OBJEK PENDIDIKAN TAK LANGSUNG
“Ummat Terbaik” Qur’an Surah Ali Imran ayat 110
Rina Febriastuti 2021115267
Kelas D
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin,
kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya segala
puja dan puji hanya untuk Allah semata, karena atas perkenan-Nya jualah
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Ya Allah Ya
Rabb, izinkanlah hamba-Mu yang lemah ini memanjatkan rasa terima kasih karena
Engkau selalu menuntun jalan kami untuk terus memahami, memaknai, belajar,
berkarya dan berbagi kepada sesame.
Hanya kalimat
Tahmid yang terus meluncur diiringi taslim bagi Rasulullah saw. Salam dan
salawat bagi rasulullah junjungan kita beserta keluarga dan para sahabatnya.
Karya ini kami buat dan berharap semoga dapat menambah pengetahuan berpikir
kita untuk kedepan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
1.
Bapak Dr. Ade Dedi Rohayana, M.Ag selaku Rektor IAIN Pekalongan
2.
Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah Tafsir
Tarbawi I
3.
Semua pihak yang menjadi sumber inspirasi karya ini yang tidak
mungkin kami sebutkan satu persatu.
seperti kata
pepatah, tiada gading yang tak retak dan tiada mawar yang tak berduri,
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bermanfaat kami butuhkan.Akhirnya, dengan memohon petunjuk
Allah SWT, semoga kami selalu mendapat petunjuk kejalan yang benar sehingga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi agama, nusa, bangsa dan Negara.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Allah SWT
bahwa umat Muhammad s.a.w., yakni kaum muslimin, sebagai umat yang terbaik di
antara umat manusia di muka bumi, karena kalian adalah orang-orang yang
melakukan amar ma’ruf nahi munkar, kalian adalah orang-orang yang beriman
secara benar.Pada masa sebelumnya, mereka adalah orang-orang yang saling
bermusuhan.Kemudian hati mereka di dirukunkan. Karena mereka berpegang teguh
pada tali (agama) Allah, melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
Hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan mereka agar kamu taat dan
menurut. Sebab mengingat keadaan mereka yang diciptakan sebagai sebaik-baik
umat sudah seharusnya hal-hal yang menguatkan panggilan mereka ini jangan
terlepas dari diri mereka, karena hal ini merupakan keistimewaan mereka. Hal
ini tidak akan dicapai melainkan dengan jalan memelihara perintah-perintah
Allah dan meninggalkan larangan-laranganNya.
Sebagai usaha yang nyata dan
konkrit untuk menjadi sebaik-baik umat dapat dipenuhi dengan tiga syarat: Amar
Ma’ruf Nahi Munkar, iman kepada Allah. Ketiga inilah yang menjadi sebab, kamu
disebutkan yang sebaik-baik umat.
B.
Judul Makalah
Objek
Pendidikan Tak Langsung “Ummat Terbaik”
C.
Nash dan Arti al-Qur’an
Surah Ali Imran ayat 110
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّا سِ تَأْمُرُوْنَ
بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ء
امَنَ أَهْلُ الْكِتَ
Artinya:
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Ali Imran ayat 110)
D.
Arti Penting Kajian Materi
Dalam konteks ini, mengapa sangat perlu dikaji mengenai ummat
terbaik dalam QS. Ali Imran ayat 110, Karena Allah SWT telah memerintahkan hamba-hambaNya
yang beriman agar berpegang teguh pada tali Allah, dan mengingatkan mereka akan
nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan kepada mereka untuk merukunkan hati mereka
pada Ukhuwah Islamiyah. Lalu Allah memperingatkan mereka jangan sampai seperti
orang-orang ahlul kitab yang selalu menentang dan berbuat maksiat. Hal ini
dimaksudkan untuk membangkitkan mereka agar kamu taat dan menurut. Sebab
mengingat keadaan mereka yang diciptakan sebagai sebaik-baik umat sudah
seharusnya hal-hal yang menguatkan panggilan mereka ini jangan terlepas dari
diri mereka, karena hal ini merupakan keistimewaan mereka. Hal ini tidak akan
dicapai melainkan dengan jalan memelihara perintah-perintah Allah dan
meninggalkan larangan-laranganNya.
Sebagai usaha yang nyata dan
konkrit untuk menjadi sebaik-baik umat dapat dipenuhi dengan tiga syarat: Amar
Ma’ruf Nahi Munkar, iman kepada Allah. Ketiga inilah yang menjadi sebab, kamu
disebutkan yang sebaik-baik umat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “umat” diartikan
sebagai:
(1)
Para penganut atau pengikut suatu agama
(2)
Makhluk manusia.
Kata ummat terambil dari kata amma-yaummu yang berarti
menuju, menumpu, dan meneladani. Dari akar yang sama, lahir antara lain kata um
yang berarti “ibu” dan imam yang maknanya “pemimpin”; karena keduanya menjadi
teladan, tumpuan pandangan, dan harapan anggota masyarakat.
Dalam kata “umat” terselip makna-makna yang cukup dalam.
Umat mengandung arti gerak dinamis, arah, waktu, jalan yang jelas, serta gaya
dan cara hidup. Untuk menuju pada satu arah, harus jelas jalannya, serta harus
gerak maju dengan gaya dan cara tertentu, dan pada saat yang sama membutuhkan
waktu untuk mencapainya.
Ali syariati mendefinisikan kata umat-dalam konteks
sosiologis-sebagai “himpunan manusiawi yang seluruh anggotanya bersama-sama
menuju satu arah, bahu-membahu, dan bergerak secara dinamis di bawah
kepemimpinan bersama”. [1]
B.
Tafsir QS. Ali Imran Ayat 110
1. Tafsir Al Qurthubi
Pada firman Allah, “kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,” terdapat tiga permasalahan:
Pertama: At-Tirmidzi meriwayatkan dari Bahaz bin
Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwasanya dia mendengar Rasulullah
bersabda mengenai firman Allah, “kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia.” Sabda beliau,
اَنْتُمْ تُتِمُّوْنَ سَبْعِيْنَ أمَّةً,
أَنْتُمْ خَيْرُهَا وَاكْرَمُهَا عِنْدَالله
“ kalian menyempurnakan jumlah tujuh puluh
umat. Kalian adalah umat yang terbaik dan paling mulia di sisi Allah.” At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan.
Abu Hurairah berkata, “Kita adalah sebaik-baik manusia yang dilahirkan
untuk manusia. Kita harus mengajak mereka pada ajaran Islam. Mujahid mengatakan
bahwa firman Allah, “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia.” Sesuai dengan syarat-syarat yang disebutkan pada ayat tersebut.
Ada yang mengatakan bahwa maknanya adalah: Kalian sebelumnya telah tercatat di
Lauh Mahfuzh. Ada yang berpendapat bahwa maknanya: Kalian yang telah beriman
adalah sebaik-baik umat. Yang lain mengatakan bahwa ayat ini turun untuk
menyampaikan kabar gembira akan kedatangan Rasulullah dan umatnya. Jadi, maknanya
adalah: kalian adalah sebaik-baik umat daripada pendahulu kalian, yaitu para
ahli kitab. Al Akhfasy mengatakan bahwa maksudnya adalah sebaik-baik pemeluk
agama.
Kedua: Berdasarkan dengan nash yang telah diturunkan tersebut telah diyakini
bahwa umat ini adalah umat terbaik. Para imam meriwayatkan dari hadits Imran
bin Hashim, dari Rasulullah, bahwasanya beliau bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِى ثُمَّ الَّذِيْنَ
يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada
masaku, kemudian mereka yang hidup setelahnya,kemudian mereka yang hidup
setelahnya.” Hadits ini menunjukkan bahwa umat pertama dari umat ini adalah
umat yang paling baik daripada umat setelahnya. Seperti inilah pendapat
sebagian para ulama. Mereka mengatakan bahwa orang yang menjadi sahabat
Rasulullah dan sempat melihat beliau meski hanya sekali dalam hidupnya, mereka
adalah orang-orang yang lebih baik daripada mereka yang hidup setelahnya.
Sesungguhnya keutamaan persahabatan
dengan Rasulullah tidak dapat dibandingkan dengan amal perbuatan. Sabda
Rasulullah yang berbunyi, “sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada
masaku,” maksudnya bukan yang hidup pada masa beliau secara umum
(keseluruhan). Karena, dalam satu masa selalu terdapat orang yang baik dan
tidak baik.
