OBYEK PENDIDIKAN “TIDAK LANGSUNG”
JAHIL SEBAGAI OBYEK PENDIDIKAN
QS. ANNISA [4] : 17
Zaen Albukhori Tsany (2021115254)
Kelas D
Jurusan Tarbiyah/PAI
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Pekalongan
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh
Bismillahirohmanirrohim, penulis panjatkan puji syukur kepada Allah, SWT. Yang telah melimpahkan segala Nikmat-Nya. Sholawat salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam, kepada keluarga, dan kepada para sahabatnya.
Alhamdulillah,dengan taufiq, pertolongan, dan Rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, makalah yang berjudul “OBYEK PENDIDIKAN “TIDAK LANGSUNG”: JAHIL SEBAGAI OBYEK PENDIDIKAN dalam QS. ANNISA [4] : 17” yang dihadapan pembaca ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha memperbaiki kesalahan yang ada pada penulisan makalah. Adanya perbaikan dan berbagai macam tambahan dalam makalah ini menunjukkan bahwa manusia bersifat lemah dan tidak dapat berbuat sempurna, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Imam al Muzani, Sahabat Imam Asy-Syafi’i rahimahumallah, berkata, “Seandainya sebuah kitab dilihat dan dibaca (berulang-ulang) sebanyak tujuh puluh kali, niscaya akan tetap didapati kesalahan didalamnya karena Allah Ta’ala tidak menginginkan ada satu kitab pun yang sempurna keshahihannya kecuali Kitab-Nya yang mulia.”
Apabila dalam penulisan makalah ini ada kebaikan, itu semata-mata karena taufiq dan pertolongan Allah Ta’ala dan apabila ada kesalahan, maka itu datangnya dari kekurangan kami penulis makalah dan dari syaitan.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini diterima oleh Allah Ta’ala sebagai amal shalih, dan juga bermanfaat untuk pembaca dan pendengar sekalian.
Kepada dosen pembimbing mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan pengarahan dan kemudahan dalam pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Tidak lupa juga penulis memohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
Atas segala kekurangan, penulis mohon maaf yang sedalam-dalamnya. Karena kami bukan manusia yang sempurna, terlebih kami masih dalam tahap pembelajaran.
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Pekalongan, 09 November 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT sebagaimana yang telah diterangkan dalam QS. AdzDzariyat ayat 56 $tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbr߉ç7÷èu‹Ï9 ÇÎÏÈ dalam beribadah juga ada
56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
tuntunan yang harus di ikuti, salah satunya adalah segala sesuatu yang kita perbuat adalah dengan menggunakan ilmu, apalagi dalam perkara ibadah harus didasari oleh ilmu.
Ilmu sangat penting dalam beribadah, amal tanpa ilmu akan menjadi sia-sia dan ilmu tanpa amal juga akan kurang lebih manfaat. Alangah lebih baiknya jika keduanya dipadukan dengan seimbang beramal dengan ilmu dan berilmu disertai beramal.
Dalam kehidupan sekarang juga ilmu sangat penting karena jika kita salah daam pengambilan ilmu maka ibadah kita juga akan salah. Sebagaimana ketika orang hendak melakukan suatu perbuatan, maka harus tahu terlebih dahulu ilmu tentang perbuatan tersebut. Tidak lantas hanya melakukan perbuatan tanpa menggunakan ilmu. Karena akan sangat berbahaya jika tidak mengetahui dasar suatu perbuatan tersebut
B. JUDUL
OBYEK PENDIDIKAN “TIDAK LANGSUNG”: JAHIL SEBAGAI OBYEK PENDIDIKAN dalam QS. ANNISA [4] : 17
C. NASH
$yJ¯RÎ) èpt/öqG9$# ’n?tã «!$# šúïÏ%©#Ï9 tbqè=yJ÷ètƒ uäþq¡9$# 7's#»ygpg¿2 ¢OèO šcqç/qçGtƒ `ÏB 5=ƒÌs% y7Í´¯»s9'ré'sù Ü>qçGtƒ ª!$# öNÍköŽn=tã 3 šc%x.ur ª!$# $¸JŠÎ=tã $\KŠÅ6ym ÇÊÐÈ
17. Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
D. ARTI PENTING
Dalam QS. Annisa : 17 menerangkan bahwa semua amalan yang dikerjakan yang terkait ibadah harus berdasarkan pada ilmu, jika amal tanpa ilmu maka akan menyebabkan salah dalam beribadah dan menuntun ke jurang neraka.
Bertaubat pun juga demikian, jika melakukan suatu kesalahan maka hendaklah cepat-cepat bertaubat, jangan menunda-nunda taubat. Karena taubat adalah perkara yang sangat penting dan jangan menganggap remah perbuatan dosa sekecil apapun itu.
Bersegera dalam bertaubat karena melakukan kesalahan kecil sangat penting daripada menunda-nunda taubat hingga perkara tersebut menjadi besar. Allah SWT sangat menyukai orang-orang yang bertaubat kepadanya dan bersungguh-sungguh dalam bertaubatnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
1. Makna dan tujuan pendidikan
Pendidikan merupakan kewajiban yang harus kita enyam semenjak dari lahir. Karena dari pendidikan itulah kita akan tahu banyak tentang wawasan di dunia dalam kehidupan ini. Sedang menurut Bahasa Indonesia, 1991:232, pendidikan berasal dari kata didik, lalu kata ini mendapat awalan kata me sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Menurut bahasa yunani pendidikan adalah berasal dar kata pedagogi yaitu paid artinya anak, sedangkan agogos yang artinya membimbing sehingga pedagogi dapat diartikan sebagai ilmu seni mengajar anak.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
2. Pengertian pendidikan menurut para ahli:
1. John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual, emosional kea rah alam dan sesame manusia
2. M.J. Longeveled
Pendidikan adalah usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hudupnya sendiri.
3. Thompson
Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya.
4. Frederik J. Mc Donald
Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia.
5. H. Horne
Pendidikan adalah proses yang terus menerus dari penyesuaian yang berkembang secara fisik dan mental yang sadar dan bebas kepada Tuhan.
6. J.J. Russeau
Pendidikan adalah pembekalan yang tidak ada pada saat masa anak-anak, akan tetapi dibutuhkan pada saat dewasa.
7. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.
8. Ahmad D. Marimba
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik manuju terbentuknya kepribadian yang utama.
9. Insan Kamil
Pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya.
10. Ngalim Purwanto
Pendidikan adalah segala urusan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaanya.
3. Tujuan pendidikan pendidikan
Berdasarkan UU No. 2 tahun 1985 yang berbunyi
Bahwa tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, mengetahui pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan bangsa.
Berdasarkan MPRS No. 2 tahun 1960
Tujuan pendidikan adalah membentuk pancasialis sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945
Berdasarkan UU. No 20 tahun 2003
Mengenai system pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berimandan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Jadi objek pendidikan adalah manusia dalam kaitannya dengan fenomena tersebut dimana-mana, di dalam masyarakat, keluarga dan sekolah.
4. Pengertian kafir
Kafir secara harfiah berarti orang yang menyembunyikan atau mengingkari kebenaran. Dalam terminology cultural kata ini digunakan dalam agama islam untuk merujuk kepada orang-orang yang mengingkari nikmat Allah (sebagai lawan dari syakir, yang berarti orang yang bersyukur). Kafir berasal dari kata kufuryang berarti ingkar, menolak atau menutup.
Pada zaman sebelum agama islam, istilah tersebut digunakan untuk para petani yang sedang menanam benih diladang, menutup/mengubur dengan tanah. Sehingga kalimat kaafir bisa diimplikasikan menjadi “seseorang yang bersembunyi atau menutup diri”.
Jadi menurut syariat islam, manusia kafir yaitu mengingkari Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah dan mengingkari Rosul Muhammad SAW sebagai utusanNYA.
Jahil menurut KBBI adalah bodoh atau tidak tahu. Orang jahil adalah bukan orang yang benar-benar bodoh karena tidak mempunyai ilmu, akan tetapi ia enggan atau malas belajar tentang suatu ilmu sehingga ia dikatakan jahil atau tidak tahu.
B. TAFSIR DARI QS. ANNISA AYAT 17
$yJ¯RÎ) èpt/öqG9$# ’n?tã «!$# šúïÏ%©#Ï9 tbqè=yJ÷ètƒ uäþq¡9$# 7's#»ygpg¿2 ¢OèO šcqç/qçGtƒ `ÏB 5=ƒÌs% y7Í´¯»s9'ré'sù Ü>qçGtƒ ª!$# öNÍköŽn=tã 3 šc%x.ur ª!$# $¸JŠÎ=tã $\KŠÅ6ym ÇÊÐÈ
17. Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Tafsir Al-Lubab
Ayat 17 berbicara tentang penyebab kesalahan dan hakikat taubat serta masa terakhir dari penerimaannya. Kesalahan yang disebabkan karena kejahilan, yakni akibat dorongan dan kelamahan pikiran sehingga tidak menyadari dampak buruk dari kejahatan itu. Taubat diterima Allah, paling lambat sesaat sebelum berpisahnya ruh dari jasad. Penjelasan diatas diperjelas oleh ayat 18 yang maksudnya menyatakan bahwa pengampunan dosa tidak akan diperoleh mereka yang kedurhakaanya terus-menerus silih berganti tanpa penyesalan, lalu baru menyesal ketika maut menjemputnya. Tidak juga oleh orang yang mati dengan membawa serta kekufurannya.
Tafsir Al-Qurthubi
Dalam ayat ini dibahas empat masalah :
Pertama: Firman Allah SWT : “Sesungguhnya taubat disisi Allah.” Dikatakan bahwa ayat ini bersifat umum untuk pelaku dosa, dikatakan: untuk yang jahil saja dan taubat berlaku untuk setiap pelaku dosa dikesempatan yang lain. Para imam sepakat bahwa taubat adalah kewajiban atas setiap kaum mukmin. Sesuai firman Allah “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah.” (QS. Annur [24] : 31), maka taubat itu berlaku pada dosa yang dilakukan terhadapa orang lain ataupun terhadap dirinya. Berbeda dengan mu’tazilah yang berpendapat bahwa tidaklah disebut orang yang bertaubat jika melakukan suatu dosa dan tidak ada perbedaan antara maksiat satu dengan maksiat lain. Ini merupakan pendapat ahli sunnah.
Hanya Allah lah yang mampu atau bisa mengampuni setiap dosa hambaNya. Tidak ada syarat untuk harus diterima suatu taubat, karena Allah Maha berkuasa atas setiap sesuatu. Adapun yang diketahui secara zhahir bahwa taubat tersebut diterima. Ini merupakan pendapat Abu Al Ma’ali dan lainnya dan menurut persangkaan yang paling kuat, karenanya Allah SWT tidak mesti menerima suatu taubat.
Ibnu Athiyah berpendapat bahwa Abu Al Ma’ali dan selainnya telah keliru dalam hal ini, sehingga jika kita mewajibkan orang yang telah bertaubat dengan ikhlas dan menyempurnakan syaratnya, maka menurut Abu Al Ma’ali taubatnya diterima sesuai persankaan paling kuat. Adapun yang lainnya berpendapat: Allah pasti menerima taubatnya seperti yang Dia beritakan.
Kedua: “Bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan”. Kejahtan yang dimaksud ayat ini dan Al An’am “Barangsiapa yang berbuat kejahatan diantara kamu lantaran kejahilan” (QS. Al An’am [6] : 54), mencakup semua bentuk kufur dan maksiat, sehingga orang-orang yang bermaksiat kepada Allah dikategorikan jahil hingga ia berhenti dari perbuatannya.
Ketiga: Firman Allah SWT, “Kemudian mereka bertaubat dengan segera”, Ibnu Abbas dan As-Suddi berkata,”Maksudnya sebelum sakit dan mati”
Di riwayatkan dari Adh-Dhahhak, ia berkata,”Segala hal yang sebelum ajal tiba dikategorikan “segera”.
Abu Mijlas, Adh-Dhahhak, Ikrimah, Ibnu Zaid dan selain mereka berkata, “Yaitu sebelum datangnya malaikat (maut) dan As-sauq (sakaratul maut) dan tatkala seseorang tidak mampu menguasai dirinya.
Keempat: “Dan tidaklah taubat itu”. Allah SWT menafikkan dalam hukum-hukum bartaubat orang-orang yang melakukannya saat ajal menjemput, dan tatkala itu hanyalah penyesalan. Seperti halnya fir’aun yang berubah saat akan tenggelam, sehingga keimanan yang ditampakkan tidak ada faidahnya karena itu merupakan waktu dilepaskannya beban (syariat), demikianlah yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Zaid dan Jumhur ulama.
Ibnu Katsir
Allah ta’ala berfirman, sesungguhnya Allah hanya akan menerima taubat orang-orang yang melakukan kejahatan karena kebodohan. Kemudian dia bertobat, walaupun setelah melihat dengan jelas malaikuat yag akan mencabut rohnya, asal dia belum sekarat. Mujahid dan ulama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kebodohan ialah setiap orang yag durhaka lantaran salah atau sengaja sebelum dia menghentikan dosanya itu. Abu shalih meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “ Diantara kebodohannya ialah dia melakukan kejahatan itu.” “Kemudian mereka bertobat sebentar kemudian.”Ibnu Abbas mengatakan,”Yang dimaksud sebentar ialah jarak antara keadaan dirinya sampai dia melihat malaikat maut. Adh-Dhahak berkata,” Masa sebelum terjadinya kematian disebut dekat.” Al Hasan berkata,”Dekat ialah sebelum seseorang sekarat.” Sedangkan Ikrimah berkata, “Masa dunia seluruhnya disebut dekat.”
Tafsir Al Maraghi
As-Su’ adalah perbuatan jelek yang mengakibatkan pelakunya dinilai jelek, apabila ia berjiwa sehat dan normal. Taubat disini mencakup dosa-dosa kecil dan dosa-dosa besar.
Al-Jahalah, kebodohan dan sifat dungu yang menguasai diri ketika syahwat telah memuncak sampai kepala, atau ketika nafsu gadab memberontak, sehingga yang brsangkutan kehilangan kesabaran dan lupa perkara yang hak. Setiap orang yang melakukan maksiat (berbuat durhaka) kepada Allah dinamakan orang jahil. Kemudian perbuatannya dinamakan jahalah (kebodohan).
Orang yang berbuat maksiat disebut Jahil (Bodoh)
Rahasia yang terkadung daam kesimpulan ini ialah, bahwa orang yang berbuat maksiat/durhaka kepada Allah itu kalau saja ia mau menggunakannya tentang pahala dan siksaan pastilah dia tidak akan melakukan perbuatan maksiat itu, melainkan karena kebodohannya semata karena hakikat ancaman Allah, dengan harapan bisa mendapatkan maaf dan ampunan, atau syafaat dari orang-orag yang bisa memberi syafaat, yang bisa menamengi dirinya dari siksaan.
Az-Zamanul Qarib, adalah waktu tatkala gejolak nafsu syahwatnya mulai tenang, atau sudah tidak bergejolak lagi, dan pelakunya kembali kepada kesabaran agama dan aka sehatnya. Karena orang yang memiliki iman kuat sekali-kali tidak akan melakukan perbuatan maksiat melainkan hanya karena nafsu syahwat da nafsu gadab yang menekan secara mendadak. Atau ketika ia lupa daratan. Tidak lama kemudian ia bertobat. Karena itulah di sini Allah menyebutnya kata-kata su’ (perbuatan dosa/jelek) di ungkapkan dalam bentuk tuggal, kemudian Dia mengatakan terhadap orang yang tidak diterima taubatnya (y’malunas sayyi’at) sebagai pemberitahuan bahwa taubat hanya bisa diterima dari orang-orang yang melakukan perbuatan-perbuatan dosa secara perseorangan dan mereka mengetahui benar perbuatan dosa tersebut. Hanya saja, mereka tidak terus menerus melakukannya, tetapi mereka melakukannya dan segera bertaubat. Sehingga jiwa mereka tidak dikuasai oleh kegelapan maksiat dan tidak dilumuri dosa-dosanya.
C. APLIKASI DALAM KEHIDUPAN
Dalam kehidupan sehari-hari sudah sepatutnya kita mendasari semua amal ibadah dengan ilmu, jika kita beribadah tanpa ilmu akan menjadi sia-sia, bisa jadi amal ibadah yang kita lakukan adalah salah dipandangan agama islam. Dalam kitab-kitab tentang fadhilah orang yang berilmu digambarkan dengan “orang yang beribadah menggunakan ilmu lebih baik daripada 1.000 orang beribadah tanpa ilmu”, syetan juga lebih takut kepada orang yang ahli ilmu dalam beribadah daripada orang yang beribadah tanpa ilmu.
D. ASPEK TARBAWI
1. Carilah ilmu sebagai dasar ibadah.
2. Niatkan segala sesuatu hanya karena Allah terutama mencari ilmu.
3. Bersegera dalam bertaubat walau melakukan dosa kecil.
4. Tidak meremehkan dosa-dosa kecil yang ada
5. Selalu bersikap hati-hati dalam beribadah.
6. Bersikap hati-hati dalam perbuatan dan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qurtubi, Syaikh Imam, 2009, Tafsir Al Qurtubi, (Jakarta: Pustaka Azzam)
Ar-Rifai, Muhammad Nasib, Kemudahan dari Allah: ringkasan tafsir ibnu katsir jilid 1, Jakarta: Gema Insani
Mas’ud, Abdurrahman, dkk, 2001, Paradigma Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Pelajar).
Shihab, M. Quraish, 2012, Al-Lubab: Makna, Tujuan, Dan pelajaran dari surah-surah Al-qur’an, (Tangerang: Lentera Hati).
BIODATA
Nama : Zaenal Bukhori Tsany
Tempat,Tanggal Lahir : Pemalang, 22 Februari 1993
Alamat : Desa Karangasem, Kec. Petarukan-Pemalang
Riwayat Pendidikan
SD : SDN 03 Karangasem
SMP/ MTS : MTS N Petarukan
MA : SMK 05 Muhammadiyah Petarukan
KULIAH : IAIN Pekalongan (masih dalam proses).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar