Laman

new post

zzz

Kamis, 04 April 2013

f8-4 fatkhurrohmah: HUBUNGAN MANUSIA DG DIRINYA



MAKALAH
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN DIRINYA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas :
Mata Kuliah               :  Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu      :  Ghufron Dimyati, M.S.I











Disusun Oleh :
FATKHU ROHMAH
NIM. 2021 111 307
Kelas   F


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2013



BAB I
PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk yang di ciptakan Allah mempunyai kewajiban berhubungan terhadap Tuhannya. Dalam agama islam tidak hanya mengajarkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya saja, akan tetapi juga mengajarkan tentang hubungan manusia dengan orang lain juga dengan dirinya sendiri. Disini akan dijelaskan bagaimana hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, tetapi bukan berarti manusia hanya disibukkan dengan kehidupannya sendiri tanpa memikirkan hal lain.
Dan di sini di jelaskan bahwa Rosulullah saw menyuruh kepada seluruh umat islam untuk melaksanakan kewajiban dan sunnahnya.
Di dalam makalah ini akan dijelaskan lenbih lanjut antara hubungan manusia dengan dirinya.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Materi Hadits
عَنْ عَا ئِشَةَ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ إِلَى عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُونٍ فَجَهُ فَقَالَ يَا  عُشْمَانُ أَرَغِبْتَ عَنْ سُنَّتِي قَالَ لَا وَاللهِ يَا رَسُولَ اللهِ وَلَكِنْ سُنَّتَكَ أَطْلُبُ قَالَ فَإِنِّي أَنَامُ وَأُصَلِّي وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأَنْكِحُ النِّسَاءَ فَاتَّقِ اللهَ يَا عُثْمَانُ فَإِ نَّ لِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقَّا وَإِنَّ لِضَيْفِكَ عَلَيْكَ حَقَّ وَإِنَّ لِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقَّا فَصُمْ وَأَفْطِرْ وَضَلِّ وَنَمْ . (رواه أبو داود فى السنن, كتاب الصلاة, باب ما يؤمر به من القصد في الصلاة)

B.     Terjemah Hadits
Dari Aisyah r.a: “ Bahwa Nabi pernah mengutus seorang kepada usman bin madz’un melalui utusan itu beliau bertanya: “Hai usman, apakah engkau tidak menyukai sunnahku?” jawabnya: “tidak, Demi Allah hai Rosulullah, sunnah engkaulah yang saya cari”. Sabda beliau: “sesungguhnya aku tidur, aku shalat, aku berpuasa, aku berbuka dan aku menikahi wanita”.Bertakwalah kepada Allah hai usman, karena kamu punya kewajiban terhadap keluargamu, tamumu, dan punya kewajiban terhadap dirimu. Sebab itu berpuasalah dan berbukalah, shalatlah dan tidurlah.[1]

C.    Mufrodat
Cari                 : أَطْلُبُ
Tidur               : أَنَامُ
Berbuka           : وَأُفْطِرُ
Mengutus        : بَعَثَ
Keluargamu        لِاَهْلِك :
Tamumu             لِضَيْفِكَ :        
Hak/kewajiban    حَقَّأ :
Dirimu sendiri     لِنَفْسِك :
Perempuan       :             النِّسَاءَ

D.    Biografi Rowi
Aisyah nama lengkapnya adalah Aisyah Abu Bakar Abdillah bin Abu Qunafah Ustman Akair bin Amr bin Ka’ab bin Said bin Tam bin murrah bin Kaib lu’ay al-Quraisyiyah At-taimiyah Al-malikiyah. Aisyah adalah isteri Nabi saw puteri Abu Bakar Ash Sidik, ibunya bernama Ummu Ruman Amr Ibn Umaimir Al Kinayah. Nabi Muhammad saw menikahi Aisyah ketika usia 6 tahun. dan berkumpul dengannya di Madinah pada bulan Syawal sekembali dari perang Badar tahun 2 Hijriyah, ketika dia berumur 9 tahun. Nabi meninggal ketika Aisyah berumur 18 tahun. Aisyah adalah seorang wanita yang paling luas ilmunya dan paling ahli di bidang fiqh. Diriwayatkan darinya sebanyak 120 hadits.[2]
Beliau meriwayatkan 2.210 hadits Al Bukhari dan Muslim menyepakati sejumlah 140 hadits. Beliau menerima hadits dari nabi saw dan dari pada sahabat. Diantaranya ialah ayahanda beliau sendiri, Umar bin Hamzah Ibn Al-Aslam, Sa’ad Ibn Abi Waqqash, Fatimah Az-Zahrah. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh banyak sahabat dan tabi’in. Sanadnya yang paling shahih adalah yang diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id dan Ubaidullah bin Umar bin Hafshir, dan Al-Qasim bin Muhammad. Menurut Az-Zuhry, Aisyah memiliki ilmu yang lebih unggul dibanding dengan istri rosul yang lain.
Aisyah adalah orang yang keempat diantara tujuh orang sahabat yang banyak meriwayatkan hadits. Beliau wafat pada bulan ramadhan sesudah malakukan sholat witir pada tahun 58 H atau 688 M.[3]

E.     Keterangan Hadits
Apabila engkau menginginkan melakukan sunnahnya maka lakukanlah menurut kemampuanmu. Apabila engkau mampu untuk mengerjakannya maka wajib bagimu di antaranya melakukan puasa apabila kita tidak mampu melakukannya maka berbukalah dan makanlah. Karena itu semua akan menambah kecintaan kita dan menunjukkan kesayangannya kepadanya dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka akan dimulyakan dari kekurangannya. Dan sunah rosullah yang kita cari agar mendapatkan syafaatnya. Dan perintah – perintahnya itu yang harus kita jalankan.

F.     Aspek Tarbawi
Rosulullah SAW melarang kita untuk berlebih-lebihan dalam bekerja sampai-sampai lupa kepada diri sendiri, keluarga,  maupun orang lain seperti tamu, kerabat, saudara dan lain-lain. Seharusnya kita memperhatikan mereka semua karena sesungguhnya dari merekalah bantuan terdekat apabila mendapat musibah. Akan tetapi yang terjadi saat ini justru malah sebaliknya. Orang-orang sudah terlalu sibuk bekerja mencari nafkah sehingga lupa kalau sebenarnya masih punya keluarga, kerabat, saudara, dan tetangga. Seperti yang terjadi di kota-kota metropolitan, banyak sekali orang-orang yang brkerja dari pagi hari sampai larut malam  sehingga waktu untuk keluarga dan sekitar hampir semua tersita untuk bekerja.
Rosulullah juga menganjurkan kita untuk bersikap adil dalam memanfaatkan waktu. Bekerja sesuai dengan waktunya, berinteraksi dengan keluarga sesuai kebutuhannya, dan menggunakan waktu untuk berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan kebutuhannya. Karena waktu yang sudah terlewatkan tidak akan kembali lagi. Alangkah baiknya dimulai dari sekarang kita manfaatkan waktu sebaik-baiknya agar lebih adil antara waktu untuk diri sendiri, waktu untuk keluarga maupun waktu untuk kerabat  atau orang lain di sekitar. Dan untuk menambah keimanan kita supaya lebih bertakwa kepada allah.



















PENUTUP

Di  dalam hadits ini mengajarkan manusia agar bisa membagi waktu dan kegiatannya sebaik mungkin. Boleh saja memenuhi kebutuhan diri sendiri asalkan tidak melupakan kebutuhan orang-orang disekitarkan, seperti keluarga, tamu, anak, istri, suami, tetangga, dan orang lain yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia tersebut.
Rasulullah juga mengajarkan untuk tidak berlebihan dalam melakukan sesuatu, begitu pula dalam hal ibadah. Walaupun ibadah itu sangat dianjurkan, tapi bila tidak sesuai dengan kebutuhan dan menjadikan lupa terhadap orang-orang disekitarnya itu juga kurang baik.
Pada intinya hubungan manusia dengan dirinya itu memang sangat penting akan tetapi harus tetap melihat hal-hal disekitarnya, harus proporsional dalam melakukan kegiatan tanpa mengabaikan orang-orang yang berhubungan dengan kita.















