“SUBYEK PENDIDIKAN MAJAZI”
NABI SEBAGAI SURI TAULADAN
(QS.AL-AHZAAB 33:AYAT 21)
Atiq Rizki Rofifah (2021115191)
Kelas D
JURUSAN
TARBIYAH/PAI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
2016
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur
kepada sang illahi robbi yang mana atas berkat dan Rahmat-Nyalah kami bisa
menyelesaikan makalah ini, tak lupa sholawat serta salam marilah kita limpah
curahkan kepada Guru besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, tanpa adanya beliau
mungkinlah kita terbebas dari zaman kebodohan.
Makalah ini
kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah tafsir tarbawi I. Kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih kami sampaikan kepada
· Bpk. Dr. H. Ade Dedi Rohayana, M Ag selaku
Rektor IAIN Pekalongan
· Bpk Muhammad
Hufron, MSI selaku Dosen pengampun Tafsir Tarbawi I
· Orang Tua yang sudah mendukung saya dalam
mengikuti perkuliahan ini
· Teman-teman yang saya sayangi
Manusia pasti memiliki kekurangan seperti halnya
dalam pembuatan makalah ini pun kami banyak sekali kekurang. Untuk itu, kami
selalu mengharap kritik dan saran dari pembaca guna kemajuan bersama.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya mengucapkan
banyak terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Pekalongan, September
2016
Penulis
,
Atiq Rizki Rofifah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sejak remaja
rosullullah SAW memperlihatkan budi pekerti yang baik, sopan dan di percaya.
Perilaku dan kepribadiannya menjadi buah bibir masyarakat quraisy. Karena budi
yang mulia itulah, Beliau di gelar oleh masyarakat Al-Amin artinya dapat di
percaya. Ketika usia dua belas tahun Muhammad ikut pamanya abu thalib berdagang
ke syam (Syria). Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan seseorang pendeta
nasrani yang bernama buhaira. Setelah pendeta itu menatap wajah serta
memperhatikan penampilan Muhammad, dia melihat ada tanda-tanda kerosulan pada
diri beliau. Oleh karena itu pendeta buhaira berpesan kepada abu thalib agar
menjaga keponakanya baik-baik sebab pada suatu saat beliau akan di angkat
menjadi rosulullah, sebagai mana telah dijanjikan allah kepada Nabi Isa dalam
kitab injil.
Setelah
beliau resmi di angkat sebagai rosul allah SWT semakin bertambah kejujuran,
kebenarian, serta keteguhan hatinya. Akhlak beliau semakin sempurna, karena
memang beliau diutus allah SWT untuk menyempurnakan akhlak serta keteladanan
oleh umatnya. Nabi Muhammad adalah nabi dan utusan allah yang terakhir nabi
Muhammad mempunyai misi menyempurnakan akhlak dan ajaran-ajaran nabi dan utusan
terdahulu,
Dalam
dakwah menyebarluaskan ajaran islam bagi umatnya benar-benar menjadi contoh
dalam cara dan keteguhan hatinya. Pada permulaan wahyu di turunkan allah SWT,
rosululloh SAW berdakwh dengan dari rumah kerumah, perseorangan (dawatul
afrad).
B. Judul
Nabi Sebagai Suri Tauladan
C. Nash dan
Artinya
لَقَدْ كَا نَ
لَكُمْ فِيْ رَسُوْ لُ اللهِ اُسْوَ ةٌ حَسَنَةً لِمَنْ كَانَ يَرْ جُوْا اللهَ
وَالْيَوْمَ اْلاَخِرَ وَذَ كَرَ اللهَ كَثِيْرًا (al-ahzaab:21)
Artinya : “Sesungguhnya telah ada
pada (diri) rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
berdzikir kepada allah” (Qs. Al Ahzaab [33]:21)
D. Arti penting
yang dikaji
Ayat di atas
merupakan dalil bahwasanya teladan Nabi berupa perbuatan dan tindak tanduk
beliau bisa menjadi landasan atau dalil dalam menetapkan suatu perkara karena
tidak ada yang di contohkan oleh nabi kepada ummatnya melainkan contoh yang
terbaik. Hal ini di jelaskan oleh imam Abdurrahman bin Nashir as-sa’adi dalam
kitab tafsirnya yang terkenal tafsir karimir rahman.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Dari
Buku
Makna Suri Tauladan
Kita sering terperangkap dalam pola prinsip
yang keliru dalam memaknai hakikat uswatun hasanah yang ada pada diri
rosulullah. Tidak sedikit diantara kita mengkerdilkan makna sifat uswah
(keteladanan). Nabi hanya terbatas pada masalah-masalah akhlak, sunnah-sunnah
dan ritual ibadah yang dikerjakan oleh nabi saja. Padahal syari’at juga menurut
kita untuk meninggalkan atau tidaj mengerjakan segala sesuatu yang tidak
dikerjakan oleh nabi dalam urusan ini.
Inilah makna yang lebih sempurna, mencakup
sunnah fi’liyah dan juga sunnah tarkiyyah.
Sunnah fi’liyah adalah sunnah yang
dikerjakan atau dicontohkan oleh nabi. Dalam hal ini kita pun dusunnahkan
bahkan bisa wajib untuk dikerjakan persis seperti apa yang dikerjakan oleh
beliau sebatas kemampuan kita.
Sunnah tarkiyyah kita dituntut untuk
meninggalkan suatu bentuk ritual dikarenakan ritual tersebut ditinggalkan atau
tidak dikerjakan oleh nabi di masanya, padahal sangat memungkinkan untuk
dikerjakan di masa beliau. Contohnya adalah kumandang adzan adzan saat sholat
Ied adzan sholat Istisqo (minta hujan) dan adzan untuk jenazah. Ini semua di
tinggalkan atau tidak dikerjakan oleh nabi maka bagi kita umatnya meninggalkan
ritual-ritual (adzan yang tidak pada tempatnya) tersebut juga termasuk sunnah
yang sifatnya wajib yan disebut sebagai sunnah tarkiyyah.
Adapun contoh dari suri tauladan yaitu
akhlaqul karimah : rasulullah SAW adalah uswatun khasanah yaitu teladan bagi
setiap manusia yang hidup di dunia. Sebagai umatnya kita disunnahkan untuk
mengambil dan mencontoh keteladanan beliau. Namun, dalam kebanyakan kajian sering
mengartikan dan memaknainya secara sempit. Mereka menganjurkan kita untuk
mengamalkan sunnah-sunnah rasulullah SAW, tanpa menekunkan bahwa rasululloh itu
adalah suri tauladan apabila kita ingin mengambil atau melaksanakan keteladan
beliau maka kita pun mestinya harus menjadi teladan bagi orang lain, sesuai
dengan kemamuan dan kapisitas kita masing-masing.[1]
Adapun sifat-sifat rasulullah SAW
menggambarkan akhlak mulia diwarnai oleh akhlak alquran dan sangatlah patutu
dijadikan sebagai contoh yang baik bagi kita, diantaranya sifatnya adalah :
1. Sidiq (Benar)
والذي جاء با
لصدق وصدق به اليك هم التقون
(dan orang yang membawa kebenaran
(Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa)
Para rasul allah dan Muhammad SAW
mempunyai sifat sidiq yang membawa kebenaran. Orang yang membawa kebenaran
tentunya ia bersifat sidiq sehingga apa yang
di sampaikan dapat diterima. Oleh karena itu dengan sifat ini ramai masyarakat jahiliyah menerima islam.
di sampaikan dapat diterima. Oleh karena itu dengan sifat ini ramai masyarakat jahiliyah menerima islam.
2. Tabligh
(Meyampaikan)
Seorang rasulullah diperintahkan
untuk menyamoaikan semua wahyu di terima dari allah. Walaupun ia harus
menghadapi halangan dan rintangan yang berat, rasulullah SAW harus menyampaikan
seluruh ajaran Allah swt.
3. Amanah
(Dapat dipercaya)
Amanah secara umum berarti
bertanggung jawab terhadap apa yang dibawanya, menepati janji, melaksanakan
perintah, menunaikan keadilan memberikan hokum yang sesuai dan dapat
menjalankan sesuatu yang disepakatinya.seorang rasul harus dapat dipercaya
untuk menyampaikan seluruh pesan yang diperintahkan oleh allah swt, tanpa
ditambahi dan dikurangi sedikit pun. Hal ini dimaksudkan tidak lain agar umat
manusia memahami dengan saksama wahyu yang diturunkan melalui rasulnya
tersebut. Pada dasarnya modal utama hubungan antar personal adalah kepercayaan.
4.
Fathanah (cerdas/cerdik)
Seorang rasul haruslah cerdik dan
bijaksana karena dengan kedua hal tersebutlah ia dapat memimpin dan membimbing
umat dengan baik. Fathanah juga bisa diartikan dengan bijaksana semua sikap dan
perbuatannya.
Kecerdasan rasulullah dapat dilihat
bagaimana rasul menyusun dakwah dan strategi-strategi berperang ketempat
lainnya. Diantaranya rasul adalah mempunyai pandangan bahwa islam akan
menaklukan mekkah dan menaklukan khaibar. [2]
B. Tafsir Dari
Buku
1. Tafsir Al-Misbah
Ayat al-ahzab ini masih merupakan kecaman
kepada orang-orang munafik yang mengaku memeluk islam, tetapi tidak
mencerminkan ajaran islam. Kecaman itu dikesankan oleh kata (لقد) laqad. Seakan-akan ayat itu menyatakan
“kamu telah melakukan aneka kedurhakaan, padahal sesungguhnya ditengah kamu
semua ada nabi Muhammad yang mestinya kamu teladani”
Kalimat لقد كان ير
جو الله واليوم الاخر))
berfungsi menjelaskan sifat orang-orang yang mestinya meneladani rosul SAW.
Memang, untuk meneladani Rosul SAW secara sempurna di perlukan kedua hal yang
di sebut ayat diatas. Demikian juga dengan dzikir kepada allah dan selalu
mengingatnya.
Kata (اسوة) uswah atau iswah berarti teladan. Pakar
tafsir az-zamakhsyari ketika menafsirkan ayat diatas, mengemukakan dua kemungkinan
tentang maksud keteladanan yang terdapat pada diri rosul itu. Pertama dalam
arti kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua dalam arti
terdapat dalam kepribadian belai hal-hal yang patut di teladani.
Dalam perang khandaq ini, banyak sekali
sikap dan perbuatan beliau yang perlu di teladani. Antara lain keterlibatan
beliau secara langsung dalam kegiatan perang, bahkan menggali parit. Juga dalam
membakar semangat dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan dan pujian kepada allah.
Juga dalam suka dan duka, haus dan dahaga yang dialami oleh seluruh pasukan
kaum muslimin.
Perlu digaris bawahi ayat diatas namun,
demikian tidak mudah memisahkan atau memilah, nama pekerjaan/ucapan yang
bersumber dari kedudukan beliau sebagai rosul dan mana pula dalam kedudukan
–kedudukan lainnya. Bukankah allah berfirman: مُحَمَّدٌ اِلاَّ رَسُوْلٌ وَمَا “Muhammad tidak lain kecuali
rosul”(Qs. Al-Imran [3]:144).[3]
2. Tafsir Al-Ahzar
Ayat
ini menjelaskan tentang ketauladanan nabi dalam perang khandaq ummi salamah
istri rasululloh SAW, yang telah banyak pengalamanya sebagai istri rosulullah
yang turut menyaksikan beberapa peperangan yang dihadapi rosululloh SAW pernah
mengatakan tentang hebatnya keadaan kaum muslimin tentang peperangan khandaq.
Beliau berkata aku telah menyaksikan disamping rasulullah beberapa peperangan
yang hebat dan ngeri, peperangan di al-muraisiya’, khaibar dan kamipun telah
menyaksikan pertemuan dengan musuh di hudhaibiyah dan saya pun turun ketikan
menakluklan mekkah dan peperangan di hunain. Tidak ada peperangan yang saya
turut menyaksikan itu yang lebih membuat lelah rasulullah dan lebih membuat
kami jadi takut, melebihi peperangan khandaq karena kaum muslimin benar-benar
terdesak dan terkepung pada waktu itu, sedang quraizhah (yahudi) tidak lagi di
percaya karena sudah belot, sampai madinah dikawal sejak siang sampai shubuh,
sampai kami dengar takbir kaum muslimin untuk melawan rasa takut mereke yang
melepaskan kami dari bahaya ialah karena musuh-musuh itu telah di usir sendiri
oleh allah dari tempatnya mengepung dengan rasa kesal dan sakit hati. Karena
maksud mereka tidak tercapai.
Lanjutan
ayat ialah “bagi barang siapa yang mengharapkan allah dan hari kemudian” yaitu
sesudah dipangkal ayat dikatakan bahwa pada diri rasulullah itu sendiri ada hal
yang dapat dijadikan contoh tauladan bagi kamu yaitu yang beriman. “dan yang
banyak mengingat kepada allah ini diperingatkan diakhir ayat”. Sebab barang
yang mudah mengatakan mengikuti teladan rasul dan barang yang mudah mengatakan
beriman tetapi, adalah meminta latihan batin yang dalam sekali untuk
menjalakannya. [4]
3. Tafsir Al-Maraghi
Sesungguhnya
norma-norma yang tinggi dan teladan yang baik itu telah di hadapan kalian,
seandainya kalian menghendakinya. Yaitu hendaknya kalian mencontoh Rasulullah
saw. Di dalam amal perbuatanya dan hendaknya kalian berjalan sesuai dengan
petunjuknya, seandainya kalian benar-benar menghendaki pahala dari allah serta
takut akan azabnya di hari semua orang memikirkan dirinya sendiri dan pelindung
serta penolong di tiadakan, kecuali hanya amal sholeh yang telah di lakukan
seseorang (pada hari kiamat). Dan adalah orang-orang yang selalu ingat kepada
allah dengan ingatan yang banyak maka sesengguhnya ingat kepada allah itu
seharusnya membimbing kamu untuk taat kepadanya dan mencontoh
perbuatan-perbuatan rasulnya.[5]
4. Tafsir Al-Qurtubhi
Al jauhari berkata kata uswah yang
menggunakan harakat kasrah dan yang menggunakan harakat fathah itu dua bentuk bahasa
yang berbeda. Bentuk jamak kedua kata ini pun berbeda, kata uswah yang
menggunakan harakat dhammah itu bentuk jamaknya (ussa) sedangkan kata uswah
yang menggunakan harakat kasrah itu bentuk jamaknya adalah (issa).[6]
C. Aplikasi
Dalam Kehidupan
1. Nabi Muhammad telah berhasil menjadikan
bangsa arab yang mempercayai tuhan sebanyak 360 menjadi bangsa yang memiliki
keyakinan tauhid mutlak.
2. Mencintai dan memuliakan Nabi Muhammad SAW
3. Taat dan Patuh
D. Aspek
Tarbawi
1. Kita mengenal beliau ada pepatah “tak kenal
maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta”. Jadi, agarkita mencintai
Rasulullah, kita harus mengenal beliau dulu. Kita bisa mengenal beliau dengan
cara membaca al-qur’an. Karena didalam al-qur’an banyak cerita nabi terutama
cerita nabi Muhamad.
2. Membenarkan dan meyakini berita yang beliau
bawa. Karena Rasulullah saw memiliki gelar as-sidiq yang berarti benar dan
al-amin yang berarti dapat dipercaya.
3. Menaati perintah beliau dan menjauhi apa
yang dilarangnya dan yang dibencinya.manusia akan selalu taat kepada orang yang
dicintainya.
4. Cintailah beliau melebihi kecintaan pada
diri sendiri, keluarga dan seluruh manusia sebelum kita mencintai orang lain,
cobalah berkaca, dan cintailah diri kita sendiri dulu. Dan sebelum mencintai
diri kita sendiri cintailah Rasullulah SAW.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan
pembentukan karakter membutuhkan figure atau tauladan. Karakter yang baik tentu
haruslah dicontohkan oleh individu yang mempunyai karakter akhlak yang baik
pula (mahmudah).
Akhlak rasulullah SWT adalah sebaik-baik
akhlak manusia yang diciptakan allah swt dibumi yang patut dijadikan tauladan.
Dengan mengetahui dan memahami makna konsekuensi syahadat rasul yang telah kita
ikrarkan, dapat menimbulkan keyakinan dan keinginan kita untuk
mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari.
Meneladani rasulullah Muhammad SAW adalah
suatu kewajiban yang tidak boleh ditolak ataupun dipungkiri oleh siapapun yang
ingin mendapatkan kesejahteraan hidup didunia dan keslamatan diakhirat nanti.
Pengenalan dan pemahaman terhadap sifat-sifat rasulullah SAW berpengaruh dalam
menimbulkan rasa cinta kepada beliau, dan memotifasi kita untuk meneladinya.
DAFTAR
PUSTKA
http://keluargaumarfauzi.blogspot.co.id/2013/01/uswatun-hasanah.html, diakses pada hari sabtu tanggal 15
oktober 2016, jam 16.00 WIB
https://plus.google.com/115983446520853808279/posts/gbTzqqnE8fX,
di akses pada hari jumat 28 oktober 2016 jam 18.00 WIB
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan,
Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm 242-246
Hamka, Tafsir Al-Azhar juz XXI (Jakarta: PT PUSTAKA PANJIMAS, 2002), hlm
223-227
Ahmad Mustrhafa
Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi (Semarang: PT Karya Toha Putra,
1989), hlm 277
Muhammad Hamid Utsman, Tafsir Al-Qurthubi,
(Jakarta: Pustaka Azam, 2007), hlm 387-388
BIODATA
PRIBADI
Nama Lengkap
: ATIQ RIZKI ROFIFAH
Biasa
dipanggil : ATIQ
Tempat
Tanggal Lahir : Tegal, 04 April 1997
Agama :
Islam
Alamat Rumah
: Jl. KH. AL-Mujibah Desa Dermasandi Rt 11/Rw 03
Kec. Pangkah
Kab. Tegal
No Yang Bisa
Dihubungi :085786943014
Riwayat Pendidikan
TK PERTIWI
SD DERMASANDI 02
MTS NEGERI SLAWI
MA ALHIKMAH 2 BENDA SIRAMPOG BREBES
PONDOK PESANTREN ALHIKMAH 2 BENDA SIRAMPOG
BREBES
SAMPAI DENGAN SEKARANG IAIN PEKALONGAN
(2015)
[1] http://keluargaumarfauzi.blogspot.co.id/2013/01/uswatun-hasanah.html, diakses pada hari sabtu tanggal 15
oktober 2016, jam 16.00 WIB
[2] https://plus.google.com/115983446520853808279/posts/gbTzqqnE8fX, di akses pada hari jumat 28 oktober 2016 jam 18.00
WIB
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan,
dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm 242-246
[5] Ahmad Mustrhafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir
Al-Maraghi (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1989), hlm 277
Tidak ada komentar:
Posting Komentar