Ketiga: Firman Allah,
تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ المُنْكَرِ
“Menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar,” adalah pujian bagi umat ini, selama mereka melaksanakannya dan memiliki
sifat tersebut. Jika mereka tidak melakukan perubahan yang positif dan berdiam
diri terhadap kemungkaran maka akan hilang pujian terhadap mereka. Sebaliknya,
jika seperti itu mereka lebih berhak memperoleh cacian. Sikap seperti itulah
yang menyebabkan mereka binasa. Penjelasan tentang amar ma’ruf nahi munkar
telah dijelaskan pada awal surah ini.
Firman Allah, “sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka,” adalah pemberitahuan bahwa jika ahli kitab beriman kepada
Nabi Muhammad SAW maka itu adalah
kebaikan bagi mereka. Ayat ini juga
memberitahukan bahwa di antara mereka (kaum ahli kitab) ada yang beriman dan
ada pula yang fasik. Namun, orang fasik di antara mereka lebih banyak.[2]
2. Tafsir Al Azhar
“Kamu adalah sebaik-baik umat yang telah
dikeluarkan antara manusia (karena) kamu menyuruh berbuat yang ma’ruf dan
melarang perbuatan yang munkar serta percaya kepada Allah.” (Pangkal ayat
110)
Pada ayat yang telah lalu telah
diperintahkan dengan nyata dan tegas supaya di kalangan jamaah Islamiyah itu
diadakan umat yang khusus menyuruhkan kebaikan, yaitu iman, menyuruh berbuat
yang ma’ruf dan melarang perbuatan yang munkar. Ayat ini menegaskan sekali lagi
hasil usaha itu yang nyata, yang kongkrit. Yaitu kamu menjadi sebaik-baik umat
yang dikeluarkan antara manusia di dunia ini. Di jelaskan sekali lagi, bahwa
kamu mencapai derajat yang demikian tinggi, sebaik-baik umat, karena kamu
memenuhi tiga syarat, yaitu: Amar Ma’ruf Nahi Munkar, iman kepada Allah. Ketiga
yang menjadi sebab, kamu disebutkan yang sebaik-baik umat, bahkan mungkin
menjadi seburuk-buruk umat. Karena itu apabila kita membaca ayat ini, janganlah
hanya memegang pangkalnya, lalu membangga, sebagaimana membangganya orang
Yahudi mengatakan, bahwa mereka adalah “Kaum Pilihan Tuhan”.
“Kamu adalah sebaik-baik umat yang
dikeluarkan Tuhan untuk seluruh manusia”. Supaya umat Islam jangan tersesat dan
kejangkitan penyakit bangga, seperti yang telah menimpa kedua saudaranya,
Yahudi dan Nasrani itu, sekali-kali jangan membaca potongan kalimat yang
pertama itu saja. Wajiblah dibaca sampai ke ujungnya. Sebab firman Tuhan itu
terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Kamu adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan Tuhan untuk seluruh
manusia.
2. (Karena) kamu menyuruh perbuatan yang ma’ruf.
3. Dan kamu melarang perbuatan yang munkar.
4. Serta kamu percaya kepada Allah.[3]
3. Tafsir Al-Lubab
Ayat 110 menjelaskan bahwa umat Islam
adalah sebaik-baik umat karena mereka menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar
serta beriman kepada Allah swt. Yang Maha Esa. Ahl al-Kitab pun dapat
memperoleh kebajikan yang sama jika mereka beriman kepada Nabi Muhammad saw.
Tetapi, hanya sedikit di antara mereka yang beriman.[4]
4. Tafsir Al-Maraghi
Kalian adalah umat yang paling baik di alam
wujud sekarang, karena kalian adalah orang-orang yang melakukan amar ma’ruf
nahi munkar, kalian adalah orang-orang yang beriman secara benar, yang bekasnya
nampak pada jiwa kalian, sehingga terhindarlah kalian dari kejahatan, dan kalian
mengarah pada kebaikan, padahal sebelumnya kalian umat yang dilanda kejahatan
dan kerusakan. Kalian tidak melakukan amar ma’ruf nahi munkar, bahkan tidak
beriman secara benar.
Gambaran atas sifat ini memang cocok dengan
keadaan orang-orang yang mendapatkan khitab ayat ini pada masa permulaan.
Mereka adalah Nabi saw dan para sahabat yang bersama beliau sewaktu Al-Qur’an
diturunkan. Pada masa sebelumnya, mereka adalah orang-orang yang saling
bermusuhan. Kemudian hati mereka dirukunkan. Mereka berpegang pada tali (agama)
Allah, melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Orang-orang yang lemah di antara
mereka tidak takut terhadap orang-orang yang kuat, dan yang kecilpun tidak
takut pada yang besar. Sebab iman telah meresap ke dalam Qalbu dan perasaan
mereka, sehingga bisa ditundukkan untuk mencapai tujuan Nabi saw. di segala
keadaan dan kondisi.[5]
C.
Aplikasi dalam Kehidupan
1.
Menyuruh (mengajak) manusia kepada perkara-perkara yang ma’ruf
(kebaikan).
2.
Mencegah (melarang) manusia dan melakukan kemungkaran.
3.
Dalam usaha-usaha tersebut senantiasa menjaga dan memelihara diri
dengan mentaati segala perintah-perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.
4.
Menjaga tali silaturrahim antar umat.
D.
Aspek Tarbawi
Nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam QS. Ali Imran Ayat 110 adalah sebagai berikut:
1.
Senantiasa melaksanakan perbuatan yang ma’ruf.
2.
Melarang perbuatan yang munkar.
3.
Beriman dan percaya kepada Allah.
4.
memelihara perintah-perintah Allah dan meninggalkan
larangan-laranganNya.
5.
Istiqomah di jalan Allah.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan pemaparan mengenai surat Ali Imran ayat 110 diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap manusia mempunyai tanggung jawab dalam
kehidupannya untuk saling menyerukan dalam kebenaran dan saling mengingatkan
atau memperingatkan dalam keburukan dan dilandasi dengan keimanan kepada Allah
karena pada hakikatnya manusia telah diciptakan Allah dengan begitu sempurna
dan kepada umat islam diberi keutamaan dari pada umat yang lain jika seseorang
itu mampu mengamalkan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan saling
menegur jika ada keburukan.Namun, jika umat islam tidak melaksanakan itu maka
dia tidak termasuk dalam sebaik-baik umat karena yang termasuk sebaik-baik umat
adalah seseorang yang mampu mengamalkan Amar Ma’ruf, Nahi Munkar dan beriman
kepada Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qurthubi, Syaikh Imam, 2008, Al Jami’ li Ahkaam Al Qur’an
, Jakarta : Pustaka Azzam
Al-Maragi, Ahmad Mustafa, 1993, Tafsir Al Maragi, Semarang :
PT Karya Toha Putra Semarang
Prof. Dr. Hamka, 1983, Tafsir Al Azhar Juz IV , Jakarta :
Pustaka Panjimas
Shihab, M. Quraish, 1996, Wawasan al-Qur’an Tafsir Tematik atas
Berbagai Persoalan Umat, Bandung : PT Mizan Pustaka
Shihab, M.
Quraish, 2012, Al-Lubab Makna,
Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah al-Qur’an, Tangerang : Lentera
Hati
BIODATA PENULIS
Nama : Rina Febriastuti
Tempat, tanggal lahir :
Pekalongan, 20 Februari 1996
Alamat : Ds. Ngalian Rt 01 Rw
01 kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan
Riwayat Pendidikan : TK
MUSLIMAT NU Ngalian
MIS Ngalian
MTS IN Banyurip Ageng
MAS Hidayatul Athfal Banyurip Alit
Masih Menempuh S1 IAIN Pekalongan
[1] M Quraish
Shihab, Wawasan al-Qur’an Tafsir Tematik atas Berbagai Persoalan Umat
(Bandung : PT Mizan Pustaka, 1996) hlm.429-433
[2] Al Qurthubi, Syaikh Imam, Al
Jami’ li Ahkaam Al Qur’an (Jakarta : Pustaka Azzam, 2008), hlm.421-429)
[3] Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al Azhar Juz IV (Jakarta : Pustaka
Panjimas, 1983), hlm.63-65
[4] M. Quraish Shihab, Al-Lubab
Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah al-Qur’an (Tangerang :
Lentera Hati, 2012), hlm.127
[5] Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir
Al Maragi (Semarang : PT Karya Toha Putra Semarang, 1993), hlm.48-49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar