Oleh :
1. Ina Sofiyana (2024214423)
2. Mirza Riskiana (2024214406)
Kelas M
PGRA
JURUSAN TARBIYAH/PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang.....................................................................................................2
2. Rumusan Masalah................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Pendidikan Islam Pada Masa Pembaharuan...........................................3
B. Pola
Pembangkitan Pendidikan Islam.................................................................4
C. Tokoh-Tokoh dan
Pemikir Pendidkan Islam.......................................................9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................................14
Daftar Pustaka..........................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebangkitan Islam ditandai dengan menumbuhkan kembali semangat
iman, serta gerakan (harakah) dan jihad. Semangat kebangkitan ini
mendorong rakyatnya untuk berpikir mengapa kejatuhan dan kehinaan menimpa
umat Islam sehingga umat ini hanya dipandang sebelah mata bahkan mereka menutup
mata akan umat ini. Beranjak dari kesadaran ini, umat Islam seharusnya kembali
menoleh ke belakang dan mengambil pelajaran dari sejarah ini. Dengan sejarah,
kita akan melihat kembali kejayaan Islam di masa Rasulullah SAW dan
Khulafaurrasyidin dan bagaimana mereka membawa dan mengibarkan
panji-panji Islam di seluruh penjuru dunia.
Dalam Al-Qur`an telah
mengisyaratkan melalui kisah perjalanan Bani Israil (awal surat Al-Israa dan
al-Hadits yang menjelaskan tentang lahirnya pembaharu setiap
satu abad. Walaupun di berbagai sisi terdapat beberapa hal yang
ditunjukkan dalam upaya kebangkitan Islam pada ranah politik, ekonomi maupun
sosial.Sejarahlah
yang mendasari itu semua. Sejarah merupakan peristiwa yang unik dan hanya
terjadi sekali di waktu yang lampau sehingga walaupun memiliki kesamaan atau
dapat disebut pengulangan sejarah, dapat dipastikan suatu sejarah itu memiliki
keidentikkan tersendiri begitupula dengan sejarah Islam. Sejarah yang dimulai
dengan datangnya Islam, perkembangan hingga kedigdayaan dan keterpurukkan
Islam, penerapan masyarakat madani pada zaman kontemporer serta tanda-tanda
kebangkitan Islam akan penulis terangkan disini dalam upaya menunjukkan
titik-titik kebangkitan Islam.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Pembaharuan?
2. Bagaimana Pola
Pembangkitan Pendidikan Pada Masa Pembaharuan?
3. Siapa Saja Tokoh-Tokoh
dan Pemikir Pendidkan Islam Pada Masa Pembaharuan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Pendidkan Islam Pada Masa
Pembaharuan
Kebangkitan intelektual
di eropa telah memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan di Eropa. Semangat
rasionalisme menyusul melimpahnya kekayaan yang dibawa dari amerika dan timur
jauh membuat negara-negara Eropa
menjadi kuat baik militer, ekonomi, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Kini keadaannya terbalik
. jika sebelumnya islam memiliki kekuatan yang besar baik politik,ekonomi,
maupun ilmu pengetahuan sehingga dapat mengalahkan dan menguasai beberapa
wilayah bara, seperti spanyol, sicilia, asia kecil dan balkan. Maka sekarang,
barat yang maju, sedangkan islam tidak lagi memiliki kekuatan yang dapat dibanggakan. Semua ini
membuat islam merasakan kekalahan-kekalahan ketika Eropa mulai bangun dan
berusaha melepas diri dari kekuasaan islam. Penetrasi barat juga tak
terkalahkan lagi.[1]
Setelah warisan
filsafat dan ilmu pengetahuan islam diterima oleh bangsa Eropa dan umat islam
sudah tidak memperhatikannya lagi maka secara berangsur-angsur telah
membangkitkan kekuatan di Eropa dan menimbulkan
kelemahan di kalangan umat islam. Secara bearangsur-angsur tapi
pasti, kekuatan bangsa islam ditundukan oleh kekuasaan bangsa Eropa. Dan terjadilah
penjajahan dimana-mana diseluruh
wilayah yang perna dikuasai oleh kekuasaan islam. Eksploitasi kekayaan dunia
islam oleh bangsa-bangsa Eropa, Semakin memperlemah
kedudukan kaum muslimin dalam segala segi kehidupanya.
