Tafsir Tarbawi
PENDIDIKAN INTELEKTUAL TRANSIDENTAL
"FENOMENA ALAM, BAHASA, DAN WARNA KULIT"
“QS. AR-RUM AYAT 22”
Aanisah Agustina
2021114095
Kelas Pendidikan Agama Islam H
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji
syukur ke hadirat Allah Swt. Atas segala hidayah, inayah, dan taufiq-Nya,
makalah yang berjudul “Pendidikan Intelektual Transidental: Fenomena Alam,
Bahasa, dan Warna kulit” ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada sebaik-baik
manusia, nabi, dan junjungan kita, Muhammad SAW., keluarga, dan sahabatnya.
Makalah ini menjelaskan tentang Definisi dari Fenomena alam, bahasa, dan
warna kulit, teori pengembangan disertai ayat pendukung, pengaplikasian ayat
dalam kehidupan serta aspek tarbawinya. Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas dan juga memberikan pengetahuan kepada pembaca
tentang hal tersebut. Semoga makalah ini dapat membantu kita dalam memahami
fiqh munakahat.
Penulis telah berupaya menyajikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Selain itu apabila dalam makalah ini masih didapati kekurangan
dan kesalahan, baik dalam pengetikan, maupun dalam isinya. Penulis dengan
senang hati menerima kritik saran anda yang mendukung guna penyempurnaan
makalah berikutnya.
Pekalongan,
26 March 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surat ar-Rum , yang berarti Romawi atau
bangsa Rum, adalah Surat yang ke-30 dalam susunan surat-surat al-Qur’an. Dari
ayat 20 sampai ayat 25, artinya dalam tiga ayat, Tuhan menarik perhatian
manusia kepada keadaan yang berada di kelilingnya, sejak dari dirinya sendiri,
sampai kepada jalan hidupnya. Dengan memperingatkan adanya tanda-tanda
kebesaran Allah ini, sampailah manusia kepada kesimpulan tentang pasti adanya
Maha Pencipta, Maha Pengatur, Maha Bijaksana, Maha Perkasa disertai Maha
Pengasih dan Maha Penyayang.
Oleh sebab itu, maka diajaklah umat yang
telah beriman itu supaya berfikir, pertama memikirkan siapa diri sendiri.
Sesudah memikirkan diri memandang pulalah kepada alam berkeliling, kejadian
langit dan bumi. Selain dari itu disuruh lagi melihat keadaan hidup manusia,
dan perjalanan sejarah. Kita juga disuruh merenungkan betapa banyaknya makhluk
ciptaan-Nya yang sangat berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain, baik
dari bahasa mereka, warna kulit mereka, suara mereka, dan wajah mereka. Dengan
begitu kita akan mampu mengenal identitas mereka kita bisa membedakannya
melalui bahasa yang dipakainya lalu kita mengetahui dari bangsa manakah dia.
B. Inti Hadits
Ayat ini menerangkan tanda-tanda kekuasaan dan
kebesaran Allah, yaitu penciptaan langit dan bumi, sebagai peristiwa yang luar
biasa besarnya, dan sangat teliti dan cermat. Orang tidak mengetahui rahasia
kejadian penciptaan langit dan bumi, kecuali sedikit orang yang berilmu dan
terus mencari tahu proses penciptaan langit dan bumi. Kebesaran Allah tidak
hanya berada di langit dan di bumi saja. Terdapat pula pada yang lain, yaitu
perbedaan bahasa yang digunakan oleh suku-suku dan bangsa dari perbedaan warna
kulit serta sifat-sifat kejiwaan merka, dan tidak ada satupun manusia yang
mirip dengan manusi lainnya. Allah begitu kaya dan kreatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Judul
Intelektual
merupakan sebuah istilah yang disandangkan bagi orang-orang yang cerdas,
berakal, berilmu pengetahuan tinggi, taat kepada agama serta kritis dalam
menanggapi persoalan-persoalan sosial. Istilah intelektual memiliki makna yang
hampir sama dengan cendekiawan.
Cendekiawan dapat diartikan sebagai orang cerdik dan pandai yang memiliki sikap
hidup yang terus menerus meningkatkan kemampuan berpikirnya untuk mendapatkan
pengetahuan atau memahami sesuatu.
Sesudah Allah SWT menuturkan tentang bukti-bukti keberadaan-Nya
melalui apa yang telah dituturkan-Nya dalam penciptaan manusia; selanjutnya
Allah melanjutkan dengan penjelasan tentang bukti-bukti yang berada pada
semesta alam pada perbedaan warna kulit serta bahasa yang jumlahnya tidak dapat
dihitung. Padahal mereka berasal dari satu ayah dan satu ibu. Dan bukti-bukti
keberadaan-Nya yang terdapat pada hal-hal yang dapat disaksikan, yaitu seperti
tidur mereka yang nyeyak di waktu malam, aktifitas mereka yang enerjik di siang
hari dalam rangka mencari rezeki, dan kesungguhan serta jerih payah mereka di
dalam mencari rezeki. [1]
Oleh sebab itu, Seorang muslim harus senantiasa menggunakan daya
pikirnya. Allah mewujudkan fenomena alam untuk dipikirkan, beraneka macamnya
tingkah laku manusia sampai adanya aneka pemikiran dan pemahaman manusia
hendaknya menjadi pemikiran seorang muslim. Tetapi satu hal yang tidak boleh
dilupakan adalah bahwa tujuan berpikir tidak lain adalah untuk meningkatkan
keimanan kita kepada Allah SWT bukan sebaliknya.
B.
Hadits/ayat
pendukung
QS. Yunus ayat 5-6 :
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ
ضِيَاءً وَاْلقَمَرَ نُوْرًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَالسِّنِيْنَ
وَاْلحِسَابَۚ مَاخَلَقَ اللهُ ذَلِكَ اِلَّا بِاْلحَقِّۚ يُفَصِّلُ اْلاَيَتِ لِقَوْمٍ
يَّعْلَمُوْنَ(۵) اِنَّ فىِ اخْتِلَفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللهُ فِى
السَّمَوَتِ وَاْلاَرْضءِ لَاَيَتِ لِّقَوْمٍ يَّتَّقُوْنَ (٦)
QS. Al-Hujurat ayat 13 :
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ
أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu, dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah, ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah
Maha Mengetahui, lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat: 13).
C.
Teori
Pengembangan
1.
Ayat dan arti
QS. Ar-Rum ayat 22 :
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ
لِلْعَالِمِينَ
Artinya :
”Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaaan langit dan
bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”. (QS.
Ar-Rum: 22).
2.
Penafsiran ayat
Ayat-ayat di atas masih melanjutkan uraian tentang bukti-bukti
ke-esaan dan kekuasaan Allah Swt. Ada persamaan antara pria dengan langit dan
wanita dengan bumi. Dari langit turun hujan yang ditampung oleh bumi, sehingga
lahir tumbuhan. Demikian juga pasangan suami dan istri. Ayat-aya diatas
menyatakan: Dan juga diantara tanda-tanda kekuasaan dan ke-esaan-Nya adalah
penciptaan langit yang bertingkat-tingkat dan bumi. Semua dengan sistemnya
yang sangat teliti, rapi dan serasi.
Sekelumit dari tanda-tanda kekuasaan Allah dan keesaan-Nya dapat
diketahui dengan mengamati langit dan bumi atau alam raya ini. Perhatikanlah
keadaannya, amatilah peredaran benda-benda langit. Sekian banyak benda langit
yang beredar di angkasa raya, namun tidak terjadi tabrakan antar benda-benda
itu, tabrakan yang mengakibatkan kehancuran bumi atau penduduknya. Belum lagi
tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-nya jika kita mengetahui betapa luas alam
raya ciptaan-Nya.
Melalui salah satu benda langit yang paling berperan dalam
kehidupan manusia dan makhluk di bumi, yaitu matahari, di mana terjadi sekian
banyak tanda-tanda kekuasaan-Nya, yaitu perbedaanmalam dan siang, dan perbedaan
musim.
Di bumi pun, sekian banyak tanda-tanda kekuasaan Allah. Di sini
yang disinggung adalah yang terdapat dalam diri manusia sekaligus yang
berkaitan dengan peredaran matahari dan bumi yang disebutkan adalah perbedaan
lidah,[2] perbedaan
bahasa yang dimaksud adalah ragam bahasa yang digunakan manusia. Sedangkan perbedaan warna kulit yang dimaksud
adalah warna putih, hitam, dan merah yang
dipengaruhi oleh sinar matahari. Ayat di atas menekankan tentang perbedaan, hampir tidak ada satu pun orang yang tidak
berbeda dengan orang yang lainnya karena
perbedan ini lebih menonjolkan kuasa-Nya.[3]
Betapa tidak demikian, manusia berbeda-beda dalam banyak aspek, padahal semua
lahir dari asal usul yang sama dan bersumber dari seorang kakek.
“Dan berlainan bahasa-bahasa kamu dan warana-warna kamu.” Itu
pun menjadi salah satu tanda pula dari berbagai tanda kebesaran Tuhan. Terutama
perlainan, meskipun manusia hidup di atas satu bumi, di bawah kolong dari satu
langit, namun terdapatlah bahasa yang berbagai-bagai. Ada bahasa Inggris, ada
bahasa Prancis, ada bahasa Jerman, ada bahasa Rusia dan berbagai bahasa lagi di
Eropa Timur, dan ada bahasa Italia, ada bahasa Spanyol. Sedangkan di tanah air
Indonesia, tidak kurang daripada 300 bahasa daerah.
Disamping perlainan bahasa yang berbagai ragam, terdapat pula
perlainan warna kulit, warna muka. Kulit kuning, kulit putih, kulit hitam,
kulit sawo matang dan kulit merah di Amerika pada bangsa Indian. Diwaktu
menulis tafsir ini tidaklah kurang daripada 4,000,000,000 (empat milyard)
penduduk dunia ini, namun tidaklah ada yang serupa. Allah Swt mentakdirkan buat
tiap-tiap diri manusia ada kepribadian sendiri
yang berbeda satu sama lain. Sampai-sampai pada ujung jari yang bernama sidik
jari, sampai kepada raut muka, bentuk mata, bentuk hidung, bentuk telinga pun
tidak ada yang serupa antara yang satu dengan yang lain. Alangkah kaya Tuhan
dengan rupa dan bentuk yang denikian. Sudah sekian ratus tahun manusia hidup di
dunia, yang datang dan yang pergi, dan ada lagi yang akan datang, menggantikan
yang sekarang yang pasti pergi bila datang ajalnya, namun yang serupa tidak
ada. Sungguh suatu keajaiban yang dahsyat.
“Sesungguhnya pada yang demikian adalah tanda-tanda bagi
orang-orang yang berpengetahuan”. Ujung ayat ini membayangkan tentang
pentingnya orng mempunyai ilmu pengetahuan disamping pada ayat yang sebelumnya
orang dianjurkan buat berfikir. Bahkan segala tanda-tanda yang telah disebutkan
itu sungguh-sungguh menggalakkan manusia untuk berfikir dan belajar. Ilmu alam
yang meminta pengetahuan tentang bintang-bintang di langit, ilmu bumi tempat
kita berdiam. Sangat banyak ilmu yang timbul di atas permukaan bumi ini. Belum
tentang bumi itu sendiri dengan berbagai ragam ilmunya, ilmu tentang lautan
dengan berbagai ragamnya. Karena bertambah mendalam penyelidikan bertambah
timbul keyakinan bahwa alam ini seluruhnya adalah suatu Teknik Agung yang
menyeluruh. Pendeknya dikurbankan seluruh hidup menuntut ilmu, baru sedikit
yang kita tahu, hidup itu sudah habis. [4]
Sesungguhnya pada hal-hal yang telah disebutkan tadi terkandung
bukti-bukti yang jelas bagi orang-orang yang berilmu, yaitu mereka yang
memikirkan tentang makhluk yang diciptakan oleh Allah. Maka mereka mengetahui
dan menyimpulkan, bahwa Allah Swt tidak sekali-kali menciptakan makhluk-Nya
secara cuma-cuma, tetapi Dia menciptakannya untuk tujuan hikmat yang mendalam,
yang terkandung di dalamnya pelajaran bagi orang-orang yang menggunakan akal
pikirnya.[5]
Ayat di atas di tutup dengan lil ‘alamin (bagi orang-orang
yang ‘alim) yakni dalam pengetahuannya. Perbedaan bahasa dan warna kulit, hal
ini cukup jelas terlihat dan disadari atau diketahui oleh setiap orang, apalagi
kedua perbedaan tersebut bersifat langgeng pada diri setiap orang. Tetapi
jangan duga bahwa tidak ada sesuatu di balik apa yang terlihat dengan jelas
itu. Banyak rahasia yang belum terungkap . banyak juga masalah baik menyangkut
warna kulit maupun bahasa dan suara yang hingga kini masih menjadi tanda tanya
bagi banyak orang.[6]
D.
Aplikasi ayat
dalam kehidupan
Dalam Q.S
Ar-Rum ayat 22 dikatakan bahwa bahasa sebagai tanda-tanda kebesaran Allah,
sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang mengetahui. Dengan mempelajari bahasa yang ada di dunia ini,
selain bermanfaat untuk melestarikan bahasa yang semakin sedikit karena punah,
juga untuk mentafakuri kebesaran Allah yang mudah-mudahan dapat membuat rasa
cinta kepada Allah semakin besar.
Bahasa memiliki
fungsi sebagai lambang kebanggaan bangsa yang menggunakannya, sebagai alat
perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antar budaya. Oleh karena itu,
pandanglah semua bahasa yang ada di dunia sebagai ilmu yang harus kita
pelajari. Dengan saling mempelajari bahasa satu sama lain, komunikasi akan
berjalan, dan akan menumbuhkan rasa persaudaraan.
E.
Nilai tarbawi
1.
Sekelumit
tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. dan keesaan-Nya dapat diketahui dengan
mengamati alam raya. Cukup mengamati matahari dengan konsistensi peredarannya
dan dampak positifnya dalam kehidupan mnusia untuk mengantar kepada kesimpulan
tentang kuasa dan ilmu-nya.
2.
Bukti kuasa
Allah Swt. melalui lidah dalam arti bahasa dan suara, antara lain bahwa tidak
seorang pun yang mempunyai suara yang sepenuhnya sama dengan orang lain. Tidak
ada dua orang yang sama suara, demikian juga sidik jarinya. [7]
3.
Perbedaan
antara manusia yang satu dengan yang lain baik dari bahasa, warna kulit, maupun
suara menjadi salah satu bukti dari kuasa-Nya di bumi yang dapat disaksikan
langsung oleh kita semua.
4.
Allah Swt tidak
sekali-kali menciptakan makhluk-Nya secara cuma-cuma, tetapi Dia menciptakannya
untuk tujuan hikmat yang mendalam, yang terkandung di dalamnya pelajaran bagi
orang-orang yang menggunakan akal pikirnya.
5.
Dengan
beda-bedanya jenis dan bentuk maka akan membantu kita untuk membedakan antara
orang-orang, baik melalui suaranya atau warna kulitnya. Selain itu, dengan
bedanya bahasa yang dipakai akan membantu kita untuk mengetahui dari bangsa
manakah dia.[8]
BAB III
KESIMPULAN
Dalam QS.
Ar-rum ayat 22 dapat diambil kesimpulan bahwa dari
tanda-tanda kekuasaan Allah dan keesaan-Nya dapat diketahui dengan mengamati
langit dan bumi atau alam raya ini. Amatilah
peredaran benda-benda langit. Sekian banyak benda langit yang beredar di
angkasa raya, namun tidak terjadi tabrakan antar benda-benda itu. Di
bumi pun, sekian banyak tanda-tanda kekuasaan Allah. Seperti yang terdapat
dalam diri manusia adanya perbedaan lidah, suara, warna kulit, bahasa sampai-sampai
pada ujung jari yang bernama sidik jari, sampai kepada raut muka, bentuk mata,
bentuk hidung, bentuk telinga pun tidak ada yang serupa antara yang satu dengan
yang lain. Allah Swt tidak sekali-kali menciptakan makhluk-Nya secara
cuma-cuma, tetapi Dia menciptakannya untuk tujuan hikmat yang mendalam, yang
terkandung di dalamnya pelajaran bagi orang-orang yang menggunakan akal
pikirnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi,
Ahmad Musthafa. 1993. Tafsir Al-Maraghi Juz 21. Semarang: CV Tohaputra.
Al-Qurtubi ,
Syaikh Imam. 2008. Tafsir Al-Qurtubi Jilid 11. Jakarta: Pustaka Azzam.
Hamka. 2002.
Tafsir Al-Azhar. Jakarta: PT. Citra Serumpun.
Shihab , M.
Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: PT. Lentera Hati.
Shihab. M.
Quraish. 2012. Al-Lubab. Tangerang;
Lentera Hati.
PROFIL PENULIS
Nama :
Aanisah Agustina
Tempat, tanggal lahir : Pekalongan, 17 Agustus 1996
Nama ayah/ Ibu : Taswad/ Siti Asiyah
Alamat :
Lolong, Karanganyar Pekalongan
Asal Sekolah :
-
TK Muslimat Sampel
-
SD Negeri Lolong
-
MTs Ma’arif Karanganyar
-
MAS Simbang Kulon
[1]
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir
Al-Maraghi Juz 21, (Semarang: CV Tohaputra, 1993), hlm. 70
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta:
PT. Lentera Hati, 2002), hlm.37-38.
[3] Syaikh Imam Al-Qurtubi, Tafsir Al-Qurtubi
Jilid 11, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008),Hlm. 43.
[4]
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: PT.
Citra Serumpun, 2002), hlm. 67-68.
[5]
Ahmad Musthafa Al-maraghi, Op.Cit., hlm.
71.
[6]
M. Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 38.
[7]
M. Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangerang;
Lentera Hati, 2012), hlm. 143-144.
[8]
Ahmad Musthafa Al-maraghi, Op.Cit., hlm.
71.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar