Laman

new post

zzz

Selasa, 02 Mei 2017

SPI C11 “PUSAT-PUSAT PERADABAN DI DUNIA ISLAM”

  “PUSAT-PUSAT PERADABAN DI DUNIA ISLAM”
1.      Irma Yuliana               (2014116092)
2.      Nur Fadlilah                (2014116093)

Kelas C

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH 
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017




Kata Pengantar

            Pertama tama, mari kita panjatkan puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga atas kemudahan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Analisis tentang Kaidah atau Norma Kebiasaan yang Berlaku di Masyarakat Wonopringgo”, tak lupa Sholawat serta salam kami haturkan kepada Baginda Rasullah SAW karena berkat beliau kita dapat mengenal agama yang baik yaitu Adinul Islam.
            Kemudian kami ucapkan terimakasih Kepada Bapak Loso SH.MH. yang telah membimbing kami dalam mata kuliah Ilmu Hukum sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini dengan baik. Makalah ini kami buat tidak hanya untuk memenuhi tugas yang diberikan namun kami juga berharap bahwa makalah ini mampu dijadikan dalam pembelajaran khusus dalam bab teori.
            Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini.
            Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah berperan serta penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amin



Pekalongan,12 Maret 2016



Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN


Dalam konteks peradaban, islam mampu menampilkan peradaban baru yang esensinya berbeda dengan peradaban sebelumnya. Peradaban yang ditinggalkan nabi Muhammad ini misalnya, sangatlah berbeda dengan peradaban Arab pada masa jahiliyah. Dengan demikian, islam telah melahirkan revolusi kebudayaan dan peradaban. Peradaban islam berkembang sangat maju dalam percaturan peradaban dunia bahkan jauh sebelum kebangkitan Eropa, sehingga muncullah kawasan-kawasan pusat peradaban islam yang masing-masing memiliki karakteristik sesuai dengan kondisi sosial budaya dan politik yang mendukungnya.
A.    Rumusan Masalah
1.      Mekah
2.      Madinah
3.      Baghdad
4.      Kairo
5.      Damaskus
6.      Isfahan di Persia
7.      Istanmbul Turki
8.      Delhi India
9.      Andalusia (Spayol)
10.  Lansoxania/Samaekhand
11.  Aceh
C.  Metode Pemecahan Masalah
            Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literatur/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas.
D.  Sitematika Penulisan Makalah
      Makalah ini ditulis dalam 3 bagian meliputi:  Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan sitematika penulisan makalah; Bab II, adalah pembahasan Bab III, Penutup terdiri dari simpuulan dan saran-saran

BAB II
PEMBAHASAN

A. Mekah Al-Mukarramah
Mekah Al-Mukarramah merupakan kota tempat lahirnya agama Islam, dimana Nabi Muhammad SAW lahir dan memperoleh wahyu Al-quran dikota Mekah. Mekah juga merupakan kota budaya Islam. Dimana kota Mekah merupakan kota untuk menutut ilmu, baik pada masa Nabi Muhammad SAW, Khulafahur rasyidin maupun masa Umayyah dan Abbasiyah, bahkan hingga sekarang.[1]
Awalnya mekah merupakan pusat peradaban jahiliah yang penuh dengan paganisme. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, kota mekah menjadi kota suci umat Islam. Dikota ini juga terdapat Ka’bah di Masjidil Haram yang merupakan kiblat umat Islam dalam shalat. Mekah juga menjadi pusat kajian ilmu-ilmu keagamaan, khususnya menjadi pusat kajian ilmu hadist dan fiqih.
Dari madinah setelah posisi dan kekuatan Nabi Muhammad dan pengikutnya menjadi besar, beliau merebut kembali kota Mekah dengan cara menaklukkan kota itu secara damai, pada tahun 8 H (630 M) sehingga dikenal dengan Fathul Mekkah, yaitu terbukanya kota mekah. Disamping sebagai kota suci, Mekah juga menjadi kota budaya, lantaran kebudayaan Islam dikembangkan oleh nabi dikota ini, disamping kota Madinah Al-Munawwarah.
Mekkah pada masa nabi muhammad lebih dititik beratkan pada menata masyarakatnya pada aqidah. sedangkan untuk ilmu-ilmu lain banyak diterapkan di Madinah. Mekkah menjadi pusat Keagamaan umat islam dunia. Mereka banyak berdatangan ke Mekkah untuk Haji dan umroh. serta memperdalam ilmu agamanya[2]

B.  Madinah Al-Munawwarah
Madinah Al-Munawwarah, awalnya kota ini bernama Yatsrib. Kota Madinah menjadi pusat kebudayaan Islam setelah Nabi Muhammad berhijrah dari Mekah ke Yatsrib. Setelah nabi hijrah ke Yatsrib, maka kota tersebut dijadikan pusat jamaah kaum muslimin, dan selanjutnya menjadi ibu kota negara Islam yang segera didirikan oleh nabi, dengan diubah namanya menjadi Madinah.[3]
Dari Madinah inilah nabi meneruskan perjuangan menyebarkan agama Islam. Di Madinah selama 13 tahun nabi membina dan mengembangkan masyarakat Islam. Bahkan di Madinah ini, nabi membangun sistem kehidupan bermasyarakat Islam yang dicita-citakan. Ditengah-tengah kota Madinah, segera nabi membangun masjid, yang menjadi pusat ibadah dan kebudayaan, bahkan dijadikan markas besar negara Islam. Bagi negara yang baru dibangun itu, nabi telah meletakkan dasar-dasarnya yang kuat, diantaranya yaitu ukhuwah Islamiyah, persaudaraan Islam.
Nabi mempersaudarakan antara semua kaum muslimin yang berbeda-beda suku dan bangsa, yang berlain-lainan warna kulit dan rupa, Al-Wahdatul Islamiyah mengantikan Al-Wahdatul Qaumiyah, sehingga dengan demikian mereka semua menjadi bersaudara dan sederajat. Madinah juga menjadi pusat pemerintahan Islam pada masa Nabi Muhammad, dan kemudian masa khulafahur rasyidin. Sejak masa pemerintahan dipegang oleh Muawiyah bin Abi Sufyan, pusat pemerintahan dipindahkan ke Damaskus.
Dikota ini pula terdapat masjid nabi yang terkenal dengan nama Masjid Nabawi. Disamping masjid dibangun ruangan tertutup untuk para fakir miskin kaum muslimin. Masjid diberi pintu dua, yaitu pintu Aisyah dan pintu Atiqah. Setelah perang Khaibar, nabi sendiri memperbesar masjid ini, kemudian berturut-turut diperbesar lagi oleh Khalifah Umar bin Khathab, dan Khalifah Ustman bin Afan.
Pada zaman Rasul dan Khulafaur rasyidin, Masjid Madinah menjadi kantor besar yang didalamnya diurus segala urusan pemerintahan. Masjid tidak saja menjadi tempat beribadah, tetapi juga menjadi pusat kehidupan politik, ekonomi, dan sosial.
Dikota ini nabi dimakamkan. Kota Madinah merupakan kota suci umat Islam setelah Mekah Al-Munawwarah. Dari kota ini lahir para ilmuwan muslim dan para ulama yang menghiasi lembaran-lembaran sejarah umat Islam. Sebagaimana kota Mekah, kota Madinah juga menjadi pusat kajian keilmuan keagamaan Islam, khususnya ilmu hadist, ilmu fiqih, dan ilmu tafsir Al-quran. 
Hubungan antara muslim dengan muslim lainya berdasarkan piagam madinah terdapat 5 prinsip
i)     bertetangga baik  iii)   membela yang dianiyaya v)    menghormati kebebasan agama
ii)    saling membantu  iv)   saling menasehati
C.  Baghdad
Baghdad didirikan pada tahun 762 M oleh khalifah Al-Manshur dari Dinasti Abbasiyah (754-755 M). Satu tim ahli dibentuk untuk memilih sebuah bidang tanah yang cukup luas, yang terletak antara sungai Tigris dengan sungai Eufrat. Setelah mencari-cari daerah yang strategis untuk ibu kotanya, akhirnya pilihan jatuh pada daerah yang kemudian diberi nama Baghdad.
Baghdad berarti “Taman Keadilan”. Dalam pembangunan kota Baghdad Khalifah mempekerjakan ahli bangunan, terdiri dari arsiktektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli pahat dan lain-lain, mereka didatangkan dari Syiria, Mosul, Bashrah, dan kufah yang berjumlah sekitar 100.000 orang. Kota ini berbentuk bundar, disekelilingnya dibangun tembok yang besar dan tinggi. Disebelah luar tembok dibangun parit besar yang berfungsi sebagai saluran air dan sekaligus sebagai benteng.
Istana Khalifah terletak ditengah-tengah kota baghdad dengan gaya seni arsitektur Persia, yang dikenal dengan Al-Qashr Az-Zahabi (Istana Emas). Istana ini dilengkapi dengan bangunan masjid, tempat pengawal istana, polisi dan tempat tinggal putra-putri serta keluarga Khalifah.
Khalifah Al- Ma’mun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu ilmu pengetahuan yang bernama Bait Al-Hikmah. Banyak para ilmuwan dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan.[4]
Kota Bahgdad sejak awal berdirinya sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Masa puncak keemasan kota Baghdad terjadi pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (787-809 M), dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Baghdad pada masa tersebut menjadi pusat peradaban dan kebudayaan yang tertinggi didunia. Ilmu pengetahuan dan sastra berkembang sangat pesat, bahkan Khalifah Al-Makmun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan kitab-kitab ilmu pengetahuan. Perpustakaan tersebut bernama perpustakaan Baitul Hikmah.
Pada masa Abbasiyah, dikota Baghdad juga berdiri akademi dan sekolah tinggi. Perguruan tinggi yang terkenal adalah perguruan An-Nizhamiyah, didirikan oleh Nizamul Mulk (5 H) dan perguruan Al-Mustanshiriyah yang didirikan oleh Khalifah Al-Muntashir Billah (Abad 7 H). Dari Baghdad lahir karya-karya sastra yang indah. Diantaranya adalah Alfu Lailah wa Lailah (1001 malam).
Dari kota ini lahir para ilmuwan, ulama, filsuf, dan sastrawan terkenal, diantaranya: Al-Khawarizmi (tokoh astronomi  dan matematika, penemu ilmu Al-jabar), Al-Kindi (filsuf arab pertama), Al-Farabi (filsuf besar), Ar-Razi (filsuf, ahli fisika, dan kedokteran), Imam Al-Ghazali (ilmuwan dan ulama pertama), syaikh Abdul Qadir Al-Jaylani (pendiri tarekat Qadiriyah), dan lain-lain.
Kerena serangan bangsa Mongol dibawah Hulagu Khan pada tahun 1258 M kota ini hancur berantakan. Semua banguna kota termasuk istana emas dihancurkan. Pada tahun 1400 M. Kota ini diserang pula oleh pasukan Timur Lenk, dan pada tahun 1508 M kota ini juga dihancurkan oleh tentara Kerajaan Safawi.[5]