Sebenarnya kesadaran
akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin dari bangsa-bangsa Eropa dalam berbagai
bidang kehidupan ini, telah timbul mulai abad ke 11H/17 M dengan
kekalahan-kekalahan yang diderita oleh keajaan turki usmani dalam peperangan
dengan negara-negara Eropa.kekalahan-kekalahan
tersebut mendorong raja dan pemuka-pemuka kerajaan untuk menyelidiki sebab -sebab kekalahan mereka
dan rahasia keunggulan dari
lawan. Mereka mula memperhatiakan kemajuan yang dicapai oleh Eropa, terutama perancis
yang merupakan pusat kemajuan kebudayaan Eropa
pada masa itu.kemudian dikirim duta-duta untuk mepelajari kemajuan Eropa. Terutama di
bidang militer dan dan kemajuan di ilmu pengetahuan.didatangkan pelatih-pelatih
militer dari Eropa
dan didirikan sekolah teknik militer pada tahun 1734 M untuk pertama kalinya
Dalam bidang
pengembangan ilmu pengetahuan modern dari barat untuk pertama kalinya dalam dunia islam
dibuka suatu percetakan di stambul pada tahun 1727 M, guna mencetak berbagai
macam buku ilmu pengetahuan yang diterjemahkan dari buku-buku ilmu pengetahuan
barat. Disamping itu diadakan pencetakan Al-Qur`an dan ilmu-ilmu pengetahuan
agama lainnya,
tetapi rupanya tantangan dari pihak ulama dan golongan tentara yang sudah ada
sebelumnya, yang disebut pasukan yaniseri, terlalu kuat sehingga usaha pembahruan
tersebut tidak berkembang.
Mesir
sebagai salah
satu pusat pendidikan islam yang penting, juga dapat dikuasai oleh
ekspedisi napoleon Bonaparte pada
tahun 1798 M, adalah
merupakan tonggak sejarah bagi umat islam untuk mendapatkan kembali kesadaran
akan kelemahan dan keterbelakangan mereka.ekspedisi napoleon tersebut bukan
hanya menunjukan akan kelemahan umat islam, akan tetapi juga sekaligus
menunjukan kebodohan
mereka. Ekspedisi napoleon
tersebut disamping membawa sepasukan tentara yang kuat , juga membawa pasukan
ilmuan dengan seperangkat peralatan ilmiah untuk mengadakan penelitian dimesir.[2]
Inilah yang membukan
mata kaum muslimin akan kelemahan dan keterbelakangannya, sehingga timbul
berbagai macam macam usaha pembaharuan dalam segla bidang kehidupan, untuk
mengejar ketinggalan dan keterbelakangan merekan, termasuk usaha-usahah di bidang pendidikan.
B.
Pola
Kebangkitan Pendidikan Islam
Ekspansi yang telah dilakukan oleh
negara – negara Eropa telah menyadarkan umat islam bahwa mereka sangat
tertinggal jauh dari negara – negara Eropa akibat keterbelakangan dalam
berbagai aspek kehidupan. Negara – negara Eropa karena keberhasilan mereka menerapkan
strategi ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang mereka miliki. Pada satu sisi
kekuatan militer dan politik negara – negara islam menurun, perekonomian yang
merosot akibat dari monopoli perdagangan antara Timur dan Barat tidak lagi
mereka kendalikan. Di negara Eropa bidang ekonomi dan perdagangan mereka
mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Sebenarnya umat islam semenjak Abad ke –
17 sudah mulai sadar atas kelemahan dan ketertinggalannya dari Eropa (Barat).
Kesadaran ini timbul akibat kekalahan demi kekalahan yang diderita Khilafah
Turki Usmani dalam setiap peperangan dengan negara – negara Eropa, sehingga
mendorong raja – raja dan pemuka – pemuka kerajaan untuk menyelidiki sebab –
sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan. Prancis merupakan pusat
kemajuan kebudayaan Eropa pada waktu itu. Maka di kirimlah duta – duta untuk
memepelajari kemajuan Eropa terutama di bidang militer dan ilmu pengetahuan.
