mestinya muslim berprilaku, (Jakarta:magfiroh pustaka,2006).
[5] H.yunahar ilyas, kuliah akhak(yokyakarta:.P.T.bumi aksara,2004)
[6] Abdul Aziz bin Fathi as-sayyid, Ensiklopedia Etika Islsm, (Jakarta : Magfiroh Pustaka, 2006)
[7] H. Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (yokyakarta :p.t.Bumi Aksara, 2004)

Kamis, 23 Februari 2012

kelas D makalah 2 : MEMPERLUAS TEMA KAJIAN DI MASJID



MAKALAH HADITS 8

MEMPERLUAS TEMA KAJIAN DI MASJID

Disusun Guna Memenuhi Tugas:
      Mata Kuliah                                 :  Hadits Tarbawi II
      Dosen Pengampu                      :  M. Hufron, M.S.I
              


 









Disusun Oleh  :
Arini Kamalia
202 111 0150
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012



HADIST 8
MEMPERLUAS TEMA KAJIAN DI MASJID
A.    PENDAHULUAN
Secara etimologis, Masjid diambil dari kata dasar sujud yang berarti ta’at, patuh, tunduk dengan penuh rasa hormat dan takzim. Mengingat akar katanya bermakna tempat melakukan segala aktivitas ( tidak hanya sholat ) sebagai manifestasi dari ketaatan kepada Allah semata.
Masjid telah mendampingi kehidupan Islam , maka dari itu masjid telah didirikan semenjak lahirnya Islam dan Ia merupakan sentral kehidupan batin, otak dan politik kerajaan diseluruh pelosok bumi Islam. Dengan demikian pula telah digunakan sebagai tempat pengadilan dan tempat bermusyawarah untuk bertukar pendapat dan untuk mengurus persoalan-persoalan umum , karena orang-orang Islam tidak memisahkan diantara urusan-urusan agama mereka. Dari karena itu masjid mempunyai hubungan yang erat dengan segala segi kehidupan Islam dalam bentuk materi dan ma’nawi.



















B.     TEKS HADITS


عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ : جَالَسْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ مَرَّةٍ في المسجد يجلس أَصْحَابُهُ يَتَنَاشَدُونَ الشِّعْرَ وَ فَرُبَّمَا يَتَذَاكَرُونَ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فتَبَسَّمَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَهُم[1]

C.     TERJEMAH HADITS
Dari Jabir bin Samurah berkata : Saya duduk bersama Rosulullah SAW ratusan kali di masjid, Beliau duduk dengan para sahabat, mereka menyanyikan syair dan barangkali mereka mengingat kejadian masa jahiliyah , maka Nabi SAW tersenyum bersama mereka.


D.    MUFRODAT
Arti
Teks
Dari Jabir bin samurah berkata: Saya duduk

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَجَالَسْتُ
Bersama Rosulullah SAW
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ratusan kali
أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ مَرَّةٍ
Beliau duduk bersama para sahabat
يجلس أَصْحَابُهُ
mereka menyanyikan syair
يَتَنَاشَدُونَ الشِّعْرَ
dan barangkali mereka mengingat kejadian masa jahiliyah
فَرُبَّمَا يَتَذَاكَرُونَ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ
 maka Nabi SAW tersenyum bersama mereka.                                          
فتَبَسَّمَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَهُم


E.     BIOGRAFI PEROWI
Jabir bin Samurah nama lengkapnya ialah Jabir bin samurah bin janadah As-sawai Al Madani, lahir diKuffah berdomisili dikota Madinah dan meninggal dunia disana pada tahun 74H, Beliau wafat pada masa Kholifah Abdul Malik bin Marwan.
Ibunya bernama Kholidah binti Abu Waqqas, Saudara kandungnya Saad dan Utbah. Seorang sahabat yang dijuluki dengan Abu Abdullah. Pada ahir hayatnya beliau mengalami kebutaan dan sempat meriwayatkan beberapa hadits dari Nabi Muhammad SAW.

F.      SYARAH HADITS

قَوْلُهُ : ( يَتَنَاشَدُونَ الشِّعْرَ ) أَيْ يَنْشُدُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا ( وَيَتَذَاكَرُونَ أَشْيَاءَ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ إِلَخْ) وَفِي رِوَايَةِ مُسْلِمٍ وَكَانُوا يَتَحَدَّ ثُونَ فَيَأْخُذُونَ فِي أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . وَمِنْ جُمْلَةِ مَا يَتَحَدَّثُونَ بِهِ أَنَّهُ قَالَ وَاحِدٌ مَا نَفَعَ أَحَدًا صَنَمُهُ مِثْلُ مَا نَفَعَنِي ، قَالُوا كَيْفَ هَذَا ؟ قَالَ صَنَعْته مِنْ الْحَيْسِ فَجَاءَ الْقَحْطُ فَكُنْت آكُلُهُ يَوْمًا فَيَوْمًا . وَقَالَ آخَرُ : رَأَيْت ثَعْلَبَيْنِ جَاءَا وَصَعِدَا فَوْقَ رَأْسِ صَنَمٍ لِي وَبَالَا عَلَيْه[2]

(Mereka menyanyikan syair-syair) yaitu bernyanyi satu sama lain (dan mengingat kejadian-kejadian pada masa jahiliyah) didalam riwayat muslim mereka berbincang-bincang dan kemudian mereka mengambil pelajaran didalam kejadian itu kemudian  mereka tertawa dan Rasulullah tersenyum. Dan diantara hal-hal yang dibicarakan adalah ketika seseorang berkata seseorang ada yang memanfaatkan berhala seperti apa yang aku manfaatkan mereka berkata bagaimana maksudnya ini kemudian orang itu menjawab: ada berhala yang dibuat dari bahan makanan, ketika datang musim kemarau aku memakannya berhari-hari . kemudian seseorang yang lain berkata saya melihat seseorang meletakkan kaleng diatas  kepala berhala, kemudian saya mengencingi kaleng itu.

G.    ASPEK TARBAWI
Dari beberapa uraian diatas dapat diambil beberapa aspek tarbawi terkait kajian peranan dan fungsi masjid, Masjid dapat dianggap sebagai lembaga ilmu pengetahuan yang tertua dalam islam, Pembangunannya telah dimulai sejak lahirnya Islam dan tersebar keseluruh negeri Arab bersamaan dengan bertebarnya Islam diberbagai pelosok negeri, didalam masjid inilah dimulai mengerjakan Al-Qur’an dan dasar-dasar agama islam pada masa Rosulullah. Disamping tugasnya yang utama sebagai tempat untuk menunaikan sembahyang dan beribadat.
Masjid berfungsi sebagai sekolah menengah dan perguruan tinggi dalam waktu yang sama, Sebenarnya masjid pertama kali merupakan tempat untuk pendidikan dasar, akan tetapi orang-orang Islam berpendapat bahwa lebih baik memisahkan pendidikan anak-anak pada tempat tertentu, demi menjaga kehormatan masjid dari keributan anak-anak dan karena mereka belum mampu menjaga kebersihan.[3]
Sementara itu dari segi peran dan fungsinya, Masjid pada masa sahabat tidak mengalami perubahan atau pergeseran, masih tetap seperti pada masa Rosulullah. Secara garis besarnya masjid masih  memiliki dua fungsi: Pertama, Funsi keagamaan, sebagai pusat atau tempat beribadatan seperti sholat, dzikir, do’a dan i’tikaf.
Kedua, Fungsi sosial, sebagai pusat pembinaan, pendidikan, pengajaran umat Islam. Termasuk dalam fungsi yang kedua ini, masjid pada masa sahabat, juga digunakan sebagai pusat administrasi pemerintahan, tempat konsultasi dan komunikasi masalah-masalah keumatan, tempat pengobatan korban perang, tempat perdamaian danpenyelesaian persengketaan, tempat permusyawaratan keagamaan, dan tempat penerimaan tamu negara.
Masuk ke masjid untuk belajar saja, dengan maksud untuk bersembahyang, maksudnya ialah belajar disitu tidak terkait sesuatu syaratpun, setiap orang berhak untuk mendengar pelajaran yang diberikan disitu, selama ia mempunyai keinginan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mempunyai kemampuan untuk memahaminya. Belajar disitu tidak terikat dengan umur, jenis kelamin atau keahlian, tidak menghendaki uang dan pangkat.[4]





















PENUTUP

Secara ringkas belajar di masjid memperlihatkan kepada kita keistimewaan-keistimewaan dan prinsip-prinsip yang penting dalam pendidikan Islam, yaitu demokrasi, kesederhanaan, kesempatan yang sama, bebas untuk mencapai tujuan, mempunyai hubungan dan keharmonisan diantara kepentingan hidup dunia dan akhirat.
Jadi masjid bukan saja sebagai tempat ibadat, tetapi juga tempat memperbaiki urusan-urusan dunia dan akhirat manusia.






































H.    DAFTAR PUSTAKA

1.      Kitab Sunan Attirmidzi. Juz 10.
2.      Kitab Tuhfatul Ahwadhi. Juz 7.
3.      Fahmi, Asma Hasan. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
4.      http://gs. server. com


[1] Sunan Attirmidzi. Juz 10 halaman 70.
[2] Kitab Tuhfatul Ahwadhi. Juz 7 halaman 169.

[3] Dr. Asma Hasan Fahmi. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

[4] http://gs. server. com

Kelas E makalah 2 : Memperluas Tema Kajian di Masjid


MAKALAH
MEMPERLUAS TEMA KAJIAN DI MASJID


Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas
Mata Kuliah                : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu        : M. Hufron Dimyati, M.S.I.









Disusun Oleh :
Muhtadin                    2021110197
                                                           

Kelas E

JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012


BAB I
PENDAHULUAN

Alhamdulillahirobbil ‘alamin segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikenikmatan Islam, Iman, dan Ikhsan serta nikmat kesehatan dan kesempatan. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW.
Salah satu pendidikan non formal ialah Masjid. Yang mana dalam makalah ini akan dibahas mengenai memperluas tema kajian di Masjid.
Masjid merupakan tempat ibadah masjid juga mengandung makna puncak ketundukan seorang hamba dihadapan Allah. Disamping itu masjid juga digunakan sebagai tempat untuk bermusyawarah oleh kaum muslimin untuk membicarakan berbagai kajian islami.











BAB II
PEMBAHASAN

A.  Materi Hadits
B.  عن جابرابن سمرة قال: جا لست النبي صلى الله عليه وسلم اكثرمن ما ىة مرة فكان اصحابه يتناشد ون الشعرويتذاكرون اشياأ من امرالجاهلية,وهوساكت فربمايتبسم معهم (رواه الترمذى)
B. Terjemah Hadits
Dari Jabir bin Samurah, ia berkata : saya duduk – duduk bersama Rasulullah SAW lebih dari seratus kali, sahabat – sahabatnya saling membaca Syair dan menyebut – nyebut kejadian – kejadian dimasa jahiliyah, Rasulullah diam dan kadang – kadang tersenyum bersama mereka.[1]
C.  Mufrodat
جا لست                  saya duduk
ا كثر                      lebih banyak
ما ىة مر ة              seratus kali
سا كت                   diam
D. Biografi Perawi
Nama lengkapnya adalah Jabir bin Samurah As – Sawa’i Al – Madari, beliau adalah seorang sahabat seorang sahabat yang dijuluki dengan Abu Abdullah. Ibunya bernama Kholidah binti Abu Waqash, saudara kandung Saad dan Uthbah, beliau wafat pada masa kholifah Abdul Malik bin Marwan.[2]
E. Keterangan Hadits
Dalam hadits diatas dijelaskan bahwa Jabir bin Samurah bersama Rasulullah SAW dan sahabat – sahabatnya yang lain sering duduk-duduk bersama dengan tujuan untuk memperluas kajian tema secara bermusawarah disuatu majlis, dan biasanya mereka bermusawarah didalam masjid. Mereka saling bertukar pikir dengan dimulai membaca syair – syair dan mengingan kembali masa lampau yaitu masa jahiliyah yang dijadikan sebagai inspirasi untuk mengubah dan memperbaiki pendidikan moral dan akhlak manusia, sehingga akan terbentuk masyarakat yang berilmu dan berakhlaqul karimah.
F. Aspek Tarbawi
Dari hadits tersebut maka dapat diambil nilai – nilai pendidikannya, yakni diantaranya adalah :
1.      Setiap pendidik hendaklah bersikap arif dan bijaksana dalam bertindak.
2.      Saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain saat berdiskusi.
3.      Menjadikan masjid sebagai lembaga pendidikan informal di lingkungan masyarakat.
4.      Dengan melihat sejarah dimasa lampau setiap manusia dapat mengambil hikmah untuk memotivasi kehidupannya kearah yang lebih baik.






BAB III
PENUTUP

Masjid bukanlah semata-mata sebagai suatu simbol kemegahan dan keberadaan umat islam tidak memberi pengaruh kepada lingkungan kehidupan kaum muslimin, tetapi masjid merupakan persoalan yang menyangkut kehidupan umat islam. Selain dijadikan sebagai tempat berkumpulnya kaum muslimin untuk melakukan sholat berjamaah dan ibadah lainnya sekaligus sebagai sarana untuk komunikasi antar jamaah, masjid juga digunakan sebagai tempat untuk memperluas kajian kaum muslimin.
Dengan demikian masjid juga berperan dalam pembentukan masyarakat sehingga dapat terwujud suatu generasi muslim yang cerdas, berilmu, bermoral, serta berakhlak mulia.











DAFTAR PUSTAKA

Ahlul Hadits. Word Press.com/2007/10/11 sahabat-nabi-lainnya

At – Tirmidzi. Jilid IV
Usman, Ali. 1997. Hadits Qudsi Pola Pembinaan Akhlak. Bandung : CV. Diponegoro
Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi – dimensi pendidikan Islam. Yogyakarta : Sukses Offset


[1] Sunan At-Tirmidzi, Jilid 4, no. hadits 3008, hlm. 446
[2] Ahlul Hadits. Word Press. Com/2007/10/11/sahabat-nabi-lainnya (diakses 2012/02/20)