MAKALAH
PERTANGGUNG
JAWABAN PANCA INDRA
Di
susun guna memenuhi tugas :
Mata
Kuliah: Hadis tarbawi II
Dosen
Pengampu : Muhammad Ghufron, M.S.I
Di
susun oleh :
Nama
: Nailatus Sa’adah
NIM
: 2021 111 027
Kelas
: A
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Manusia yang di anugrahi oleh Allah
sebuah kesempurnaan fisik berupa pendengaran, penglihatan, hati dan segala
kebutuhannya di bumi. Kerap kali membuat manusia lupa bahwa sesungguhnya Allah
memberi semua itu tidaklah lain agar manusia beribadah kepada Allah melalui
segala sesuatu yang diberi Allah.
Dalam makalah ini saya akan menyampaikan
sedikit tentang “Pertanggung jawaban
panca indra” dengan berdasarkan beberapa hadis shahih dan firman Allah
dalam Al-Qur’an. Dan hanya kepada Allah saya menyandarkan pertolongan dan
taufiq.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hadis
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةً وً عًنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قالَ رًسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلًيْه
وَسَلًمً : يُؤتًى بِالْعَبْدِ يَوْمَ القِيَامَةِ فَيَقُولُ اللهُ لَهُ ألَمْ
أجْعَلْ لَكَ سَمْعَا وَ بَصَرًا وَ مَالاً وَ وَلًدًا وَسَخَّرْتُ لكَ الأنْعَامَ
و الْحرْثَ وَ تَرَكْتُكَ تَرْأسُ وَ تَرْبَعُ فكُنْتَ تطَنَّ أنَكَ مُلاَقِي
يَومَكَ هَذَا قَالَ فَيَقُولُ لَا فَيَقُولُ لهُ الَيوْم َنسَاكَ كَمَا
لَسِيتَنِي قَالَ أَبُو عِسَى هذَا حَدِيَثُ صَحِيحُ غَرِيبُ وَمَعْنَى قَولِهِ
اليُومَ اَتْرُكُكَ في الْعَذَابِ هَكَذَا فَسْرُوهُ قالَ أبُو عيسَي وَقَدْ
فَسَّرَ بَعضُ أهْلِ الْعِلْمِ هَذِهِ الأيَتَ فَالْيوْمَ نَسَاهُمْ قَالُوا
إنَّمَا مَعْنَاهُ الْيوْمَ نَثْرُكُهُمْ ڤِي الْعَذَابِ .( رواه الترمذي فى الجامع،كتاب صفت القيامة و الرقائق َ الورع عن رسول الله )
B.
Terjemah
“Dari Abu Hurairah dan Abi Said berkata : Rasullah SAW bersabda : Pada hari
kiamat nanti para hamba di pertemukan dengan-Nya, dan Allah berkata kepada
mereka” Bukankah telah Ku ciptakan untukmu pendengaran, penglihatan, harta
serta keturunan dan telah kutundukan padamu hewan ternak dan tumbuhan dan hasil
bumi agar kau bisa memimpin dan hidup sejahtera dan kamu mengira bahwa kamu kan
bertemu dengan hari ini ?” mereka berkata “ tidak ” maka Allah mengatakan pada
mereka “ Hari ini Aku melupakan seperti kamu melupankan-Ku.” ( HR. Imam
Tirmidzi)
C.
Mufrodat
Di pertemukan : يُؤتًى
Telah Ku ciptakan untukmu : أجْعَلْ لَكَ
Pendengaran . : سَمْعَا
Penglihatan : بَصَرًا
Memimpin : تَرْأسُ
Hidup sejahtera : تَرْبَعُ
Kamu mengira : تطَنّ
Melupakan : نسَاكَ
D.
Biografi
rawi
Sumber Hadis
Abu Hurairah termasuk sahabat Nabi saw. yang
selalu menarik perhatian karena controversial dan selalu menjadi bahan diskusi.
