Laman

new post

zzz

Senin, 12 Oktober 2015

spi H 5


PERADABAN ISLAM DINASTI-DINASTI LAIN 
DI DUNIA ISLAM 

afianwilda
azhar ika

 Choyum Sasmayani 


JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015


KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah, segala puji syukur ke hadirat Allah swt., atas segala nikmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya kelak di yaumul qiyamah. Aamiin.
            Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ade Dedi Rohayana, M.Ag., selaku ketua STAIN Pekalongan, terima kasih kepada Bapak Ghufron Dimyati, M.S.I. selaku dosen pengampu mata kuliah “Sejarah Peradaban Islam”, terimakasih kepada ke dua orang tua dan teman-teman saya serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya makalah ini. Makalah yang berjudul “Peradaban Islam Dinasti-Dinasti Lain di Dunia Islam I”.
            Kami dari pihak penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua




Pekalongan,  September 2015


Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................   i
Kata Pengantar....................................................................................................   ii
Daftar Isi ............................................................................................................   iii 
BAB    I    PENDAHULUAN...........................................................................   1
A.    Latar Belakang Masalah....................................................................   1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................   1
BAB   II    PEMBAHASAN..............................................................................   2
A.    Dinasti Idrisiyah................................................................................   2
B.     Dinasti Aghlabiyah...........................................................................   2
C.     Dinasti Samaniyah............................................................................   3
D.    Dinasti Saffariyah.............................................................................   3
E.     Dinasti Tulun ....................................................................................   4
F.      Dinasti Hamdaniyah ........................................................................   5
G.    Dinasti Fatimiyah .............................................................................   6
  BAB   III   PENUTUP
A.    Simpulan...........................................................................................   8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................   10
LAMPIRAN.......................................................................................................   11





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dimulai dari kekuasaan muawiyah yang membentuk dinasti umayyah. Maka sistem pemeritahan yang bersifat demokrasi berubah jadi monarchi hereditis (kerajaan turun temurun). Kekhalifahan muawiyah diperoleh melalui kekerasan dan diplomasi, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Sukses kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya yazid, yang mengantikannya. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan bizantium. Muawiyah memang tetap menggunakan istilah khalifah namun ia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut.
     Dinasti dinasti yang berkuasa setelah khulafaur rasyidin adalah dinasti umayyah di Andalusia, dinasti safawiyah, dinasti Hamdaniyah, dinasti Aghlabiyah dan beberapa dinasti lain yang berkuasa dibeberapa belahan dunia islam. Selain dinasti-dinasti yang disebutkan diatas, juga terdapat beberapa dinasti yang juga memiliki peran penting dalam  pengembangan peradaban dunia islam.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk fokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan makalahnya sebagai berikut :
1.      Bagaimana Sejarah Peradaban  Islam Dinasti-dinasti Lain di Dunia Islam I ?
2.      Apa yang menyebabkan runtuhnya Dinasti-dinasti Lain di Dunia Islam I ?
3.      Apa saja nama Dinasti-dinasti Lain di Dunia Islam I ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Dinasti Idrisiyah (172 H/789 M - 314 H/926 M)
Wilayah kekuasaan Dinasti Idrisiyah adalah Magribi (Maroko). Dinasti ini didirikan oleh Idris I bin Abdullah, cucu Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan merupakan dinasti pertama yang beraliran syi’ah, terutama di Moroko dan Afrika Utara. Sultan Idrisiyah terbesar adalah Yahya IV (292 H/905 M-309 H/922 M) yang berhasil merestorasi Volubilis, kota Romawi menjadi kota Fez.[1] Dinasti idrisiyah berkuasa pada tahun 172-309 H/789-926 M. pada tahun 758 M, terjadilah pemberontakan di madinah. Idris ibn Abdullah ikut serta dalam salah satu pemberontakan sengit kelompok pengikut ali di madinah. Perlawanan tersebut kemudian bisa diredam. Setelah itu ia menyelamatkan diri ke maroko. Disanalah ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan dan mengabdikan dengan nama idrisiyah selama hampir 2 abad. M. idris adalah seorang penganut syi’ah pertama yang tercatat dalam sejarah dia memasukan syi’ah ke daerah maroko sangat halus. Ada dua alasan yang melatar belakangi munculnya dinasti idrisiyah dan menjadi dinasti yang kokoh dan kuat yaitu:
1)                  adanya dukungan sangat kuat dari bangsa barbar yang mana mereka sangat mengagungkan bangsa ali.
2)                   letak geografis dinasti ini yang sangat jauh dari pusat pemerintahan abbasiyah yang berada di Baghdad sehingga sulit tuk ditaklukan. Masa kehancuran dinasti idrisiyah di masa pemerintahan yahya II  dan dinasti ini runtuh setelah ditakhlukan oleh dinasti fatimiyah pada tahun 375/985 M. dinasti idrisiyah antara lain meninggalkan karawiyin dan masjid Andalusia yang didirikan pada 244 H/859 M.[2]

B.  Dinasti Aghlabiyah (184 H/800 M – 296 H/909 M)
Harun ar-Rasyid mengangkat Ibrahim ibnul-Aghlab menjadi gubernur  di Afrika untuk memerangi orang-orang Barbar. Juga karena adanya rasa kekhawatiran akan serangan pasukan Adarisah atas Mesir dan Syam pada tahun 184 H/800 M. Kemudian Ibrahim berhasil menguasai situasi dan menumpas para pemberontak.[3]
Pusat pemerintahan Dinasti Aghlabiyah terletak di Qairawan, Tunisia. Wilayah kekuasaan Dinasti Aghlabiyah meliputi Tunisia dan Afrika Utara. Pemimpin pertama dinasti ini adalah Ibrahim bin Al-Aghlab, seorang panglima dari Khurasan. Aghlabiyah berperan dalam mengganti bahasa latin dengan bahasa Arab serta menjadikan Islam agama mayoritas.
Dinasti ini berhasil menduduki Sicilia dan sebagian besar Italia Selatan Sardinia, Corsica bahkan pesisir Alpen pada abad ke-9. Dinasti Aghlabiyah berakhir setelah ditakluka oleh dinasti Fathimiyah. Peninggalan dinasti ini antara lain adalah Masjid Raya Qairawan dan Masjid Raya di Tunis.[4]
C.    Dinasti Samaniyah (203 H/819 M – 395 H/1005 M)
Wilayah kekuasan Dinasti Samaniyah meliputi daerah Khurasan (Irak) dan Transoxania (Uzbekistan) yang terletak di timur Baghdad.Ibu kotanya adalah Bukharah. Dinasti Samaniyah didirikan oleh Ahmad bin Asad bin Samankhudat, keturunan seorang bangsawan Balkh (Afghanistan Utara). Puncak kejayaannya tercapai pada masa pemerintah Isma’il bin Ahmad (Ismail I), penguasa ketiga dinasti ini.
Isma’il II Al-Muntasir, khalifah terakhir Samaniyah, tidak dapat mempertahankan wilayahnya dari serangan Dinasti Qarakhan dan Dinasti Ghaznawi. Dinasti Samaniyah berakhir setelah Isma’il terbunuh pada tahun 395 H/1005 M peninggalan Dinasti Samaniyah berupa Mauseleum Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, seprang ilmuan muslim.[5]
D.  Dinasti Saffariyah (253 H/867 M – 900 H/1495 M)
Daulat shaffariyah (253-298 H/867-911M), yang membebaskan dirinya dari kekuasaan pusat dibaghdad , terbentuk pada masa pemerintahan khalif al mu’tazz (252-255 H/868M). Dinasti tersebut didalam literature dibarat dikenal dengan sebutan:dinasti saffarids. Pembangun dinasti itu adalah jaqub ibn allaits ia berasal dari keluarga pencetak dan pengukir peralatan peralatan tembaga.[6] Ia juga seorang pemimpin kelompok khawarij diprovinsi sistan (iran).  Kekuasaan dinasti saffariyah meliputi kawasan sijistan,iran.dinasti saffariyah dibawah kepemimpinan amr lais berhasil melebarkan wilayah kekuasaan sampai ke afganistan timur. Dinasti saffariyah mencapai puncaknya. Dinasti ini semakin melemah karena pemberontakan dan kekacauan dalam pemerintahan. Akhirnya dinasti gasnawi mengambil alih kekuasaan dinasti saffariyah. Setelah penguasa terakhir dinasti saffariyah, khalaf meninggal dunia, berakhir pula kekuasaan dinasti safariyah disijistan.[7]

E.  Dinasti Tulun (254 H/868 M – 292 H/905 M)
Ibnu Tulun adalah anak dari seorang budak berkembangsaan Turki bernama Tulun. Dalam bahasa Turki, tulun berarti kemunculan yang sempurna. Ia dilahirkan di Baghdad pada bulan Ramadhan 220 H/September 835 M.
Pemerintahan Ibnu Tulun mendapatkan luar biasa dari rakyat Mesir karena selama ini mereka membayar pajak yang sangat berat, padahal tidak ada yang tersisa untuk mereka, semuanya dikirim ke Baghdad. Ketika Ibnu Tulun memerintah Mesir, hasil-hasil kekeyaan nergeri digunakan untuk kepentingan Mesir. Segala aset yang dimiliki Mesir, sepenuhnya digunakan untuk mensejahterahkan rakyat.[8]
Dinasti tulun adalah sebuah dinasti islam yang masa pemerintahannya paling cepat berakhir. Wilayah kekuasaan dinasti tulun meliputi mesir dan suriah. Pendirinya Ahmad bin Tulun, putra seorang turki yang diutus oleh gubernur transoxania (Uzbekistan) membawa upeti ke abbasiyah. Dinasti tulun yang memerintahkan sampai 38 tahun berakhir ketika dikalahkan oleh pasukan dinasti abbasiyah dan setelah khalifah syaiban bin tulun terbunuh.

Dinasti tulun mencatat beberapa prestasi, antara lain sebagai berikut.
a.         Mendirikan bangunan bangunan megah, seperti rumah sakit fustat,masjid ibnu tulun, dan istana khalifah yang kemudian hari menjadi sejarah islam yang sangat bernilai.
b.        Memperbaiki nilometer (alat pengukur air) dipulau raufah (dekat kairo), yang pertama kali dibangun pada tahun 103H/716M pada masa pemerintahan bani Umayyah. dengan berfungsinya kembali alat ini , irigasi mesir dan pada gilirannya sangat membantu dalam meningkatkan hasil produksi pertanian rakyat mesir.
c.         Berhasil membawa mesir pada kemajuan sehingga mesir menjadi pusat kebudayaan islam yang dikunjungi para ilmuwan dan seluruh pelosok dunia islam.[9]
Untuk mendukung sistem pemerintahannya, Ibnu Tulun membentuk beberapa dewan negara, sebagaimana berikut:
1.      Dewan Hajib (konsuler)
2.      Dewan Pengawas Keamanan
3.      Dewan Intelijen
4.      Membangun angkatan perang dari berbagai unsur etnis.[10]



F.   Dinasti Hamdaniyah (292 H/905 M – 394 H/1004 M)
Dinasti hamdaniyah yang beraliran syi’ah pertama kali didirikan dimesopotami utara dengan beribu kota mosul. Mereka adalah keturunan hamdan ibn hamdun dari suku taghlib dibawah pimpinan sayf al dawlah (pedang kerajaan) penerus kedua sa’id al dawlah mencapai kejayaan dalam sejarah, karena perhatian dan kepedulianya yang yang besar dalam bidang pendidikan dan sastra. Tokoh tokoh besar yang lahir adalah sejarawan dan pemusik yang bernama al isfahani, khatib di istana. Dinasti hamdaniyah di mosul dipimpin oleh hasan yang menggantikan ayah nya abu al haija. Dinasti hamdaniyah berakhir ketika dlam peperangan kalah dan para pemimpin nya pun meninggal.[11]
G. Dinasti Fatimiyah (909 M – 1171 M)
Kemelut atau wilayah dalam lingkungan daulat fatimiyah (909-1171 M) dimesir itu memuncak pada tahun 556 H/1161 M sampai kepada tumbang pada tahun 567H/1161M. kemelut itu bukan mendadak muncul sekitar tahun itu demikian jirji zaidan didalam karyanya semenjak masa pemerintahan khalif al muntashir (1035-1094 M) berkeadaan itu diwarisi oleh khalif khalif berikutnya. Yakni selama 65 tahun lamanya , sampai kepada masa khalif al adhid lidniyah (1159-1171 M). ditangan khalif terakhir itu memuncak lah kemelut tersebut. dinasti fatimiyah berdiri ketika dinasti abbasiyah melemah, lalu Ubaidilah mahdi mendirikan dinasti fatimiyah yang lepas dari dinasti abbasiyah.[12]
Diantara beberapa dinasti Syi’ah di dalam Islam, dinasti Fatimiahlah yang bisa disebut paling besar. Dinasti Fatimiah didirikan oleh kaum Syi’ah dari sekte Islamiyah.[13] Dinasti ini mengklaim sebagai keturunan garis lurus dari pasangan ali bin abi talib dengan fatimiyah binti rasulullah. Menurut mereka Abdullah bin mahdi sebagai pendiri dinasti ini merupakan cucu ismail bin jafar ash-shadiq. Sedangkan Ismail merupakan imam syiah yang ke tujuh. Peninggalan dinasti ini meliputi antara lain masjid al azhar yang sekarang terkenal dengan universitas al azhar,bab al futuh (benteng futuh) dan masjid al ahmar di cairo,mesir.[14]
Dinasti Fatimiyah di Mesir bertahan hingga 11 khalifah dari pembentukannya tahun 297 H hingga masa keruntuhannya pada tahun 567 H. Secara keseluruhan, khalifah-khalifah Dinasti Fatimityah berjumlah 14 orang, sebagaimana berikut:
1.      Abu Muhammad Abdullah (Ubaydillah al-Mahdi Billah (909 M-934 M)
2.      Abul Qasim Muhammad al-Qa’im bi-Amr Allah bin al-Mahdi Ubaidillah (934 M-946 M)
3.      Abu Zahir Ismail al-Mansur Billah (946 M-953 M)
4.      Abu Tamim Ma’ad al-Mu’iz Lidinillah (953 M-975 M)
5.      Abu Mansur Nizar al-Aziz Billah (975 M-996 M)
6.      Abu Ali al-Mansur al-Hakim bi Amrillah (996 M-1021 M)
7.      Abul Hasan Ali al-Zahir Lii’zaz Dinillah (1021 M-1036 M)
8.      Abu Tamim Ma’ad al-Mustansir Billah (1036 M-1094 M)
9.      Al-Musta’li Billah (1094 M-1101 M)
10.  Al-Amir Bilahkamullah (1101 M-1130 M)
11.  Abd al-Majid al-Hafiz (1130 M-1149 M)
12.  Al-Zafir (1149 M-1154 M)
13.  Al-Faiz (1154 M-1160 M)
14.  Al-Adid (1160 M-1171 M).[15]


BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
Peradaban Islam Diansti-Dinasti Lain di Dunia Islam I antara lain :
1.      Diansti Idrisiyah (172 H/789 M - 314 H/926 M)
             Wilayah kekuasaan Dinasti Idrisiyah adalah Magribi (Maroko). Dinasti ini didirikan oleh Idris I bin Abdullah, cucu Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan merupakan dinasti pertama yang beraliran syi’ah, terutama di Moroko dan Afrika Utara. Sultan Idrisiyah terbesar adalah Yahya IV (292 H/905 M-309 H/922 M) yang berhasil merestorasi Volubilis, kota Romawi menjadi kota Fez.
2.      Dinasti Aghlabiyah (184 H/800 M – 296 H/909 M)
             Harun ar-Rasyid mengangkat Ibrahim ibnul-Aghlab menjadi gubernur  di Afrika untuk memerangi orang-orang Barbar. Juga karena adanya rasa kekhawatiran akan serangan pasukan Adarisah atas Mesir dan Syam pada tahun 184 H/800 M. Kemudian Ibrahim berhasil menguasai situasi dan menumpas para pemberontak.
3.      Dinasti Samaniyah (203 H/819 M – 395 H/1005 M)
             Wilayah kekuasan Dinasti Samaniyah meliputi daerah Khurasan (Irak) dan Transoxania (Uzbekistan) yang terletak di timur Baghdad.Ibu kotanya adalah Bukharah. Dinasti Samaniyah didirikan oleh Ahmad bin Asad bin Samankhudat, keturunan seorang bangsawan Balkh (Afghanistan Utara).
4.      Dinasti Saffariyah(253 H/867 M – 900 H/1495 M)
             Daulat shaffariyah (253-298 H/867-911M), yang membebaskan dirinya dari kekuasaan pusat dibaghdad , terbentuk pada masa pemerintahan khalif al mu’tazz (252-255 H/868M).




5.      Dinasti Tulun(254 H/868 M – 292 H/905 M)
            Ibnu Tulun adalah anak dari seorang budak berkembangsaan Turki bernama Tulun. Dalam bahasa Turki, tulun berarti kemunculan yang sempurna. Ia dilahirkan di Baghdad pada bulan Ramadhan 220 H/September 835 M.
6.      Dinasti Hamdaniyah Hamdaniyah (292 H/905 M – 394 H/1004 M)
             Dinasti hamdaniyah yang beraliran syi’ah pertama kali didirikan dimesopotami utara dengan beribu kota mosul. Mereka adalah keturunan hamdan ibn hamdun dari suku taghlib dibawah pimpinan sayf al dawlah (pedang kerajaan) penerus kedua sa’id al dawlah mencapai kejayaan dalam sejarah, karena perhatian dan kepedulianya yang yang besar dalam bidang pendidikan dan sastra.
7.      Dinasti Fatimiyah (909 M – 1171 M)
             Kemelut atau wilayah dalam lingkungan daulat fatimiyah (909-1171 M) dimesir itu memuncak pada tahun 556 H/1161 M sampai kepada tumbang pada tahun 567H/1161M.









DAFTAR PUSTAKA

Munir Amin, Samsul. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Amzah.
Khoiriyah. 2005. Reorentasi Wawasan Sejarah Islam. Depok : Teras.
Al-Usairy, Ahmad. 2011. Sejarah Islam. Jakarta : Akbar Media.
Sou’y, Joesoef. Sejarah Daulat Abbasiyah II. Jakarta : Bulan Bintang.
Syukur al-Aziz, Abdul. 2014. Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Jogjakarta : Saufa.
Al-Isy, Yusuf al-isy. 2007. Dinasti Abbasiyah. Jakarta: Pustaka al –Kautsar.

Sou’y, Joesoef. 1978. Sejarah Daulat Abbasiyah III. Jakarta : Bulan Bintang.
Fu’adi, Imam. 2012. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Yogyakarta : Teras.










LAMPIRAN
IKA SOFIYATUL ALIYAH
AFIAN KHASANAH
WILDA AGUSTINUS PAMUNGKAS
MUHAMAMAD ZAENUDIN AZHAR


[1] Samsul Munir Amin, sejarah peradaban islam, (jakarta : Amzah, 2015), hlm. 275.
[2] Khoiriyah. Reorentasi Wawasan Sejarah Islam,(Depok :.Teras, 2005), hlm.127.
[3] Ahmad AL-Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta : Akbar Media, 2011), hlm. 243.
[4] Samsul Munir Amin, op.cit., hlm. 275.
[5] Ibid., hlm. 275-276.
[6] Joesoef Sou’y, Sejarah Daulat Abbasiyah II, (Jakarta,Bulan Bintang), hlm.57.
[7] Samsul Munir Amin, Op.Cit., hlm. 276.
[8] Abdul Syukur al-Aziz, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Banguntapan Jogjakarta : Saufa, 2014), hlm. 229.
[9]Samsul Munir Amin, op.cit., hlm. 276-277.
[10] Abdul Syukur al-Aziz, op.cit., hlm. 231.
[11]Yusuf al-isy,Dinasti Abbasiyah, (Jakarta: Pustaka al -Kautsar, 2007), hlm. 220.
[12] Joesef sou’yb,sejarah daulat abbasiyah 111, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978), hlm. 170.
[13] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Yogyakarta : Teras, 2012), hlm. 1.
[14] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Amzah, 2015), hlm. 254.
[15] Abdul Syukur al-Aziz, Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Banguntapan Jogjakarta : Saufa, 2014), hlm. 242-243.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar