SBM F1 - hakikat, ciri dan komponen - word
SBM F1 - hakikat, ciri dan komponen - ppt
SBM F1 - hakikat, ciri dan komponen - ppt
MAKALAH
HAKIKAT, CIRI DAN KOMPONEN
BELAJAR MENGAJAR
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas :
Mata kuliah : Strategi Belajar mengajar
Dosen pengampu : Ghufron
Dimyati, M.Si
Disusun
oleh :
Dadang Irwanto 2021110256
Fatimatuz Zuhro 2021110257
Ifrokha 2021110258
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
BAB I
PENDAHULUAN
Siapa pun tidak akan pernah menyangkal bahwa kegiatan belajar
mengajar tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dengan penuh makna. Didalamnya
terdapat sejumlah norma untuk ditanamkan kedalam ciri setiap pribadi anak
didik.
Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah
kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Kemampuan ini membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai pengajar. Belajar dan mengajar
terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dengan siswa untuk
mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses, belajar dan mengajar memerlukan
perencanaan yang saksama, yakni mengkoordinasikan unsur-unsur tujuan, bahan pengajaran, kegiatan
belajar-mengajar, metode dan alat bantu mengajar serta penilaian atau evaluasi.
Pada tahap berikutnya adalah melaksanakan rencana tersebut dalam bentuk tindakan
atau praktek mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Proses Belajar Mengajar
Dalam
keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan
yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang
dan dijalankan secara profesional.
Setiap kegiatan
belajar mengajar selalu dua pelaku
aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi
belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan.
Sedangkan anak sebagai subyek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati
kondisi belajar yang diciptakan guru. Karena itu, inti proses pengajaran tidak
lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat dapat tercapai jika anak didik berusaha
secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya
dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak
yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar
tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar,
karena anak didik tidak merasakan perubahan pada dirinya. Padahal belajar pada
hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah
berakhirnya melakukan aktifitas belajar. Walaupun pada kenyatannya tidak semua
perubahan termasuk pada kategori belajar.[1]
Belajar yang
dihayati oleh seorang pebelajar (siswa) ada hubunganya dengan usaha
pembelajaran, yang di lakukan oleh pembelajar (guru). Pada satu sisi , belajar
yangdi alami oleh pebelajar terkait oleh dengan pertumbuhan jasmaniyang siap
berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan
mental tersebut juga didorong oleh tindak pendidikan atau pembelajaran dengan
kata lain, belajar ada kaitanya dengan usaha atau rekayasa pembelajaran. Dari
segi siswa, belajar yang di alaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan
perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring,
selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar
sendiri sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru,
kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindak mendidik atau kegiatan
mengajar. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan prilaku yang di kehendaki,
suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran. Ditinjau dari acara
pembelajaran, maka dampak pengajaran tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran[2].
B.
Ciri-ciri Belajar Mengajar
1.
Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk
membentuk anak didikdalam suatu perkembangan tertentu.
2.
Adanya suatu prosedur atau jalannya interaksiyang
direncanakan, didesain, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat
mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu adanya
prosedur, langkah-langkah atau sistematik dan relevan.
3.
Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu
penggarapan matrei yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian
rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Materi harus sudah didesain dan
disiapkan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
4.
Ditandai dengan aktifitas anak didik. Sebagai
konsekuensi bahwa anak didik meruopakan syarat muttlak bagi nerlangsungnya
kegiatan belajar mengajar. Aktifitas anak ddidk dalam hal ini, baik secara
fisik maupun secara mental, aktif.
5.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan
sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha
menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang
kondusif.
6.
Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan
disiplin. Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan senbagai suatu
pola tingkah laku yang di atur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah di
taati oleh pihak guru maupun anakn didik dengan sadar.
7.
Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah
dsatu ciri yang tidak bisa di tinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu
tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.
8.
Evaluasi. Evaluasi harus guru lakukan untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.[3]
C.
Komponen belajar mengajar
Kegiatan
belajar mengajar menagdung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan
pelajaran, kegiatan pelajaran, kegaiatan belajar mengajar, metode, alat dan
sumber, serta evaluasi.
a.
Tujuan
Tujuan merupakan suatau cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksananaan
pembelajaran. Tujuan dalam pendidikan dan pengejaran merupakan sutau cita-cita
yang bernialai normatif, sebab dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus
ditanamkan kepada anak didik.suatu ttujuan pengajaran menunjukkan suatu hasil
yang kita harapkan dari pengajaran dan bukan sekeadar proses dari pengajaran
itu sendiri.
b.
Bahan Pelajaran
Bahan atau materi pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan
pengajran yang “dikonsumsi” oleh peserta didik. Bahan ajar merupakan materi
yang terus berkembagng secara dinamis seiring dengan kemajuan dan tuntutan
perkembangan masyarakat. Bahan ajar yang diterima anak didik harus mampu
merespon setiap perubahan dan mengantisipasi setiap perkembangan yang akan
terjadi di masa depan.
Bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik akan memotivasi
anak didik dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian bahan pelajaran
merupakan komponen yang tidak bidsa diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan
pengajran merupakan inti dalam proses belajar mengajar
c.
Kegiatan belajar mengajar
Dalam kegiatan belajar, guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah
interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu peserta
didiklah yang lebih aktif, bukan guru seperti yang dikhendaki oleh pendekatan
CBSA (cara nelajar sisiwa aktif), murid sebagai sentral pembelajaran. Interaksi
dikatakan maksimal bila terjadi antara guru dengan semua peserta didik,antara
peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan peserta didik, pserta
didik dengan bahan dan media pembelajatran, bahkan peserta didik dengan
dirinmya sendiri, namun tetap dalam kerangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama.
d.
Metode
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang
bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menguasai metode mengajar
menrupakan keniscayaan, sebab seorang guru tidak akan dapat mengajar dengan
baik apabila ia tidak menguasai metode secara tepat.
e.
Alat
Alat merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai
tujuan pengajaran. Dalam proses pengajaran maka alat mempunyai fungsi sebagai
pelengkap untuk mencapai tujuan.
f.
Sumber Pelajaran
Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
tempat dimana bahan pengajaran bisa didapatkan. Sumber bahan pelajaran
sesungguhnya nahyak sekali terdapat di mana pun seperti di sekolah, pusat kota,
pedesaan, benda mati, lingkungan, toko dan sebagainya. Pemanfaatan
sumber-sumber pengajaran tergantung pada kreatifitas guru, waktu, biaya, serta
kebijakan-kebijakan lainnya.
g.
Evaluasi
Evaluasi dalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Evaluasi sebagai sebuah sistem yang tidak dapat dipisahkan dalam proses
bel;ajar mengajar dan di dalamnya melibatkan guru dan siswa, pada dasarnya
memiliki funsi sebagai berikut :
1.
Memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar
untuk memperbaiki proses pengajaran serta mengadakan perbaikan program bagi
murid.
2.
Memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau
hasil belajar dari setiap murid
3.
Menentukan posisi murid di dalam situasi belajar
mengajar agar sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki masing-masing siswa
4.
Mengenal latar belakang siswa yang mengalami
kesulitan-kesulitan belajar. Nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam
pemecahan kesulitan-kesulitan belajar
Seorang
guru tidak bisa mengabaikan evaluasi dalam pendidikan, sekalipun seni, cara dan
teknik pelaksanaannya bergantung pada guru masing-masing.[4]
BAB III
PENUTUP
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa
hakikat belajar adalah perubahan, maka hakikat belajar mengajar adalah proses
“pengaturan” yang dilakukian oleh guru. inti
proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai
suatu tujuan pengajaran.
Selain itu, belajar dan mengajar juga memiliki ciri dan komponen
yang harus diperhatikan untuk kelancaran proses belajar mengajar. Dengan
memperhatikan aspek hakikat, ciri dan komponen, diharapkan tujuan daripada
belajar mengajar bisa terealisasikan dalam interaksi antara guru dan murid.
[1] Syaiful Bahri
Djamarah. Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, Cetakan ke-3,2006), Hal, 37-38
[2] Dimyati,
Mudjiono. Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rieneka Cipta,1999),
Hal,38
[3] Saiful bahri djamarah dan Azwan Zain, strategi Beljar Mengajar,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006) hal. 40-41
[4] Pupuh Fathurrohman dan Sobry
Sutikno, Strategi Belajar Mengajar melalui penanaman konsep umum dan konsep
islami, (Bandung : PT. Revika Aditama, 2009) hal 13-18
Nama naely fajriyah h nim 2021 11 037
BalasHapusmau tnya dlm belajar mengajar apakah metode di stiap tingkatan pendidikan itu sama atau berbeda ? Jika berbeda tolong jelaskan
dan metode seperti apa yg pas n gmpang diserap atau diterima oleh anak didik ?
Sekian terimakasih
dalam belajar mengajar, tentunya harus memandang tingkatan seseorang. apakah dalam tingkat anak-anak, remaja maupun dewasa. sehingga penggunaan metode disesuaikan dengan tingkatan seseorang. dengan hal itu akan bisa memahamkan anak didik
HapusNama: Arinun Ilma, NIM: 2021 111 045
BalasHapusjika dilhat dari hakikat proses belajar meengajar adalah perubahan, yakni salah satunya anak didik yang semula tidak tahu menjadi tahu. namun pada kenyataannya, banyak proses belajar mengajar dikatakan gagal karena tidak deapat memahamkan anak didiknya. hal itu dilihat dari hasil ujian akhir yang sebagian besar mendapatkan nilai dibawah rata". jika melihat fenomena tersebut siapa yang berpengaruh besar dalam berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan? karena pada makalah bagian komponen belajar mengajar tentang evaluasi poin 4 itu banyak tidak diterapkan oleh para pendidik.
Terimakasih dan mohon penjelasannya.
dalam pembelajaran, sebenarnya antara pendidik dan anak didik sama-sama memiliki pengaruh dalam pembelajaran. karena tugas pendidik yang sebagai pembimbing akan bisa tercapai manakala bisa membimbing anak didik dengan benar. begitu juga anak didik, adalah subyek pembelajar. yang harus bisa menguasai suatu hal yang diberikan oleh si pendidik. apabila ada hubungan antara pendidik dan anak didik, maka akan bisa melancarkan proses pendidikan
Hapusaslm
BalasHapusnama nur daningsih
nim 2021 111 046
dalam komponen belajar mengajar ,apakah semua point terlaksana dengan baik sesuai yang dijelaskan oleh makalah?
mohon dijelaskan dan dipahamkan.
nurma agista nim 2021 111 044
BalasHapusdalam belajar mengajar ada anak didik yang lambat menerima pelajaran dan cepat menerima pelajaran. bagaimana cara seorang guru agar anak didik yang lambat menerima pelajaran itu tidak ketinggalan dengan yang cepat menerima pelajaran?
kemudian di dalam komponen belajar ada poin ke c yang membahas tentang kegiatan belajar mengajar.disitu dijelaskan anak didik yang lebih aktif. menurut kelompok anda apakah kegiatan belajar mengajar yang semacam itu dapat diterapkan di SLB (sekolah luar biasa)? mohon penjelasannya terima kasih
1. solusi agar bisa adil adalah guru harus memberi tambahan pelajaran pada siswa yang lambat menerima pelajaran. atau kalau tidak bisa, dibentuk kelompok belajar kecil antara siswa yang cepat pemahamannya dan siswa yang lambat pemehamannya
Hapus2.peranan siswa memang harus lebih aktif. namun jika kondisinya menghadapi anak yang dalam kondisi anak luar biasa, gurulah yang harus lebih aktif. karena di sini guru sebagai pusat pembelajaran
dewi nurlita kurniawati
BalasHapus2021111036
mengenai komponen belajar mengajar pada poin C YAKNI keg belajar mengajar atau ygt byaza disingkat SBM itu dijelaskn bhwa interaksi dlm KBM itu dengan pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif) yakni murid sbg sentral pembelajran
pendekatan CSBA itu mulai diterapkan pada jenjang level kls berapa? apakah sudah biza diterapkan pada anak SD sedangkan kita tahu bahwa mereka msih membutuhkan guru sbg pusat pembelajaran
sekian dan terima ksih