D. Kairo (Mesir)
Setelah panglima Jauhar As-Siqili menduduki Mesir pada tahun 358 H, maka ia mengambil keputusan untuk memindahkan pusat pemerintahan dari fustat, ke kota yang akan dibangun. Pada tanggal 17 Sya’ban 358 H (969 M), Jauhar As-Siqili memulai pembangunan kota baru untuk menjadi ibu kota Dinasti Fathimiyah.
Kota ini mula-mula diberi nama kota “Manshuriyah” dinisbatkan kepada mansur Al-Mu’iz Lidinilah. Setelah Mu’iz sendiri sampai di Mesir, namanya diubah menjadi Qahirah Mu’iziyah.
Wilayah Dinasti Fathimiyah meliputi Afrika Utara, Sicilia, dan Syiria. Setelah pembangunan kota Kairo selesai lengkap dengan istananya, Jauhar As-Siqili mendirikan Masjid Al-Azhar pada 17 Ramadhan 359 H (970 M). Masjid Al-Azhar dalam perkembangannya menjadi Universitas besar.
Kota Kairo mengalami puncak kejayaan pada masa Dinasti Fathimiyah, yaitu pada masa pemerintahan Shalahuddin Al-Ayyubi, pemerintahan Baybars, dan pemerintahan An-Nashir pada masa Dinasti Mamalik. Periode Fathimiyah dimulai dengan Al-Muiz dan puncaknya terjadi pada masa pemerintahan Al-Aziz.
Dinasti Fathimiyah dapat ditumbangkan oleh Dinasti Ayyubiyah yang didirikan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi seorang pahlawan dalam perang salib, Shalahuddin tetep mempertahankan lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh Dinasti Fathimiyah tetap mengubah orientasi keagamaannya dari Syi’ah menjadi Ahlu Sunnah.
Kekuasaan Dinasti Ayyubiyah di Mesir diteruskan oleh Dinasti Mamalik. Dinasti ini mampu mempertahankan pusat kekuasaannya dari serangan bangsa Mongol dan bahkan dapat mengalahkan tentara Mongol di Ain Jalut dibawah pimpinan Baybars yang berkuasa dari 1260-1277 M. Baybars juga dikenal sebagai pahlawan perang salib. Pada waktu itu, Kairo menjadi satu-satunya pusat peradaban islam yang selamat dari serangan Mongol. Kairo pada ketika itu menjadi pusat peradaban Islam yang terpenting.
Pada tahun 1517 M, Dinasti Mamalik dapat dikalahkan oleh Dinasti Ustmani di Turki dan sejak itu Kairo hanya dijadikan sebagai ibu kota provinsi Usmani. [6]
E.  Damaskus Di Syiria
Damaskus pada zaman sebelum Islam adalah ibu kota kerajaan Romawi Timur di Syiria. Damaskus merupakan kota lama yang dibangun kembali dalam zaman daulah Bani Umayyah dan dijadikan ibu kota negara sejak pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan, Khalifah pertama Bani Umayyah.
Dikota damaskus banyak didirikan gedung-gedung yang indah, yang bernilai seni, disamping kotanya sendiri dibangun sedemikian rupa teratur dan indahnya, dengan jalan-jalannya yang lebih merimbun, kanal-kanal yang bersimpang siur berfungsi sebagai jalan dan pengairan, taman-taman rekreasi yang menakjubkan. Dikota Damaskus terdapat Masjid Damaskus yang megah dan agung, masjid ini dibangun oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik dengan arsiteknya Abu Ubaidah bin Jarrah.
Untuk keperluan pembangunannya, Khalifah Al-Walid mendatangkan 12.000 orang tukang ahli dari Romawi, kecuali pembangunannya sendiri memiliki nilai seni yang luar biasa, juga pilar-pilar dan dinding-dindingnya diukir dengan ukiran-ukiran yang indah dan ditaburi dengan aneka batu yang bernilai tinggi. Isfahan di Persia
Kota isfahan adalah ibu kota kerajaan Shafawi. Kota isfahan merupakan kota tua didirikan oleh Yazdajird I (Buhtanashar) Raja Persia. Kota Isfahan dikuasai Islam pada tahun 19 H/640 M pada masa Umar bin Khatab. Kota Isfahan sekarang masuk dalam wilayah Iran.
Pada waktu Abbas I Sultan Safawiyah menjadikan Isfahan sebagai ibu kota kerajaannya, kota ini menjadi kota yang luas dan indah. Kota ini terletak diatas sungai Zandah, dan diatasnya membentang tiga buah jembatan yang megah dan indah. Di kota ini berdiri bangunan-bangunan indah seperti istana, sekolah-sekolah, masjid-masjid, menara, pasar, dan rumah-rumah dengan ukuran arsitektur yang indah.[7]

