Nama
Majlis Ta’lim : Majlis Qiro’ati
Pengasuh/pembicara : Drs. KH. Khumaedy
Hari/tanggal : Ahad, 22 April 2012
Waktu :
07.00-09.00
Alamat : Jl. Yudha Bakti, Medono, Pekalongan
Tema : Keutamaan Belajar dan
Mengajarkan Al-quran
Dalam kitab Shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah
hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad
bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu
Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
خَيْرُكُمْ
مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan
mengajarkannya.”
Dalam hadits di atas, terdapat dua amalan yang dapat membuat
seorang muslim menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya sesama muslim
lainnya, yaitu belajar Al-Qur`an dan mengajarkan Al-Qur`an. Tentu, baik
belajar ataupun mengajar yang dapat membuat seseorang menjadi yang terbaik di
sini, tidak bisa lepas dari keutamaan Al-Qur`an itu sendiri. Al-Qur`an
adalah kalam Allah, firman-firman-Nya yang diturunkan kepada Nabi-Nya melalui
perantara Malaikat Jibril Alaihissalam. Al-Qur`an adalah sumber pertama dan
acuan utama dalam ajaran Islam.
Maksud dari belajar Al-Qur`an di sini, yaitu mempelajari
cara membaca Al-Qur`an. Bukan mempelajari tafsir Al-Qur`an, asbabun nuzulnya,
nasikh mansukhnya, balaghahnya, atau ilmu-ilmu lain dalam ulumul Qur`an.
Meskipun ilmu-ilmu Al-Qur`an ini juga penting dipelajari, namun hadits ini
menyebutkan bahwa mempelajari Al-Qur`an adalah lebih utama. Mempelajari
Al-Qur`an adalah belajar membaca Al-Qur`an dengan disertai hukum tajwidnya,
agar dapat membaca Al-Qur`an secara tartil dan benar seperti ketika Al-Qur`an
diturunkan. Karena Allah dan Rasul-Nya sangat menyukai seorang muslim yang
pandai membaca Al-Qur`an. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
الْمَاهِرُ
بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ
الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ . (متفق
عليه)
“Orang yang pandai membaca Al-Qur`an, dia bersama para
malaikat yang mulia dan patuh. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur`an dengan
terbata-bata dan berat melafalkannya, maka dia mendapat dua pahala.” (Muttafaq
Alaih)
Dan dalam Al-Qur`an disebutkan perintah Allah Subhanahu wa
Ta’ala untuk membaca Al-Qur`an dengan tartil,
ورتل
القرءان ترتيلا . (المزمل : (4)
“Dan bacalah Al-Qur`an dengan setartil-tartilnya.”
(Al-Muzzammil: 4)
Al Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman
126-127 berkata: [Maksud dari sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkan
kepada orang lain" adalah, bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang
mengikuti dan meneladani para rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri
dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang
terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain.
“Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir
melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan
rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an,
tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat
lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (Riwayat Bukhari &
Muslim)
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah
seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang
mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau sedang
rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah
seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang
munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau
sedang rasanya pahit.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, Allah
memakaikan pada kedua orang tuanya di hari kiamat suatu mahkota yang sinarnya
lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di dunia. Maka bagaimana
tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.” (Riwayat Abu Dawud)
Adapun maksud dari mengajarkan Al-Qur`an, yaitu mengajari
orang lain cara membaca Al-Qur`an yang benar berdasarkan hukum tajwid.
Sekiranya mengajarkan ilmu-ilmu lain secara umum atau menyampaikan sebagian
ilmu yang dimiliki kepada orang lain adalah perbuatan mulia dan mendapatkan
pahala dari Allah, tentu mengajarkan Al-Qur`an lebih utama. Bahkan ketika
Sufyan Ats-Tsauri ditanya, mana yang lebih utama antara berjihad di jalan Allah
dan mengajarkan Al-Qur`an, dia mengatakan bahwa mengajarkan Al-Qur`an lebih
utama. Ats-Tsauri mendasarkan pendapatnya pada hadits ini.
Namun demikian, meskipun orang yang belajar Al-Qur`an adalah
sebaik-baik orang muslim dan mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain juga
sebaik-baik orang muslim, tentu akan lebih baik dan utama lagi jika orang
tersebut menggabungkan keduanya. Maksudnya, orang tersebut belajar cara membaca
Al-Qur`an sekaligus mengajarkan kepada orang lain apa yang telah dipelajarinya.
Dan, dari hadits ini juga dapat dipahami, bahwa orang yang mengajar Al-Qur`an
harus mengalami fase belajar terlebih dahulu. Dia harus sudah pernah belajar
membaca Al-Qur`an sebelumnya. Sebab, orang yang belum pernah belajar membaca
Al-Qur`an, tetapi dia berani mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain, maka apa
yang diajarkannya akan banyak kesalahannya. Karena dia mengajarkan sesuatu yang
tidak dia kuasai ilmunya.
Mengetahui
Saksi I
Saksi II
Maria Rosyida Shilfiana
(2021110088)
(2021110054)