Laman

new post

zzz

Jumat, 13 April 2012

B8-44 Nur Asiah


MAKALAH
                                                                          
BERFIKIR DAN BERJUANG  SUNGGUH-SUNGGUH
UNTUK RAKYAT
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah           : Hadits Tarbawi II
Dosen pengampu  : Muhammad Hufron, M.S.I.
                          
Disusun oleh:
NAMA             : NUR ASIAH
NIM                  : 2021110090
KELAS            : B

    TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012

PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.









PEMBAHASAN
A.    HADITS
أنّ عبيد الله بن زياد عاد معقل بن يسارفي مر ضه فقال له معقل إنّي محدّثك بحديث لولا أنّي في الموت لم أحدّثك به سمعت رسو ل الله  صلّى الله عليه وسلم يقول: ( ما من أمير يلي أمر المسلمين ثمّ لايجهدلهم وينصح إلاّلم يد خل معهم الجنّة)
(رواه مسلم فى الصحيح, كتاب الإيمان, با ب استحقاق الوالي الغا ش لر عيته النار)

B.     TERJEMAHAN
Sesungguhnya ubaidallah bin Ziyad menjenguk Ma’kil bin Yashar pada waktu sakitnya, maka Ma’kil berkata pada ubaidallah, “  sesungguhnya saya orang yang menceritakan satu hadits. Apabila saya telah mati, maka saya tidak bisa menceritakan hadits ini. Seorang mendengar Rasulullah SAW. Bersabda ,”barang siapa menjadi pemimpin yang menghadapi perkaranya orang islam kemudian tidak berjihad dan memberi nasihat , maka tidak akan masuk surga atau haram masuk surga”.(HR. Muslim).[1]
C.     MUFRODAT           
عاد                                           :           menjenguk      
مر ضه                                       :           sakit
فقا ل                                          :           maka berkata  
محدّثك                                        :           menceritakan
بحد يث                                       :           suatu hadits
الموت                                        :           mati     telah               
سمعت                                        :           saya mendengar
أمير                                           :           seorang pemimpin
يلي                                            :           menghadapi
يجهد                                          :           ijtihad
ويصح                                        :           menasehati tidak
 لم يد خل                                                :           masuk  tidak
الجنة                                         :           surga
           