Pada tahun 625 H/1228 M terjadi pertempuran besar di Isfahan, ketika tentara mongol datang menyerbu negeri-negeri Islam dan menjadikan Isfahan sebagai salah satu bagian dari wilayah kekuasaan mongol itu. Ketika Timur Lenk menyerbu negeri-negeri Islam pada tahun 790 H/1388 M, kota Isfahan ikut jatuh dibawah kekuasaan Timur Lenk.
 Setelah itu, kota Isfahan dikuasai oleh kerajaan Turki Usmani pada tahun 955 H/1548 M. Pada tahun 1134 H/1721 M terjadi pertempuran antara Husain Syah, Raja Shafawi dengan Mahmud Al-Afghani, yang mengakhiri riwayat Kerajaan Shafawi. Pada tahun 1141 H/1729 M, kota Isfahan berada dibawah kekuasaan Nadir Syah.
Dikota ini berdiri bangunan-bangunanindah seperti istana, sekolah-sekolah, masjid-masjid, menara, pasar, dan rumah-rumah dengan ukiran arsitektur yang indah. Sultan Abbas I membangun Masjid Syah yang merupakan salah satu masjid indah dan megah didunia.

F.   Istanbul di Turki
Kota Istanbul adalah ibu kota kerajaan Turki Usmani. Kota ini awalnya merupakan ibu kota Kerajaan Romawi Timur dengan nama Konstantinopel. Konstantinopel sebelumnya sebuah kota bernama Bizantium, kemudian diganti dengan nama Konstantinopel oleh Kaisar Constantin, Kaisar Romawi Timur.
Pada tahun 395 M, Kerajaan Romawi pecah menjadi dua, Romawi Timur dan Romawi Barat. Romawi Barat beribu kota di Roma (Italia), sedangkan Romawi Timur beribu kota di Konstantinopel.
Konstantinopel jatuh ketangan umat Islam pada masa Dinasti Turki Usmani dibawah pimpinan Sultan Muhammad II yang bergelar Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453, dan dijadikan ibu kota kerajaan Turki Usmani. Bahkan jauh sebelum Sultan Muhammad Al-Fatih dapat menguasai Konstantinopel, para penguasa Islam sudah sejak zaman para Khalifaur rasyidin, kemudian Khalifah Bani Umayyah dan Khalifah Bani Abbasiyah berusahan untuk menaklukkan kota Konstantinopel. Namun, baru pada masa Kerajaan Turki Usmani usaha itu dapat berhasil.
Oleh Sultan Muhammad Al-Fatih, kota Konstantinopel yang artinya Constantin, diubah namanya menjadi Istanbul yang artinya kota Islam. Sebagaimana halnya pada masa Kerajaan Romawi Timur, Kerajaan Turki Usmani dengan ibu kota Istanbul juga menjadi sebuah negara adi jaya pada masa kejayaannya. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar wilayah Eropa Timur, Asia kecil, dan Afrika Utara. Bahkan daerah-daerah Islam yang lebih jauh juga mengakui kekuasaan Istanbul. Dalam bidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun membuktikan kemajuannya. Masjid merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum muslimin menjalankan kewajiban ibadahnya.Gereja Aya Sophia, telah ditaklukkan kaum muslimin diubah menjadi sebuah masjid agung yang terpenting di Istambul.
Beberapa mesjid yang megah didirikan di Istambul, antara lain: Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Abu Ayub Al-Anshari, Masjid Bayazid dengan arsitektur Persia, dan Masjid Sulaiman Al-Qanuni.
Pengaruh jatuhnya Konstantinopel besar sekali bagi Turki Usmani. Kota tua itu adalah pusat Kerajaan Bizantium yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan dan menjadi pusat agama Kristen Ortodoks. Kesemuanya itu diwarisi oleh Usmani. Dari segi letak, kota itu sangat strategis karena menghubungkan dua benua secara langsung Eropa dan Asia.
Istambul merupakan pusat peradaban Islam pada masa kekuasaan Turki Usmani yang terpenting. Bukan saja karena keindahan kotanya akan tetapi, juga karena dikota bekas pusat kekuasaan Romawi Timur itu terdapat pusat-pusat kajian keilmuan yang mendorong puncak kejayaan peradaban umat Islam.[8]
G. Delhi (India)
Delhi adalah ibu kota kerajaan Islam India sejak tahun 608 H/1211 M. Sebagai ibu kota kerajaan Islam, Delhi menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam dianak benua Islam.
Delhi terletak dipinggir Sungai Jamna. Mula-mula Delhi dikuasai Islam, ditaklukkan oleh Quthb Ad-Din Aybak. Tahun 602 H/1204 M oleh Quthb Ab-Din Aybak dijadikan ibu kota kerajaan Islam Monggol. Zhahiruddin Babur raja Dinasti Mongol pertama, merebut Delhi dari tangan Dinasti Lodi.
Setiap dinasti Islam yang menguasai kota Delhi, memperluas kota itu dengan mendirikan “kota-kota” baru di Delhi lama, yaitu kota yang berada didalam benteng Lalkot. Delhi sekarang mencakup semua kota-kota baru itu. Semuanya dikenal sebagai “Tujuh Kota Delhi”.
Setelah Delhi dihancurkan oleh tentara Timur Lenk, kekuasaan raja-raja yang berkedudukan di Delhi merosot tajam. Ketika itulah Dinasti Lodi mengambil kota Agra sebagai ibu kota, sementara Delhi menjadi kota yang kurang penting. Kota Agra itu pula untuk pertama kalinya menjadi ibu kota kerajaan Mongol, ketika Zhahiruddin Babur mengalahkan Dinasti Lodi.
Kota Delhi menjadi ibu kota kerajaan Mongol pada masa Humayun (1530-1556), seorang raja yang cinta ilmu. Raja Mongol lainnya, Syah Jehan (1628-1658) mendirikan kota Syahjahanabad.
Syah Jehan mendirikan monumen bersejarah yang sangat indah dan menjadi salah satu Tujuh Keajaiban Dunia, yaitu Taj Mahal, sebuah monumen untuk ,emgenang istri tercintanya Mumtaz Mahal.
H.Andalusia (Sepanyol)
Andalusia adalah sebuah wilayah Islam di Sepanyol. Setelah Andalusia menjadi wilayah Islam, maka dibangunlah kembali kota-kota lama, disamping membangun kota baru, dengan gaya seni bangunan Islami, dimana kemudian Andalusia terkenal dengan kota-kotanya yang indah, masjid-masjid yang cantik, istana-istananya yang mengagumkan dan taman-tamannya yang mempesona.
Pusat-pusat peradaban Islam di Spanyol adalah sebagai berikut.
1.        Cordova
Cordova merupakan salah satu diantara kota-kota besar ajaib. Cordova adalah kota lama yang dibangun kembali dengan gaya Islam.
menurut George Zaidan, bahwa bangunan yang terdapat dalam kota Cordova antara lain: 1) 113.000 rumah rakyat, 2) 430 istana besar kecil, 3) 6.300 rumah pegawai negri, 4) 3.873 masjid, 5) 900 temat pemandian (hamamaat), 6) 8.455 toko besar kecil. Jumlah penduduk Cordova kurang lebih 500.000 jiwa. Tercatat bahwa di Cordova terdapat 27 lembaga pendidikan, dan 70 buah perpustakaan. Diperpustakaan pusat terdapat 400.000 buku, disamping itu masih ada perpustakaan pribadi. Dari kota ini lahirlah filsuf Ibnu Rusyd (Averros).
Kota ini pertama kali dimasuki islam pada tahun 711 M oleh pasukan Islam dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ketika Abdurrahman I yang bergelar Abdurrahman  Ad-Dakhil masuk ke Andalusia, telah menjadikan Cordova sebagai ibu kota dan kota yang indah. Ia ciptakan taman dengan dipenuhi tuffah (apel), dan pohon delima. Ditanami juga sebuah pohon palm yang sengaja didatangkan dari Syiria.
Pada tahun 786 H, dibangun sebuah mesjid dengan luas 175 x 134 meter dan tinggi menaranya 20 meter. Tiangnya 1400 buah dan untuk kubahnya memerlukan 300 tiang. Pada tahun 1236, setelah Islam ditaklukkan Kristen, dibawah pimpinan Ferdinand III. Masjid tersebut terkenal dengan nama “La Mesquita” setelah menjadi gereja diubah namanya menjadi “Santa Maria Yang Agung”.
Semasa pemerintahan Abdurrahman An-Nasir (912-961 M), Abdurrahman III, Cordova diperindah dan diperluas, istana-istana kecil didirikan seperti Al-Mubarak, Al-Kamil, Ar-Raudah, Al-Mujaddi dan lain-lain. Sedangkan yang terindah adalah Az-Zahra. Pada saat itu Cordova menjadi kota budaya didaratan Eropa. Cordova, Konstantinopel, dan Baghdad merupakan tiga pusat kebudayaan dunia.[9]
Az-Zahra, sebuah istana yang tidak jauh Cordova dibangun Abdurrahman An-Nasir atas usul salah seorang istrinya yang bernama Az-Zahra. Istana dibangun pada tahun 936 M, kira-kira 8 km dari Cordova oleh 3 orang arsitek, masing-masing bernama Abdulah bin Yunus, Hasan bin Muhammad, dan Ali bin Ghafar. Menurut Al-Idris dan Al-Maqarri bahwa untuk membangun istana dan kotanya diperlukan waktu 2,5 tahun dengan memperkerjakan 100 orang. Disamping karyawan sebanyak itu, masih diperlukan 1500 penarik kereta.
2.        Sevilla
Kota Sevilla (Asyibiliyah) dibangun pada masa Dinasti Al-Muwahhidin memerintah. Kota ini pernah menjadi ibu kota Andalusia. Semula kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa Romawi kota ini bernama Romula Agusta, kemudian berubah menjadi Hispah, sebelum menjadi Asyibiliyah.
Selama dikuasai Islam, kota ini selalu diperindah dengan tanaman-tanaman berbunga yang harum baunya. Pengaruh Romawi nampak pada penanaman pohon-pohon Zaitun dan tata cara kehidupan didusun. Sedang orang-orang Arab dan Yahudi telah meninggalkan sifat-sifat yang serba mistik.
Sevilla berada dibawah kekuasaan Islam, kurang lebih selama 500 tahun (721-1248 M). Tidak heranlah jika kini banyak dijumpai sisa-sisa peninggalan seni dan budaya Islam, salah satu bangunan yang menjadi kebangaan umat Islam, kini telah berubah dari masjid besar menjadi gereja yaitu Santa Maria de la sede. Masjid besar itu dahulu dibangun pada tahun 1171 M pada masa pemerintahan Sultan Yusuf Abu Yakub (1163-1184 M). Sevilla jatuh ketangan Raja Ferdinand pada tahun 1492 M. Salah satu bangunan kebanggaan  umat Islam kini telah berubah dari masjid besar menjadi gereja yaitu Santa Maria de la Sede.[10]
3.        Granada
Granada merupakan kota besar di Andalusia, yang pernah menjadi kebanggaan kaum muslimin Andalusia. Granada terletak sekitar 288 km sebelah timur kota Sevilla, pada sebuah dataran tinggi yang subur.
Kebesaran kota Granada terlihat pada peninggalannya yang berupa istana Alhambra yang didirikan pada tahun 1238 M / 635 H oleh Muhammad bin Al-Ahmar dari Dinasti Ahmar. Granada menjadi kota terbesar ke-lima di Spanyol, pada abad ke 12 M. Kota ini terletak ditepi sungai Genil di kaki gunung Seirra Nevada, berdekatan dengan pantai laut Mediterania (Laut Tengah). Semula Granada adalah tempat tinggal orang Iberia, kemudian menjadi kota orang Romawi, dan baru terkenal setelah berada ditangan orang-orang Islam. Granada berada dibawah kekuasaan kaum muslimin hampir bersamaan dengan kota-kota lain di Spanyol yang ditaklukkan oleh Dinasti Abbasiyah dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair pada tahun 711 M.
Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia, Granada mengalami perkembangan pesat. Setelah Bani Umayyah mengalami kemunduran, tahun 1031 M, dalam jangka waktu 60 tahun, Granada diperindah oleh penguasa setempat, yaitu Dinasti Zirids. Setelah itu Granada jatuh dibawah pemerintah Al-Murabitun, sebuah Dinasti Barbar dari Afrika Utara pada tahun 1090 M.
Granada dikelilingi oleh tembok. Adapun struktur penduduknya terdiri dari campuran berbagai bangsa, terutama Arab, Barbar, dan Spanyol yang menganut tiga agama besar Islam, Kristen, dan Yahudi.
Pada masa pemerintahan Muhammad V (1354-1391 M), Granada mencapai puncak kejayaannya, baik dalam arsitektur maupun dalam bidang politik. Akan tetapi, menjelang akhir abad ke-15 pemerintahan menjadi lemah terutama karena perpecahan keluarga.
Demikianlah, pada tahun 1492 Andalusia jatuh ketangan penguasa Kristen, yaitu Ferdinand dari Aragon dan Isabella dari Castilia pada tahun 1610 orang-orang Islam diusir dari Andalusia.
I.    Transoxania / Samarkand
Transoxania adalah wilayah Bukhara dan Samarkand. Transoxania adalah wilayah yang terletak di Asia Tengah, terletak disekitar barat Cina dan Selatan Rusia serta disebelah timur Afghanistan. Diwilayah ini terdapat dua kota penting yang menjadi pusat peradaban Islam, yaitu Samarkand dan Bukhara.
1.      Samarkand