Akhirnya didirikanlah Sekolah Tehnik Militer pada Tahun 1734 M untuk pertama
kalinya. dan dalam bidang ilmu pengetahuan untuk pertama kalinya dalam dunia
islam di buka sebuah percetakan di Istambul pada tahun 1727 M, guna mencetak
berbagai macam buku ilmu pengetahuan, percetakan Al-Qur’an dan ilmu – imu
pengetahan agama lain.[3]
Menurut Ibnu Taimiyah secara umum
pembaharuan dalam islam timbul karena :
1) Membudayanya khufarat di kalangan kaum
muslimin
2) Di tutupnya pintu – pintu ijtihad di
anggap telah membodohkan umat islam
3) Terpecahnya persatuan umat islam
sehingga sulit membangun dan maju
4) Kontak antara barat dengan islam telah
menyadarkan kaum muslimin akan kemunduran
Pola – pola pembaharuan dalam islam
khususnya dalam pendidikan mengambil tempat sebagai :
1) Golongan yang berorientasi pada pola
pendidikan modern barat
2) Gerakan pembaharuan pendidikan islam
yang berorientasi pada sumber islam yang murni
3) Pembaharuan pendidikan yang berorientasi
pada nasionalisme
Dalam sejarah Islam
dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis, tingkatan dan
sifatnya yang khas. Madrasah dianggap tonggak baru dalam pendidikan islam,
madrasah yang dimaksud adalah madrasah yang dibangun oleh Nizam Al- Mulk tahun
459 H. Namun demikian institusi – institusi sebelum madrasah tetap dipakai
sesuai dengan sifat tradisonalnya sekalipun jumlah dan peminatnya sedikit.[4]
Di antara pusat – pusat kegiatan belajar
mengajar yang penting adalah:
1. Kuttab
Kuttab
merupakan pusat pendidikan islam terlama. Kuttab memegang peranan
penting dalam kehidupan islam karena mengajarkan Al-Qur’an bagi anak – anak
dianggap suatu yang perlu sehingga kebanyakan para ulama berpendapat,
mengajarkan Al-Qur’an kepada anak – anak semacam fardlu kifayah, di samping itu
juga Nabi juga mengatakan bahwa belajar itu sangat perlu sehingga beliau
mewajibkan tiap – tiap tawanan Badar untuk mengajarkan dua belas orang anak
orang – orang islam sebagai ganti tebusan perang.
Kuttab
telah tersebar luas di seluruh pelosok negeri dan pembentukan kuttab
untuk mengajarkan Al-Qur’an, membaca, menulis dan agama, dianggap sebagi
pekerjaan yang mulia dan terhormat disisi Tuhan, sehingga kebanyakan berlomba –
lomba untuk mendidiknya. Pendidkan pada kuttab adalah untuk semua orang,
para guru dilarang membeda-bedakan diantara anak- anak orang kaya dengan anak
orang miskin dalam belajar. Begitu pula anak perempuan mempunyai hak yang sama
dengan anak laki – laki dalam belajar.
2. Masjid dan Jam’i
Masjid
dapat dianggap lembaga pengetahuan tertua dalam islam, di samping tugasnya yang
utama sebagai tempat untuk menuanaikan shalat dan ibadah. Masjid dan jam’i
berfungsi sebagai sekolah menengah dan perguruan tinggi dalam waktu yang sama.
Diantara masjid dan
jam’i yang terkenal sebagai pusat kegiatan belajar mengajar adalah :
1) Jam’i Umar bin Ash, menjadi tempat
belajar mulai tahun 36 H. Mula – mula hanya diajarkan agama dan budi pekerti
kemudian pendidikan disitu menjadi luas secara berangsur – angsur dengan
ditambahkan beberapa mata pelajaran.
2) Jam’i Ahmad bin Thulun, menjadi tempat
belajar mulai tahun 256 H. Pendidikan mulai terus berkembang sehingga
melengkapi pelajaran Fiqih, Hadits, dan ilmu kedokteran.
3) Masjid Al – Azhar, lembaga ilmu
pengetahuan islam yang masih termasyhur hingga sekarang. Pada waktu sekarang
ini Universitas Al – Azhar bukan lagi merupakan lembaga pendidikan tinggi
agama, akan tetapi di sana telah terdapat berbagai fakultas untuk pendidikan
umum.