Nama dan kelahirannya serta masuknya islam saja masih diperselisihkan. Beberapa
tesis dan disertasi doctor lahir hanya karena membahas persoalan Abu Hurairah
ini. Ada kalangan tertentu yang tidak saja mengkritisi tetapi meragukan bahkan
lebih dari itu, ia menolak keberadaan dan disertasi periwayatannya dengan
menulis sebuah buku khusus “menggugat” Abu Hurairah. Sebaliknya ada juga yang
mendukung dan membela serta mempertahankan eksistensi Abu Hurairah dengan
menulis buku berjudul “Abu Hurairah Riwayah al Islam” paling tidak ada 3
kalangan yang biasa mengkritiki Abu Hurairah, yaitu kalangan orientalis,
kalangan syi’ah, dan dari kalangan islam (sunni) sendiri.
Abu Hurairah menjadi objek kritikan karena yang
terbanyak meriwayatkan hadis Nabi saw. yaitu sebanyak 5.374 hadis. Abu Hurairah
lahir tahun 19/20 sebelum hijriyah (SH) di daerah Yaman, Arabia Selatan dari
etnis Daus sehingga ia dikenal dengan Abd ar-Rahman Ibn Shakhr al-Dausiy al-Yamani.
Ia masuk islam sejak masih di Yaman.
Abu Hurairah wafat pada tahun 57 H bertepatan
dengan tahun kewafatannya Aisyah umm al-mu’minin dan ada juga yang mengatakan
tahun 59 H. sebab pada waktu Aisyah wafat Abu Hurairah masih sempat menshalati
jenazahnya.[1]
Mukharijul Hadis
Nama lengkap al-Imam
al-Tirmidzi adalah Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Sawrah ibn Musa ibn Dahak
al-Sulamani al-Tirmidzi salah seorang ulama ahli hadis yang banyak mempunyai
karangan yang terkenal dan pengaruh abadi. Beliau dilahirkan pada tahun 209 H.
Kakek dari Abu Isa berasal
dari Marwas kemudian pindah dan mukim ke daerah Tirmidz. Abu Isa dilahirkan di
daerah tersebut, dan sangat mencintai keilmuan serta mencari dan meriwayatkan
hadits semenjak beliau kecil, untuk tujuan tersebut, Abu Isa melakukan banyak
perjalanan keilmuan di antaranya ke Hijaz, Iraq Khurasan dan daerah-daerah
lainnya. Pada perjalanan ini, beliau banyak menjumpai para pembesar ulama
hadits dan guru-guru hadits serta meriwayatkan hadits dari mereka. Abu Isa
selalu meriwayatkan dan menulis hadits yang beliau dengar serta menjaganya
dengan baik pada kesempatan melakukan perjalanan maupun dalam waktu
senggangnya. Beliau tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk meriwayatkan
hadits.
Setelah al-Tirmidzi melakukan
perjalanan dan meriwayatkan hadits dalam waktu yang cukup lama, serta menulis
beberapa kitab beliau kemudian mengalami kebutaan pada masa tuanya. Kebutaan
tersebut beliau alami selama beberapa tahun sampai kemudian beliau wafat. Beliau
wafat di Tirmidz pada malam Senin tanggal 13 Rajab tahun 279 H pada usia 70
tahun.
Beberapa karangan
al-Tirmidzi, diantaranya:
1.
Kitab al-Jami’ al-Shahih
2.
Kitab al-Ilal yang terdapat pada bagian akhir dari kitab al-Jami’ al-Shahih
3.
Kitab al-Tarikh
4.
Kitab al-Syama `il al-Nabawiyah
5.
Kitab al-Zuhd
6.
Kitab al-Asma` wa al-Kuna
Dari sekian banyak karangan al-Tirmidzi, kitab yang paling monumental
adalah kitab al-Jami’ al-Shahih.[2]
E.
Keterangan
Hadis
قوله )تَرْأَسُ(
رَاءْ سُ الْقَوْمَ يَرْاَ سُهُمْ
Lafadz ini
mempunyai arti pemimpin pada suatu kaum yang telah memimpin mereka pada waktu
itu. Bahwasannya kepemimpinan
seseorang akan dimintai pertanggungjawaban pada hari kiamat nanti.
)تَرْبَعُ(
تَاءْخُذُ رَبْعُ الغَنِيْمَة
Dapat
diartiakan mengambil seperempat harta rampasan. Dia berkata kepada sebagian
kaum ketika telah mengambil seperempat dari harta mereka yang berarti bukankah
aku telah menjadikanmu pemimpin yang taat.[3]
F.
Aspek
Tarbawi
Allah telah
menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Manusia tak hanya
mempunyai panca indra, namun Allah juga memberi kita akal. Akal yang sebagai
dasar untuk mengambil dan mempelajari suatu ilmu, serta dasar untuk melakukan
suatu amal. Begitu pula dalam memimpin, di sini tak hanya manusia yang sebagai
khalifah fil ardh, tetapi juga khalifah untuk diri kita sendiri.
Manusia diberi
segala sesuatu yang dibutuhkan, seperti halnya dengan panca indra. Sebagai
bentuk rasa syukur kita atas anugrah Allah dan juga amanah yang di emban
manusia sebagai khalifah. Kita harus memanfaatkannya sesuai dengan perintah
Allah, dan jangan sampai sebaliknya. Di era globalisasi sekarang ini kita tidak
boleh tertinggal, dengan alat indera ini kita gunakan sebaik-baiknya untuk
mencapai ilmu pengetahuan semaksimal mungkin, kita ciptakan inovasi-inovasi
baru, pemikiran-pemikiran yang berkualitas, memunculkan hal-hal yang membawa
umat manusia kepada kesuksesan, menciptakan lapangan pekerjaan, yang kesemuanya
itu bertujuan untuk menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Rasa tanggung jawab
itu akan terpelihara didalam diri manusia yang sadar, selalu ingat adil jauh
dari penyelewengan, tidak tunduk pada hawa nafsu, jauh dari kedzaliman dan
kesesatan, serta istiqomah dalam segala perilaku.[4]
Allah
berfirman di dalam Al-Qur’an:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya.” (QS.
Al-Isra`: 36)
Nabi saw.
juga bersabda:
لَا تَزُوْلُ قُدَ مَا عَبْدٍ يَوْمَ
الْقِيَا مَةِ حَتَّى يَسْأَ لَ عَنْ اَرْبَعِ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَ اَفْنَاهُ؟
وَعَنْ
عِلْمِهِ مَا فَعَلَ فِيْهِ؟ وَعَنْ جِسْمِهِ
فِيْمَ ابلْاَهُ ؟ )اخر جه التر مذى(
“Tidaklah beranjak kaki seorang hamba pada hari kiamat sebelum dimintai pertanggungjawaban
empat hal ini: tentang usia, dihabiskan untuk apa usia itu, tentang ilmu
pengetahuan, diamalkan untuk apa ilmunya itu, tentang harta diperoleh dari mana
dan dibelanjakan untuk apa hartanya itu dan tentang tubuhnya, dilusuhkan untuk
apa tubuhnya itu.” (HR.
Tirmidzi).
Jadi sudah seharusnya kita
bersyukur kepada Allah yang telah menjadikan manusia sebagai makhluk yang
sempurna serta memanfaatkan apa yang telah diberikan, karena kita sebagai
pemimpin bumi dan tubuh ini. Dan setiap pemimpin kelak akan dimintai
pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya, termasuk dengan penglihatan,
pendengaran dan hati kita.
PENUTUP
Sebuah kesempuranaan
sering kali membutakan hati manusia untuk mensyukuri dan memanfaatkan apa yang
telah didapat. Padahal tak jarang pula manusia yang dilahirkan kurang dan
kemampuan dan kesyukurannya melebihi manusia yang di anugrahi kata “normal”.
Sudah sewajarnya jika
kelak Allah menanyakan apa yang dititipkan pada manusia, meminta laporan
pertanggung jawaban selama kita di dunia. Semoga menjadi pelajaran dan
pengingat bagi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Sayadi, Dr. H. Wajidi. Hadis Tarbawi: Pesan-Pesan Nabi saw. tentang
Pendidikan. jilid III. 2011. Jakarta: PT. Pustaka Firdaus.
Su’adi, Hasan. Di
Bawah Naungan al-Kutub al-Sittah. 2007. Yogyakarta: Gama Media Offset.
Rahman, Muhammad
Abdur. Kitab
Tuhfatul Al wadzi. juz
7.
Nahlawi, Abdul
Rahman an-. Pendidikan
Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. 1995. Jakarta: Bema Insani press.
[1] Dr. H. Wajidi Sayadi, Hadis Tarbawi: Pesan-Pesan Nabi saw. tentang
Pendidikan (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2011) jilid III hlm. 67-71
[2] Hasan Su’adi, Di Bawah Naungan al-Kutub al-Sittah (Yogyakarta: Gama Media Offset,
2007) hlm. 103-108
[4] Abdul
Rahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta:
Bema Insani press, 1995).Hlm. 44.