Samarkand berada disebelah selatan sungai As-Saghad. Riwayat tentang kota Samarkand yang tertua disebutkan dalam berita-berita tentang peperangan-peperangan Iskandar Zulkarnain (Alexander the Great) di Timur. Dalam beberapa catatan disebutkan bahwa kota Samarkand beberapa kali diduduki oleh Iskandar ketika ia dan pasukannya berperang melawan Spitamenes. Akan tetapi, menurut riwayat-riwayat tertua dalam bahasa Arab, Iskandarlah yang mendirikan kota Samarkand itu.
Setelah tahun 323 M, kota ini menjadi bagian dari sebuah kekuasaan yang berpusat di Bactria. Setelah itu kota tersebut berdiri pula kerajaan Graeco-Bactrion (Bactria – Yunani) pada masa Anthiochus II Theos. Sejak itu, hubungan politik dan ekonomi antara Samarkand dengan Persia dan Cina terputus, meskipun hubungan dalam bidang budaya masih tetap berlanjut.
Di Samarkand terdapat makam terkenal yang sangat dihormati dan dikunjungi orang, yaitu makam Qasim bin Abbas, yang dipandang sebagai pembawa agama Islam ke negeri ini pada masa Khalifah Ustman bin Affan. Di Samarkand juga terdapat makam ulama theology terkenal yaitu Abu Manshur Al-Marturidi, yaitu seorang ulama pendiri aliran Maturidiyah, penopang paham Ahlus Sunnah.
Salah seorang walisongo, yaitu Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419 M) juga disebutkan konon berasal dari daerah Samarkand, karena ia berasal dari keturunan Ibrahim As-Samarkandi, yang kemudian di Jawa dikenal dengan sebutan Ibrahim Asmarakandi.[11]
2.      Bukhara
Adapun Bukhara diperkirakan sudah ada sebelum Islam, kota ini sudah ada ketika Iskandar Zulkarnain datang ke sana. Pengaruh persia sangat menonjol pada bangunan-bangunan kuno. Demikian pula pengaruh Cina. Sebelum Islam datang ke Bukhara panganut agama Budha cukup banyak.
Berulang kali umat Islam mengadakan ekspansi ke wilayah Bukhara ini, akan tetapi mengalami kegagalan. Pada tahun 204 H / 819 M Al-Makmun, Khalifah dari Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad menyerahkan urusan pemerintahan negeri Transoxania, khususnya Samarkand dan Bukhara kepada keluarga Asad ibn Saman. Sejak itu, dua kota ini berada di bawah kekuasaan Dinasti Samaniyah.
Dalam pemerintahan Dinasti Samaniyah, Samarkand menjadi daerah yang sangat makmur dan masyarakatnya hidup sejahtera, yang hanya dapat dibandingkan dengan masa pemerintahan Timur Lenk dan keturunanya disana , lima ratus kemudian. Sekalipun ibu kota pindah ke Bukhara, tetapi Samarkand tetap merupakan kota terpenting karena ia menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan Islam.
Dikota Bukhara ini terdapat makam yang dihormati dan menjadi tempat ziarah umat Islam, yaitu makam Bahauddin An-Naqsyabandi (wafat pada tahun 8 H / 14 M), seorang pendiri aliran dalam bidan sufistik, yaitu tarekat Naqsyabandiyah yang banyak pengikutnya didunia Islam.
Pada masa kejayaannya di Bukhara terdapat istana Dinasti Samani yang merupakan perguruan tinggi dan pusat kegiatan ilmu dan kehidupan pengetahuan. Terkenallah Maktab Nuh bin Nashr As-Samani sebagai perguruan tinggi yang lengkap
Disamping itu, dari kota Bukhara lahir ulama hadist terkenal yaitu Imam Bukhari yang menulis kitab Shahih Bukhari. Kota Bukhara dikenal sebagai pusat ilmu-ilmu keagamaan Islam.
Pada tahun 906 H / 1500 M kota Samarkand dan Bukhara jatuh ketangan Syaibani, raja Uzbek. Setelah ia wafat, pada tahun itu juga disebut oleh Babur, raja Mongol di India. Akan tetapi, tahun berikutnya Babur kembali ke India dan daerah Transoxania kembali dukuasai orang-orang Uzbekistan yang didalamya terdapat Samarkand dan Bukhara menjadi bagian dari Uni Soviet. Sejak tahun 1992 M, Uzbekistan menjadi negara muslim merdeka, karena Uni Soviet bubar dengan sendirinya.
J.    Aceh
Aceh memiliki pusat dunia Islam di Asia Tenggara. Pada masa kejayaannya Aceh merupakan pusat peradaban diwilayah dunia Islam bagian Timur, yaitu Asia Tenggara. Bahkan Aceh merupakan pintu transmisi jalur perjalanan penyebaran agama Islam ke seluruh wilayah Asia Tenggara. Karena itu Aceh terkenal dengan sebutan Serambi Mekah.
Aceh merupakan pintu gerbang masuknya Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Di Aceh pernah berdiri kerajaan-kerajaan Islam yang pertama, yaitu Kerajaan Peurlak, Kerajaan Samudra Pasai, dan Kerajaan Aceh Darus Salam.
Dari Aceh muncul beberapa tokoh keilmuan yang menandakan kemajuan keilmuan dikalangan umat Islam di Asia Tenggara. Beberapa ulama prestisius Aceh yang terkenal dengan karya-karyanya adalah Nuruddin Ar-Raniri, Hamzah Fanshuri, Abdurrauf Singkel, Syamsuddin Sumatrani, dan lain-lain.
Aceh pada masa Samudra Pasai pernah dipimpin oleh para Sultan yang cinta akan ilmu dan peradaban. Diantara Sultan yang cinta akan ilmu adalah Sultan Al-Malikuz Zahir, dimana pada masa pemerintahannya Ibnu Batutah menuliskan cacatan perjalannya dalam bukunya yang sangat terkenal Rihlah Ibnu Batutah, demikian pula Marcopolo pernah singgah di Aceh. Aceh juga pernah dipimpin oleh sultan perempuan, yaitu Shafiatuddin Syah, Zakiyatuddin Syah dan Naqiyatuddin Syah.
Dari Aceh, Islam berkembang keberbagai wilayah Nusantara antara lain Islam berkembang ke Ampel, Demak, Cirebon, dan terus berkembang ke Sukawesi, Maluku dan Kalimantan.
Aceh juga merupakan kekuatan yang sangat ditakuti Belanda samasa penjajahan, karena Aceh memiliki kekuatan yang sangat dahsyat dalam menghadapi penjajahan Belanda.[12]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Peradaban-peradaban islam yang telah di alami di daerah uang menjadi pusat-pusat peradan Islam di dunia Islam memiliki kontribusi besar dalam berbagai bidang seperti: pendidikan dan ilmu pengetahuan, politik dan pemerintahan, ekonomi, arsitektur. Peradaban dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan Kota Baghdad memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu ilmu pengetahuan yang bernama Bait Al-Hikmah, Perguruan Mustanshiriyah, serta para ilmuwan yaitu Al- Khawarizmi, Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Abu Hanifah, Syafi’i, Ahmad ibn Hambal, Al- Ghazali, Abd Al-Qadir Al-Jilani, Ibn Muqaffa’, dan lain-lain.Peradaban dalam bidang politik dan pemerintahan di Kairo dengan pelaksanaaan tiga kebijaksanaan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama.
Kota-kota yang menjadi pusat pemerintahan Islam terdapat masjid-masjid yang menjadi bukti kota itu menjadi pemerintahan Islam. Dan membuktikan bahwa Islam sangatlah kuat pada masanya dengan bukti kota-kota besar di Eropa bisa dikuasai Islam bahkan menjadi pusat ilmu pengetahuan, ekonomi, arsitektur dan politik
B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan sehingga tidak sesuai dengan keinginan pembaca, untuk itu saran sangat kami harapkan agar penulis makalah selanjutnya kekurangan-kekurangan makalah tersebut dapat penulis perbaiki.




 DAFTAR PUSTAKA
Munir Amin,Samsul, 2009. Sejarah peradaban Islam.  Jakarta: Amzah.
Supriadi,Dedi,2008. Sejarah Peradaban Islam,  Bandung: Pustaka setia.
Yatim,Badri.2003. Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.





[1] [1]Samsul Munir, Sejarah peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm 281-282
[2] Dedi Supriadi. Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka setia, 2008) hlm 63
[3] [3]Samsul Munir., Op. Cit., 282-284
[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
[5] Samsul Munir., Op. Cit., hlm 285
[6] Ibid., hlm 286
[7] Ibid., hlm 289-290
[8] Ibid., hlm 290-291
[9] Samsul Munir, Op. Cit., hlm 293-294
[10] Ibid., hlm 294
[11] Ibid., hlm 29296-297
[12] Ibid., hlm 299-300


Tidak ada komentar:

Posting Komentar