3. Duwarul Hikmah dan Duwarul Ilmi
Duwarul
Hikmah ini muncul pada waktu bercampurnya bermacam – macam bangsa dan peradaban
pada masa Kerajaan Abbasiyah dan pada masa bangkitnya gerakan intelek yang
mendorong orang islam pada waktu itu untuk memperoleh ilmu pengetahuan zaman
kuno. Tujuan utama mendirikan lembaga ini adalah untuk mengumpulkan dan
menyalin ilmu pengetahuan asing. Sehingga pada waktu itu telah diterjemahkan
kitab – kitab berbahasa asing ke dalam bahasa Arab dan telah menghasilkan ulama
– ulama terkenal di antaranya Khawarizmi sebagai ahli ilmu Falak dan Ja’far
Muhammad sebagai ahli dalam ilmu ukur dan mantiq.
4. Madrasah
Madrasah
( = tempat belajar, dari akar kata darasa = belajar ) mulai muncul pada
akhir abad IV H adalah nama atau sebutan bagi sekolah agama islam yang proses
belajar mengajar ajaran islam secara formal yang memepunyai kelas ( dengan
sarana antara lain meja, bangku, dan papan tulis ) dan kurikulum dalam bentuk
klasikal atau dalam bahasa Indonesia di sebut Sekolah. Madrasah tidak berbeda
dengan dari Masjid dan Jam’i, baik dari segi bangunan, tugas maupun tujuannya.
Hanya madrasah itu lebih lengkap persiapannya untuk studi dan untuk tempat
tinggal bagi pelajar – pelajar yang belajar secara full timer. Madrasah
pun di gunakan untuk tujuan – tujuan masjid seperti untuk shalat kemudian
madrasah juga di gunakan untuk pengadilan.
Namun
demikian madrasah mempunyai tugas pokok tersendiri yaitu untuk mengajar Fiqih
agar para pelajar menggunakan waktu mereka sepenuhnya untuk belajar dan
memberikan gaji tetap bagi para guru, sehingga mereka tidak usah mencari
pekerjaan lain untuk mencari penghidupan mereka.
5.
Al – Khawanik, Azzawaya dan Arrabath
Al – Khawanik, di lembaga ini di atur
beberapa mata pelajaran di antanya empat pelajaran untuk fuqaha dengan empat mazhab (mazhab Maliki, mazhab
Syafi’i, mazhab Hanafi, mazhab Hambali), beberapa mata pelajaran hadits
Nabi, dan pelajaran membaca Al – Qur’an dalam tujuh buah riwayat. Tiap mata
pelajaran diasuh oleh seorang guru dan tiap – tiap guru mempunyai sekumpulan
pelajar dan di syaratkan pada mereka menghadiri pelajaran dan melaksanakan
semua protokoler Tasawuf.
Adapun Zawiyah dibangun untuk orang – orang
tasawuf yang fakir supaya mereka dapat belajar dan beribadat. Contohnya salah
seorang raja dari al – mamalik memebangun sebuah Zawiyah al – Jumairah di abad
ke XIII M dan di tempatkan di dalamnya orang – orang sufi yang fakir.
Ar – Rabath ialah rumah yang didiami
oleh sejumlah para fuqara yang mengasingkan diri tidak mempunyai keluarga
dengan tujuan untuk belajar dan beribadat semata – mata. Bahkan didirikan pula
Ar – Rabath yang khusus bagi para wanita, d mana mereka beretempat tinggal,
beribadat dan mengajarakan pelajaran agama di dalamnya. Di sana telah terdapat
pula Ribath yang di kenal dengan nama Ribath Al- Baghdadiyah yang
di bangun pada tahun 684 H untuk seorang syeikh wanita yang bernama syeikhah
Zainab al – Baghdadiyah.
6.
Al - Bimaristan
Didirikan untuk pengobatan orang – orang
islam dengan cara gratis dan untuk mempelajari ilmu kedokteran secara praktis.
Di bangun mula – mula oleh Walid bin Abdul Malik pada tahun 88 H. Di antara
Al-Bimaristan yang terkenal dan giat dalam memberikan pelajaran kedokteran
ialah Al-Bimaristan al-Mansuri al-Kabir yang didirikan oleh al-Malik al Mansuri
salah seorang raja al-mamalik pada tahun 673 H dan di sana dibuat obat – obatan
dan dipekerjakan dokter – dokter.
7.
Halaqatud Dars dan Al – Ijtima’at Al - Ilmiyah
Menyebarkan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan dengan cara yang mudah dan terikat dengan tempat tertentu dengan
sistem berdiskusi. Halaqatud Dars diadakan di rumah – rumah para ulama,
di istana raja – raja dan pembesar – pembesar. Sebagai contoh Ibnu Arabi pada
tahun ke 2 H, beliau mengadakan Halaqatud Dars yang di hadiri oleh
pengunjung yang banyak. Di mana beliau mendiktekan kepada mereka sejumlah buku
kemudian mendiskusikan masalah – masalah keagamaan dan ilmu pengetahuan kepada
mereka.
8.
Duwarul Kutub
Duwarul Kutub ( perpustakaan –
perpustakaan ) memegang peranan penting dalam menyukseskan tugas – tugas
lembaga – lembaga pendidikan dalam bentuk yang lebih sempurna dan juga membantu
berlangsungnya pelajaran, prestasi, penelitian perorangan, serta memudahkan
cara – cara memperoleh pendidikan bagi banyak orang.
Dari sekian pusat
kegiatan belajar mengajar yang ada pada awal kebangkitan Islam tampaknya
madrasah yang menjadi alternatif pengembangan sampai saat ini. Berbeda dengan
masjid madrasah telah mengarah pada sistem pengelolaan pendidikan yang lebih
profesional karena memiliki aturan – aturan tertentu menyangkut hampir seluruh
komponen pendidikan.[5]
C.
Tokoh - tokoh dan Pemikir Pendidikan
Islam
Diantara kata – kata yang sering
didengar dan di ulang – ulang oleh orang – orang pendidikan adalah bahwa tidak
ada teori pendidikan islam dan tidak ada pemikiran pendidikan islam. Tidaklah
mungkin di bayangkan ada pendidikan islam, sistem pendidikan islam yang
memepunyai ciri – ciri, filsafat dan tujuan – tujuannya, yang mencerminkan
ideologi kehidupan dalam masyarakat islam tanpa adanya teori pendidikan islam,
atau pemikiran pendidikan islam.[6]
Tokoh
– tokoh pemikir pendidikan islam di antaranya adalah :
1. Muhammad bin Abdul Wahab (Saudi Arabia)
Lahir
pada tahun 1703 M dan meninggal tahun 1787 M. Semasa mudanya selalu mengembara
untuk mendalami suatu ilmu. Sekembalinya dari pengembaraan mencari ilmu
Muhammad bin Abdul Wahab bermaksud memulai gerakan pemurniannya di kampung
kelahirannya, Uyainah. Hasilnya ada tapi tantangannya lebih besar yaitu
mengakibatkan pertumpahan darah lebih besar antar suku di Yamamah. Sehingga
beliau bersama keluarganya terpaksa meninggalkan Uyainah pergi ke Dar’iyyah dan
di terima dengan baik oleh kepala sukunya Muhammad bin Sa’ud.
Gerakan
yang dilakukan Muhammad bin Abdul Wahab di kenal dengan nama “wahabiyah” dan
pengikutnya disebut “wahabi”. Pendirinya sendiri menamakannya “muwahiddun”
(orang-orang yang memurnikan Tauhid), dengan aliran fiqih Madzhab Ahmad bin
Hanbal dan banyak merujuk pada kitab – kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Ajaran
Muhammad bin Abdul Wahab merupakan ajaran pemurnian yang ingin mengembalikan
islam sebagaimana yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Karena dalam
pandangannya islam telah mengalami penyimpangan yang membahayakan terutama
keimanan terhadap Tauhid atau keesaan Allah seperti menyembah pohon – pohon
keramat dan sajian – sajian di makam – makam para wali dan syekh.
2. Sayid Ahmad Khan
Beliau dikenal sebagai tokoh
pembaruan dikalangan umat islam india pada abad ke 19 dia dilahirkan di
indiapada 6 dzulhijjah1232 hijriyah atau 17 oktober 1817 masehi dikota delhi.
nenek moyangnya berasal dari semenanjung arab yang kemudian hijrah ke herat,
persia (Iran).karena tekanan politik pada zaman dinasti bani umayyah. Dari
herat mereka hijrah ke hindustan (india) dan menetap disana, ayahnya al muttaqi
seorang ulam yang saleh, dan khan masih memiliki pertalian darah dengan nabi
muhammad saw melalui cucu beliau dari keturunan fatimah az-zahradan ali bin abi
talib karena itulah ia bergelar sayyid, beliau memulai pendidikannya dalam
pengetahuan agama secara tradisional,disamping itu ia juga mempelajari bahasa
persia dan bahasa arab, matematika, mekanika, sejarah dan dan berbagai ilmu
pengetahuan yang lain. Pada tahun 1838 bersamaan dengan wafatnya sang ayah,
beliau mulai bekerja dengan serikat hindia timur, beliau menjadi hakim di
fatehpur sampai tahun 1841 dan kemudian dipindahkan ke bignaur. Dan pada tahun
1846 beliau kembali lagi ke delhi dan melanjutkan pelajarannya ketika terjadi
pemberontakan umat hindu dan umat islam terhadap penguasa inggris pada tanggal
1857 saat itu beliau menjadi salah seorang pegawai peradilan dan beliau
membantu melepaskan orang-orang inggri yang teraniaya atas jasanya itu
pemerintah inggris memberinyagelar sir dan memberinya beberapa hadiah, beliau
menerima gelar itu namun tidak untuk hadiahnya namun ada satu hadiah yang tidak
beliau tolak yaitu berkunjung ke inggris pada tahun 1869 kesempatan itu beliau
gunakan untuk meneliti lebih jauh sistem pendidikan serta menyaksikan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di inggris.[7]
3. Jamaluddin Al-Afghani (Mesir)
Lahir di Afanistan pada 1839 M dan
meninggal di Istambul pada 1897 M. Ia pernah menjadi pembantu pangeran, sebagai
penasehat dan kemudian menjadi perdana menteri. Hidupnya berpindah – pindah
karena situasi politik, dari Afagnistan ke India, dari India pd tahun 1871
pindah ke Mesir. Di Mesir ia memperkenalkan hasil pemikirannya yang di kenal
dengan Pan Islamisme yang artinya solidaritas antar seluruh muslim di dunia
internasional.
Di Mesir, ia banyak mengadakan seminar –
seminar untuk membangkitkan kesadaran kaum Muslimin dan mengemukakan sebab –
sebab kemunduran umat islam adalah :
a)
Ajaran
qadha dan qadar tidak lagi dipahami umat islam menurut pengertian yang
sebenarnya. Umat Islam telah jatuh kepada faham Jabariyah.
b)
Tersebarnya
faham taqlid di kalangan umat Islam sehingga mereka menjadi Jumud
c)
Tidak
adanya kesatuan umat Islam karena lemahnya Ukhuwah Islamiyah(persaudaraan
islam).
Maka
usaha untuk memperbaikinya adalah mempersatukan umat islam dan menghimpun
perbedaan untuk mencapai kesatuan kedaulatan islam di bawah satu pemerintahan.[8]
4.
Muhammad
Abduh(Mesir)
Lahir pada tahun 1848 M /1265 H di
sebuah desa di propinsi Gharbiyyah Mesir Hilir. Ayahnya bernama Muhammad Abduh
Ibnu Hasan Khairullah. Abduh lahir di lingkungan keluarga petani yang hidup
sederhana, taat dan cinta ilmu pengetahuan. Masa pendidikannya di mulai dengan
pelajaran dasar membaca dan menulis yang di dapatinya dari orang tuanya,
kemudian sebagai pelajaran lanjutan ia belajar A-Qur’an pada seorang hafidz dan
berhasil menghafal Al-Qur’an dalam waktu dua tahun. Kemudian melanjutkan
pendidikannya di Thanta, sebuah lembaga pendidikan Masjid Ahmadi.[9]
Semula ia sangat enggan belajar namun
karena dorongan pamannya Syekh Darwis Khaddar abduh meneruskan pendidikannya ke
Al-Azhar dan tamat pada tahun 1877 kemudian di angkat sebagai tenaga pengajar
Dar Al – ulum dan Al-Azhar. Puncak kariernya adalah ketika ia di angkat menjadi
Mufti besar pada 3 juni 1899 menggantika Syekh Hasunah An-Nadhawi.
Beberapa
pemikiran Muhammad Abduh dalam pembaharuan pendidikan sebagai berikut:
1) Menentang dan menghilangkan dualisme
dalam pendidikan
Menurutnya sekolah umum
harus diajarkan agama, sekolah agama harus diajarkan ilmu pengetahuan modern,
sehingga jurang pemisah antara golongan ulama dan golongan modern akan dapat
diperkecil.
2) Merumuskan tujuan lembaga pendidikan
sesuai dengan struktur satuan pendidikan.
Pada pendidikan dasar
bertujuan memberantas buta huruf, pendidkan tingkat menengah bertujuan untuk
mendidik anak menjadi orang yangdi percaya dan
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, pendidikan tingkat tinggi
untuk mencetak tenaga guru dan pemimpin masyarakat yang berkalitas.
3) Menyusun kurikulum.
Merumuskan kurikulum
berdasarkan tingkatan pendidikan yaitu tingkatan pendidikan dasar, yang
ditawarkannya adalah akidah islam, fiqih, akhlak, dan sejarah. Tingkat menengah
yaitu ilmu logika (mantik), dasar – dasar penalaran (ushul an-nazhari),
dan ilmu debat atau diskusi (adab al-jadal). Pada pendidikan tinggi yang
ditawarkannya materi tafsir Al-Qur’an, hadits, bahasa arab, ushul fiqih,
pelajaran akhlak, sejarah islam, retorika dan dasar – dasar diskusi dan ilmu
kalam. Dalam pelajaran hadits lebih menitik beratkan pembahasan tentang hadits
shahih dan hadits dhaif. Bahasa arab yang ditawarkan nahwu, sharaf, ma’ani,
badi’, bayan dan sejarah jahili. Ushul fiqih muhammad abduh menyarankan agar
membaca kitab Al-Muwafaqat karangan Asy-Syathibi.
Dari
penjabaran di atas nampak bahwa pemikiran muhammad abduh lebih di dasarkan oleh
dua hal :
Pertama:
ia melihat peran agama yang sangat perlu bagi kehidupan manusia.
Kedua:
perlunya memanfaatkan dan mengasimilasikan bagian yang terbaik dari pengetahuan
barat.
Muhammad
Abduh mengatakan:” di dalam Al-Qur’an terdapat rahasia kesuksesan umat islam
terdahulu, oleh karena itu agar umat islam sekarang bisa sukses harus
mempelajari secara mendalam tentang Al-Qur’an dan metode penafsirannya”.
Pemikiran
Muhammad Abduh tentang pendidikan yang disebarluaskan melalui majalah Al-Manar
dan Al-Urwat Al-Wutsqa dinilai sebagai awal kebangkitan umat islam di
awal abad ke-20 dan menjadi rujukan para tokoh pembaharu dalam dunia islam,
hingga di berbagai negara islam. muncul gagasan mendirikan sekolah-sekolah
dengan menggunakan kurikulum seperti yang dirintis Muhammad Abduh.
PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah
warisan filsafat dan ilmu pengetahuan islam diterima oleh bangsa Eropa dan umat islam sudah tidak memperhatikannya
lagi maka secara berangsur-angsur telah membangkitkan kekuatan di Eropa dan
menimbulkan kelemahan di kalangan umat islam. Secara bearangsur-angsur tapi
pasti, kekuatan bangsa islam ditundukan oleh kekuasaan bangsa Eropa. Dan
terjadilah penjajahan dimana-mana diseluruh wilayah yang perna dikuasai oleh
kekuasaan islam.Ekspansi yang telah dilakukan oleh negara – negara Eropa telah
menyadarkan umat islam bahwa mereka sangat tertinggal jauh dari negara – negara
Eropa akibat keterbelakangan dalam berbagai aspek kehidupan. Negara – negara
Eropa karena keberhasilan mereka menerapkan strategi ilmu pengetahuan dan
tekhnologi yang mereka miliki.oleh karena itu agar umat islam sekarang bisa
sukses harus mempelajari secara mendalam tentang Al-Qur’an dan metode
penafsirannya”.Pemikiran Muhammad Abduh tentang pendidikan yang disebarluaskan
melalui majalah Al-Manar dan Al-Urwat Al-Wutsqa dinilai sebagai
awal kebangkitan umat islam
DAFTAR
PUSTAKA
Asrahah, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: PT Logos
Wacana Ilmu, 1999.
Zuhairini, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 2000.
Shafwan,
Muhammad Hambal, Inti
Sari Sejarah Pendidikan Islam, Solo:
Pustaka Arafah, 2014.
Nata,
Abudin,
Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004,.
Suwito,
Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Putra Grafika, 2005.
Langgulung, Hasan,
Asas- Asas Pendidikan Islam, Jakarta: PT Al Husna Zikra, 2000.
Nizar,
Samsul,
Asas- Asas Sejarah Pendidikan Islam (Menelusuri
Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia) , Jakarta: Putra Grafika, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar