psikologi agama A3: kesadaran beragama - word
psikologi agama A3: kesadaran beragama - ppt
psikologi agama A3: kesadaran beragama - ppt
MAKALAH
KESADARAN BERAGAMA
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Psikologi Agama
Dosen
pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.i
Disusun oleh :
Jaenal Abidin 2022 111 020
Abdul Hafiz 2022 111 038
Siti Maisaroh
2022 111 039
Kartini 2022 111 010
PBA A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Orang dewasa yang sudah berumur 45 tahun
belum tentu memilki kesadaran beragama yang mantap, bahkan mungkin kepribadiannya masih belum dewasa atau masih
“immature”. Umur
kalender atau umur seseorang yang menggunakan ukuran waktu almanak belum tentu
sejalan dengan kedewasaan kepribadiannya, kematangan mental watak kemantapan kesadaran
beragama. Banyak orang yang telah melewati umur 25 tahun, yang berarti telah
dewasa menurut umur kalender, namun kehidupan agamanya masih belum matang. Ada
pula remaja yang berumur dibawah 23 tahun telah memiliki kesadaran beragama
yang cukup dewasa. Pada orang dewasa masih sering ditemukan ciri-ciri kesadaran
beragama yang hanya mencapai fase anak-anak. Tercapainya kematangan kesadran
beragama seseorang bergantung pada kecerdasan, kematangan alam perasaan,
kehidupan motivasi, pengalaman hidup, dan keadaan lingkungan sosial budaya.
B.
Rumusan Masalah
1. Pengertian kesadaran
beragama
2. Tingkatan kesadaran
beragama
3. Faktor-faktor yang
memmpengaruhi kesadaran beragama
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian kesadaran
agama
Kesadaran diri
merupakan kondisi dari hasil proses mengenai motivasi, pilihan dan kepribadian
yang berpengaruh terhadap penilain, keputusan, dan interaksi dengan orang lain.[1]
Kesadarn beragama
dalam tulisan ini meliputi rasa keagamaan, pengalaman ke-Tuhanan , ke imanan,
sikap dan tingkah laku keagaman, yang terorganisasi dalam sistem mental
darikepribadian. Karena agama melibatkan seluruh fungsi jiwa raga manusia, maka
kesdaran beragamapun mencapai aspek-aspek afektif, konatif, kognitif dan
motorik. Keterlibatan fungsi afektif dan konatif terlihat didalam pengalaman
ke-Tuhanan, rasa keagamaan dan rindu kepada tuhan. Aspek kognitif nampak dalam
keimanan dan kepercayaan. Sedangkan keterlibatan fungsi motorik nampak dalam
perbuatan dan gerakan tingkah laku dan keagamaan. Dalam kehidupan sehari-hari,
aspek-aspek trsebut sukar di pisah-pisahkan karena merupakan suatu sistem
kesadaran beragama yang utuh dalam kepribadian seseorang.[2]
Kesadaran beragama
merupakan bagian atau segi yang hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat di uji
melalui intropeksi atau dapat dikatakan bahwa ia adalah aspek mental dan
aktifitas agama.[3]
Jalaludin (2007:106) menyatakan bahwa
kesadaran orang untuk beragama merupaakan kemantapan jiwa seseorang untuk
memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan mereka. Pada kondisi
ini, sikap keberagamaan orang sulit untuk diubah, karena sudah berdasarkan
pertimbangan dan pemikiran yang matang. Sedangkan menurut Abdul Azia Ahyadi
(1988:45), kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, pengalaman ketuhanan,
keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaan, yang terorganisasi dalam sistem
mental dari kepribadian. Keadaan ini dapat dilihat melalui sikap keberagamaan
yang terdefernisasi yang baik, motivasi kehidupan beragama yang dinamis,
pandangan hidup yang komprehensif, semangat pencarian dan pengabdiannya kepada
tuhan, juga melalui pelaksanaan ajaran agama yang konsisten, misalnya dalam
melaksanakan sholat, puasa dan sebagainya (Abdul Aziz, 1988:57)[4]
2. Tingkatan-tingkatan
Kesadaran beragama
a) Kesadaran beragama
pada masa anak-anak
Pada waktu lahir, anak-anak belum
beragama. Ia baru memiliki potensi atau fitrah untuk berkembang menjadi manusia
beragama. Bayi belum mempunyai kesadaran beragama, tetapi telah memiliki
potensi kejiwaan dan dasar-dasar kehidupan ber-Tuhan. Selaras dengan perkembangan kepribadian, kesadaran beragama
seseorang juga menunjukkan adanya kontinuitas atau berlanjut dan tidak
terputus-putus. Walaupun perkembangan kesadaran itu berlanjut,namun setiap fase
perkembangan menunjukkan adanya ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri umum kesadaran
beragama pada masa anak-anak ialah :
Ø Pengalaman ke-Tuhanan
yang lebih bersifat efektif, emosional dan egosentris.
Pengalaman ke-Tuhanan dipelajari oleh anak melalui hubungan emosional
secara otomatis dengan orang tuanya. Hubungan emosional yang diwarnai kasih
sayang dan kemesraan antara orang tua dan anak menimbulkan proses identifikasi,
yaitu proses penghayatan dan peniruan secara tidak sepenuhnya di sadari oleh si
anak terhadap sikap dan perilaku orang tua.
Ø Keimanannya bersifat
magis dan anthropomorphis yang berkembang menuju ke fase realistik.
Keimanan sang anak kepada Tuhan belum merupakan suatu keyakinan sebagai hasil
pemikiran yang obyektif akan tetapi lebih merupakan bagian dari kehidupan alam
perasaan yang berhubungan erat dengan kebutuhan jiwanya akan kasih sayang, rasa
aman dan kenikmatan jasmaniyah. Walaupun sekitar umur delapan tahun sikap anak
makin tertuju ke dunia luar, namun hubungan anak dengan Tuhan masih lebih
merupakan hubungan emosional antara kebutuhan dirinya dengan sesuatu yang ghaib
dan di bayangkan secara konkret.
Ø Peribadatan anak
masih merupakan tiruan dan kebiasaan yang kurang di hayati.
Pada umur 6-12 tahun perhatian ankan yang tadinya
lebih tertuju kepada dirinya sendiri dan bersifat egosentris mulai tertuju pada
dunia luar terutama perilaku orang-orang di sekitarnya. Ia berusaha untuk
menjadi makhluk sosial yang mematuhi aturan-aturan, tata krama, sopan santun
dan tata cara bertingkah laku yang sesuai denga lingkungan rumah dan
sekolahnya.[5]
b) Kesadaran beragama
pada masa remaja
Kesadaran agama atau semangat pada masa
remaja itu, mulai dengan cenderungnya remaja kepada meninjau dan meneliti kembali
caranya beragama dimasa kecil dulu. Kepercayaan tanpa pengertian yang
diterimanya waktu kecil itu, tidak memuaskan lagi, patuh dan tunduk kepada
ajaran tanpa komentar atau alasan tidak lagi menggembirakannya. Jika ia
misalnya dilarang melakukan suatu karena agama, ia tidak puas,kalau alasannya
hanya dalil-dalil dan hukum-hukum mutlakyang diambilkan dari ayat-ayat kitab
suci atau hadis-hadis nabi. Mereka ingin menjadikan agama,sebagai suatu
lapangan baru untuk membuktikan pribadinya, karenanya ia tidak mau lagi
beragama sekedar ikut-ikutan saja.[6]
Ciri-ciri kesadaran beragama yang menonjol pada
masa remaja ialah:
Ø Pengalaman
ke-Tuhanannya makin bersifat individual
Remaja
makin mengenal dirinya. Ia menemukan “diri”nya bukan hanya sekadar badan
jasmaniah, tetapi merupakan suatu kehidupan psikologis rohaniah berupa
“pribadi”. Remaja bersifat kritis terhadap dirinya sendiri dan segala sesuatu
yang menjadi milik pribadinya.ia menemukan pribadinya terpisah dari
pribadi-pribadi lain dan terpisah pula dari alam sekitarnya. Pemikiran,
perasaan, keinginan, cita-cita dan kehidupan psikologis rohaniah lainnya adalah
milik pribadinya. Penghayatan penemuan diri pribadi ini dinamakan
“individuasi”, yaitu adanya garis pemisah yang tegas antara diri sendiri dan
bukan diri sendiri
Penemuan
diri pribadinya sebagai sesuatu yang berdiri sendiri menimbulkan rasa kesepian
dan rasa terpisah dari pribadi lainnya. Secara formal dapat menambah kedalaman
alam perasaan, akan tetapi sekaligus menjadi bertambah labil.
Keadaan
labil yang menekan menyebabkan si remaja mencari ketentraman dan pegangan
hidup. Penghayatan kesepian, perasaan tidak berdaya menjadikan si remaja
berpaling kepada Tuhan sebagai satu-satunya pegangan hidup, pelindung dan
penunjuk jalan dalam goncangan psikologis yang dialaminya.
Ø Keimananya makin
menuju realitas yang sebenarnya.
Teratahnya
perhatian ke dunia dalam menimbulkan kecenderungan yang besar untuk
merenungkan, mengkritik, dan menilai diri sendiri. Intropeksi diri ini dapat
menimbulkan kesibukan untuk bertanya-tanya pada orang lain tentang dirinya
tentang keimanan, dan kehidupan agamnya.
Dengan
berkembangnya kemampuan berpikir secara abstrak,si remaja mampu pula menerima
dan memahami ajaran agama yang berhubungan dengan masalah ghaib, abstrak dan
rohaniah, seperti kehidupan alam kubur, hari kebangkitan dan lain-lain.
Penggambaran anthropomorphik atau memanusiakan Tuhan dan sifat-sifat-Nya,lambat
laun di ganti dengan pemikiran yang lebih sesuai dengan realitas.
Ø Peribadata mulai
disertai penghayatan yang tulus
Pada masa ini remaja mulai mendidik dirinya
sendiri. Ia berusaha mendisiplinkan diri sesuai dengan norma dan ajaran yang
dihayatinya sebagai ikatan dari dalam diri pribadinya, karena norma itu telah
diakui dan dirasakan sebagai milik dan bagian pribadinya. Esensi agama adalah
pengalaman kehadiran Tuhan, kekuatan yang tertinggi. Dalam usaha
mengharmoniskan hidupnya dengan tuhan, manusiabertingkah lakusesuai dengan
kehendak Tuhan dan tingkah laku ini adalah tingkah laku bermoral.[7]
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesadarn beragama
a) Faktor internal
Menurut
fitrahnya, manusia adalah makhluk beragama atau memilki potensi beragama,
mempunyai keimann kepada Tuhan. Dalam perkembangannya, fitrah beragama ini ada
yang berjalan secara alamiah dan ada yang mendapat bimbingan dari agama
sehingga fitrahnya itu berkembang secara benar sesuai tuntunan agama.
b) Faktor eksternal
Perkembangan
kesadarn beragama akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang memberikan
bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang memungkinkan kesadaran beragama itu
berkembang dengan baik. Faktor lingkungan tersebut antara lain:
1) Lingkungan keluarga
Keluarga
mempunyai peran sebagai pusat latihan atau pembelajaran anak untuk memperoleh
pemahaman tentang nilai-nilai agama dan kemampuannya dalam mengimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari
2) Lingkungan sekolah
Dalam
mengembangkan kesadaran beragam siswa, peranan sekolah sangat penting, peranan
ini terkait dengan pengembangan pemahaman, pembiasaan mengimplementasikan
ajaran-ajaran agama, serta sikap apresiatif terhadap ajaran atau hukum-hukum
agama.
3) Lingkungan masyarakat
Lingkungan
masyarakat ini maksudnya adalah hubungan atau interaksi sosial dan
sosiokultular yang potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah atau
kesadaran beragama seseorang.[8]
BAB
III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesadaran beragama merupakan bagian atau
segi yang hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat di uji melalui intropeksi atau
dapat dikatakanbahwa ia adalah aspek mental dan aktifitas agama.
Tingkatan –tingkatan Kesadaran beragama:
a) Kesadaran beragama
pada masa anak-anak
b) Kesadaran beragama
pada masa remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran beragama:
a) Faktor internal
b) Faktor eksternal
2. Penutup
Demikian makalah tentang “KESADARAN BERAGAMA” yang
telah kami paparkan. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya kritik dan saran sangat kami
harapkan guna menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahyadi, Abdul aziz. 1995. Psikologi
Agama. Bandung: Sinar Baru Al gensindo
Daradjat, Zakiyah. 1996. Ilmu Jiwa
Agama. Jakarta: PT. Bulan Bintang
Hidayah dkk, Nurul. 2011. Makalah Kesadaran Beragama dan Pengalaman
Beragama.
http://repository.Upi.Edu
[1] http://repository.Upi.Edu
[2] Abdul Aziz Ahyadi.Psikologi Agama.(Bandung:Sinar
Baru Al gensindo.1995). h. 37.
[4] Nurul Hidayah dkk.Makalah Kesadaran
Beragama dan Pengalaman Beragama.
[5] Abdul Aziz Ahyadi, Op. Cit. h. 40-43.
[6] Zakiah Daradjat, Op. Cit. h. 93.
[7] Abdul Azis Ahyadi, Op. Cit.
h. 43-48.
[8] Nurul Hidayah dkk., Op. Cit.
nama: Nur Nadhifah
BalasHapusNIM: 2022111004
kelas: PBA.A
jika pada waktu kecil hingga remaja seorang anak tersebut mempunyai kesadaran beragama yang sangat bagus, dapat dikatakan kalau anak itu telah mengerti yang haq dan yang bathil, akan tetapi dengan perkembangan zaman, waktu perpindahan usia masuk kedewasa keagamaan anak tersebut berkurang, bahkan bisa dikatakan hampir hilang, nha bagaimana cara kita untuk mengatasi anak tersebut agar kembali kedalam kesadaran beragama yang ia miliki waktu kecil.
Nama: Jaenal abidin
BalasHapuskelas: PBA A
NIM:2022 111 020
sebenarnya masalah ini sering dihadapi di masyarakat kita, namun memang susah untuk mengatasi masalah seperti ini...terus lantas apa yang kita lakukan?
pada perkembangan zaman ini memang jika kita hadapi tidak dengan sikap bijak maka kita justru akan terjerumus ke hal2 yang negatif apalgi jika di hadapi orang yang baru memasuki usia dewasa..
menurut saya yang harus kita lakukan adalah memberikan ia nasehat agar ia bisa bersikap bijak dalam mnghadapi perkembangan zaman dengan menyuruh mengambil hal2 positif dan menyuruh untuk mnjauhi hal2 yg negatif,bila perlu kita berikan gmbran2an yg mengerikan apabila ia mengambil hal2 yg negatif.mungkin dengan itu perkmbngan zaman tidak akan merubah kesadaran agama dimasa kecilnya.
Nama: Nur Nadhifah
HapusNim: 2022111004
kelas: PBA.A
iya saya juga sependapat dengan anda, tapi bagaimana jika orang yang akan kita beri nasehat itu adalah orang yang sudah dewasa. dan orang itu hanya menganggap kalo kita itu anak kecil, dan menganggap itu hanya omongan belaka, sehingga orang itu tidak merespon nasehat" yang telah diberikan dari si anak kecil itu entah dengan perbuatan ataupun ucapan.
nha apakah ada tindakan yang lain untuk mengatasi kesadaran agama orang yang seperti itu, dengan menggunakan psikologi agama,
Nama : Arinil Chusna
HapusNim : 2022111030
Assalamu'alaikum__
Shobahul Khoir__ =^__^=
Anda smua pasti pernah dengar Tua-tua keladi yang sudah di nyanyikan Anggun di era 70'n kan..??
buKan terkait Lagu tu__ tp saya ingin meminta solusi dmasyarakat skrg masih ada Orang yang sudah menginjak usia kepala 4 (usia 40 keatas), kenakalannya seperti anak remaja. Salah satu Contoh kebiasaan stiap malam maen kartu, minum"an dll. Tapi Tua-tua keladi tu masih tetap melakukan ibadah sholat. Nah.. bagaimana Psikologi dari persoalan tersebut?? Apakah ada solusinya?? Dan apa yang harus dilakukan oleh orang-orang disekelilingnya??
SyukroN Katsir__
Nama : Abdul Hafiz
HapusNim : 2022111038
Kelas: PBA A
Wa'alaikum salam.
terima kasih saudari Arinil Chusna atas pertanyaan anda. pertanyaan anda sangat menarik dan sulit untuk dijawab.
memang ini adalah salah satu permasalahan di sekeliling kita. kurangnya kesadaran beragama yang disebabkan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap agama.
biasanya orang yang sudah tua kesadaran beragama mereka sangat matang karena gejolak seksual mereka sudah berakhir sebagaimana William james menyatakan bahwa umur keagamaan yang sangat luar biasa tampaknya justru pada usia tua ketika gejolak kehidupan seksual sudah berakhir.namun bagaimana jika hal tersebut belum terjadi? maka menurut pemahaman yang saya dapat:ada baiknya jika kita meneliti terlebih dahulu hal tersebut. apa sebenanya penyebab mereka masih suka berbuat seperti itu? kita bisa tanyakan hal tersebut pada orang terdekat mereka siapapun itu. lalu setelah kita tahu penyebabnya baru cari solusi apa yang tepat dan tidak menyinggung perasaan mereka.
apakah Saudari setuju dengan pendapat saya atau Saudari punya pendapat lain?
mohon komentarnya jika Saudari punya solusi lain. terima kasih
Nama: Arinil Chusna
HapusNim : 2022111030
Eghem" yang lain pada kemana niu?? Liv.pool Vs MU 1-2 eA??
Akhy__ Terimakasih bila pertanyaan saya menarik bagi Anda,, Moga Orang'y jg menarik__ hehe
tapi jika pertanyaan saya sulit,, kan bisa Anda lihat / dicari di refrensi Anda__
Jika saya tau solusinya,, mana mungkin saya tanyakan pada kelompok Anda__
Dan saya orang'y sangat menghargai jawaban orang sebab itu mrpkn ilmu bagi saya pribadi dan Mugi" saya dapat memanfaatkan'y...
So__ bwt yang lain pada kemana niu?? masih puNya solusi Lgie gK??
Maaf =^__^=
Nama: muhammad aziz
BalasHapusNim: 2022111037
kelas: PBA A
semester III
pertanyaan: Hai para pemakalah pengalaman apakah yang membuat anda sadar untuk beragama?
Nama:iszati
BalasHapusNim:2022111040
kelas:PBA A
Assalamu'alaikum..
dalam makalah ini tingkatan-tingkatan beragama penejelasaanya ada dua poin yakni pada masa anak-anak dan remaja. yang saya ingin tayakan terus bagaimana dengan tingkat kesadaran beragama pada orang dewasa dan usia lanjut ??