Laman

new post

zzz

Jumat, 15 Februari 2013

D1-4 Soraya N.: Teladan dari Pemimpin Rumah Ta...


MAKALAH
LEMBAGA PENDIDIKAN
(Teladan dari Pemimpin Rumah Tangga)

Disusun guna memenuhi tugas :
            Mata kuliah                 : Hadits Tarbawi II
                   Dosen pengampu        : Muhammad Ghufron, M.S.I
 







 Disusun oleh :
Soraya Nailatul Izzah
(2021 111 097)
 Kelas D


JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2011/2012
PENDAHULUAN

            Seorang pemimpin rumah tangga mempunyai peran yang sangat berpengaruh terhadap karakter anggota keluarga. Orang tua adalah pihak yang paling dekat dengan anak sehingga kebiasaan dan segala tingkah laku yang terbentuk dalam keluarga menjadi contoh dan dengan mudah ditiru anak. Cara orangtua bereaksi terhadap keadaan merupakan sebuah keteladanan bagi anak dalam bereaksi. Bagaimana orangtua bertindak, merasa dan perpikir akan terefleksi kepada anak-anaknya.
            Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai teladan dari pemimpin rumah tangga, yang terkandung dalam hadits Ad-Darimi, kitab fadhail Al-Qur’an bab menghatamkan Al-Qur’an.



















PEMBAHASAN

A.    Materi Hadits (Teladan dari Pemimpin Rumah Tangga)

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا صَالِحٌ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَنِيِّ قَالَ:كَانَ اَنَسُ بْنُ مَالِكٍ
 إِذَا أَشْفَى عَلَى خَتْمِ الْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ بَقَّى مِنْهُ شَيْئًا حَتَّى يُصْبِحَ فَيَجْمَعَ اَهْلَهُ فَيَخْتِمَهُ
مَعَهُمْ (رواه الدامري فى السنن ,كتاب فضائل القرآن, باب فى ختم القرآن)
B.     Terjemahan
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada  kami Shalih Tsabit Al Bunani ia berkata : Apabila Anas bin Malik hampir menghatamkan Al-Qur’an di malam hari, ia menyisakan sedikit dari Al-Qur’an hingga waktu pagi, lalu ia mengumpulkan keluarganya, kemudian ia menghatamkan Al-Qur’an bersama mereka. (HR. Ad-Darimi) [1]

C.    Mufradat
إِذَا                                  :                                                    Apabila
أَشْفَى عَلَى خَتْمِ الْقُرْآنِ      :           Hampir menghatamkan al-Qur’an
بِاللَّيْل                              :                                          Di malam hari
بَقَّى مِنْهُ شَيْئًا                   :         Menyisakan sedikit dari Al Qur’an
حَتَّى يُصْبِحَ                      :                                    Hingga waktu pagi
فَيَجْمَعَ                             :                            Lalu ia mengumpulkan   
أَهْلَهُ                                :                                                       Keluarganya
فَيَخْتِمَهُ                            :   Kemudian ia menghatamkan Al-Qur’an
مَعَهُمْ                               :                     Bersama mereka (keluarga)
                                                                                     
D. Biografi Perowi (Ad-Darimi)

Beliau adalah Abu Muhammad Abdullah ibn Abdur Rahman ibn al Fadl ibn Bahran At-Tamimi Ad-Darimi, merupakan seorang hafidh besar, pengarang Al Musnad dan salah seorang dari imam-imam hadits yang terkemuka.[2] Beliau dilahirkan pada tahun 181 Hijriah bertepatan dengan tahun wafatnya ulama Hadis di abad ke 2 yang bernama ‘Abdullah bin Mubaraq bin Wadih al-Hanzholi at-Tamimi. Berkata Ishaq bi Ibrahim Al-Warraq: Aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman berkata: Aku dilahirkan pada tahun dimana wafatnya Ibnu Mubaraq yaitu pada tahun 181 H.
Para ulama Hadis menetapkan katagori tingkatan kepada ulama-ulama terdahulu untuk memudahkan mengetahui masa kehidupan mereka. Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam bukunya Taqribut Tahzib menjelaskan ada 12 tingkatan (thabaqah) ulama Hadis. Imam Ad-Darimi termasuk dalam tingkatan (thabaqah) ke 11, semasa dengan Imam Bukhari dan Muslim.  Beliau wafat pada tahun 255 H dalam usia 74 tahun bertepatan pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzul Hijjah) setelah Ashar dan beliau dikuburkan pada hari Arafah bertepatan pada hari Jum’at di kota Marwa.
Dalam perjalanan hidupnya, terutama sebagai seorang ulama hadis, Imam Ad-Darimi telah menimba ilmu dari sejumlah guru dan para ulama terkenal yang ditemui selama hidupnya. Imam Ad-Darimi belajar kepada syekh-syekh, beliau memiliki guru sangat banyak, diantaranya adalah: An-Nadhr bin Syamil, Abu An-Nadhr Hasyim bin Qasim, Marwan bin Muhammad Ath-Thathari, Yazid bin Harun, Asyhal bin Hatim, Habban bin Hilal, Aswad bin ‘Amir, Ja’far bin ‘Aun.
Beliau juga banyak memiliki murid-murid yang belajar dan meriwayatkan Hadis dari beliau, diantaranya adalah: Imam Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairi, Imam Abu Daud, Imam Tirmizi, Hasan bin Shabah Al-Bazzar, Bindar, Zuhliyyu, Abu Zar’ah, Abu Hatim, Baqa’ bin Mukhlid, ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Muthin.
Karya Imam ad-Darimi : al-Musnad, at-Tafsir, al-Jami’. Namun diantara karya-karya beliau yang sangat berharga dan sampai kepada kita adalah buku Sunan (.al-Musnad). [3]

E. Keterangan Hadits
Hadits ini mejelaskan bahwa Anas bin Malik, beliau memiliki kebiasaan apabila telah mendekati kekhataman dalam membaca Al-Qur’an, beliau menyisakan beberapa ayat untuk mengajak keluarganya guna mengkhatamkan bersama.
Dari hadits Anas di atas, adalah bahwa ketika khatam Al-Qur’an merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa kepada Allah. Dengan mengumpulkan seluruh anggota keluarga, akan dapat memberikan berkah kepada seluruh anggota keluarga. Karena, semuanya berdoa secara bersamaan kepada Allah mengharapkan rahmat dan berkah dari-Nya.[4]
F. Aspek Tarbawi
Perilaku dan tindakan orangtua berpengaruh besar terhadap perilaku dan tindakan anak daripada sekedar nasihat. Apapun nasihat yang diberikan kepada anak, perilaku orangtualah yang berpengaruh besar dan bertahan lebih lama di dalam benak anak. Nilai-nilai yang diteladani oleh orangtua kepada anaknya hari ini akan terwujud pada perilaku dan tindakan anak-anak pada masa mendatang.[5]
Di dalam keluarga, seseorang dilahirkan, dibesarkan dan dididik pertama kali oleh kedua orang tuanya. Salah satu peran ayah sebagai pemimpin rumah tangga terhadap anak yaitu menanamkan nilai-nilai keislaman dalam diri anak.
Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting terhadap pembentukan kepribadian anak serta memberikan pengaruh yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikannya. Adapun peranan orang tua diantaranya adalah, pertama, bertanggungjawab dalam mendidik atau memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lain di dalam kehidupannya. Kedua, memiliki tugas sebagai pemimpin keluarga untuk mengatur kehidupan anggota keluarganya. Ketiga, menjadi tauladan yang ideal. Keempat, mempunyai tanggungjawab di dalam kehidupan anggota keluarganya baik yang bersifat fisik dan materiil maupun mental spiritual.










PENUTUP
            Seorang ayah harus berperan dalam mendidik di lingkungan keluarga. Ayah perlu meluangkan waktu yang cukup ke anak agar kuantitas komunikasi dan pembentukan karakter kepribadian anak baik. Manakala seorang ayah menginginkan anggota keluarganya menjadi shaleh dan shalehah, maka yang shaleh terlebih dahulu adalah dirinya sendiri. Dalam kaitan ini, salah satu metode yang harus dilaksanakan dalam pendidikan di dalam rumah tangga adalah memberikan keteladanan yang baik.













DAFTAR PUSTAKA
Ad-Darimi, Sunan 139 H/1978 M, Fadhail al-Qur’an, Juz I. Bairut: Darul Fikr.
Ash shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, 1997, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra

http://arratibi.blogspot.com/2009/11/sunan-ad-darimi-181-h-255-h.html

Budiyanto, Dwi, 2010, Rumah Kita Penuh Berkah, Surakarta : PT Era Adicitra Intermedia









[1] Sunan Ad-Darimi, Fadhail al-Qur’an, Juz I  (Beirut: Darul Fikr,139 H/1978 M), hlm. 468
[2] Ash shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 1997),  hlm. 301
[5] Budiyanto, Dwi, Rumah Kita Penuh Berkah, (Surakarta : PT Era Adicitra Intermedia, 2010) hlm.            

26 komentar:

  1. nama: naila syarifah
    NIM: 2021 111 149
    kelas: D

    berikanlah contoh sikap pemipin yang bijaksana dalam menghadapi kenakalan anak pada usia remaja di Era Globalisasi ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya di era globalisasi seperti sekarang ini perlu sikap pemimpin yang berwawasan luas sehingga ia dapat berfikir dewasa dan bersikap bijak dalam memutuskan suatu perkara. Misalnya dengan mengadakan sosialisasi atau pengadaan seminar mengenai dampak buruk jika melakukan hal itu. Dengan seminar tentang anti narkoba, kita sebagai pemimpin mempunyai hak dan kewajiban. Ciptakanlah suatu lembaga atau forum untuk remaja yang mengasyikkan agar kreativitas atau kreasi mereka tersalurkan dalam forum itu. Sebagai pemimpin yang bijaksana bersikaplah selalu mendekat dengan rakyat terutama remaja. dengan begitu mereka juga akan dekat dengan kita. Terima kasih :)

      Hapus
  2. Nama: NIhlatul Maziyah
    NIM: 2021 111 130
    Kelas :D

    jika seorang laki-laki (suami)sebagai pemimpin keluarga merasa mlinder dan takut untuk berbicara kebenaran atau sekedar berbicara karena seorang istri lebih kaya dari suaminya, sehingga dengan hartanya , dia leluasa untuk mengatur suami dan keluarganya??Bagaimana dengan hal itu??? apakah masih menjadi teladan pemimpin rumah tangga???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suami yang kurang memiliki rasa percaya diri dan konsep harga dirinya rendah, umumnya juga kurang mampu membina hubungan interpersonal yang baik dengan siapa saja, bukan cuma dengan istrinya. Padahal suami menempati "kedudukan" tertinggi, yakni sebagai kepala keluarga dan bertugas mencari nafkah, sedangkan istri mengurus anak dan keluarga. Seharusnya meskipun penghasilan istri yang lebih tinggi harus disyukuri sebagai berkah bagi peningkatan kesejahteraan keluarga.Suami tak perlu minder atau malah berkembang menjadi bibit konflik berkepanjangan di antara mereka. Jadi sebagai suami tetap mampu menjadi teladan dalam memimpin rumah tangganya. Terima kasih :)

      Hapus
  3. Nama: Badiatul Liza
    NIM; 2021 111 146
    Kelas : D

    sebagai seorang pemimpin rumah tangga, seorang suami hendak menjadi panutan dan teladan.
    lalu... bagaimana fenomena yang ada sekarang ketka seorang ayah/suami justru melakukan KDRT??
    mohon jelaskan dalam pandangan Islam....
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam hidup berumah tangga, bentuk bentuk kekerasan memang seringkali terjadi. Misalnya ada seorang suami yang memukul istri dengan berbagai sebab. Dalam pandangan Islam bentuk kekerasan tersebut harus dikenai sanksi karena merupakan bentuk kriminalitas. Apalagi seorang suami memiliki kewajiban untuk mendidik istri dan anak-anaknya agar taat kepada Allah SWT. Jika seorang suami / ayah sebagai pemimpin rumah tangga melakukan tindakan KDRT maka tidak bisa dijadikan teladan. Dan oleh sebab itu maka yang menjadi teladan adalah seorang pemimpin yang benar-benar menjadi panutan bagi anggota keluarganya meskipun bukan ayah / suami. Bisa jadi seorang ibu yang menjadi teladan karena menjadi panutan bagi anggota keluarganya.Terima kasih :)

      Hapus
  4. NAMA: SHOFATUL JANNAH
    NIM : 2021 111 183
    KELAS: D
    PERTANYAAN:

    seorang pemimpin tentunya harus adil, begitu juga pemimpin dalm rumah tangga. bgaimana bersikap adil terhadap anak-anaknya dalam kasih sayang, atau istilahnya tidak pilih kasih???
    mohon jelaskan terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap pemimpin rumah tangga tentu mencintai anak-anaknya. Sayangnya, seringkali mereka tidak mampu menunjukkan cinta dan perhatiannya kepada setiap anaknya. Akibatnya, ketika orang tua dekat dengan salah satu anaknya, tudingan pilih kasih pun muncul dan anak lainnya akan merasa tersisihkan. Jadi, sebagai pemimpin yang adil coba lebih tunjukkan cinta dan perhatian pada masing-masing anak. Mengajak anak melakukan hobinya, mendampinginya saat anak butuh bantuan, memperhatikan hal-hal kecil yang seringkali luput dari perhatian, akan membuat anak merasa dicintai dan diperhatikan orang tuanya. Dengan begitu anak merasa diberlakukan dengan adil atas kasih sayang yang diberikan orang tuanya. Terima kasih :)

      Hapus
  5. NAMA: NAIS STANAUL ATHIYAH
    NIM: 2021 111 280
    KELAS: D
    PERTANYAAN:
    menurut anda, bagaimana orang tersebut dikatakan sebagai orang tua yang berhasil? padahal ada suami istri sebagai bunyai dan pak yai sekalipun yang terkenal dengan orang yang alim, tetapi anaknya menjadi anak yang berandal, terus menurut anda orang tua yang berhasil itu seperti apa? mohon penjelasannya, trima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya orang tua dikatakan berhasil apabila orang tua bisa berhasil mendidik anak-anaknya menjadi orang yang sholeh. Yakni orang yang beriman dan menjalankan syariat agama dengan benar. Apabila ada suami istri yang alim mempunyai anak yang berandal sebaiknya dimasukkan ke pesantren atau suatu lembaga pendidikan di mana sang anak bisa mendapatkan hidayah untuk kembali ke jalan Allah SWT. Terima kasih :)

      Hapus
  6. nama : mirza muhammad abda
    nim : 2021 111 153
    klas : D

    bagaimana pendapat anda ari hadist keteranga diata bila mana,, dalam berkeluargaan yang menjadi pemimpin keluarga adalah wanita melainkan bukan laki2????mohon jelaskan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang sebenarnya ada di negara Mesir, bahwa yang memegang kepemimpinan dalam keluarga adalah perempuan. Hal itu dikarenakan sebab-sebab tertentu seperti suami merasa minder karena sang istri lebih kaya darinya, atau sang istri terlalu cantik di banding suaminya yang biasa-biasa saja, sehingga sang suami selalu kawatir kalau istrinya yang cantik ini marah dan minta cerai. Firman Allah di dalam QS al- Nisa’ : 34 :

      الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

      "Kaum laki- laki itu adalah pemimpin kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka ( laki- Laki) atas sebagian yang lain ( wanita ) dan karena mereka menginfakkan sebagian harta mereka".
      Maka menurut saya alangkah baiknya jika seorang wanita menghormati suaminya sebagai pemimpin rumah tangga meskipun dikarenakan sebab-sebab seperti di atas. Dan saya kurang setuju bilamana yang menjadi pemimpin keluarga adalah wanita melainkan bukan laki-laki. Terima kasih :)

      Hapus
  7. NAMA : AWALIYAH NAILIS SAADAH
    NIM : 2021 111 339
    KELAS : D

    Dalam al quran terdapat surat luqman yang berissi tentang didikan seorang ayah kepada anaknya. yang ingin saya tanyakan didikan seperti apa yang seharusnya dilakukan seorang ayah terhadap anaknya yang di sebutkan dalam surat tersebut atau minimal mendekatinya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya banyak sekali ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan anak, misalnya pada al-Qur’an surat Luqman ayat 13 yang artinya : “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS: Luqman: 13)
      Yang harus dilakukan seorang ayah terhadap anaknya adalah memberikan pendidikan agama dulu sebelum memberikan pendidikan yang lain, karena tauhid adalah ilmu yang mengenalkan hamba kepada Tuhannya. Dengan tauhid yang lurus dan benar maka anak akan mantap di dalam mengarungi kehidupan, dia tidak mudah tergoyahkan oleh keadaan zaman. Dengan tauhid yang benar anak tersebut akan selamat di dunia dan akherat. Terima kasih :)

      Hapus
  8. Nurul Hidayah
    2021111269
    D

    assalamu'alaikum...
    menurut pemakalah, bagaimana jika seorang ayah melalaikan kewajibannya seperti menekolahkan, memberikan nafkah, tidak mengingatkan untuk beribadah (shalat), lantas apakah seorang anak juga akan menerima imbas (dosa) atas sikap ayahnya tersebut.terima kasih nela :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikum salam,
      jika ada seorang ayah yang melalaikan kewajibannya maka anak tidak mendapat dosa / menerima imbas yang ditanggung orang tuanya. karena di akherat kelak, antara anak dan orangtua, antar saudara tidak akan saling membantu ‘bahu membahu’, seperti dijelaskan pada QS Al-Mu’minun (23):101 Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.
      Terima kasih :)

      Hapus
  9. FAROH MAULIDA
    2021111209
    Kls D

    jika seorang ayah, mempunyai prilaku yang tidak pantas di tiru oleh anaknya(menyimpang),tetapi anaknya berprilaku baik. bagaimana sikap anak tersebut menanggapi sifat ayahnya itu,..???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk menanggapi seorang ayah yang mempunyai perilaku demikian maka sudah seharusnya anak menasehati dengan tanpa mengurangi rasa hormat, jika ayah tetap berperilaku menyimpang sebagai seorang anak kita menunjukkan tindakan atau perilaku yang dapat membuat hati sang ayah terketuk untuk berbuat baik, dan medoakan ayah agar kembali ke jalan yang benar. Terima kasih :)

      Hapus
  10. Nama: MUSHOFAKHAH
    NIM: 2021111196
    Kelas: D

    Dalam makalah disebutkan bahwa nilai-nilai yang diteladani oleh orang tua kepada anaknya hari ini akan terwujud pada perilaku dan tindakan anak-anak pada masa mendatang. Apakah hal demikian sudah pasti terjadi? Sedangkan seorang anak kan pasti juga memperoleh pengaruh dari luar yang mungkin bertolak belakang dari nilai-nilai yang telah ditanamkan orang tuanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, nilai-nilai yang diteladani oleh orang tua kepada anaknya hari ini akan terwujud pada perilaku dan tindakan anak-anak pada masa mendatang. Namun hal itu tentunya didukung dengan pengaruh dari luar, misal jika bertolak belakang dari nilai-nilai yang telah ditanamkan orang tuanya maka hendaknya orang tua bisa menasehati agar anak tetap berada di jalan yang benar dan berakhlaqul karimah. Terima kasih :)

      Hapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. nama : nurul fadhilah
    nim : 2021 111 261
    kelas : D

    assalamualaikum..

    bagaimana pandangan islam tentang anak dibawah umur yang disuruh bekerja oleh ayahnya untuk keluarganya. sedangkan ayahnya hanya menjadi seorang pengangguran, padahal hal tersebut merupakan kewajiban ayahnya sebagai seorang pemimpin keluarga..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikum salam,
      Melihat seorang ayah yang pengangguran dan hanya menyuruh anaknya yang di bawah umur untuk bekerja itu merupakan suatu hal yang tidak diperkenankan oleh agama kecuali jika sang ayah pengangguran disebabkan karena sakit misalnya.
      Karena Islam mewajibkan setiap umatnya bekerja untuk mencari rezeki dan pendapatan bagi kelangsungan hidupnya. Apalagi bagi seorang ayah sebagai pemimpin keluarga. Terima kasih :)

      Hapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  14. NAMA: KHOLIS ARIFAH
    NIM: 2021111293
    KELAS: D

    Assalamualaikum mbk,
    menurut pemakalah bagaimana bila dalam suatu rumah tangga sang ayah sibuk dengan pekerjaannya, sehingga jarang bertatap muka bahkan jarang ngobrol dengan ayahnya.?

    BalasHapus