NAMA: SITI SURAHMI
BalasHapusNIM:2021 111 260
KELAS: A
Assalamu'alaikum,
Di era globalisasi sekarang ini kita tidak boleh tertinggal, dengan alat indera ini kita gunakan sebaik-baiknya untuk mencapai ilmu pengetahuan semaksimal mungkin, kita ciptakan inovasi-inovasi baru, pemikiran-pemikiran yang berkualitas,
jelaskan maksud dari kalimat di atas, bagaimana kita melakukan hal tersebut serta berikan contohnya.
wa'alaikum salam ,,
Hapusafwan baru sempat balas..
maksud dari kalimat itu dan bgaimana melakukannya adalah ,, manusia telah diberi kelengkapan oleh Allah berupa alat indra..
dengan alat indra itu hendaklah kita memanfaatkannya sesuai dengan perkembangan zaman.
di zaman sekarang ini telah berkembang banyak ilmu pengetahuan dan kemajuan-kemajuan teknologi.
contohnya:
munculnya teknologi berupa komputer disertai dengan jaringan internet. disini jelas banyak yang bisa kita lakukan terkait dengan pemanfaatan panca indra.
tangan untuk memenct tombol menuju browsing ,, mata yang diberikan Allah kita gunakan untuk membaca dan melihat ilmu pengetahuan (yang baik)yang ada dilayar komputer.
dan dari ilmu itu kita bisa mendapatkan pelajaran dan mengamalkan pengetahuan itu kepada masyarakat untuk menjadikan kehidupan manusia lebih baik ..
Anita Kumala (2021 111 364)
BalasHapusAss.. .
Yang ingin saya tanyakan kepada pemakalah.. .
Apabila ada sebuah kasus, seorang laki-laki mencuri barang milik org lain, akan tetapi dari lubuk hati paling dalam si pencuri itu tdk ingin mencuri, hanya saja kondisi dan situasi mendesaknya untuk mencuri demi kelangsungan hidupnya (kbutuhan sandang pangan dan papan).. .menurut pendapat pemakalah bagaimana pertanggung jawaban panca indranya ? Krn di sisi lain si pencuri ini benar-benar membutuhkan, namun di sisi lain mencuri itu adlh perbuatan yg dilarang oleh agama.. .
Terimakasih.
wa'alaikum salam ,,
Hapusmenjawab prtanyaan itu ,, saya hanya ingin mengtakan bhwasannya Allah membalas sesuai dengan perbuatan manusia itu sendiri..
"dengan kata lain, panca indra itu akan tetap mempertanggung jawabkan perbuatannya."
sebenarnya ketika manusia mau berusaha dan tidak berputus asa (ikhtiyar disertai do'a) ,, Allah pasti akan memberikan jawaban atas usaha dan do'anya. karna Allah pasti tidak akan membiarkan hamba-Nya menderita.
seringnya ugkapan kata-kata terdesak itu muncul ketika manusia itu sudah berputus asa dan tidak berusaha berbuat lebih baik.. padahal cara-cara halal yang diberikan Allah itu lebih banyak.
semoga jawaban ini sudah mampu mewakili pertanyaan anda..:)
Zaenal Arifin (202 109 251)
BalasHapusAssalamu'alaikum...
Makalah ini membahas mengenai penggunaan panca indra, yang nantinya akan di nilai dan dimintai pertanggung jawabannya, menggingat di zaman sekarang ini dengan adanya kecangihan teknologi yang semakin maju, hingga akibatnya tiada batasan antara yang halal dan haram, bawasanya batasan tersebut sangatlah tipis sekali bagi setiap orang. Dan yang saya tanyakan bagaimana kita menyikapi fenomena tersebut??
Terimakasih...
wa'alaikum salam ,,
Hapusketika membahas fenomena seprti yang anda tanyakan ,, menurut saya jika dilihat dari segi agama, batasan halal dan haram itu tetap ada dan tidak akan hilang. terkecuali ketika kita melihat dari ranah pribadi masing-masing orang tersebut, ungkapan "batasan sangat tipis dan menjadi seperti tanpa batas" itu bisa muncul ...
jika di lihat dari 2 segi tersebut ,, maka pengetahuan agama pada masing" orang itu yang telah hilang , sehingga tag lagi mengenal batasan-batasan yang telah ditentukan oleh agama (halal-haram).
lantas bagaimana menyikapi fenomena ini??
.menurut saya ,, yang terpenting adalah memberikan kesadaran yang sebenar-benarnya pada orang-orang.bahwa jangan sampai perkembangan zaman dan teknologi itu mengikis iman kita ,, terlebih menghilangkan batas-batas halal dan haram..
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama:Dzati ismah
BalasHapusNim :2021 111 263
Assalamu'alaikum
apabila salah satu dari indra kita melihat hal-hal yang tidak bagus,tetapi melihatnya itu dengan tidak sengaja,bagaimana caranya kita mempertanggung jawabkanya,tolong jelaskan.
terimakasih
wa'alaikum salam ,,
Hapussaya kurang begitu paham ,, karna hal tersebut kaitannya dengan hukum ..
mungkin ketika kita melihat hal yang tidak bagus dan tidak sengaja ,, menurut saya tidak apa-apa ... tapi dengan catatan ,, hati kita tidak menyenangi hal tersebut..
ucap istighfar dan mohon ampun kepada Allah ,, karna bagaimana pun yang menilai pastinya adalah Allah..
namun , ketika kita melihat tanpa sengaja dan tetap melanjutkannya ... maka pertanggung jawaban itu tetap sama ..
dari segi pendidikan ,, akan lebih baik ketika kita menjaga indra kita dari hal-hal yang tidak baik.. dan memanfaatkan indra tersebut dalam hal-hal yang baik pula..
nama: nur amiroh
BalasHapusnim :2021 111 345
assalam...
bagaimana jika ada manusia tidak bersyukur atas indra yang telah diberikan oleh Allah spt memakai lensa untuk keindahan mata,dll.......
wa'alaikum salam ...
Hapus"segala perbuatan pasti akan dimintai pertanggung jawabannya"..
"dan apabila tidak mensyukuri nikmat Allah , sesungguhnya azab Allah sangatlah pedih"..
seperti halnya , seseorang dikaruniai indra mata untuk melihat ,,, namun seseorang itu tidak memanfaatkan, menggunakan dan menjaga dengan baik ,, kemudian indra mata itu minus (-).. sesungguhnya kekurangan dia dalam melihat juga termasuk azab ..
dan merupakan sebuah pelajaran bagi orang lain agar menjaga pemberian Allah dengan baik ..
serta semua itu (menjaga dan merawat titipan Allah) pasti kelak akan dimintai pertanggung jawaban..
begitu pula memakai lensa ,, ketika memakai lensa untuk membantu penglihatan mata yang kurang baik (contoh: mata minus).. hal itu tidak apa-apa..
namun ketika memakai lensa untuk memamerkan kepada orang lain sehingga menimbulkan sombong ataupun iri, dan terkadang menimbulkan zina mata..
semua itu tetap menjadi tanggungan (tanggung jawab) kita kelak..
Bagaimana jika salah satu panca indra tidak sempurna, apakah panca indra tersebut akan dimintai pertanggung jawabannya juga?
BalasHapusmaaf , dari pertanyaan anda mengandung dua kemungkinan...
Hapuspanca indra tersebut tidak sempurna karna ketentuan Allah, atau karena kita??
ketika panca indra tidak sempurna karna ketentuan Allah ,, menurut saya tanggung jawab untuk menjaga titipan itu masih tetap melekat pada diri kita..
gagaimana kita menjaga ,, bagaimana kita memanfaatkan dan menggunakan hal yang tak sempurna menjadi lebih baik dan terlihat sempuna .. semua tanggung jawab itu masih melekat dan tanpa menyudutkan pemberian Allah...
tidak membuat/menjadikan panca indra yang tak sempurna oleh Allah itu menjadi sebuah alasan bagi kita untuk tidak memanfaatkan dan menafikkan tanggung jawab kita...
jika panca indra yang tidak sempurna atas ketentuan Allah masih dimintai pertanggung jawaban ,, apalagi yang tak sempurna karna kita??
jawabannya sudah pasti akan dimintai pertanggung jawabannya...
Nama: Eka supriyatin
BalasHapusNim:2021 111 357
Assalamualiakum........
bagaimana menurut pemakalah jika ada seseorang yang tidak memanfaatkan panca indra yang dimilikinya,misalnya ada orang pura-pura buta untuk alat menjadi pengemis.jelaskan dan solusinya bagaimana???????????
wa'alAikum salam ..
Hapusmemang sekarang ini banyak terjadi fenomena tersebut dan sedikit mengulas hadis di atas ,,
“Tidaklah beranjak kaki seorang hamba pada hari kiamat sebelum dimintai pertanggungjawaban empat hal ini: tentang usia, dihabiskan untuk apa usia itu, tentang ilmu pengetahuan, diamalkan untuk apa ilmunya itu, tentang harta diperoleh dari mana dan dibelanjakan untuk apa hartanya itu dan tentang tubuhnya, dilusuhkan untuk apa tubuhnya itu.” (HR. Tirmidzi).
sungguh telah jelas disebutkan dalam hadis tersebut ,, pekerjaan meminta (mengemis) itu baik ,, tapi akan lebih baik ketika kita m njdi seseorang yg memberi.. (darimana kita mendapatkan harta akan dipertanyakn ,, dan pasti dimintai pertanggung jawaban)
tentang tubuhnya (indranya) ,, "dilusuhkan untuk apa tubuhnya itu?"
bagaimana kita memanfatkan dan menjaga tubuh (indra) ,, kelak akan dimintai pertanggung jawaban..
dan untuk solusi ,,
mungkin ,, menangkap orang-orang yg demikian. kemudian, melakukan 3 hal :
1. penyadaran (menyadarkan atas perbuatan mereka ,, bhwa perbuatan tersebut tidaklah baik)
2. pengkapasitasan (memberikan kemampuan pada mereka ,, kemampuan yang dimaksud adalah memberikan mereka ketrampilan agar mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan lain yang baik)
3. pengorganisasian (membuat suatu lembaga untuk pemberdayaan oraang-orang yang bersangkutan)
Nama : M.FURQON
BalasHapusNIM : 2021111043
Assalamu'alaikum...
pemakalah sudah menjelaskan apabila seseorang salah satu panca indranya tidak sempurna maka kita harus memanfaatkan dan menggunakannya dengan baik.
salah satu panca indra ada mata dan dalam bagian mata salah satunya adalah saraf mata. Yang saya mau tanyakan apakah dimintai pertanggung jawaban apabila seseorang terlahir tidak bisa melihat karena kerusakan saraf mata kemudian melakukan operasi agar bisa melihat dan apa hukum melakukan operasi tersebut jelaskan..
terima kasih...
wa'alaikum salam ,,
Hapusterima kasih atas pertanyaannya..
tanggapan saya ,, apapun hal yang kita lakukan baik ataupun buruk.. kita akan tetap dimintai pertanggung jawaban...
untuk kasus yang disebutkan ,,, secara hukum saya kurang tau ..
namun jika dilihat dari manfaat dan mudharatnya .. dan jika operasi tersebut dilakukan agar dapat melihat dengan normal ..
Dalil-dalil dari al-Qur`an dan sunnah menetapkan dibolehkannya operasi medisdengan syarat-syaratnya, dan bahwa tidak ada dosa atas seorang muslim melakukannya untuk meraih kesembuhan dari penyakit yang Allah ujikan kepadanya dengan izin Allah.
firman Allah: “Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”
(Al-Maidah: 32)
dan adapun syarat-syarat dibolehkannya operasi medis yang diletakkan oleh fuqaha Islam dalam buku-buku mereka, syarat-syarat ini diambil dari dasar-dasar kaidah syariat.
1) Hendaknya operasi medis disyariatkan.
2) Hendaknya penderita membutuhkannya.
3) Hendaknya penderita mengizinkan.
4) Hendaknya tim medis menguasai.
5) Hendaknya peluang keberhasilan lebih besar.
6) Hendaknya tidak ada cara lain yang lebih minim mudharatnya.
7) Hendaknya operasi medis berakibat baik.
8) Hendaknya operasi tidak berakibat lebih buruk daripada penyakit penderita.
kita tahu Allah itu maha adil. tapi bagaimana jika karena ketidak sempurnaan indera yang dimiliki seseorang, membuat kita berpikiran bahwa Allah itu tidak adil? apa pendapat pemakalah?
BalasHapus