DAFTAR PUSTAKA

Hafidz Bey Arifin. 1992. Tarjamah Sunan Abu Daud. Semarang: CV. Asy Syifa
Musthafa Al-Bugha dan Syikh Muhyiddin Mistu. 2007. Al-Wafi Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Teungku Muhammad Hasby ash-Shiddieqi. 2009. Sejarah dan Pengantar  Ilmu Hadits. Semarang: PT. Pustaka Riski Putra


[1] Hafidz Bey Arifin, Tarjamah Sunan Abu Daud, (Semarang: CV.Asy Syifa’, 1992), hal.240
[2] Musthafa Al-Bugha dan Syikh Muhyiddin Mistu, Al-Wafi: Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007),  hal.470
[3] Teungku Muhammad Hasby ash-Shiddieqi, Sejarah dan Pengantar  Ilmu Hadits, (Semarang: PT. Pustaka Riski Putra, 2009), hal. 224-225

f8-3 nur slamet: HUBUNGAN MANUSIA DG PENCIPTA



HADITS HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PENCIPTA
Pertanyaan Jibril Kepada Nabi SAW Tentang Iman,Islam, Ihsan, Hari akhir
dan Pejelasan Nabi Kepadanya

Disusun guna memenuhi tugas 
Mata Kuliah                   : Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu           :Ghufron Dimyati, M.S.I.




Disusun Oleh :
Nur Slamet      2021 111 266

Kelas F



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
PENDAHULUAN
Sesungguhnya agama yang diridhoi Allah adalah agama islam,berikut adalah salah satu firman Allah yang telah menegaskan bahwasanya agama islam adalah agama yang paling benar disisi Allah. Namun apakah agama islam itu dan bagaimana bisa dikatakan sebagi islam? Namun dalam firman Allah tersebut belumlah dijelaskan secara terperinci sehingga dapat dipahami. Dan hadits Rasulullah merupakan sumber pedoman yang ke dua setelah Alquran. Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah berikut merupakan penjelasan dari Nabi terkait dengan islam dan apasaja yang berhubungan dengannya seperti iman, ihsan dan lainnya yang sudah selayaknya kita sebagai muslim dapat mengetahuinya.
















A.     HADITS HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PENCIPTA ( Pertanyaan Jibril Kepada Nabi SAW Tentang Iman,Islam, Ihsan, Hari akhir dan Pejelasan Nabi Kepadanya).
عن ابي هريرة  قل: كان النبي صلي الله عليه و سلم بارزا يوما للناس فأتاه جبريل فقال: ما الإيمان قال: الإيمان أن تؤمن بالله وملائكته و كتبه و بلقائه و رسله و تؤمن بالبعث قال: ما الإسلام قال: الإسلام أن تعبد الله ولاتشرك به شيئا و تقيم الصلاة و تؤدي الزكاة المفروضة و تصوم رمضان قال: ما الإحسان قل: أن تعبد الله كأنك تراه فأن لم تكن تراه فإنه يراك قال متى الساعة قال: ما المسئول عنها بأعلم من السائل و سأخبرك عن أشراطها إذا ولدت الأمة ربها وإذا تطاول رعاة الإبل البهم في البنيان في خمس لا يعلمهن إلا الله ثم تلا النبي صلى الله عليه وسلم (إن الله عنده علم الساعة) الاية ثم أدبر فقال ردوه فلم يروا شيئا فقال هذا جبريل جاء يعلم الناس دينهم قال أبو عبدالله جعل ذلك كله من الايمان(رواه البخا ري في الصحيح كتا ب الايمان,باب سؤال جبريل النبي عن الايمان والاسلام والاحسن)             

B.     TARJEMAH
Di kabarkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa pada suatu hari Nabi SAW sedang tampak dihadapan orang-orang, tiba-tiba datang kepadanya seorang pria dan bertanya, “Apakah artinya Iman?” Rasulullah menjawab, “Iman ialah percaya kepada Allah, kepada malaikat-Nya, Rasul-Nya dan kepada kebangkitan.” Kemudian orang tersebut kembali bertanya, “Apakah artinya Islam?” Nabi menjawab, “Islam yaitu menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya, menegakkan sholat, membayar zakat dan puasa Ramadhan”. Lalu dia kembali bertanya, “Apakah artinya Ihsan?” Rasul menjawab, “Ihsan ialah menyembah Allah seolah-olah engkau melihat Dia. Biarpun engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau.” Orang tersebut bertanya lagi, “Kapankah hari kiamat?” Nabi menjawab ,“orang yang ditanya tidak lebih tahu dari orang yang bertanya,tapi akan kuterangkan tanda-tandanya; yaitu apabila budak perempuan melahirkan majikannya, apabila pengembala unta telah bermegah-megah dalam gedung yang indah mewah; dan kiamat adalah salah satu dari lima rahasia Allah yang hanya Dia yang mengetahuinya.” Kemudian Rasulullah membaca, “Hanya Allah yang mengetahui hari kiamat.” Setelah itu orang tersebut pergi. Maka Nabi bersabda, “panggillah dia kembali.” Akan tetapi mereka tidak melihatnya lagi. Rasul kemudian bersabda, “Itulah Jibril, dia mengajarkan agama kepada umat manusia.”




C.     MUFRODAT
a.       الإيمان artinya iman
b.      أن تؤمن artinya beriman
c.       و بلقائه artinya adalah ( bangkit),  lafadz ini ditemukan diantara kata “ kutup” dan Rasul. Ada pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan bangkit adalah bangkit dari kubur,sedang yang dimaksud dengan kata لقاء (bertemu) setelah dibangkitkan.
d.      بالبعث(hari kebangkitan)
e.       أن تعبد الله ( untuk menyembah Allah)
f.       : ما المسئول عنها (bukankah orang yang ditanya)
g.      ما المسئول(bukankah orang yang ditanya)
h.      بأعلم(lebih mengetahui)
i.        سأخبرك عن أشراطها (akan kuberitahukan kepadamu tanda-tandanya)
j.        إذا ولدت الأمة ربها (apabila budak melahirkan tuannya)
k.      رعاة الإبل (pengembala intan)[1]

D.    BIOGRAFI ABU HURAIRAH
Nama asal Abu Hurairah adalah Abdurrahman bin Shakhr Ad-Dawsi (salah satu kabilah Yaman), nama islam yang diberikan Nabi Saw sebagai pengganti nama masa jahiliahyaitu Abdusyams bin Shakhr. Kemudian dipanggil Abu Hurairah oleh Rasulullah yang juga berati bapaknya kucing pada saat beliau melihatnya membawa kucing kecil. Memang ia sangat menyayangi kucing , setiap hari ia selalu membawanya kemana ia pergi.
Abu Hurairah masuk islam pada tahun ke-7 Hijriyah pada tahun perang Khaibah dan meninggal dunia pada 57 H di Al-Aqiq. Dia adalah komandan penghuni Shuffah, yang menghabiskan waktunya untuk beribadah. Abu Hurairah juga pernah diangkat menajadi gubernur Bahrain pada masa Umar bin Al-Khathab dan pada masa Ali juga pernah akan diangkat menjadi Gubernur Madinah. Abu Hurairah memiliki sifat yag terpuji diantaranya wara’, takwa,dan Zuhud. Ia juga seorang yang suka bercanda dan humoris yang bermanfaat. Ia suka bercerita cerita yang menghibur. Tetapi pada malam hari ia selalu melaksanakan shalat tahajud sepanjang malam secara khusyu’.
Abu Hurairah adalah sehabat yang terbanyak dalam periwayatkan hadits. Menurut Baqiq bin Mukholaq  Ia telah meriwayatkan hadits sebanyak 5374 Hadits. Dia mengambil hadits dari sekitar 800 orang para sahabat dan tabi’in. Kemudian diriwayatkan oleh para perawi dalam buku induk 6 Hadits dan Imam Malik dalam Al-Muwatta dan Imam Ahmad dalam kitab suci Musnadnya, Imam Bukhari meriwayatkan dari padanya sebanyak 93 hadits dan Muslim sebanyak 189 hadits.Ada beberapa faktor banyaknya periwayatan yang di peroleh Abu Hurairah antara lain:
a.     Rajin menghadiri majlis-majlis Nabi.
b.    Selalu memahami Rasul, karena ia sebagai penghuni Shuffah di Masjid Nabawi.
c.     Kuat ingatanya.
d.    Banyak berjumpa dengan para sahabat senior.[2]

