SUBYEK PENDIDIKAN HAKIKI
(ALLAH MENGAJAR NABI ADAM AS)
QS. AL BAQARAH AYAT 31
Ikhlasul Amal
NIM. (2117188)
Kelas B
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
DAFTAR
ISI
Kata pengantar......................................................................................................... i
Daftar isi
................................................................................................................ ii
BAB
1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Nabi Adam AS.........................................................................................2
B.
Dalil Allah SWT Mengajarkan Ilmu Kepada Nabi Adam AS…………………...7
C. Ilmu yang dimiliki
manusia......................................................................9
BAB
III PENUTUP
A. Simpulan
.................................................................................... 11
B.
Lampiran…………………………………………………………….. …13
C.
Biodata………………………………………………………………. ..14
DAFTAR PUSTAKA
................................................................................... 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
ilmu
pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Allah SWT telah menganugerahkan ilmu pengetahuan kepada Nabi Adam AS yang tidak
dimiliki oleh makhluk yang lain yaitu ilmu pengetahuan dan kekuatan akal atau
daya pikir yang memungkinkannya untuk mempelajari sesuatu dengan
sedalam-dalamnya. Dan keturunan ini diturunkan pula kepada keturunannya, yaitu
umat manusia. Oleh sebab itu, manusia (ialah Nabi Adam dan keturunannya) lebih
patut daripada malaikat untuk dijadikan khalifah.
B.
Rumusan masalah
1. Bagaimana Nabi Adam diciptakan?
2. Apa dalil tentang Allah telah mengejarkan ilmu kepada
Nabi Adam?
3. Apa itu Ilmu yang dimiliki
manusia?
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk mengetahui tentang
penciptaan Nabi Adam AS dan Dalil tentang Allah yang mengajarkan ilmu kepada
Nabi Adam AS serta apa saja ilmu yang dimiliki oleh manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Nabi Adam AS
Nabi Adam
AS adalah manusia pertama yang diciptakan oleh
Allah SWT dari pada tanah, dibentuk dengan sedemikian rupa dengan
sebaik-baiknya bentuk, kemudian ditiupkan roh kehidupan kedalam-nya.
Sebelumnya, Tuhan telah pula menciptakan setan dari pada api yang sangat panas
dan Malaikat dari Cahaya. Di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 25 kali
Adam (berarti tanah, manusia, atau cokelat muda)
atau Nabi Adam assebagai
manusia pertama, bersama dengan istrinya, Hawa. Merekalah orang tua semua
manusia di dunia.
1. Penciptaan
Adam
Setelah Allah SWT. menciptakan bumi, langit, dan
malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan
dipercaya menghuni, mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat
Allah mengabari para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia,
mereka khawatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap
ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para malaikat
kepada Allah:
"Mengapa engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)
Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan
para malaikat-Nya, yang artinya
"Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah [2]:30)
Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah dari segumpal
tanah. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh ke dalamnya
sehingga ia dapat bergerak dan menjadi manusia yang sempurna. Awalnya Nabi Adam
AS. ditempatkan di surga, tetapi terkena tipu daya iblis kemudian diturunkan ke
bumi bersama istrinya karena mengingkari ketentuan Allah.
Adam diturunkan dibumi bukan karena mengingkari
ketentuan, melainkan dari sejak akan diciptakan, Allah sudah menunjuk Adam
sebagai khalifah di muka bumi. jadi meskipun tidak melanggar ketentuan (Allah)
adam akan tetap diturunkan kebumi sebagai khalifah pertama.
Adam merupakan nabi dan juga manusia pertama yang
bergelar khalifah Allah yang dimuliakan dan ditinggikan derajatnya. Ia diutus
untuk memperingatkan anak cucunya agar menyembah Allah. Di antara sekian banyak
anak cucunya, ada yang taat dan ada pula yang membangkang.
2.Kesombongan iblis (setan)
Saat semua makhluk penghuni surga bersujud
menyaksikan keagungan Allah itu, hanya iblis (setan) yang membangkang dan
enggan mematuhi perintah Allah karena merasa dirinya lebih mulia, lebih utama,
dan lebih agung dari Adam. Hal itu disebabkan karena setan merasa diciptakan
dari unsur api, sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan akan
asal-usul menjadikannya sombong dan merasa enggan untuk bersujud menghormati
Adam seperti para makhluk surga yang lain. Disebabkan oleh kesombongannya
itulah, maka Allah menghukum setan dengan mengusirnya dari surga dan
mengeluarkannya dari barisan para malaikat disertai kutukan dan laknat yang
akan melekat pada dirinya hingga kiamat kelak. Disamping itu, ia telah dijamin
sebagai penghuni neraka yang abadi. Setan dengan sombong menerima hukuman itu
dan ia hanya memohon kepada-Nya untuk diberi kehidupan yang kekal hingga
kiamat. Allah memperkenankan permohonannya itu. Tanpa mengucapkan terima kasih
dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, setan justru mengancam akan
menyesatkan Adam sehingga ia terusir dari surga. Ia juga bersumpah akan
membujuk anak cucunya dari segala arah untuk meninggalkan jalan yang lurus dan
menempuh jalan yang sesat bersamanya. Allah kemudian berfirman bahwa setan
tidak akan sanggup menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.
3.Pengetahuan Adam
Allah hendak menghilangkan pandangan miring dari
para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya
yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka diajarkanlah kepada Adam
nama-nama benda yang ada di alam semesta yang kemudian diperagakan di hadapan
para malaikat. Para malaikat tidak sanggup menjawab firman Allah untuk menyebut
nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengakui ketidaksanggupan
mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui sesuatupun kecuali apa
yang diajarkan-Nya. Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan
nama-nama benda itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam,
berfirmanlah Allah kepada mereka bahwa hanya Dialah yang mengetahui rahasia
langit dan bumi serta mengetahui segala sesuatu yang nampak maupun tidak
nampak.
4.Adam menghuni surga
Adam diberi tempat oleh Allah di surga dan
baginya diciptakan Hawa untuk mendampingi, menjadi teman hidup, menghilangkan
rasa kesepian, dan melengkapi fitrahnya untuk menghasilkan keturunan. Menurut
cerita para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam
sebelah kiri sewaktu beliau masih tidur sehingga saat beliau terjaga, Hawa
sudah berada di sampingnya. Allah berfirman kepada Adam:
"Hai Adam, diamilah
oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak
lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini,
yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Baqarah
[2]:35)
5.Tipu daya setan
Sesuai dengan ancaman yang diucapkan saat diusir
oleh Allah dari surga akibat pembangkangannya, setan mulai merancang skenario
untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang hidup bahagia di surga yang tenteram dan
damai. Bujuk rayunya dimulai saat ia menyatakan kepada mereka bahwa ia adalah
kawan mereka yang ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan
kebahagiaan mereka. Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh iblis untuk
membuat Adam dan Hawa terbujuk. Ia membisikkan kepada mereka bahwa larangan
Allah kepada mereka untuk memakan buah dari pohon terlarang adalah karena
mereka akan hidup kekal sebagai malaikat apabila memakannya. Bujukan itu terus
menerus diberikan kepada Adam dan Hawa sehingga akhirnya mereka terbujuk dan
memakan buah dari pohon terlarang tersebut. Jadilah mereka melanggar ketentuan
Allah sehingga Dia menurunkan mereka ke bumi.
Allah berfirman:
"Turunlah kamu!
Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman
di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." (Q.S.
Al-Baqarah [2]:36)
Mendengar firman Allah tersebut, sadarlah Adam
dan Hawa bahwa mereka telah terbujuk oleh rayuan setan sehingga mendapat dosa
besar karenanya. Setelah taubat mereka diterima, Allah berfirman:
"Turunlah kamu dari syurga itu! Kemudian jika
datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku,
niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati."
5.Lokasi Adam dan Hawa turun ke bumi
Turunlah mereka berdua ke bumi dan mempelajari
cara hidup baru yang berbeda jauh dengan keadaan hidup di surga. Mereka harus
menempuh kehidupan sementara dengan beragam suka dan duka sambil terus
menghasilkan keturunan yang beraneka ragam bentuknya. Di dalam kitab ad-Durrul
Mantsur, disebutkan "Maka kami katakan, 'Turunlah kalian ... ", dari
Ibnu Abbas, yakni: Adam, Hawa, Iblis, dan ular. Kemudian mereka turun ke bumi
di sebuah daerah yang diberi nama "Dujjana",
yang terletak antara Mekah dan Thaif. Ada juga yang berpendapat Adam turun di
Shafa, sementara Hawa di Marwah. Telah disebutkan dari Ibnu Abbas juga bahwa
Adam turun di tanah India. Diriwayatkan
Ibnu Sa'ad dan Ibnu Asakir dari Ibnu Abbas, dia mengatakan, Adam diturunkan di
India, sementara Hawa di Jeddah. Kemudian Adam pergi mencari Hawa sehingga dia
mendatangi Jam'an (yaitu Muzdalifah atau al-Masy'ar). Kemudian disusul
(izdalafat) oleh Hawa. Oleh karena itu, tempat tersebut disebut Muzdalifah.
Diriwayatkan pula oleh Thabrani dan Nua'im di dalam kitab al-Hilyah, serta Ibnu
Asakir dari Abu Hurairah, dia bercerita, Rasulullah saw bersabda: "Adam
turun di India." Sementara Ibnu Asakir menyebutkan ketika Adam turun ke
bumi, dia turun di India.
Di dalam riwayat Thabrani dari Abdullah bin Umar
disebutkan :
"Ketika Allah
menurunkan Adam, Dia menurunkannya di tanah India. Kemudian dia mendatangi
Mekah, untuk kemudian pergi menuju Syam (Syria) dan meninggal disana."
(HR. Thabrani)
Dari riwayat-riwayat secara global disebutkan
bahwa Adam turun ke bumi, dia turun di India (Semenanjung Syrindib, Ceylan) di
atas gunung yang bernama Baudza. Di dalam kitab Rihlahnya, Ibnu Batuthah
mengatakan: "Sejak sampai di semenanjung ini, tujuanku tidak lain, kecuali
mengunjungi al-Qadam al-Karimah. Adam datang ketika mereka tengah berada di
semenanjung Ceylan".Syaikh Abu Abdullah bin Khafif mengatakan:
"Dialah orang yang pertama kali membuka jalan untuk mengunjungi
al-Qadam."
6.Lokasi Makam Adam
Sementara makam Adam as sendiri ada yang
mengatakan terletak di gunung Abu Qubais. Ada juga yang mengatakan di gunung
Baudza, tanah dimana dia pertama kali turun ke bumi. Dan ada juga yang
berpendapat, setelah terjadi angin topan, Nuh as mengulangi pemakamannya di
Baitul Maqdis. Dan kami menarjih apa yang diriwayatkan Thabrani, Ibnu al-Atsir,
dan al-Ya'qubi, bahwa Adam setelah Allah SWT memberikan ampunan kepadanya,
dibawa oleh Malaikat Jibril ke Jabal Arafat. Disana Jibril mengajarinya manasik
haji. Dia meninggal dan dimakamkan di tepi Jabal Abu Qubais.
7.Kisah Adam dalam Al-Quran
Seperti telah disampaikan di atas bahwa nama
Adam as dalam Al-Quran disebutkan 25 kali dalam 25 ayat, yaitu :
Surat
Al-Baqarah [2] : ayat 31, 33, 34, 35,
dan 37
Surat
Al-Imran [3] : ayat 33 dan 39
Surat
Al-Maidah [5] : ayat 27
Surat
Al-A'raaf [7] : ayat 11, 19, 26,
27, 31, 35, dan 127
Surat
Al-Israa' [28] : ayat 50
Surat
Maryam [19] : ayat 58
Surat
Thaaha [20] : ayat 115, 116, 117,
120, dan 121Surat Yaasin [36] :
ayat 60[1]
B. Dalil Allah SWT Mengajarkan
Ilmu Kepada Nabi Adam AS
وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى
الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
“ Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”( QS Al
Baqarah : 31 )
Ayat ini menginformasikan bahwa manusia
dianugerahi Allah potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik
benda-benda
Dalam ayat ini Allah SWT menunjukkan suatu
keistimewaan yang telah dikaruniakannya kepada Nabi Adam as yang tidak pernah
dikaruniakan Nya kepada makhluk-makhluk Nya yang lain, yaitu ilmu pengetahuan
dan kekuatan akal atau daya pikir yang memungkinkannya untuk mempelajari
sesuatu dengan sedalam-dalamnya. Dan keturunan ini diturunkan pula kepada
keturunannya, yaitu umat manusia. Oleh sebab itu, manusia (ialah Nabi Adam dan
keturunannya) lebih patut daripada malaikat untuk dijadikan khalifah.
1. Tafsir Ibnu Katsir
Hal ini merupakan sebutan yang dikemukakan oleh Allah Swt di dalamnya terkandung keutamaan Adam atas malaikat berkat apa yang telah dikhususkan oleh Allah baginya berupa ilmu tentang nama-nama segala sesuatu, sedangkan para malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada Adam.
Hal ini merupakan sebutan yang dikemukakan oleh Allah Swt di dalamnya terkandung keutamaan Adam atas malaikat berkat apa yang telah dikhususkan oleh Allah baginya berupa ilmu tentang nama-nama segala sesuatu, sedangkan para malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada Adam.
Sesungguhnya bagian ini didahulukan atas bagian tersebut (yang
mengandung perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam)
karena bagian ini mempunyai ikatan erat dengan ketidaktahuan para malaikat
tentang hikmah penciptaan khalifah, yaitu disaat mereka menanyakan hal
tersebut. Kemudian Allah Swt memberitahukan bahwa Dia mengetahui apa yang tidak
mereka ketahui. Karena itulah Allah menyebutkan bagian ini sesudah hal
tersebut, untuk menjelaskan kepada mereka keutamaan Adam, berkat kelebihan yang
dimilikinya diatas mereka berupa ilmu pengetahuan tentang nama-nama segala
sesuatu. Untuk itu Allah Swt berfirman “Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya”
As-Saddi mengatakan dari orang
yang menceritakannya dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna “wa ‘allama adamal asma a kullaha”.
Bahwa Allah Swt mengajarkan kepada
Adam nama-nama semua anaknya seorang demi seorang, dan nama-nama seluruh hewan.
Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai makna firman-Nya ini. Bahwa yang dimaksud ialah nama-nama yang dikenal manusia, misalnya manusia, hewan, langit, bumi, dataran rendah, laut, kuda, keledai, dan nama-nama makhluk yang serupa lainnya.
Menurut Mujahid, makna ayat ini ialah Allah mengajarkan kepada Adam nama semua hewan, semua jenis burung, dan nama segala sesuatu. Hal yang sama dikatakan pula oleh riwayat dari Sa’id Ibnu Jubair, Qatadah dan kalangan ulama salaf lainnya. Bahwa Allah mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu. Ar-rabi’ dalam salah satu riwayatnya mengatakan bahwa yang dimaksud ialah nama-nama malaikat. Hamid Asy-Syami mengatakan nama-nama bintang-bintang. Abdur Rahman Ibnu Zaid mengatakan bahwa Allah mengajarkan kepadanya nama-nama seluruh keturunannya.
Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai makna firman-Nya ini. Bahwa yang dimaksud ialah nama-nama yang dikenal manusia, misalnya manusia, hewan, langit, bumi, dataran rendah, laut, kuda, keledai, dan nama-nama makhluk yang serupa lainnya.
Menurut Mujahid, makna ayat ini ialah Allah mengajarkan kepada Adam nama semua hewan, semua jenis burung, dan nama segala sesuatu. Hal yang sama dikatakan pula oleh riwayat dari Sa’id Ibnu Jubair, Qatadah dan kalangan ulama salaf lainnya. Bahwa Allah mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu. Ar-rabi’ dalam salah satu riwayatnya mengatakan bahwa yang dimaksud ialah nama-nama malaikat. Hamid Asy-Syami mengatakan nama-nama bintang-bintang. Abdur Rahman Ibnu Zaid mengatakan bahwa Allah mengajarkan kepadanya nama-nama seluruh keturunannya.
Menurut pendapat yang shahih, Allah
mengajarkan kepada Adam nama-nama segala sesuatu, yakni semua zat, sifat dan
karakternya, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, hingga nama angin yang keluar dari dubur,
yakni nama-nama semua zat dan karakternya dalam bentuk mukabbar dan musaggar.[2]
2.
Tafsir Al Azhar
Sesudah Adam dijadikan, kepadanya telah diajarkannya
Tuhan nama-nama yang dapat dicapai oleh kekuatan manusia, baik dengan panca
indra atau pun dengan akal semata-mata, semuanya diajarkan diajarkan
kepadanya.kemudian Tuhan panggillah malaikat-malaikat itu dan Tuhan tanyakan
adakah mereka tahu nama-nama itu? Jika benar pendapat mereka selama ini bahwa
jika Khalifah itu terjadi akan timbul bahaya kerusakan dan pertumpahan dara,
sekarang coba jawab pertanyaan Tuhan: Dapatkah mereka menunjukan nama-nama itu?[3]
C.Ilmu yang
dimiliki manusia
kemampuan
manusia untuk menggunakan akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi
dasar yang memungkinkan manusia Berfikir, dengan Berfikir manusia menjadi mampu
melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam
diri manusia merupakan akibat dari aktivitas Berfikir, oleh karena itu sangat
wajar apabila Berfikir merupakan konsep kunci dalam setiap diskursus mengenai
kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa tanpa Berfikir, kemanusiaan
manusia pun tidak punya makna bahkan mungkin tak akan pernah ada.
Berfikir
juga memberi kemungkinan manusia untuk memperoleh pengetahuan, dalam tahapan
selanjutnya pengetahuan itu dapat menjadi fondasi penting bagi kegiatan
berfikir yang lebih mendalam. Ketika Adam diciptakan dan kemudian ALLAH
mengajarkan nama-nama, pada dasarnya mengindikasikan bahwa Adam (Manusia)
merupakan Makhluk yang bisa Berfikir dan berpengetahuan, dan dengan pengetahuan
itu Adam dapat melanjutkan kehidupannya di Dunia. Dalam konteks yang lebih
luas, perintah Iqra (bacalah) yang tertuang dalam Al Qur’an dapat
dipahami dalam kaitan dengan dorongan Tuhan pada Manusia untuk berpengetahuan
disamping kata Yatafakkarun (berfikirlah/gunakan akal) yang banyak
tersebar dalam Al Qur’an. Semua ini dimaksudkan agar manusia dapat berubah
dari tidak tahu menjadi tahu, dengan tahu dia berbuat, dengan berbuat dia
beramal bagi kehidupan. semua ini pendasarannya adalah penggunaan akal melalui
kegiatan berfikir. Dengan berfikir manusia mampu mengolah pengetahuan, dengan
pengolahan tersebut, pemikiran manusia menjadi makin mendalam dan makin
bermakna, dengan pengetahuan manusia mengajarkan, dengan berpikir manusia
mengembangkan, dan dengan mengamalkan serta mengaplikasikannya manusia mampu
melakukan perubahan dan peningkatan ke arah kehidupan yang lebih baik, semua
itu telah membawa kemajuan yang besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia
(sudut pandang positif/normatif).
Kemampuan
untuk berubah dan perubahan yang terjadi pada manusia merupakan makna pokok
yang terkandung dalam kegiatan Berfikir dan berpengetahuan. Disebabkan
kemampuan Berfikirlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh dibanding
makhluk lainnya, sehingga dapat terbebas dari kemandegan fungsi kekhalifahan di
muka bumi, bahkan dengan Berfikir manusia mampu mengeksplorasi, memilih dan
menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. Semua itu, pada
dasarnya menggambarkan keagungan manusia berkaitan dengan karakteristik
eksistensial manusia sebagai upaya memaknai kehidupannya dan sebagai bagian
dari Alam ini.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Nabi Adam AS adalah manusia
pertama yang diciptakan oleh Allah SWT dari pada tanah, dibentuk dengan
sedemikian rupa dengan sebaik-baiknya bentuk, kemudian ditiupkan roh kehidupan
kedalam-nya. Sebelumnya, Tuhan telah pula menciptakan setan dari pada api yang
sangat panas dan Malaikat dari Cahaya. Di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 25
kali.Adam (berarti tanah, manusia, atau cokelat muda) atau Nabi Adam assebagai manusia pertama,
bersama dengan istrinya, Hawa. Merekalah orang tua semua manusia di dunia
Dalam QS.Al Baqarah ayat 31, Allah SWT
menunjukkan suatu keistimewaan yang telah dikaruniakannya kepada Nabi Adam as
yang tidak pernah dikaruniakan Nya kepada makhluk-makhluk Nya yang lain, yaitu
ilmu pengetahuan dan kekuatan akal atau daya pikir yang memungkinkannya untuk
mempelajari sesuatu dengan sedalam-dalamnya. Dan keturunan ini diturunkan pula
kepada keturunannya, yaitu umat manusia. Oleh sebab itu, manusia (ialah Nabi
Adam dan keturunannya) lebih patut daripada malaikat untuk dijadikan khalifah.
Kemampuan
manusia untuk menggunakan akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi
dasar yang memungkinkan manusia Berfikir, dengan Berfikir manusia menjadi mampu
melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam
diri manusia merupakan akibat dari aktivitas Berfikir, oleh karena itu sangat
wajar apabila Berfikir merupakan konsep kunci dalam setiap diskursus mengenai
kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa tanpa Berfikir, kemanusiaan
manusia pun tidak punya makna bahkan mungkin tak akan pernah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad
Nasib ar-Rifa’I.2006.,Kemudahan Dari
Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 1,Jakarta:Gema Insani
Hamka.1981,Tafsir Al-Ahzar,Jakarta:Yayasan Nurul
Islam.
LAMPIRAN
BIODATA
Nama : Ikhlasul Amal
Tempat
Tanggal lahir : Pemalang, 30 Mei 1999
Alamat
: Dusun
Jatimulyo rt 01 rw 04 Kelurahan Petarukan Kecamatan Petarukan
Kabupaten Pemalang
Riwayat
Pendidikan : - SD Negeri 3 Petarukan
MTs
Negeri Petarukan
SMA
Negeri 2 Pemalang
[1] https://www.academia.edu/31057640/BIOGRAFI_DAN_SEJARAH_NABI_ADAM.docx
diakses 16 oktober 2018.pukul 21:46
[2] Muhammad Nasib ar-Rifa’I,Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir jilid 1,(Jakarta:Gema Insani.2006). hlm.106-107
Tidak ada komentar:
Posting Komentar