MAKALAH
INTUISI HATI SEBAGAI SUMBER
ILMU PENGETAHUAN
Disusun Guna
Memenuhi Tugas:
Mata
Kuliah : Hadits Tarbawi
II
Dosen Pengampu
: M. Hufron Dimyati, M.S.I.
|
Disusun oleh:
Nur Fitriyani
2021 111 143
Kelas E
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
Intuisi hati
adalah fungsi dasar hati untuk selalu berkata jujur dan membimbing seluruh
anggota tubuh untuk bertindak dalam kebenaran.
Sedangkan intuisi dalam diri manusia
merupakan potensi
manusia untuk memperoleh pengetahuan yang sering disebut dengan
pengetahuan yang teranugerahkan. Sesuai fitrahnya tersebut, seluruh manusia memiliki hati dengan fungsi yang sama, hanya saja diperlukan iman dan ketaqwaan untuk mematuhinya.
manusia untuk memperoleh pengetahuan yang sering disebut dengan
pengetahuan yang teranugerahkan. Sesuai fitrahnya tersebut, seluruh manusia memiliki hati dengan fungsi yang sama, hanya saja diperlukan iman dan ketaqwaan untuk mematuhinya.
Melalui intuisi inilah, seseorang dapat
mengidentifikasikan apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk(halal atau
haram). Namun, pada kenyataannya antara halal dan haram ada perkara yang masih
diragukan(syubhat). Dalam makalah ini
akan membahas mengenai hal tersebut terkait dengan intuisi hati yang dimiliki
oleh setiap orang.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Hadits 22
A.
Materi Hadis
عَنْ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ يَقُوْلُ
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : الْحَلاَلُ
بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لاَيَعْلَمُهَا كَثِيْرٌ
مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ
وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَولَ
الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ
إِنَّ حِمَى اللهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَاِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً
إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَاِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ
كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبِ (رواه بخارى فى الصحيح متلب الإيمان, باب فضل من
استيرأ لدينه)[1]
Terjemahan Hadis B.
Nu’man bin Basyir
bercerita bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perkara yang
halal telah jelas dan yang haram telah jelas pula. Antara keduanya ada beberapa
perkara yang diragukan yang tidak diketahui hukumnya oleh kebanyakan orang.
Barang siapa yang menjauhi perkara-perkara yang diragukan itu berarti dia
memelihara agama dan kesopanannya. Barang siapa mengerjakan perkara yang
diragukan, sama saja dengan penggembala yang menggembalakan ternaknya di
pinggir jurang, dikhawatirkan dia terjatuh ke dalamnya. Ketahuilah semua raja
mempunyai larangan dan ketahuilah pula larangan Allah adalah segala yang
diharamkan-Nya. Ketahuilah dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila daging itu
baik, maka baik pula tubuh itu semuanya. Apabila daging itu rusak, maka
binasalah tubuh itu seluruhnya. Ketahuilah, daging tersebut ialah hati.”[2]
C. Makna Mufrodat
اَ لْحَلاَ لُ (halal)
اَ لْحَرَا مُ (haram)
بَيَّنٌ (jelas)
وَ بَيْنَهُمَا (dan
diantara keduanya)
مُشْتَبِهَا تٌ (hal
yang meragukan)
لَا يَعْلَمُهَا
كَثِيْرٌ مِنَ النَّا سِ (tidak banyak orang yang mengetahuinya).
فَمَنِ اتَّقَئ (barang siapa yang menghindarkan diri)
اِسْتَبْرَ اَ (memelihara)
لِدْ يْنْهِ (agamanya)
وَ مَنْ وَ قَعَ (dan barang siapa yang terjatuh)
كَرَا عٍ يَرْ
عَئ (seperti penggembala yang menggembalakan)
اَ لَا اِ نَّ حِمَئ الّله (sesungguhnya larangan Allah)
فِيْ اَرْ ضِهِ (di bumi-Nya)
جَسَدِ (badan)
مُضْغَةً (segumpal
darah)
صَلَحَ (baik)
فَسَدَ (rusak)
اَلْقَلْبِ (hati)
D. Biografi
1.
Nu’man bin Basyir
Nama lengkapnya adalah An-Nu’man bin Basyir bin
Ka’ab Al-Khazraji Al Anshari. Ia dilahirkan 14 bulan setelah hijrah. Dia adalah
orang Anshar pertama yang lahir setelah nabi hijrah ke Madinah. Bapaknya adalah
seorang sahabat dan ibunya juga seorang sahabiyah Radiyallahu Anhuma. Nabi
meninggal ketika ia berumur 8 tahun yang saat itu masih tinggal di Syam.
Muawiyah mengangkatnya sebagai pemimpin Himsh. Dan ditetapkan kepemimpinannya
oleh Yazid bin Muawiyah. An-Nu’man bin Basyir adalah orang yang pemurah dan
ahli syair. Dia dibunuh di sebelah kampung di Himsh karena dia menyerukan untuk
membaiat Abdullah bin Az-Zubair, pada tahun 56 H. Al-Bukhori meriwayatkan hadis
darinya sebanyak 6 hadis, dan hadisnya yang termaktub dalam kitab-kitab hadis
sebanyak 114 hadis.[3]
2.
Imam Bukhori
Nama sebenarnya
adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim. Ia seorang imam yang tak tercela
hapalan hadisnya dan kecermatannya.[4]
Imam Bukhori dilahirkan pada tahun 194 H dan meninggal pada tahun
256 H di sebuah desa di Samarkand yang bernama Khartank dalam usia 62 tahun.
Ayah beliau seorang ahli hadis, yang meninggal ketika beliau masih kecil dan
mewariskan harta banyak untuknya. Oleh karena itu, ibunya mengirimkan beliau
untuk belajar ilmu agama dan beliau mendapat pelajaran pertama dari ulama
fiqih. Beliau mengafal Al-Qur’an. Sesudah beliau berumur 10 tahun, mulailah beliau
menghafal hadis.[5] Ia
mencatat dari seribu guru lebih, hapal 100.000 hadis shahih dan 200.000 hadis
yang tak shahih. Dialah pengarang kitab besar Al-Jami’ ash-Shahih yang merupakan kitab yang paling shahih sesudah
al-Qur’an al-Majid.
Kitab Shahih Bukhori mempunyai banyak syarah, yang oleh pengarang
kitab Kasyf adh-Dhunun disebutkan 82
syarah diantaranya. Tetapi yang paling utama adalah syarah Ibnu Hajar
al-Asqalani Fath al-Bari’, kemudian
syarah al-Aini Umdat al-Qari’.
Imam Bukhori mempunyai banyak karangan, antara lain At-Tawarikh ats-Tsalatsah al-Kabir
wal-Ausath wash-Shaghir(Tiga Tarikh:Besar, sedang dan kecil), kitab Al-Kuna, kitab Al-Wuhdan, kitab Al-Adab
al-Mufad dan kitab Adl-Dlu’afa.
Imam Bukhori meriwayatkan Hadis bersumber dari Adl-Dlahhak bin
Mukhallad Abu Ashim an-Nabil, Makki bin Ibrahim al-Handlali, Ubaidullah bin
Musa al-Abbasi, Abdullah Quddus bin al-Hallaj Muhammad bin Abdullah al-Anshari
dan lain-lain.[6]
E. Keterangan Hadis
Perkara halal dan haram sudah jelas dalam nash Al-Qur’an maupun hadis.
Sedangkan perkara yang masih samar(syubhat) harus dijauhi. Orang yang tidak
menjauhkan diri dari syubhat dalam pencaharian dan kehidupannya, maka dia telah
menyerahkan dirinya untuk dicemooh dan dicela. Hal ini mengandung petunjuk
untuk selalu menjaga hal-hal yang berkaitan dengan agama dan kemanusiaan.[7] Sebagaimana
yang telah tercantum dalam hadis bahwa barang siapa yang menjauhi
perkara-perkara syubhat, maka dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya.
Sesuatu yang diyakini halalnya tidak akan menimbulkan keraguan dalam hati
seorang mukmin, bahkan akan menenangkan jiwanya dan mewujudkan kebahagiaan.
Adapun dalam masalah syubhat, secara lahir manusia menerimanya, tetapi jika
tersingkap apa yang ada dalam hatinya, akan kita temukan kegelisahan, gundah
dan keraguan, dan itu cukup menyiksa diri dan ruhaninya. Kerugian dan
kehancuran terbesar adalah membiasakan diri dengan syubhat hingga dia berani
melakukan yang haram, karena orang yang berada di sekitar larangan kemungkinan
besar akan jatuh ke dalamnya.[8]
Seperti yang telah dinukilkan dari Ibnu Munir dalam Manaqib Syaikh Al
Qabari beliau berkata,” Makruh merupakan pembatas antara hamba dan hal-hal
yang haram. Barang siapa banyak melaksanakan perbuatan yang makruh, maka dia
berjalan menuju yang haram. Sedangkan mubah adalah pembatas antara hamba dengan
yang makruh. Barang siapa yang banyak melakukan perbuatan yang mubah, maka dia
telah menuju kepada hal yang dimakruhkan.” Pendapat ini dikuatkan oleh riwayat
Ibnu Hibban dengan jalur yang disebutkan oleh Imam Muslim tanpa menyebutkan
lafaznya, dan dalam hadis tersebut terdapat tambahan,” Buatlah pemisah
antara yang halal dan yang haram. Yang melakukan hal tersebut, maka perilaku
dan agamanya akan selamat. Orang yang menikmati hal tersebut seolah-olah
menikmati yang dilarang, ditakutkan akan jatuh ke dalam yang dilarang.”[9]
F. Aspek Tarbawi
1.
Seorang mukmin hendaknya mengenali dan mempelajari perkara halal dan haram.
Melakukan yang halal dan meninggalkan yang haram demi menjaga kemuliaan
agamanya.
2.
Perkara yang syubhat harus dijauhi demi menjaga maruah diri. Karena
apabila seseorang sudah memasuki wilayah syubhat dimungkinkan akan mudah
pula masuk ke wilayah yang haram.
3. Asal dari ketakwaan dan
kehancuran adalah hati, karena ia adalah pemimpin tubuh. Badan bisa selamat akibat dari hatinya dan
bisa pula celaka akibat dari hatinya. Oleh karena itu kita harus menjaga hati
kita dari hal-hal yang diharamkan agar hati kita bersih sehingga tercermin
akhlak yang mulia.
2.
Hadis 23
A.
Materi Hadis
عَنْ اَنَسِ
بْنِ مَا لِكِ اَنَّ النَّبِىّ ص م قَا لَ (مَنْ عَمِلَ بِمَا يَعْلَمْ وَ رَّ ثَهُ ا للّهُ عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ْ)
(ر واه ا بو نعيم الا صفها ن في حلية الا صفيا ء.
B. Terjemahan Hadis
Dari Anas bin Malik sesungguhnya
Nabi SAW bersabda:”Siapa yang mengamalkan
apa yang ia ketahui, maka Allah akan memberikan ilmu sesuatu yang belum ia
ketahui”. (HR. Abu Nu’aim al-Ashfihan dalam kitab Khilyatul
Ashhfiya’:10/15).[10]
C. Makna Mufrodat
عَمِلَ (mengamalkan)
يَعْلَمْ (yang di ketahui)
وَ رَّ ثَهُ (memberikan)
عِلْمَ (ilmu)
D.
Biografi
1. Anas bin Malik
Nama lengkap Anas bin Malik adalah Anas bin Malik bin Nadhar bani’
Adi bin Al-Najar Al-Anshori Abu Hamzah Al-Madani. Tinggal di Bashrah dan
meninggal di Bashrah juga. Beliau salah seorang sahabat Anshar yang terakhir
meninggalnya. Anas bin Malik melayani Rasulullah saw selama 10 tahun. Setelah
Rasul tiba di Madinah, Ibnu Anas bin Malik, yaitu Ummu Sulaiman datang kepada
Nabi dan menyerahkan Anas kepada Rasul untuk menjadi pelayan(khaddam)nya.
Anas termasuk banyak meriwayatkan hadis Rasul saw. Ia seorang
terpercaya dan mendapat kepercayaan dari Rasul saw. Anas bin Malik wafat di
Bashrah pada tahun 83 H dalam usia 93 tahun.
Anas bin Malik meriwayatkan 1286 hadis, 198 hadis disepakati
Bukhori dan Muslim, 83 hadis diriwayatkan Bukhori sendiri dan 71 hadis
diriwayatkan Muslim sendiri. Anas bin malik meriwayatkan hadis Nabi saw dari
Abu Bakar, Umar, Usman, Abdullah bin Rawahah, Fatimah az-Zahra, Tsabit bin
Qais, Abdurrahman bin ‘Auf, Ibnu Mas’ud, Abu Dzar, Mu’az bin Jabal, Malik bin
Sha’sha’ah, dari ibunya sendiri Ummu Sulaiman, dan saudara-saudara ibunya, Ummu
Hiram dan Ummu Fadhel istri Abas dan masih banyak lagi sahabat lainnya.
Hadis Anas bin Malik diriwayatkan putra-putranya, Musa, An-Nadhar
dan Abu Bakar (putra Anas), Hasan al-Bishri, Sulaiman al-Taimi, Abu Qilabah,
Abdul Aziz bin Shuhaib, Ishak bin Abi Thalhah, Qatadah, Tsabit al-Bana’i,
Humaid at-Thawil, Muhammad bin Sirrin, Anas dan Ibrahim bin Sirrin, Az-Zuhri,
Yahya bin Sa’id, Sa’id bin Jubair, dan tabi’in lainnya.[11]
2.
Abu Nu’aim Al-Ashfahanan
Abu Nu’aim adalah Al-Imam Al-Hafidz Ahmad bin Abdullah bin Ahmad
bin Ishaq bin Musa bin Muhran Al-Muhrani Al-Ashfahani. Beliau merupakan ahli
tasawuf dan pengarang kitab”Hilyatul Aulia”. Beliau lahir pada tahun 336
H dan meninggal pada tahun 430 H.[12]
E. Keterangan
Hadis
Bagi setiap muslim mempelajari suatu ilmu dan mengamalkannya akan
terbuka baginya jalan menuju surga dan kedekatan dengan Allah SWT. Semakin
dekat dengan Allah, maka akan semakin bertambah pula taufik dan ilmu yang
diperoleh. Sementara bertambahnya ilmu dan amal akan mengantarkan kepada
bertambahnya hidayah dan ketakwaannya. Islam memerintahkan umatnya untuk
mencari ilmu dan mengamalkannya.
Amal terbaik yang dikerjakan
seorang muslim dan pahalanya akan terus berkembang ketika dia telah meninggal
adalah mengajarkan ilmu kepada orang lain.[13] Sehingga
ilmu yang kita
miliki tidak akan berkurang atau hilang dengan mengajarkannya kepada orang
lain, melainkan justru akan bertambah.
F.
Aspek Tarbawi
Setiap muslim yang berilmu dianjurkan untuk mengamalkan ilmu yang
dimilikinya kepada orang lain. Karena orang alim yang tidak beramal dengan
ilmunya akan dicabut keutamaannya. Ilmu pengetahuan akan sampai ke martabat
yang begitu tinggi di sisi Allah SWT disebabkan ia mengandung manfaat yang luas
bagi hamba-Nya.
Dengan mengamalkan ilmu, Allah akan menunjukkan kita akan ilmu-ilmu
yang belum kita ketahui. Dengan mengamalkan ilmu dengan ikhlas, maka akan
memperkuat keimanan dalam hati kita.
BAB III
PENUTUP
Dari pemaparan makalah di atas dapat
disimpulkan bahwa sebagai seorang muslim yang taat kepada Allah SWT dan
Rasulullah SAW, kita hendaknya mematuhi segala yang telah menjadi aturan dan
larangan-Nya. Mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram. Sementara
perkara yang belum jelas halal dan haramnya(syubhat) harus dijauhi..
Selain itu, Allah juga menganjurkan kepada hamba-Nya untuk
mengamalkan ilmu kepada orang lain. Ilmu merupakan suatu yang berharga, karena
ilmu itu kehidupan hati dari kebutaan, sinar penglihatan dari kedhaliman dan
tenaga badan dari kelemahan. Dengan ilmu, hamba Allah akan sampai ke derajat
yang tinggi.
Demikian semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Al-Imam Zainuddin bin Abdul Lathif Az-Zabidi. 2002. Ringkasan
Shahih Al-Bukhori. Cet. Ke 4. Bandung:Mizan
Al-Asqalani, Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar. 2008. Fathul
Baari Syarah Shahih Al Bukhori. Cet.ke
8. Jakarta:Pustaka Azzam.
Al-Bugha, Musthofa Dieb; Syaikh Muhyiddin. 2008. Al Wafi Syarah Hadits Arbai’in Imam
An-Nawai. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Ali Fayyad,
Mahmud.1998. Metodologi Penetapan
Kesahihan Hadis. Cet. ke 1.
Bandung: CV Pustaka Setia.
As-Shalih, Subhi. 2002. Membahas
Ilmu-ilmu Hadis. Cet. Ke 5. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Tajuddin bin Al-manawi Al-Haddadi, Muhammad. 2000. 254 Hadis
Qudsi. Cet.ke 2. Jakarta: Rineka Cipta.
Zakariyya, Maulana Muhammad. 2006. Himpunan Fadhilah Amal. Cet.
Ke 2. Yogyakarta: Ash-Shaff.
[1] Al-Imam Zainuddin Ahmad bin Abdul Lathif
Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Al-Bukhori, cet. Ke 4, (Bandung: Mizan, 2000)
hlm. 26.
[2] Al Imam Al
Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari
syarah Shahih Al Bukhori, cet. Ke 8,(Jakarta: Pustaka Azzam, 2008) hlm.
232.
[3] Musthofa Dieb
Al-Bugha dan Syaikh Muhyiddin Mistu, Al Wafi Syarah Hadits Arbai’in Imam
An-Nawai,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), hlm. 474.
[4] Subhi
As-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Hadis,
cet. Ke 5,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002) hlm. 365.
[5] Mahmud Ali Fayyad, Metodologi Penetapan Kesahihan Hadis, cet.ke
1,( Bandung: CV Pustaka Setia, 1998) hlm. 147.
[6] Subhi
As-Shalih, Op.cit., hlm. 365-366.
[8] Musthofa Dieb Al-Bugha dan Syaikh Muhyiddin
Mistu, Op.cit., hal. 96.
[10] Maulana Muhammad Zakariyya, Himpunan
Fadhilah Amal, Cet. Ke 2, (Yogyakarta: Ash-Shaff,2006), hlm. 20.
[12] Muhammad Tajuddin bin Al-manawi Al-Haddadi, 254
Hadis Qudsi, cet. Ke 2,(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 135.
Assalamu'alaikum ...
BalasHapusNi'matul Chikmah (2021111296)
Dalam hadits yang pertama kita dianjurkan menjauhi hal2 yang syubhat. Yang ingin saya tanyakan, ketika kita menjadi seorang pegawai yang digaji oleh negara, apakah uang dari negaratersebut termasuk syubhat atau tidak, mengingat kita tidak tau asal muasal uang tersebut. Kalo tertanyat syubhat, masih bolehkah kita menerima uang gaji tersebut ???
Wassalam...
Terima Kasih.
Gaji PNS adalah berasal dari pajak, cukai dan lain-lain. Kita semua tahu pendapatan keuangan di indonesia sebagian dari pajak, dan pajak tersebut berasal dari macam-macan sumber. Jika kita seorang PNS, kita di gaji karena kerja kita, masalah uang yang digunakan untuk menggaji kita dari mana, itu urusan pemerintah (menurutku ini tanggung jawab para pemimpin di atas sana)
HapusJika itu memang haram, berarti seluruh warga negara indonesia juga haram semua. Kenapa? karena seluruh warga negara indonesia juga menikmati pajak, buktinya, kita dengan santai menggunakan jalan raya, kita dengan enaknya memakai subsidi BBM, dll.
menjadi pegawai negeri berarti menjual tenaga kita, pikiran kita dan waktu kita kepada pemerintah tnpa mengurangi takaran. misal ketika ada atasan kita terlihat lebih serius, ketika di tinggal santai-santai saja. Itu contoh ngurangi takaran. Belum lagi banyak PNS yang bolos, berangkat telat pulang cepat Ini jelas-jelas haram. Dalam islam Allah swt jelas2 melarang mengurangi timbangan atau takaran:
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al-Muthaffifin: 1-3) atau istilah kerennya adalah korupsi waktu. nah inilah yg menjadikn haram.
tetapi jika kita bekerja secara profesional maka itu mjd halal.
kemudian jika anda merasa ragu(syubhat) ya sebaiknya tdk usah menerima gaji kan dalam hadis sudah dijelaskan tinggalkan perkara yang syubhat agar terhindar dari yang haram. menurut saya seperti itu mbk ni'mah :)
assalamu'alaikum wr.wb
BalasHapusferi febianto (2021111318)
apabila ada seorang guru yang tidak srek(pas) dengan pekerjaannya sebagai pemberi ilmu dan menjalaninya dengan setengah hati ... bagaimana anda menyikapi hal tersebut?
terima kasih
wassalamu'alaikum wr. wb.
semua yang kita lakukan harus ikhlas termasuk mengamalkan ilmu. jadi kalau misalnya dalam menjalankannya itu setengah2 saja maka lebih baik tidak usah sama sekali. karena sesuatu yang dilakukan dengan stengah2 itu maka hasilnya tidak/ kurang baik. islam juga mengajarkan kita untuk konsisten dan tidak plin-plan maksudnya, lakukan sesuatu itu dengan sepenuhnya, atau tinggalkan saja!!
Hapusmenurut saya seperti itu terima kasih
assalamualaikum..
BalasHapusRIZKA NUZULA 2021111301.
Di makalah sudah dijelaskan bahwa seorang mukmin hendaknya mengenali dan mempelajari perkara halal dan haram. Melakukan yang halal dan meninggalkan yang haram demi menjaga kemuliaan agamanya.
akan tetapi, pada realitanya banyak orang muslim yang mengetahui perbuatannya itu salah dan dilarang agama, tapi masih saja mengulangi perbuatannya tersebut. misalnya, meninggalkan sholat.
pertanyan saya, bagaimana tanggapan anda dalam menyikapi hal tersebut?
terimakasih, wassalamualaikum.
menurut saya kembali kepada diri kita msing-masing. dalam hadis diatas sudah disebutkan bhwa hati adalah pemimpin tubuh, bila hati kita rusak, maka rusaklah semua anggota yang lainnya yg di mksud rusak disini bukan tubuh kita hancur melainkan perbuatan yg kita lakukan itu mjd buruk sebagai akibat dari kotornya hati kita. sehingga meskipun kita sudah mengetahui hal itu buruk, tetap saja dilakukan.
Hapusmenyikapi masalah ini yaitu dengan menjdikan hati kita agar tetap bersih, yang tentunya dgn meningkatkan iman dan taqwa kpd Allah SWT serta lebih mendekatkan diri kpd-Nya.
Firda Amalia 2021111138
BalasHapusAssalamu'alaikum wr.wb...
Manusia adalah satu-satunya makhluk Allah yang dianugrahi akal dan hati, dalam keseharian kita,ketika kita sedang dihadapkan pada dua pilihan yang membingungkan, kita sering merasakan gejolak pro kontra di dalam batin. lalu bagaimana kita membedakan antara kehendak akal dengan kehendak hati? manakah yang harus kita yakini dan kita pilih?
terimakasih...
wassalamu'alaikum wr.wb...
wa'alaikumsalam..
Hapusantara akal dan hati keduanya berupaya untuk menempatkan posisi dominan dalam diri kita.Keduanya sangat dianjurkan untuk berjalan satu kata untuk tujuan keselarasan diri. Namun terkadang keduanya tidak seimbang. keraguan muncul karena perbedaan pendapat antara akal dan hati.
Cara yang terbaik adalah kita upayakan agar kedua piranti dalam diri kita tersebut diberikan porsi yang seimbang. Yaitu, kapan kita menggunakan akal, kapan kita menggunakan hati. Dari hal ini pun dapat dikemukakan bahwa bila akal tidak mampu melakukan fungsinya, maka gunakan hati karena hati yg bisa mengantar pada keyakinanmu dan terkadang rakitan akal tidak bisa mengantar mnusia menuju titik keyakinan. selain itu posisi hati juga lebih utama daripada posisi akal. kurang lebihnya seperti itu mbk firda terima kasih.
Assalamu 'alaikum.....
BalasHapusberdasarkan hadits 23, disebutkan bahwa ”Siapa yang mengamalkan apa yang ia ketahui, maka Allah akan memberikan ilmu sesuatu yang belum ia ketahui”. nah.. jika ada orang yang telah megetahui tentang, mempunyai ilmu, dan tidak terhalang oleh keterbatasan, serta ada kesempatan untuk mengamalkan ilmunya, tetapi tidak mengamalkan ilmunya, sehingga dari orang-orang sekitarnya cenderung berpendapat bahwa dia telah menyia-nyiakan ilmunya, pertanyaannya, bagaimana caranya untuk mengatasi hal tersebut, ? apakah diperlukan peran kita dalam mengingatkan pentingnya mengamalkan ilmu ?
mohon penjelasannya...
terimaksih..
wa'alaikumsalam,,
BalasHapussesama muslim harus saling mengingatkan kepda saudaranya yang salah bahkan itu hukumnya wajib. jika saudara kita melakukan kesalahan dan kita tidak memberitahukan atau mengingatkannya maka kita yang akan berdosa. terkait dengan pertanyaan anda, tentu saja kita perlu berperan dalam mengingatkan saudara kita yang tidak mau mengamalkan ilmu, kita mencoba melakukan pendekatan dgn nya dan menasehatinya bila perlu kita jelaskan tentang keutamaan2 mengamalkan ilmu dan juga akibat dari menyembunyikan ilmunya dan untuk lebih meyakinkan kpd saudara kita, kita bisa menyebutkan dalil2 tentang mengamalkan ilmu. mungkin dgn cara seperti itu akan membukakan hati saudara kita sehingga dia mau mengamalkan ilmunya dengan orang lain.
demikian terima kasih
2021 111 127
BalasHapusassalamu'alaikum,,
bagaimana caranya agar pikiran selalu mengikuti kata hati,
maksudnya selareas antara hati dan pikiran sehingga tindakan kita selalu mengikuti kata haty tanpa adanhya rekayasa?
terimakasih
wa'alaikimsalam
HapusAkal pikiran dan hati nurani dikaruniakan Allah kepada kita bukan untuk diadu, tapi untuk saling melengkapi, saling menjaga agar tetap seimbang, seiring dan sejalan.
Kemudian bagaimana menjaga keseimbangan ini?? Tentu saja banyak2 berdo’a dan biarkan Allah yang membimbing kita untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. dalam menyikapi segala sesuatu tanyakan apa yang kau rasakan (rasa berhubungan dengan Hati Nurani), kemudian sesuaikan dengan logika /akal pikiran yang dibatasi oleh dzikir.selain itu antara hati dan akal harus dilakukan dengan porsi yang seimbang. kapan kita menggunakan hati dan kapan kita menggunakan akal pikiran?
Peranan hati nurani terhadap akal tidak lah dapat dipisahkan dikarenakan akal menusia terkadang tidaklah mampu untuk mencapai hal-hal yang sifatnya sensitif yang lebih kepada perasaan manusia atau yang sering disebut sebagi hal yang sangat intuisif. Dan hati nuranipun tidaklah dapat tuk berdiri sendiri karena tanpa adanya peranan akal manusia karena akal berfungsi untuk memikirkan, menimbang dan memperhitungkan terhadap langkah kedepan yang akan kita hadapi, jadi dalam penggunaan akal dan hati nurani yang ada pada manusia haruslah seimbang.
Assalamu,alaikum... mbak anik saya mau tanya..
BalasHapusdalam pengertian hadits diatas sudah dapat saya simpulkan, bahwa intinya itu kalau kita ragu-ragu lebih baik ditinggalkan saja,, jangan turuti..karena itu ada mudhoratnya. tapi kenyataanya pada kehidupan kita, sering kali apabila ragu-ragu khususnya dalam makanan, pasti kita melakukannya, bukan malah meninggalkannya. ya.. walaupun dalam hati itu ragu-ragu apakah makanan ini haram atau halal... pasti langsung halal ajalah,
nha... bagaimana menanggapi kejadian tersebut yang sering kali kita lakukan.
terimakasih
wa'alaikumsalam..
Hapussemua itu tergantung pada keyakinan dalam hati. apabila kita ragu apakah makanan ini halal atau haram lalu dalam hati kita yakini " ah saya yakin makanan ini pasti halal" bila hati kita sudah mengatakan "yakin halal" insya Allah yang kita makan itu menjadi halal sama halnya dalam masalah sholat. Terkadang kita merasa bingung "aduh tadi saya sudah batal apa belum ya??" tetapi kemudian kita merasa yakin " saya yakin saya belum batal" setelah hati kita meyakini maka teruskanlah sholatnya. intinya hati kita itu "harus yakin" akan sesuatu yang akan kita lakukan.
zahrul fitriyah
BalasHapus2021 111 156
tolong jelaskan lagi tentang intuisi hati, mulai dari pengertian,contoh,dan bagaimana cara memperoleh ilmu dengan cara ini?
Intuisi hati adalah fungsi dasar hati untuk selalu berkata jujur dan membimbing seluruh anggota tubuh untuk bertindak dalam kebenaran atau dengan kata lain intuisi sama dengan suara hati yang menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu.
BalasHapusPengetahuan intuitif diperoleh melalui pengalaman langsung seseorang dan menghadirkan pengalaman serta pengetahuan yang lengkap bagi orang tersebut. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif. Untuk memperoleh intuisi yang tinggi, manusia pun harus berusaha melalui pemikiran dan perenungan yang konsisten terhadap sesuatu. Salah satu contohnya adalah pembahasan tentang keadilan. Apa adil itu? Pengertian adil akan berbeda tergantung akal manusia yang memahami. Adil bisa muncul dari si terhukum, keluarga terhukum, hakim dan dari jaksa. Adil mempunyai banyak definisi. Disinilah intuisi berperan.Intuisilah yang dapat mengetahui kebenaran secara utuh dan tetap.
MuhMertojoyo(2021 111 155)
BalasHapusapa maksud Orang yang tidak menjauhkan diri dari syubhat dalam pencaharian dan kehidupannya, maka dia telah menyerahkan dirinya untuk dicemooh dan dicela.jelaskan!
Maksudnya misal dalam pencaharian(mencari nafkah) kita sengaja menerima uang tak jelas (atau pura-pura tidak tahu), sesuatu yg tak jelas itulah merupakan syubhat. Jika ada manusia menerima dan menikmati uang tak jelas dengan argumen bahwa toh itu tidak haram, maka sama saja dengan menegaskan bahwa dia makan uang haram.belum lagi uang tersebut untuk makan anak dan istri misalnya berarti makanan yg msk ke dlm tubuh mjd haram dan akan bardampak pada hati. sehingga hati orang tersebut mjd rusak maka rusaklah anggota yg lain sehingga timbullah perbuatan2 yg buruk. selain itu, dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam hal makan, minum, kita harus benar2 bersikap wara atau hati2 dalam setiap tindakan yang kita lakukan dalam hidup kita agar kita selamat baik di dunia maupun di akhirat.
HapusMenjaga diri dari syubhat, berarti menjaga agama dan harga diri. Terjatuh ke dalam perkara syubhat, maka terjatuh kepada keharaman.
Nabi juga mengajarkan bagaimana cara menghadapi hal-hal yang meragukan ini. Kiat nabi saw amat sederhana: "tinggalkanlah."
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ
"Tinggalkanlah apa yang meragukan kamu dan lakukan apa yang tidak meragukan kamu." (HR. Tirmidzi, beliau berkata hadits hasan shahih)
maksud dari di cemooh dan di cela adalah apabila kita tetap nekat melakukan perkara yg syubhat maka kita akan terjatuh kpd keharaman yg tentunya akan mendapat siksaan dalam neraka.
kurang lebihnya seperti itu terima kasih.
Moh. Nasoikhul Ibad (2021 111 178)
BalasHapusSedangkan mubah adalah pembatas antara hamba dengan yang makruh. Maksud kata HAMBA dari keterangan hadits diatas itu apa?
hamba itu adalah manusia. maksudnya bahwa manusia itu agar menghindari perkara yg syubhat di khawatirkan akan terjatuh kpd yg haram. dalam keterangan hadis di atas Ibnu Munir mengibaratkan syubhat sebagai perkara yg makruh. kita semua tahu bahwa makruh itu adlh perkara yg boleh di kerjakan tetapi tidak disukai oleh Allah. sehingga apabila kita terus menerus melakukan perbuatan yg makruh sama saja kita senantiasa melkukan perbuatan yg tidak Allah sukai. begitu juga dengan mubah. bekerja adalah sesuatu yg mubah(boleh). namun jika kita terlalu sibuk bekerja hingga kita lupa atau melalaikan sholatnya demi menyelesaikan pekerjaaan kita nah hukum bekerja disini berubah mjd makruh karena membuat orang tersebut melalaikan sholatnya sehingga Allah tidak menyukainya.
Hapuskurang lebihnya seperti itu terima kasih.
Nurul Inayatissaniyyah
BalasHapus2021 111 141
pada pertanyaannya mbak firda,, anda menjawab bahwa "posisi hati juga lebih utama daripada posisi akal" ,bisa tolong jelaskan alasannya mengapa anda berpendapat seperti itu? adakah dalil al quran ataupun hadits yang menerangkan hal demikian??
kemudian, bagaimana cara mempertajam intuisi hati kita??
posisi hati lebih utama daripada posisi akal karena rusaknya ibadah hati terkadang menyebabkan rusaknya ibadah yang berkenaan dengan anggota tubuh yg lainnya, contohnya keikhlasan dalam ibadah, Ibadah hati lebih berat dilaksanakan daripada ibadah jawarih(anggota tubuh) yg lainnya, Amalan hati merupakan pendorong dan penggerak dari amalan jawarih, Ibadah hati penentu besar kecilnya nilai dan pahala ibadah anggota tubuh, bahkan bisa menjadi penentu diterima atau tertolaknya ibadah anggota tubuh. hati merupakan bagian yang paling murni dan paling mulia dari seluruh makhluk hidup yang mempunyainya, dan dia juga sangat rawan untuk berbolak-balik. Nabi SAW baersabda:
Hapusيَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu.” (HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik
juga beliau bersabda tentang ketaqwaan “Ketakwaan itu di sini, ketakwaan itu di sini,” seraya beliau menunjuk ke dada beliau (HR. Muslim dari Abu Hurairah). Dan tempat ketakwaan tentunya adalah dalam hati.
cara mepertajam intuisi hati yaitu
1.Meyakini dan menghargai Intuisi Awal dari segalanya adalah keyakinan.Dengan meyakini bahwa Anda mempunyai dan menghargai intuisi,serta meyakini kalau Anda mampu mengetuk,dan berniat mengembangkannya,maka intuisi pun akan berkembang sebagaimana yang Anda harapkan,serta memberikan informasi dan hal-hal lain yang bermanfaat dalam kehidupan.
2.Meningkatkan Spiritualitas Dengan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta
3.Pengendalian Emosi Indera keenam akan dapat berfungsi dengan baik,apabila emosi senantiasa terkontrol.
4.Mengisi Jiwa Mereka yang terbiasa mengisi jiwanya,menghayati perasaannya,dan senantiasa belajar untuk membaca fenomena-fenomena yang terjadi di sekitarnya.Akan memiliki kepedulian yang lebih dalam memperhatikan keadaan kejiwaan orang lain.
2021 111 142
BalasHapusAssalamualaikum Wr.Wb.
diterangkan bahwa Perkara Syubhat akan memberi dampak bahaya bagi hati. menurut pemakalah apa saja dampaknya mengenai perkara syubhat tersebut bagi hati dan apakah ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan? mohon penjelasannya...
terimakasih,,,,
wa'alaikumsalam
Hapusdampak syubhat pada hati: dia akan menjadi ragu terhadap keyakinan agamanya dan hatinya akan menjadi gelap, hatinya akan mati, agamanya ringkih, keyakinannya akan melemah, Allah menghalangi do’anya dan menjadi sedikit ibadahnya, syubhat juga mengakibatkan pada diri tentang keragu-raguan terhadap agama dan akan berakibat pada suramnya hati. Pada kondisi yang demikian inilah hati manusia tidak bisa lagi merasakan manisnya iman. Mereka tidak akan bisa merasakan kebahagiaan hati yang hakiki yang biasa diperolehnya dari amal ibadahnya dan Kondisi seperti ini sesungguhnya bisa dijadikan sebagai tolak ukur, jika dalam pelaksanaan ibadah kita tidak bisa merasakan nikmatnya peribadatan.
assalamu'alaikum..Wr.Wb ?
BalasHapustolong jelaskan ciri-ciri barang subhat...??
dan sebutkan contohnya seperti apa ? berdosakah orang yang menggunakan barang subhat untuk digunakan kejalan kebaikan seperti membantu, memberi dan lain-lain ? mohon penjelasanya ? trimakasih ???
wassalamu'alaikum..Wr.Wb.. !!?
wa'alaikumsalam
Hapusciri syubhat yaitu sesuatu tersebut tidak jelas asal usulnya (hukumnya), masih samar, menimbulkan keragu-raguan dalam hati.
contoh syubhat misal anda sedang berjalan2, kemudian di jalan, anda menemukan buah mangga. tanpa pikir panjang anda mengambilnya dan memakannya. nah, yg anda lakukan ini adalah perkara syubhat karena anda tidak tahu asal usul dari buah mangga itu, sehingga anda harus mencari pemilik pohon mangga tersebut untuk meminta kehalalannya karena anda sudah memakan buahnya. dan apabila si pemilik buah tidak menghalalkan atau mengikhlaskan buahnya yg telah di makan anda, maka, buah yg sudah anda makan itu mnjdi haram.
menggunakan barang syubhat untk membantu orang lain menurut saya boleh asalkan itu benar2 dalam keadaan darurat dan sudah tidak ada pilihan lain.barang haram saja bisa kita gunakan apabila benar2 dlm keadaan darurat apalagi barang yg syubhat. contoh saja kita haram memakan daging babi. tapi kalau ada orang sakit parah dan meminum obat2an lain tidak ada yg bisa menyembuhkan, jalan satu2nya adalah makan daging babi misal saja lho ya maka ini diperbolehkan demi kesembuhan org tersebut. dgn catatan "benar2 dlm keadaan darurat" kata ustadz saya seperti itu..
terima kasih,,
Dewi Lisetyawati
BalasHapus2021 111 139
yang ingin saya bagaimana cara kita dalam menyikapi hal-hal yang syubhat?? mohon penjelasannya!!
terima kasih
caranya yaitu kita harus menghindari hal2 yang syubhat agar tidak menjerumuskan diri kepadanya.Dan alasan Nabi SAW ketika mengarahkan kita untuk menjauhi syubhat nampak pada perkataan beliau “Barangsiapa yang menghindari syubhat itu berarti dia telah membersihkan diri untuk agama dan kehormatannya.”
HapusYakni, dengan kita menjauhi syubhat, berarti kita telah berusaha menjaga diri kita dari perkara yang haram. Sehingga kita berarti telah membersihkan diri dalam agama, dalam hubungan kita dengan Allah. Dan dengannya kita pun akan terbebas dari pembicaraan manusia akan kehormatan kita. Karena jika kita melakukan perkara yang syubhat, banyak orang akan mengatakan mbk dewi melakukan ini dan itu.
assalamu'alaikum...
BalasHapusnama : sakinah
nim : 2021 111 211
slm smangat ukhti
seberapa pentingkah peranan intuisi hati sebagai sumber ilmu pengetahuan?
bagaimana kiat-kiatnya agar selalu menjaga hati kita agar tetap berada dijalan illahi Robbi?
wasslmkm
wasslmkm
wa'alaikumsalam,,
Hapuspengetahuan intuisi itu tiba-tiba saja datangnya di luar kesadaran kita . Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku. Ternyata, di dalam buku itu ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun. Atau misalnya, merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat, ternyata di sana ia menemukan penemuan besar yang mengubah hidupnya. jadi sangat penting, karena kita tidak tahu sebenarnya apa yg paling kita butuhkan dalam kehidupan sehari2, dan intuinsi itulah yang membimbing kita melakukan sesuatu dan kebanyakan intuisi berasal dari Tuhan
kiat menjaga hati yaitu dengan cara berdzikir, beribadah dan terus bertafakkur agar kita selalu ingat kepada Allah SWT, karena dengan selalu ingat kepada Allah SWT, maka kita akan selalu berada dijalan ilahi robbi
kurang lebihnya seperti itu terima kasih.
assalamu'alaikum wr.wb.
BalasHapusnama: ratna wahyuningsih
nim: 2021 111 212
saya mau bertanya dunk mbk.....
kan hati yang baik itu akan mencerminkan perilaku yang baik, begitu pula sebaliknya,,,,,,
berarti ada hati yang tidak baik dunk,,,,,
nha,pdahal kan manusia itu fitrahnya adalah berhati baik,,,,
bagaimana pemakalah menyikapi hal tersebut.
terima kasih,,,,
wassalamu'alaikum wr.wb
wa'alaikumsalam..
Hapuskertas itu awalnya putih, kemudian mbk ratna coret2 disana, ada tulisan suka sholat, rajin belajar, ada pula yang anda tulisi suka bohong, sama seperti hati manusia, awalnya bersih, tapi karena pengaruh lingkungan, maka banyak sifat2 yg mempengaruhi ke fitrahannya itu, termasuk sifat jahat tadi, aslinya ya manusia itu baik, buktinya sejahat apapun manusia, dia pasti punya hati nurani, belas kasih, kasih sayang, karena memang ada fitrahnya yg belum tertutupi dengan coretan2 jahat tadi.
kurang lebihnya seperti itu terima kasih.
sebenarnya hati dan akal itu letak nya dimana saya bingung. dan bagaimana cara mengobati hati yang sudah terkena penyakiy tercela
BalasHapusAl-Qur`an dan As-Sunnah menunjukkan bahwa dia terletak di dalam dada. Allah berfirman “Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46)
Hapusjuga Nabi SAW bersabda tentang ketaqwaan, “Ketakwaan itu di sini, ketakwaan itu di sini,” seraya beliau menunjuk ke dada beliau (HR. Muslim dari Abu Hurairah). Dan tempat ketakwaan tentunya adalah dalam hati. Allah juga berfirman “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat berakal dengannya.” (QS. Al-Hajj: 46)
Kalau begitu letak akal adalah di dalam hati, di dalam dada, walaupun tidak menutup kemungkinan akal mempunyai hubungan dengan otak.
cara mengobati hati: Al-mujahadah (kesungguhan) dalam memperbaikinya, Banyak mengingat kematian dan hari akhirat, Bergaul dengan orang-orang yang saleh, berdzikir kpd Allah SWT.
apakah jalan mencari ilmu dgn tasawuf trmsk dgn intuisi?
BalasHapustrims
iya karena tasawuf juga berhubungan dengan pengetahuan intuitif hati. yaitu pengetahuan batin tentang Tuhan seperti ma'rifat
HapusBagaimana peran intuisi hati dalam permasalahan ini, apabila ada seseorang yang telah sadar akan tindakan yang pernah ia lakukan dan hal itu sangat dilarang oleh agama dan orang tersebut juga sudah mengetahui konsekuensi dan tindakan tersebut akan tetapi dia sangat sulit lepas dari belenggu dosa itu. Bagaimana pendapat pemakalah tentang masalah tersebut?
BalasHapusberarti orang tersebut hatinya sudah rusak sehingga sulit untuk berbuat kebaikan. kerusakan hati tersebut salah satunya diakibatkan karena terlalu sering melakukan perbuatan yang syubhat sehingga hatinya menjadi suram dan enggan untuk melakukan kebaikan. dia harus benar2 bersungguh2 memperbaiki hatinya itu, kemudian mencoba lebih mendekatkan diri kepada Allah, selalu berdzikir, dan selalu mengingat akan adanya hari akhirat.
Hapus