LEMBAGA PENDIDIKAN : MASJID
(MEMPERLUAS KAJIAN DAN MENJAGA KEHORMATAN MASJID)
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas :
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.I
Disusun Oleh :
Subur Mukti Wibowo
(2021 111 063)
Kelas F
Tarbiyah PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
TAHUN 2013
PENDAHULUAN
Masjid merupakan tempat beribadah
utama umat islam. Pada zaman Rasulullah masjid bukan hanya sarana sebagai
tempat beribadah melainkan juga sebagai tempat untuk sarana pendidikan, dakwah,
dan politik. Peranan masjid sangat penting bagi umat islam karena masjid
merupakan tempat bersatunya umat islam.
Masjid pada zaman terdahulu
merupakan tempat berkumpulnya para alim ulama dalam membahas suatu
permasalahan. Masjid juga sebagai sarana dakwah yang sangat baik untuk menarik simpati
orang-orang non-muslim. Oleh karena itu di dalam makalah ini kami akan membahas
untuk melestarikan fungsi dan keutaman di dalam masjid. Pada akhir pembahasan ini diharapkan tercapai deskripsi tentang
peranan dan fungsi masjid secara detail.
PEMBAHASAN
A. Materi
Hadits
1. Memperluas Tema Kajian di Masjid
حدثنا على بن حجر, اخبرنا شريك عن سما ك, عَنْ جَابِر بن سَمُرة قَال : {
جَالَسْتُ النَّبِي صلى الله عليه وسلم أَكْثَرَ مِنْ ِمائَة مَرَّة فِي الْمَسَجِدِ يَجْلِسُ
أَصْحَابُهُ يَتَنَاشَدُوْنَ الشِّعْرَ وَرُبَّمَا تَذَاكَرُوْا أَمْرَ
الْجَاهِلِيَّة فَيَبْتَسِمُ النَّبِيُ صَلى الله عليه وسلم مَعَهُمْ} (وراه التر
مذي فى الجامع, كتاب الأدب عن رسول الله, باب ما جاءفي إنشاد الشعر, (رواه
الطبراني في الكبير,۲ / ۲۳۷) [1]
2. Menjaga Kehormatan dan Fungsi Masjid
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: { يَأْتِيْ عَلَى النَّاسِ زَمَانُ
يَتَحَلَّقُوْنَ فِى مَسَاجِدِ هِمْ وَلَيْسَ هِمَّتُهُمْ إِلاَّ الدُّنْيَا
لَيْسَ الله فِيْهِمْ حَاجَةَ فَلاَ تُجَاِلسُ هُمْ }. (رواه الحاكم فى المستدرك,
هذالا حديث صحيع الإسنادولم يخرجاه)
B. Terjemah
Hadits
1. Memperluas Tema Kajian di Masjid
Dari sahabat Jabir bin
Samurah beliau berkata “suatu ketika aku duduk bersama Nabi Muhammad SAW di
dalam masjid lebih dari seratus kali dan bersamanya dengan para sahabatnya
mereka telah melantunkan sebuah syair – syair dan terkadang para sahabat selalu
mengingat permasalahan – permasalahannya kaum jahiliyah kemudian nabi tersenyum
kecil bersama para sahabatnya.Hadits diriwayatkan dari Imam Thirmidzi.
2. Menjaga Kehormatan dan Fungsi Masjid
Dari Anas bin Malik r.a
berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Kan datang suatu zaman manusia duduk
melingkar di masjid-masjid mereka dan tidak ada yang mereka inginkan kecuali
dunia. Tidak ada Allah dalam keinginan. Maka janganlah kamu duduk bersama
mereka”.
C. Mufrodat
1. Memperluas Tema
Kajian di Masjid
Indonesia
|
Arab
|
Indonesia
|
Arab
|
Sya’ir
|
الشِّعْرَ
|
Suatu
ketika aku duduk
|
جَالَسْتُ
|
Dan
terkadang
|
وَرُبَّمَا
|
Lebih
(banyak)
|
أَكْثَرَ
|
Para
sahabat selalu mengingat
|
تَذَاكَرُوْا
|
Seratus
kali
|
ِمائَة مَرَّة
|
Permasalahan
|
أَمْرَ
|
Duduk
|
يَجْلِسُ
|
Kaum
Jahiliyah
|
الْجَاهِلِيَّة
|
Beberapa
sahabat
|
أَصْحَابُهُ
|
Maka
tersenyum
|
فَيَبْتَسِمُ
|
Mereka
telah melantunkan
|
يَتَنَاشَدُوْنَ
|
2. Menjaga
Kehormatan dan Fungsi Masjid
Indonesia
|
Arab
|
Indonesia
|
Arab
|
Yang
mereka inginkan
|
هِمَّتُهُمْ
|
Akan
datang
|
يَأْتِيْ
|
Kecuali
dunia
|
إِلاَّ الدُّنْيَا
|
Kepada
manusia
|
عَلَى النَّاسِ
|
Keinginan
|
حَاجَةَ
|
Suatu
zaman
|
زَمَانُ
|
Maka
jangan kamu duduk
|
فَلاَ تُجَاِلسُ
|
Duduk
melingkar
|
يَتَحَلَّقُوْنَ
|
|
|
Dan
tidak ada
|
وَلَيْسَ
|
D. Biografi
Perowi
1. Imam At-Tirmizi
Imam al-Tirmizi
memiliki nama lengkap Abu ‘Isa Muhammad ibn
Saurah ibn Musa ibn al-Dahhak al_sulami al-Bugi al-Tirmizi. Namun beliau lebih
popular dengan nama Abu ‘Isa.
Dalam hal ini, penyebutan Abi Isa adalah untuk membedakan al-Tirmizi dengan
ulama lain. Adapun nisbah yang melekat dalam nama al-Tirmizi, yakni al-Sulami,
dibangsakan dengan bani Sulaim, dari kabilah Ailan. Sementara al-Bugi adalah
nama tempat dimana al-Tirmizi wafat dan dimakamkan. Sedangkan kata al-Tirmizi,
sebuah kota ditepi sungai Jihun di Khurasan, tempat al-Tirmizi dilahirkan.
Tokoh besar al-Tirmizi lahir pada tahun 209 H dan wafat pada malam senin
tanggal 13 Rajab tahun 279 H di desa Bug dekat kota Tirmiz dalam keadaan buta.
Al-Tirmizi banyak mencurahkan hidupnya untuk menghimpun dan
meneliti hadits. Beliau melakukan perlawatan keberbagai penjuru negeri, antara
lain: Hijaz, Hurasan, dan lain-lain. Diantara ulama yang menjadi gurunya
adalah: Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Rahawih, Muhammad bin Amru, Mahmud bin
Gailan, Ismail bin Musa al- Farazi, Abu Mus’ab al-Zuhri, dan masih banyak lagi
yang lainya. Adapun murid-muridnya adalah: Abu Bakar Ahmad bin Ismail
al-Samarqandi, Abu Hamib Ahmad ibn Abdullah, Ibn Yusuf al-Nasafi, dan
lain-lain.
Di antara karya al-Tirmizi yang paling monumental adalah kitab al-Jami’
al-Sahih atau Sunan al-Tirmizi, sementara kitab yang lain seperti: al-Zuhud
dan al-Asma’wa al-Kuna kurang begitu dikenal dikalangan masyarakat
umum.[2]
2. Imam Malik
Imam Malik memiliki nama lengkap Abu Abdullah Malik ibn Anas ibn
Malik ibn Abi Amir ibn Amr ibn al-Haris ibn Gaiman ibn Husail ibn Amr ibn
al-Harits al-Asbahi al-Madani. Kunyah-nya Abu Abdullah, sedang laqab-nya
al-Asbahi, al-Madani, al-Faqih, al-Imam Dar al-Hijrah, dan al-Humairi.
Imam Malik dilahirkan di kota Madina, dari sepasang suami istri
Anas bin Malik dan Aliyah binti Suraik, bangsa ArabYaman. Ayah Imam Malik bukan
Anas Bin Malik sahabat Nabi, tetapi seorang tabiin yang sangat minim
informasinya.
Tentang tahun kelahiranya, terdapat perbedaan dikalangan para
sejarahwan. Ada yang mengatakan 90H, 93H, 94H dan ada pula yang mengatakan 97H.
Tetapi mayoritas sejarawan mengatakan beliau lahir pada tahun 93H pada masa
kalifah Sulaiman bin Abdul Malik ibn Marwan dan meninggal tahun 179H.
Imam Malik menikah dengan seorang hamba yang melahirkan 3 anak
laki-laki (Muhammad, Hammad, dan Yahya) dan seorang perempuan (Fatimah yang
berjuluk Umm al-Mu’minin). Menurut Abu Umar, Fatimah termasuk diantara
anak-anaknya yang dengan tekun dan mempelajari serta hafal dengan baik Kitab al-Muwaatta’.
Diantara ulama yang menjadi gurunya adalah: Rabi’ah bin Abi Abdurrahman Furuh
al-Madani, Ibnu Hurmus Abu Bakar bin Yazid, Ibnu Syihab al-Zuhri dan lain-lain.
Adapun murid-muridnya adalah: Sufyan al-Sauri, al-Lais bin Sa’id, Hammad ibn
Sa’id dan lain-lain
Di antara karya Imam Malik adalah: al-Muwatta’, Kitab ‘Aqdiyah,
Kitab Nujum, Kitab Manasik, Ahkam al-Qur’an, Tafsir al-Qur’an, dan
lain-lain. Namun, dari beberapa karya tersebut yang sampai kepada kita hanya
dua yaitu: al-Muwatta’ dan al-Mudawwanah al-Kubra.[3]
E. Keterangan
Hadits
1.
Memperluas Tema Kajian di Masjid
Al-Tirmizi mengatakan, “Hadits ini Hasan Shahih” hadits ini
menyatakan, bahwa para sahabat pernah memperkatakan syair di dalam masjid di
hadapan Rasulluhah SAW sendiri.
Karena hadits-hadits yang berhubungan dengan urusan bersyair
didalam masjid berlawanan, maka diantara mujahidin terjadi perbedaan pendapat.
Ibnu Arabi mengatakan, “Tidak mengapa bersyair didalam Masjid, sekiranya
syair-syair tersebut mengandung pujian kepada Allah.”[4]
Ibnu Katsir berkata, “Masjid adalah tempat yang paling disukai oleh
Allah SWT di muka bumi ini. Itulah rumah-Nya, sebuah rumah untuk menyembah-Nya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Di Rumah-rumah-Nya, Allah SWT mengizinkan
untuk dikumandangkan dan dilantunkan nama-nama-Nya. (Qs. An-Nur:24) ayat ini
menjelaskan yakni sebuah perintah untuk mensucikannya dari kotoran, permainan
serta perbuatan yang tidak layak untuk dilakukan di dalam masjid.[5]
2. Menjaga Kehormatan dan Fungsi Masjid
Fungsi
masjid dan eksistensi islam diantaranya:
a) Masjid adalah
tempat ibadah dan tempat untuk melaksanakan syiar-syiar agama.
b) Masjid menjadi
tempat belajar dan mengajar yang nyaman.
c) Masjid menjadi
benteng pertahanan kaum muslimin dalam kehidupan umat islam.
d) Masjid memiliki
peranan yang sangat penting didalam kehidupan umat islam. Hal tersebut
disebabkan pondasi keagamaan mereka yang sangat kokoh.[6]
F. Aspek
Tarbawi
1. Masjid
merupakan tempat yang beribadah umat islam yang utama.
2. Masjid sebagai
sarana penyebaran agama islam yang utama.
3. Sebagai generasi
penerus muslim kita dituntut untuk menjaga dan merawat masjid.
4. Menghormati
syiar-syiar Allah dan tempat ibadahnya.
5. Masjid
dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul untuk musyawarah, diskusi dan pertemuan
lainya.
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai generasi
penerus islam sudah selayaknya kita untuk menjaga dan melestarikan masjid
sebagai tempat utama dalam penyebaran agama islam. Berbagai hadits telah banyak
mengajarkan kepada kita tentang fungsi dan kegunaan masjid. Masjid memiliki
peranan yang sangat penting didalam kehidupan umat islam. Hal tersebut
disebabkan pondasi keagamaan mereka yang sangat kokoh dalam ibadah. Masjid
menjadi tempat belajar dan mengajar yang nyaman dan bukan untuk tempat
bersendau gurau dan bermalas-malasan.
DAFTAR PUSTAKA
التر مذي فى الجامع,
كتاب الأدب عن رسول الله, باب ما جاءفي إنشاد الشعر, (رواه الطبراني في الكبير,۲ /
۲۳۷)
Abdullah bin Abdurrahman, Al Bassam. 2006. Syarah Bulughul Maram,
Cet. Ke-1. Jakarta: Pustaka Azam.
Ash-Shiddieqy,
Muhammad Hasbi. 2011. Koleksi Hadits-Hadits Hukum. Semarang: PT. Pustaka
Riski Putra.
Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushulluddin IAIN Sunan Kali Jaga
Yogyakarta. 2009. Studi Kitab Hadits. Yogyakarta: Teras.
[1] التر مذي فى الجامع, كتاب الأدب عن رسول الله, باب ما
جاءفي إنشاد الشعر, (رواه الطبراني في الكبير,۲ / ۲۳۷)Juz 8 h .142
[2] Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushulluddin IAIN Sunan Kali Jaga
Yogyakarta, Studi Kitab Hadits, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 104-107.
[3] Ibid., h. 56.
[4] Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadits-Hadits Hukum, (Semarang:
PT. Pustaka Riski Putra, 2011), h. 528.
[5] Al Bassam, Abdullah bin Abdurrahman, Syarah Bulughul Maram,
Cet. Ke-1 (Jakarta: Pustaka Azam, 2006), h. 102-103.
[6] Ibid., h.94.