D.    BIOGRAFI PERAWI
'Ubaidullah bin Ziyâd adalah Amir (gubernur) Bashrah pada masa pemerintahan Yazid bin Mu’awiah dan yang kemudian oleh Yazid diangkat pula sebagai Amir Kufah menggantikan Nu’man bin Basyir Radhiyallahu 'anhu. 'Ubaidullah bin Ziyâd inilah yang memobilisasi perang melawan Husain Radhiyallahu 'anhu, dan bahkan menekan dengan ancaman kepada 'Umar bin Sa’d bin Abi Waqqâsh rahimahullah untuk memeranginya.[2]
D.    KETERANGAN HADITS
Dari hadits diatas yang diriwayatkan oleh muslim, dimana hadits tersebut menerangkan tentang seorang pemimpin (kepala pemerintahan) yang diserahi untuk memimpin kaum muslim .tetapi dalam kepemimpinannya ia tidak bekerja sungguh-sungguh dan tidak memberikan petunjuk,maka pemimpin tersebut diharamkan masuk syurga.
               “Tiada hamba Allah yang menjadi seorang pemimpin yang berkhianat dalam kepemimpinannya sampai mati menjemputnya ,melainkan Allah mengharamkan masuk syurga” .
      Dalam pemahaman hadits diatas maka disebutkan ada dua ta’wil .Ta’wil yang pertama Allah mengharamkan baginya masuk syurga .Ta’wil yang kedua Allah mengharamkan baginya masuk syurga bersama orang-orang yang  beruntung.makna haram dipembahasan ini adalah tercegahnya masuk syurga .imam qodhiiyad menerangkan dalam hal memimpin diatas adalah seorang pemimpin masyarakat yang berkhianat baik dalam urusan dunia maupun urusan agama.ketika ia dipercaya ia berkhianat,menyianyiakan pengetahuan agamanya adakalanya menyianyiakan hak-haknya,tidak mau memerangi musuh-musuhnya ,tidak mau berbuat adil dan lain-lain.dalam hal ini rosulullah bersabda ”sesungguhnya hal yang seperti itu merupakan dosa besar” .
Dan ma’qil bin yasar ra berkata kepada ubaydillah bin ziyad :”walaupun hidup masih dikandunng  badanku akupun tidak akan menceritakan kematian kepadamu” .
Imam qodiiyah menjelaskan hadits diatas adalah pekerjaan seseorang yang tidak mau memberikan manfaat kepada orang lain atau menyembunyikan cerita.tidak mau menyampaikan ataupun tidak mau mengerjakan tugasnya sebagai prmimpin.
Menurut imam qodhiiyad hadits diatas adalah hadits dho’if. Perintah dalam kebaikan dan mencegah dari yang kemungkaran itu adalah wajib meskipun perintah itu tidak didengarkan oleh orang lain.
Hadits diatas adalah perbincangan antara dua orang pemuda yaitu ma’qil bin yasar dengan ubaydillah bin ziyad.[3]
E.     ASPEK TARBAWI
Seorang pemimpin adalah seseorang yang dapat menggerakkan,  membimbing, memimpin, memberi fasilitas-fasilitas, memberi contoh/teladan. Pemimpin yang berfikir dan berjuang sungguh sungguh tercermin dari sikapnya yang selalu menunjukkan kerendahan hati menghadapi orang lain, ia selalu memberikan pencerahan, membuat hidup orang lain menjadi bersemangat dan selalu memberikan jalan keluar.  Ia bersikap santun dan bijaksana dan selalu menunjukkan niat baik, serta mampu membela kepentingan orang banyak. Dia menjadi contoh dan tauladan. Ia tidak pernah menggunakan kekuasaan untuk mengamankan kepentingan dirinya. Ia bertindak bagaikan air, mengalir kemanapun, dan berguna bagi siapapun, sehingga orang lain mengikutinya dengan sukarela.
Selain itu, sekiranya seseorang itu ingin menjadi pemimpin yang baik, dia hendaklah mengamalkan perkara-perkara yang diketahui, dilihat dan diterima sebagai berikut:
·         Seseorang pemimpin harus bersedia untuk belajar dari siapa sekalipun apa yang dia tidak tahu kerena kepimpinan itu sesuatu yang boleh terus menerus dipelajari dari latihan dan pengalaman.
·         Seseorang pemimpin mesti berani memberi jawapan yang tegas kepada sesuatu yang difikirkan baik atau tidak baik kepada organisasinya.
·         Seseorang pemimpin yang baik berupaya memudahkan semua kerja, dengan menjadikannya kerja-kerja biasa yang boleh dilakukan oleh kebanyakkan orang bawahannya dan tidak memerlukan pakar khusus.
·         Seorang pemimpin yang baik mempunyai perhubungan baik dengan orang-orang bawahannya. Dia mengenali mereka sebagai individu-individu yang mempunyai keistimewaan tersendiri. Pemimpin yang baik juga tidak berkasar dengan orang-orang bawahannya.
·         Seseorang pemimpin yang baik pandai membahagikan masa. Dia tahu bila masa bertugas dan bila masa di luar tugas dan bertindak bersesuaian dengan keadaan. Pemimpin yang tidak cekap selalu merasa runsing dan bimbang dengan hal-hal tugas di mana juga dia berada.
·         Dalam sesebuah organisasi terdapat pelbagai jenis manusia: ada yang malas, ada yang rajin dan ada yang boleh diharap serta ada yang tidak boleh diharap. Seorang pemimpin yang bijak tidak lemah semangat dengan keadaan ini. Dia menerima hakikat sedemikian dan menggunakan sebaik-baiknya apa yang ada.[4]
Dari hadits diatas dapat diambil nilai-nilai kependidikan yaitu :
1.    Seorang pemimpin harus berfikir positif untuk berjuang sungguh-sungguh demi rakyatnya supaya menjadi masyarakat yang maju.
2.    Seorang pemimpin harus memberikan saran dan nasihat dari permasalahan yang ada.
3.    Seorang pemimpin harus memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan Seorang menegakkan kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya.
4.    Seorang pemimpin harus bertanggung jawab.
5.    Seorang pemimpin harus bisa menyelesaikan masalah.



















PENUTUP
Kepemimpinan ialah perlakuan seseorang yang boleh menggerakkan orang lain untuk berfikir, merasa, bertindak dengan cara-cara tertentu. Dalam hal ini seorang pemimpin harus mengetahui keperluan dan motif orang-orang yang berkerja dengannya dan harus menitikberatkan pencapaian matlamat kumpulan. Dia juga harus berjaya mengekalkan kekuatan yang ada pada kumpulannya untuk menyelesaikan masalah dan mencapai matlamat masa depan.
            Seseorang pemimpin boleh menonjolkan kepimpinannya hanya melalui penglibatannya dalam kumpulan. Dalam kumpulan pula kekerapan interaksi bersama kakitangan membolehkan keberkesanan kepimpinannya. Kalau seorang pemimpin sentiasa “bersembunyi” dalam biliknya dan tidak mempunyai masa untuk berinteraksi dengan kakitangannya, maka kepimpinannya kurang berkesan.
Kepimpinan bukan bergantung sepenuhnya kepada jawatan. Status jawatan yang disandang hanya satu daripada punca potensi kepimpinan. Kejayaan kepimpinan adalah fungsi kedua-dua kuasa, secara formal melalui jawatan dan secara tidak formal yang bukan kerana jawatan, yaitu penerimaan orang-orang bawahan.









DAFTAR PUSTAKA
Al Asqolani, Ahmad bin Ali bin Hajar. 1995. Tahdibu Tahdib. Beirut : Darul Fikri
An-Nawawi, Imam Abi Zakaria Yahya bin Syarif. 1995. Shahih Muslim. Bairut Libanon: Darul Fikri.
Razak dan Raiz Latief. 1978. Terjemahan hadits shahih Muslim. Jakarta: Pustaka al Husna.
Sunindhia. 1993. Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern. Jakarta: PT. Rineka Cipta.



[1] Razak dan Raiz Latief, Terjemahan hadits shahih Muslim, (Jakarta: Pustaka al Husna, 1978), hlm. 93
[2] Ahmad bin Ali bin Hajar Al asqolani,Tahdibu Tahdib(Beirut:Darul Fikri,1995),hlm.273.

[3] Imam Abi Zakaria Yahya bin Syarif An-Nawawi, Shahih Muslim, (Bairut Libanon: Darul Fikri, 1995), hlm. 136
[4] Y.W. Sunundia, S.H.,Kepemimpinan dalam masyarakat modern,(Jakarta:PT. Rieneka Cipta),1993,hlm.162.

20 komentar:

  1. nama: eka karunia
    nim: 2021110092
    kelas: B
    menurut pemakalah sendiri, masih adakah dizaman sekarang ini para pemimpin yang memiliki kriteria-kriteria yang telah disebutkan dimakalah tersebut??. berikan alasannya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya masih ada tetapi di jaman sekarang ini jumlah pemimpin yang benar-benar memikirkan rakyatnya sangat jarang di jumpai. Alasanay apabila sekarang tidak ada seorang pemimpin yang masih memikirkan rakyat/ tanggung jawab kepada rakyat tidak mungkin terwujudnya suatu negara yang masih berjalan sampai sekarang.

      Hapus
  2. maria rosida
    2021110088
    kelas b

    bagaimana cara kita mengetahui seorang pemimpin yang berpikir dan berjuang keras untuk rakyatnya sedangkan kita tidak mengetahui gerak-geriknya,
    thank

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rakyat adalah cerminan seorang pemimpin, maksudnya kita dapat mengetahui seorang pemimpin yang berjuang keras untuk rakyatnya bisa dilihat dari kondisi rakyat tersebut apakah mereka hidup sejahtera atau tidak. Kalau rakyat sejahtera berarti pemimpi berhasil menjalankan tugas dan kewajibanya sebagai seoarang pemimpin sebagaimana mestinya. Dan kita bisa melihat apakah pemimpin tersebut perduli terhadap rakyatnya atau tidak dalam arti ketika ada suatu masalah apakah pemimpin dapat memecahkan atau menyelesaikannya dan turut andil di dalamya.

