"NABI SEBAGAI SURI TAULADAN"
Qs. Al-Ahzab ayat 21
Asti Zaeni
NIM. (2117289)
Kelas E
JURUSAN PAI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah........................................................................... ................................
B. Rumusan
masalah...................................................................................................................
C. Tujuan
penulisan makalah.......................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Nabi sebagai suri tauladan ........................................................................................................
B.
Dalil Nabi sebagai suri tauladan...............................................................................................
C.
Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari.....................................................................................
D.
Aspek Tarbawi
BAB III PENUTUP
A. Simpulan................................................................................................................ .............
DAFTAR
PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua,
sehingga makalah ini dapat terseleslaikan dengan lancar. Shalawat serta
salam senantiasa kita curahkan kepada nabi kita, baginda nabi agung Muhammad
saw. semoga kita semua termasuk umat beliau yang akan mendapat syafa’atnya di
yaumul akhir.
Tidak lupa, pemakalah juga
menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang
telah sepenuhnya memfasilitasi pembuatan makalah ini, kemudian bapak dosen yang
telah memberikan bimbingan, serta tema-teman semua yang telah berpartisipasi
memberi arahan dan masukan.
Disusunnya makalah ini
guna memenuhi tugas Tafsir Tarbawi. Yang mana dalam penyusunan makalah
ini tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ataupun kata
yang kurang sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik senantiasa kita
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Pekalongan, 24 Oktober 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Suatu pendidikan tidak
akan sukses melainkan harus disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik
dan nyata. Dalam pendidikan,
sebuah keteladanan sangat berpengaruh besar dalam penanaman pendidikan karakter
peserta didik yang berjangka panjang. Cara yang demikian telah
dilakukan oleh Rasulullah saw.
Rasulullah SAW adalah orang yang pertama kali menerapkan Islam secara
total. Ia mendapat bimbingan dan pengarahan langsung dari Allah melalui
wahyu-Nya. Makà, tidak ada seorang pun yang lebih mengetahui dan memahami Islam
selain Rasulullah Muhammad SAW. Karena itulah tidak ada suri tauladan yang baik
dan menjamin seseorang mendapat rahmat Allah SWT baik didunia maupun di
akhirat, kecuali suri tauladan yang datang dari Rasulallah Muhammad Saw.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa hakikat Nabi sebagai suri tauladan?
2.
Apa dalil Nabi Muhammad SAW sebagai suri Tauladan?
3.
Apa pendidik merupakan Suri Tauladan dan idola bagi peserta didik?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui Nabi sebagai suri tauladan
2.
Untuk mengetahui dalil Nabi sebagai suri tauladan
3.
Untuk mengetahui pendidik merupakan suri tauladan dan idola bagi peserta
didik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
NABI SEBAGAI SURI TAULADAN
Nabi Muhammad Saw. merupakan teladan yang baik
bagi umat Muslim di sepanjang sejarah, dan bagi umat manusia di setiap saat dan
tempat, sebagai pelita yang menerangi, bagai purnama yang memberikan petunjuk.
Allah juga meletakkan dalam personalitas Rasulullah gambaran sempurna untuk
metode Islami, agar menjadi gambaran yang hidup dan abadi bagi
generasi-generasi umat selanjutnya dalam kesempurnaan akhlak dan universalitas
keagungannya. Segala yang dilakukan Rasulullah merupakan uswah hasanah bagi
kehidupan manusia karena beliau dinyatakan sebagai manusia yang berakhlak
mulia. Allah menegaskan dalam firman-Nya:
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab: 21). Serta Q.S.
Al-Qalam: 4. Artinya: “Dan sesungguhnya kamu (rasul) benar-benar berbudi
pekerti yang agung.” Dengan demikian,
seluruh perilakunya selalu menjadi pelajaran bagi umatnya dulu, kini dan yang
akan datang, baik dalam bidang agama, politik, ekonomi dan sosial budaya.
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai profil Rasulullah yang mulia
dari berbagai riwayat yang pernah dikatakan oleh para sahabat.
1. Teguh Pendirian Allah,
Berani dan Tabah
2. Adil dan Jujur
3. Bijak dan Cerdas
4. Sabar, Mampu Menahan Amarah dan Pengampun
5. Kasih Sayang Rasulullah kepada Makhluk
6. Zuhudnya Rasulullah
7. Taat Beribadah[1]
B. Dalil dan Arti QS Al-Ahzab ayat 21
لَقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةُ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوْا اللّهَ
وَالْيَوْمَ الْأَخِرَ وَذَكَرَاللّهَ كَثِيْرًا
Artinya: “ Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”
Tafsir Al-Misbah
Surat Al-Ahzab ayat 21 satu ini mengarah kepada orang-orang beriman, memuji
sikap mereka yang meneladani Nabi saw. Ayat diatas menyatakan: Sesungguhnya
telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah yakni Nabi Muhammad saw. suri
tauladan yang baik bagi kamu yakni bagi orang yang senantiasa mengaharap
rahmat kasih sayang Allah dan kebahagiaan hari kiamat, serta
teladan bagi mereka yang berzikir mengingat kepada Allah dan
menyebut-nyebut nama-Nya dengan banyak baik dalam suasana susah maupun
senang.
Bisa juga ayat ini masih merupakan kecaman kepada orang-orang munafik yang
mengaku memeluk Islam, tetapi tidak mencerminkan ajaran Islam. Kecaman
itu dikesankan oleh kata laqad. Seakan-akan ayat itu menyatakan: “Kamu
telah melakukan aneka kedurhakaan, padahal sesungguhnya ditengah kamu semua ada
Nabi Muhammad yang mestinya kamu teladani”.
Kata ((أسوة uswah atau iswah berarti
teladan. Pakar tafsir az-Zamakhsyari ketika menafsirkan ayat diatas,
mengemukakan dua kemungkinan tentang maksud keteladanan yang terdapat pada diri
Rasulullah. Pertama, dalam arti kepribadian beliau secara totalitasnya
adalah teladan. Kedua, dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau
hal-hal yang patut diteladani. Pendapat pertama lebih kuat dan merupakan
pilihan banyak ulama’.
‘Abbas Mahmud al-‘Aqqad dalam bukunya ‘Abqariyat Muhammad menjelaskan: Ada
empat tipe manusia, yaitu Pemikir, Pekerja, Seniman, dan yang jiwanya
larut dalam ibadah. Jarang ditemukan satu pribadi yang berkumpul dalam dirinya
dan dalam tingkat yang tinggi dua dari keempat tipe tersebut, dan
mustahil keempatnya berkumpul pada diri sesorang. Namun yang mempelajari
pribadi Rasul akan menemukan bahwa keempatnya bergabung dalam peringkatnya yang
tertinggi pada kepribadian beliau. Berkumpulnya keempat tipe dalam
kepribadian Rasul ini, dimaksudkan agar seluruh manusia dapat meneladani
sifat-sifat terpuji Rasul.[2]
tafsir Al Azhar
Dalam Perang Ahzab
(Khandaq), kondisinya mencekam. Banyak kaum muslim yang merasa gentar karena
besarnya kekuatan musuh. Ummu Salmah (moga-moga ridha Allah terhadapnya),
isteri Rasulullah saw. yang telah banyak pengalamannya sebagai isteri dari
Rasulullah saw., yang turut menyaksikan beberapa peperangan yang dihadapi
Rasulullah pernah mengatakan tentang hebatnya keadaan Kaum Muslimin ketika
peperangan Khandaq itu.
Beliau berkata: "Aku
telah menyaksikan di samping Rasulullah saw. beberapa peperangan yang hebat
dan ngeri, peperangan di Almuraisiya', Khaibar dan kami pun telah menyaksikan
pertemuan dengan musuh di Hudaibiyah, dan saya pun turut ketika menaklukkan
Mekkah dan peperangan di Hunain. Tidak ada pada semua peperangan yang saya
turut menyaksikan itu yang lebih membuat lelah Rasulullah dan lebih membuat
kami-kami jadi takut, melebihi peperangan Khandaq.
Karena kaum Muslimin
benar-benar terdesak dan terkepung pada waktu itu, sedang Bani Quraizhah
(Yahudi) tidak lagi dipercaya karena sudah belot, sampai Madinah dikawal sejak
siang sampai waktu Subuh, sampai kami dengar takbir kaum Muslimin untuk melawan
rasa takut mereka. Yang melepaskan kami dari bahaya ialah karena musuh-musuh
itu telah diusir sendiri oleh Allah dari tempatnya mengepung itu dengan rasa
sangat kesal dan sakit hati, karena maksud mereka tidak tercapai".
Demikian riwayat Ummu Salmah.
Namun, di dalam saat-saat yang sangat mendebarkan hati itu, contoh teladan
yang patut ditiru, tidak ada lain, melainkan Rasulullah Saw sendiri:
"Sesungguhnya adalah bagi kamu pada Rasulullah itu teladan yang baik". Memang ada orang yang bergoncang fikirannya[3]
Tafsir Al-Maraghi
Sesudah Allah menrinci keadaan orang-orang munafik dan membeberkan
kerendahan sifat pengecut mereka yang besar itu, lalu Dia mencela mereka dengan
sangat. Celaan itu diungkapkan oleh Allah dengan cara memberikan penjelasan
kepada mereka, bahwa telah ada di dalam diri Rasulullah pelajaran yang baik,
senadainya mereka mau mengambil pelajaran, dan teladan yang baik seandainya
mereka mau mencontohnya.
Firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 21 ini menunjukkan bahwa
sesungguhnya norma-norma yang tinggi dan teladan yang baik itu telah dihadapan
kalian, seandainya kalian menghendakinya. Yaitu hendaknya kalian mencontoh
Rasulullah saw. Didalam amal perbuatannya, dan hendaknya kalian berjalan sesuai
dengan petunjuknya, sendainya kalian benar-benar menghendaki pahala dari Allah
serta takut akan azab-Nya di hari semua orang memikirkan dirinya sendiri dan
pelindung serta penolong ditiadakan, kecuali amal shaleh yang telah dilakukan
seseorang (pada hari kiamat). Dan adalah kalian orang-orang yang selalu ingat
kepada Allah dengan ingatan yang banyak, maka sesungguhnya ingat kepada Allah
itu seharusnya membimbing kamu untuk taat kepadanya dan mencontoh
perbuatan-perbuatan Rasul-Nya.[4]
C. Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Jadikan Nabi Muhammad
sebagai idola yang pertama.
2. Ingat keteladanan akhlak
Rasul dalam setiap bertindak.
3. Berakhlak baik secara
perkataan maupun perbuatan.
4. Tarapkan akhlak mahmudah
dan tinggalkan akhlak madhmumah.
D. Aspek Tarbawi
1.
Jadikan Nabi Muhammad sebagi sentral suri tauladan dalam segala hal
terutama dalam soal agama dan berakhlak.
2.
Seorang guru harus bisa menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya dan
bagi masyarakat sekitarnya.
3.
Seorang guru harus memiliki karakter pemikir, pekerja, multitelent,
dan taat beribadah.
4. Orang yang mengaharap rahmat dan kebaikan di hari kiamat
sudah sepatutnya mengikuti suri tauladan Rasulullah dan banyak berdzikir kepada
Allah.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Nabi Muhammad
Saw. merupakan teladan yang baik bagi umat Muslim di sepanjang sejarah, dan
bagi umat manusia di setiap saat dan tempat, sebagai pelita yang menerangi,
bagai purnama yang memberikan petunjuk. Allah juga meletakkan dalam
personalitas Rasulullah gambaran sempurna untuk metode Islami, agar menjadi
gambaran yang hidup dan abadi bagi generasi-generasi umat selanjutnya dalam
kesempurnaan akhlak dan universalitas keagungannya.
1. Teguh
Pendirian Allah, Berani dan Tabah
2. Adil dan Jujur
3. Bijak dan Cerdas
4. Sabar, Mampu Menahan Amarah dan Pengampun
5. Kasih Sayang Rasulullah kepada Makhluk
6. Zuhudnya Rasululla
7. Taat beribadah
Dari tiga tafsir
(Al-Misbah, Al-Azhar,dan Al-Maraghi) berintikan mengenai perintah untuk
menjadikan Nabi saw sebagai pusat rujukan utama dalam ke-suri-tauladan-an. Baik
itu dari segi agama, akhlak, cara hidup, semangat, maupun kearifan Beliau.
Selain itu juga agar kita banyak berdzikir kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad
Mushthafa. 1992. Terjemah Tafsir Al-Maraghi 21. Semarang: PT.
Karya Toha Putra Semarang.
Dosen FITK UIN-SU Medan, “POTRET RASULULLAH SEBAGAI
PENDIDIK”. J u r n a l A N S I R U. Vol 1. No 1. Medan 2017
Hamka, Tafsir Al-Azhar 1982 . Surabaya:
Yayasan Latimojong.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir
Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an). Jakarta: Lentera Hati
Biografi Penulis
Nama : Asti Zaeni
Nim : 2117289
Alamat : Jatinegara
kabupaten Tegal
TTL : Tegal, 9 Mei 1998
Riwayat pendidikan : SD N
1 Kedungwungu
SMP N 2
Jatinegara
SMA N 1 Bojong Tegal
[1]
Dosen FITK UIN-SU Medan, “POTRET
RASULULLAH SEBAGAI PENDIDIK”. J u r n a l A N S I R U. Vol 1. No 1. Medan
2017
[2]
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an), (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 242-244
[4] Ahmad Mushthafa
Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi 21, (Semarang: PT. Karya Toha
Putra Semarang, 1992), hlm 227
Tidak ada komentar:
Posting Komentar