Laman

new post

zzz

Jumat, 15 Februari 2013

F1-4 Resti latifun N.: Teladan dari Pemimpin Rumah Tangga

MAKALAH
LEMBAGA PENDIDIKAN RUMAH TANGGA
(Teladan dari Pemimpin Rumah Tangga)
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Hadis Tarbawi II
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron, M.S.I



Disusun Oleh :
Resti Latifun Nisa         2021 111 019
                   Kelas : F
           




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
            Setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi orang yang berkembang secara sempurna. Mereka menginginkan anak yang dilahirkan itu kelak menjadi orang yang sehat, kuat, berketerampilan, cerdas, pandai, dan beriman. Bagi orang Islam, beriman itu adalah beriman secara Islam. Dalam taraf yang sederhana, orang tua tidak ingin anaknya lemah, sakit-sakitan, penganggur, bodoh dan nakal. Pada tingkat yang paling sederhana, orang tua tidak menghendaki anaknya nakal dan menjadi penganggur. Dan terakhir, pada taraf paling minimal ialah jangan nakal. Karena kenakalan akan menyebabkan orang tua mendapat malu dan kesulitan.















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Materi Hadis tentang Teladan dari Pemimpin Rumah Tangga

- حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا صَالِحٌ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ قَالَ كَانَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ إِذَا أَشْفَى عَلَى خَتْمِ الْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ بَقَّى مِنْهُ شَيْئًا حَتَّى يُصْبِحَ فَيَجْمَعَ أَهْلَهُ فَيَخْتِمَهُ مَعَهُمْ .
(رواه الدارمي فى السنن ,كتاب فضا ئل القران ,باب فى ختم القران)[1]
B.     Tarjamah Hadis

“Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Shalih dari Tsabit Al Bunani ia berkata; Apabila Anas bin Malik hampir mengkhatamkan Al Qur'an di malam hari, ia menyisakan sedikit dari Al Qur'an hingga waktu pagi. Lalu ia mengumpulkan keluarganya, kemudian ia mengkhatamkan Al Qur'an bersama mereka”. (HR. Ad-Darimi)

C.     Mufrodat

Indonesia
Arab
Indonesia
Arab
di malam hari
بِاللَّيْلِ
dari Tsabit Al Bunani
عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ
Menyisakan
بَقَّى
Berkata

قَالَ
Sedikit darinya
مِنْهُ شَيْئًا
Ada

كَانَ
Hingga waktu pagi
حَتَّى يُصْبِحَ
Anas bin Malik
أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ
Mengumpulkan
فَيَجْمَعَ
Apabila
إِذَا
Keluarganya
أَهْلَهُ
Hampir
أَشْفَى
Mengkhatamkan

فَيَخْتِمَهُ
Mengkhatamkan Al Qur'an
عَلَى خَتْمِ الْقُرْآنِ
Bersama
مَعَهُمْ



D.    Biografi Rawi (Pertama)/Mukharij

            Tsabit al-Bunani, lengkapnya Tsabit bin Aslam al-Bunani al-Bashri Abu Ahmad, adalah seorang tabi’in yang mulia, zuhud, dan ahli ibadah. Nama dan laku hidupnya (sirah) turut mengisi cakrawala para ‘abid yang selalu menghidupkan malam-malam mereka dengan ta’abud kepada Allah SWT dan menempuh jalan ketakwaan.
            Tsabit al-Bunani selalu menyerahkan dirinya kepada Tuhannya. Ia selalu rindu dengan shalat dan sujud di hadapan Allah SWT, sehingga ia tidak lagi memiliki keinginan apapun dari materi dunia. Tidak ada yang dijadikan sebagai tujuan hidupnya kecuali shalat, dzikir, dan menyebarluaskan hadis Nabi SAW.
            Tsabit al-Bunani selalu meneguhkan hatinya dengan berdo’a kepada Allah SWT agar jangan mengharamkan dirinya menikmati kelezatan sujud dihadapan-Nya, juga kelezatan shalat sampai di dalam kuburnya sekalipun. Dalam hidupnya, ia telah berguru dan nyantri pada anas bin malik selama empat puluh tahun dan termasuk orang yang paling banyak ibadahnya diantara penduduk Bashrah.
            Anas menuturkan, “Setiap kebajikan itu memiliki pintu. Tsabit bin Aslam termasuk salah satu pintu kebajikan.” Ia meninggal tahun 127 H.[2]
             Ad darimy ialah Abu Muhammad ‘Abdullah ibn ‘Abdur Rahman ibn al Fadl ibn Bahran at Tamimy ad Darimy, seorang hafidh besar, pengarang al musnad dan salah seorang dari imam-imam hadis yang terkemuka.
            Beliau meriwayatkan hadis dari Yazid ibn harun, Marwan ibn Muhammad, An Nadir ibn Syumail, Said ibn Amir adl Dlab’y, Ja’far ibn ‘Aun, Zaid ibn Yahya ibn Ubaid ad Dimasyqy, dan dari sejumlah ulama yang lain.
            An Nawawy berkata, “Ad Darimy adalah salah seorang penghafal hadis yang yang menjadi kebanggaan ummat Islam di masanya yang sukar dicari tandingannya”. Di antara hasil karyanya ialah, kitab yang terkenal dengan nama Musnad Ad Darimy.
            Beliau dilahirkan pada tahun 181 H dan wafat pada tahun 255 H dikebumikan pada hari ‘Arafah yang kebetulan jatuh pada hari jum’at pula.[3]

E.     Keterangan Hadis
                                Anas bin Malik memiliki kebiasaan apabila telah mendekati kekhataman dalam membaca al-Qur’an, beliau menyisakan beberapa ayat untuk mengajak keluarganya guna mengkhatamkan al-Qur’an bersama.
“Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Shalih dari Tsabit Al Bunani ia berkata; Apabila Anas bin Malik hampir mengkhatamkan Al Qur'an di malam hari, ia menyisakan sedikit dari Al Qur'an hingga waktu pagi. Lalu ia mengumpulkan keluarganya, kemudian ia mengkhatamkan Al Qur'an bersama mereka”. (HR. Ad-Darimi)        
                        Hikmah yang dapat dipetik dari hadis di atas adalah bahwa ketika mengkhatamkan al-Qur’an merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa kepada Allah. Dengan mengumpulkan seluruh anggota keluarga, akan dapat memberikan berkah kepada seluruh anggota keluarga. Karena semuanya berdoa secara bersamaan kepada Allah dengan mengharap rahmat dan berkah dari-Nya.[4]
            Dalam lingkup keluarga, orang tualah yang menjadi pendidik pertama dan utama. Kaidah ini ditetapkan secara kodrati; artinya orang tua tidak dapat dapat berbuat lain, mereka harus menempati posisi itu dalam keadaan bagaimanapun juga. Karena mereka ditakdirkan menjadi orang tua dari anak yang dilahirkannya. Oleh karena itu, mereka mau tidak mau mereka harus menjadi penanggung jawab pertama dan utama.[5]           
            Ada pendapat berbeda tentang pendidikan dalam keluarga, yaitu tentang pemberian kebebasan kepada anak. Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya sejak permulaan diberikan kebebasan maksimal kepada anak. Dalam hal ini faktor pendidikan kepada anak sudah berakhir sebelum anak itu dewasa. Dalam kenyataan terbukti bahwa keluarga yang menerapkan pendidikan keluarga dapat menghasilkan pribadi-pribadi anak yang menjadi baik. Pendidikan dalam Keluarga dapat memberikan pengaruh besar terhadap karakter anak. Sebab itu kunci utama untuk menjadikan pribadi anak menjadi baik yang terutama terletak dalam pendidikan dalam keluarga.
            Dan karakter yang ditumbuhkan adalah faktor yang amat penting dalam kepribadian anak, karena banyak mempengaruhi prestasi dalam berbagai bidang. Ilmu pengetahuan dan kemampuan teknik adalah penting untuk pencapaian keberhasilan, tetapi tidak akan mampu mencapai hasil maksimal kalau tidak disertai karakter. Hal itu terutama karena pada waktu ini faktor karakter kurang menjadi perhatian dalam penyelenggaraan pendidikan. Ini semua harus menjadi salah satu hasil penting usaha pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, pendidikan sekolah maupun pendidikan dalam masyarakat. Akan tetapi karena pendidikan pada anak paling dulu dimulai dalam pendidikan dalam keluarga, maka pendidikan dalam keluarga yang seharusnya memberikan dasar yang kemudian diperkuat dan dilengkapi dalam pendidikan sekolah dan pendidikan dalam masyarakat.[6]
F.      Aspek Tarbawi
Ø  Keluarga merupakan salah satu lembaga pendidikan pertama bagi anak sebelum memasuki dunia sekolah dan masyarakat.
Ø  Pendidikan  keluarga  memberikan pengaruh besar terhadap karakter anak.
Ø  Sebagai pendidik dalam pendidikan rumah tangga (ayah dan ibu) bertanggung jawab  penuh terhadap perkembangan anak.
Ø  Keluarga harus mampu memberikan pendidikan dan tauladan yang baik bagi anak.
Ø  Pemimpin rumah tangga harus menentukan dan meluangkan waktunya untuk membaca al-Qur’an bersama keluarga.




















BAB III
PENUTUP
            Pendidikan dalam keluarga menjadi tanggung jawab bagi orang tua, dimana peran keduanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Sebagai pendidik dalam keluarga selayaknya orang tua mampu memberikan pendidikan dan tauladan yang baik bagi anaknya. Karenanya pendidikan pada anak paling dulu dimulai dalam pendidikan keluarga, maka pendidikan dalam keluarga seharusnya mampu memberikan dasar yang kemudian diperkuat dan dilengkapi dalam pendidikan sekolah dan pendidikan dalam masyarakat.
















DAFTAR PUSTAKA
          ad-Darimi, Sunan darimi. tt. Kitab Fadhoilil Qur’an bab. Mengkhatamkan Qur’an.
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasby. 1997. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
Tafsir, Ahmad. 1991. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,



[1] Ad darimi, Sunan ad-Darimi Kitab  Fadhoilil Qur’an Bab Mengkhatamkan Qur’an , jilid 1-2, tt, hlm. 368
[3] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1997), hlm. 301-302
[5] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 155