      Hapus
  3. nama :tika permatasari
    nim :2021110084
    kelas :b

    saya ingin menanyakan sama mb.ais,,bagaimana cara kita nantinya sebgai pendidik agar bisa menetaskan generasi penerus yang bisa dijadikan seorang pemimpin yang berfikir dan berjuang sungguh-sungguh untuk rakyat???
    thx

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita sebagai pendidik harus mencontohkan sikap yang baik karena pada dasarnya kita adalah figur yang memepengaruhi perilaku peserta didik.
      Pendidik juga harus menanamkan “rasa malu” terhadap peserta didik maksudnya adalah seseorang yang mempunyai rasa malu berarti dia telah sadar akan keburukanya, kemudian memelihara dirinya dari keburukan tersebut, mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak didik, menanamkan sifat disiplin, jujur, dan bertanggung jawab.

      Hapus
  4. LIA IFANA
    2021110086
    B

    Aslmkum,,.....
    mb aish, saya mau tnya...

    bagaimana caranya menjadi seorang pemimpin yang baik di hadapan Manusia ( masyarakat ) dan baik di hadapan Pencipta ( Allah )

    makasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pemimpin yang baik di hadapan manusi/rakyat yaitu seorang pemimpin, selalu berusaha untuk menciptakan kemaslahatan bagi setiap anggota yang berada dalam pemeliharaannya. Seorang pemimpin, baik sebagai kepala negara, raja, gubernur, walikota, bupati, camat, kepala desa, maupun yang lainnya, didaulat penuh oleh rakyat untuk mengemban amanah sebaik-baiknya. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus senantiasa menegakkan supremasi hukum dengan adil dan bijaksana, memberikan hak-hak rakyat, menjamin kemerdekaan berpendapat, berserikat, menjalankan ibadah menurut keyakinan mereka masing-masing. Mereka juga harus mendukung setiap langkah yang positif untuk membangun bangsa yang beradab, adil, dan sejahtera. Sedangkan agar baik di hadapan allah hendaknya seorang pemimpin yang mempunyai amanat Allah sebagai khalifah di bumi, maka dalam menjalankan tugasnya jangan sampai bertentangan dengan syariat-syariat islam yaitu dalam AL-Qur’an surat Al-Baqarah: 30 dan Hadits.

      Hapus
  5. TITIK SULARMI
    2021110056
    B

    saya mau tanya mb.....
    di dalam makalah dijelaskan bahwa pemimpin berjuang sungguh-sungguh untuk rakyat.tetapi pada realitanya sekarang malah pemimpin menyalah gunakan hak rakyat?
    bagaimana tanggapan anda mengenai hal tersebut.....

    terimakasih....

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya, seharusnya pemimpin menyadari posisinya kalau dirinya mempunyai tanggung jawab yaitu mengayomi atau melindungi rakyatnya dan harus mengemban amanat yang sudah di percayai oleh rakyat. Pemimpin yang menyalah gunakan hak rakyat adalah pemimpin yang minim akan kesadarannya sebagai seorang pemimpin.

      Hapus
  6. mausufah hasanah
    2021110080
    b

    sekarang ini banyak pemimpin yang mengbral janji saat kampanye namun setelah mereka menjadi wakil rakyat mreka mengingkarinya,bagaimana pemakalah mnghadapi hal tsb???bagaimana skp kita sbg rakyat agar btidak mudah dibodohi oleh janji2 tbs??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak seharusnya calon wakil rakyat mengobral janji jika calon wakil rakyat tersebut tidak dapat memenuhi janji2 tersebut,mungkin dari pemimpin tersebut sudah berusaha untuk menepati janjinya akan tetapi apabila ada suatu hal yang tidak di tepati bukan berarti semua itu niat
      sebagai wakil rakyat untuk membodohi.

      menurut saya, pada dasarnya janji-janji calon wakil rakyat itu sudah menjadi hal yang lumrah, janji-janji tersebut adalah hal yang ampuh untuk menarik perhatian masyarakat pada umumnya. Karena hal itu sudah sering terjadi dalam dunia politik di indonesia, maka sebaiknya kita tidak mudah terpengaruh dengan janji-janji tersebut.

      Hapus
  7. EKA NOVIYANTI
    2021110058
    B

    saya mau bertanya, menurut pendapat anda bagaimana dengan para pelajar/mahasiswa yang berdemo dengan mengtas namakan kepentingan masyarakat, namun mereka malah berdemonya merusak fasilitas umum.....???

    BalasHapus
    Balasan
    1. mahasiswa adalah seorang pelajar, maka tidak seharusnya ia melakukan tindakan2 yang bodoh, justru ia harus menunjukan sikap kritis sebagai seorang pelajar/mahasiswa. Pada dasarnya tidak ada salahnya para mahasiswa berdemo/ mengkritik pemerintah dengan syarat tidak merusak fasilitas umum. Bisa dengan kritikan yang membangun jangan dengan cara kekerasan. Mahasiswa merupakan kaum idealis sehingga harus memberi contoh yang baik, kalau mahasiswa bertindak dengan cara kekerasan maka dia tidak ada bedanya dengan orang yang tidak berpendidiakan

      Hapus
  8. liya ummal khusna
    2021110085
    B

    Ais saya mau bertanya, apabila seorang pemimpin itu hanya selalu mengistimewaan salah satu orang bawahannya itu merupakan seorang pemimpin yang baik dan bagaimana bila seorang pemimpin tidak bisa bersikap tegas terhadap apapun. Bagaimana pendapat anda tentang hal itu jelaskan???...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pada dasarnya seorang pemimpin harus mempunyai sikap bijaksana, tegas, dan adil, tetapi pada realitanya malah sebaliknya. Apabila masih ada pemimpin yang seperti itu akan menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan pejabat-pejabat pemerintahan dan mengakibatkan kerja mereka menjadi tidak maksimal. Seseorang pemimpin hendaknya bersikap tegas dalam hal apapun, karena ketegasan seorang pemimpin mempengaruhi kinerja bawahanya. Apabila seorang pemimpin tidak tegas , maka akan di sepelekan dan akan mengurangi kepercayaan bawahan terhadap pemimpin tersebut.

      Hapus
  9. dina rina
    2021110064
    bagaimana cara mengetahui seorang pemimpin yang berfikir sungguh-sungguh untuk rakyatnya? sedangkan pada kenyataannya sekarang banyak calon-calon pemimpin yang ketika belum terpilih menjadi seorang pemimpin dia menunjukkan kesungguhannya kepada rakyat, akan tetapi setelah dia terpilih menjadi sebagai pemimpin untuk rakyatnya justru tidak sungguh-sungguh memikirkan rakyatnya. seperti seorang yang ingin menjabat sebagai DPR dia menjanjikan kepada rakyatnya untuk mengentaskan kemiskinan namun setelah dia berhasil menjadi seorang DPR dia tidak melakukan janjinya tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mb dina, kalau mau coment baca dulu coment2 yang sebelumnya,, menurut saya pertaanyaan anda mirip sekali sama pertanyaanya mb mausufa dan mb maria,,, jdi lebih jelasnya anda baca jawaban saya yang ada di mb maria dan mb mausufa... sebelumnya mkasih mb dina,,,heheh

      Hapus
  10. nama : Fenni Listiawati
    kelas : B
    Nim :2021110078

    saya mw tny mbk ais??????
    pemimpin selalu memberikan jalan keluar. Ia bersikap santun dan bijaksana dan selalu menunjukkan niat baik, serta mampu membela kepentingan orang banyak. Dia menjadi contoh dan tauladan. Ia tidak pernah menggunakan kekuasaan untuk mengamankan kepentingan dirinya.tp dlm kenyataan nya kog tdk sesuai,,,bg5n tanggapan pemakalah tolong jelaskan...

    thank"z

    BalasHapus
    Balasan
    1. menurut saya, karena di jaman sekarang minimnya kesadaran seorang pemimpin akan fungsi dari kepemimpinan tersebut. Sedangakan pemimpin itu di pilih atau pun di amanati oleh rakyat untuk memimpin dan mengayomi kemaslahatan orang banyak. Jadi seorang pemimpin tidak boleh hanya mementingkan/ memikirkan dirinya.

      Hapus