E.     KETERANGAN HADITS
Sebelum ini telah disebutkan, bahwa Imam Bukhari menganggap Islam dan Iman adalah satu makna. Secara eksplisit pertanayaan Jibril mengindikasikan adanya perbedaan antara Iman dan Islam dengan menganggap bahwa Iman adalah keyakinan terhadap tertentu. Dalam hadits ini ditunjukkan Iman merupakan suatu keyakinan seorang hamba terhadap sang pencipta dalam hal ini adalah Allah SWT. Sedangkan Islam menurut hadits Nabi adalah menampakkan amalan-amalan khusus seperti yang dikemukakan dalam hadits bahwa islam yaitu menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya, menegakkan sholat, membayar zakat dan puasa Ramadhan.
Kata Iman dan Islam keduanya tidak terpisahkan dan saling melengkapi. Seperti seseorang yang melakukan suatu perbuatan, seseorang tidak dapat dikatakan muslim yang sempurna kalau tidak disertai dengan suatu keyakinan. Dan orang yang berkeyakinan tidak dapat dikatakan mukmin yang sempurna kalau tidak mengerjakannya. Dalam hadits dijelaskan bahwasanya Iman adalah percaya kepada Allah, kepada malaikat-Nya, Rasul-Nya dan kepada kebangkitan. Beriman kepada malikat berarti meyakini keberadaan mereka. Kata malaikat disebutkan terlebih dahulu daripada kitab dan Rasul. Hal itu merujuk kepada kronologi kejadiannya, karena Allah mengutus malaikat dengan membawa kitab kepada para Rasul-Nya.
Iman kepada kitab Allah adalah keyakinan bahwa kitab tersebut adalah kalamullah, dan apa yang terkandung didalamnya adalah benar.selanjutnya adalah Iman kepada Rasul yaitu percaya bahwa Allah mengutus seorang Rasul yang dapat dijadikan panutan umat manusia. Serta Iman pada hari kebangkitan yang mana pasti terjadi di yaumil akhir nanti. Ada yang berpendapat bahwa maksud dari hari kebangkitan adalah bertemu melihat Allah, pendapat ini disampaikan oleh Al Khathabi. Akan tetapi dibantah oleh An-Nawawi dengan mengatakan bahwa seseorang tidak dapat begitu saja melihat Allah, karena hal tersebut dikhususkan bagi orang yang meninggal dalam keadaan beriman dan seorang tidak mengetahui akhir dari hidupnya. Lalu bagaiman hal tersebut menjadi syarat keimanan?, jawabnya karena hal itu akan terjadi. Hal ini merupakan dalil kuat bagi Ahlu Sunnah bahwa melihat Allah pada hari akhir merupakan dasar keimanan.
Dalam pertenyaan malikat Jibrir tentang apa arti Ihsan?, Nabi menjawab bahwa “Ihsan ialah menyembah Allah seolah-olah engkau melihat Dia. Biarpun engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau.”Ihsan disini adalah ihsan dalam beribadah adalah ikhlas, khusyu’ dan berkonsentrasi pada saat melaksanakannya, dan selalu dimonitor oleh Yang di sembah. Jawaban tersebut mengisyaratkan dua hal, yang paling tinggi diantara keduanya adalah ketika seseorang didominasi oleh Musyahadah Al Haqdengan batinnya sampai seakan-akan dia melihat-Nya dengan kedua matanya berdasarkan kalimat “ seakan-akan kamu melihat-Nya”. Yang kedua untuk selalu di ingat bahwa Allah selalu diingat bahwa Allah selalu melihat setiap perbuatan yang dilakukan, ini yang dimaksud dengan kalimat “ sesungguhny Dia melihatmu”. Kedua hal ini melahirkan ma’rifatullah ( pengetahuan tentang Allah) dan kekhusyu’an.
Dan ketika Nabi ditanya dengan pertanyaan kapankah datangnya hari kiamat?, Nabi tidak langsung menjawabnya melainkan bersabda “orang yang ditanya tidak lebih tahu dari orang yang bertanya”. Pernyataan  yang  ditunjukkan terhadap malaikat  tersebut Nabi tidak lebih tau tentang hal demikian. Meskipun pernyataan tersebut mengindikasikan adanya kesamaan dalam ilmu (mengetahui hal yang ditanyakan), akan tetapi maksudpersamaan disini adalah hanya Allah yang mengetahui tentang apa yang ditanyakan malaikat Jibril.
Selanjutnya Nabi bersabda, “tapi akan kuterangkan tanda-tandanya; yaitu apabila budak perempuan melahirkan majikannya, apabila pengembala unta telah bermegah-megah dalam gedung yang indah mewah; dan kiamat adalah salah satu dari lima rahasia Allah yang hanya Dia yang mengetahuinya.” Sebagian berpendapat, bahwa penggunaan kata ربها(tuan) untuk menunjukkan anaknya adalah merupakan bentuk majaz (kiasan),karena ketika bayi itu menjadi sebab merdekanya budak tersebut akibat ditinggal mati bapaknya, maka pembatasan seperti itu diperbolehkan. Kemudian sebagian yang lain lebih mengkhususkannya, bahwa perbudakan jika meluas dapat menjadikan anak sebagai budak. Kemudian ia dibebaskan pada saat dewasa dan menjadi tuan atau pemimpin lalu dia memeperbudak ibunya dengan cara membelinya karena dia telah mengetahui atau tidak mengetahui. Selanjutnya dia menjadikan wanita tersebut sebagai budaknya dan menyetubuhinya, atau dia memerdekakan dan mengawininya.
Tanda kiamat selanjutnya menurut hadits adalah pengembala unta yang telah bermegahan. Ada yang berpendapat bahwa hal tersebut menunjukkan kebodohan yang sangat, artinya mereka tidak memepergunakan pendengaran dan penglihatan mereka untuk urusan agama walaupun indera mereka sehat. Atau dapat diartikan para penguasa dunia yang dicontohkan disini adalah orang-orang Badui. Berubahnya kondisi, yaitu orang-orang Badui menguasai negeri-negeri dengan kekerasan sehingga harta mereka bertambah banyak. Kemudian perhatian mereka bergeser kepada pembangunan istana dan mererka membagakannya, dan hal tersebut telah kita saksikan pada saat ini.

F.      ASPEK TABAWI

Aspek tarbawi yang terkandung dalam hadits diantaranya ialah
1.      Bahwasanya agama yang paling benar adalah agama islam
2.      Nabi mengajarkan kepada manusia agar beriman, islam dan ihsan terhadap Allah SWT
3.      Diantara tanda-tanda kiamat adalah seorang anak yang telah memperbudak ibunya. Untuk hal ini dianjurkan untuk lebih tidak menyia-nyiakan orang tua.

4.      Pertanyaan yang baik dapat dinamakan ilmu dan pengajaran, hal ini adalah pertanyaan malikat jibril terhadap Nabi terkait kebaikan yakni tentang iman, islam, ihsan dan hari kiamat.[3]

PENUTUP
Dari keseluruhan isi hadits diatas hadits ini dapat dikatakan sebagai Ummu Sunnah(induk Sunnah) karena mengandung ilmu sunnah secara global karena seluruh hadits ini mencakup keseluruhan kewajiban ibadah secara lahir dan batin mulai dari iman, waktu, harta, perbuatan anggota tubuh , ikhlas dan konsisten untuk melaksnakan amalan sampai-sampai seluruh ilmu syari’at merujuk kepadanya dan menjadi cabangnya. Menurut Imam Bukhari sebagai periwayat hadits ini semua itu merupakan bagian dari Iman, yaitu Iman yang sempurna yang mencakup seluruh perkara ini.

























DAFTAR PUSTAKA
AL Asqalani, Ibnu Hajar dan Al Imam Hafizh. 2008. Fathul B’ari Syarah Shahih Al-Bukhari.Jakarta: Pustaka Azzam.
Khan, Abdul Majid. 2009. Ummul Hadits. Jakarta: Amzah.


[1]Ibnu Hajar AL Asqalani dan Al Imam Hafizh, Fathul B’ari Syarah Shahih Al-Bukhari. 2008 , Jakarta: Pustaka Azzam, hlm,207-209
[2], Abdul Majid Khan,2009, Ummul Hadits,Jakarta: Amzah, hlm,246-247
[3] Ibid, hlm. 209-229