Laman

new post

zzz

Minggu, 17 November 2013

SBM-H-11: variasi mengajar

MAKALAH
VARIASI MENGAJAR

Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah   : Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu: Ghufron Dimyati, M.S.I

Oleh:
Devita Anggraeni                  2021 111 358
Anita Kumala                        2021 111 364
Muhammad Fahminnafi      2021 111 365

Kelas H

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013



BAB I
PENDAHULUAN

Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasakan makanan yang sama terus menerus akan menimbulkan kebosanan, melihat film yang sama dua kali saja orang sering tidak mau, juga karena bosan. Orang akan lebih suka bila hidup itu diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif. Makan makanan yang bervariasi (bermacam-macam) akan merangsang untuk makan. Rekreasi pada dasarnya juga akan mengurangi kebosanan. Demikian juga dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan adanya variasi dalam mengajar siswa.
Ketrampilan mengadakan variasi dalam proses mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu  variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dan siswa.
Dalam proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikit pun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan bahan yang diberikan guru.











BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Variasi Mengajar
Menurut kamus ilmiah populer, variasi adalah selingan, selang-seling, atau pergantian. Udin S. Winataputra (2004) mengartikan variasi sebagai keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat diartikan selang seling atau bermacam-macam. Menurut Uzer Usman, variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi.
Variasi mengajar adalah mengajar yang tidak monoton bisa dari gaya mengajar, metode, media, materi dan juga interaksinya.
Adapun fungsi dari variasi mengajar antara lain:
1.      Sebagai penarik perhatian siswa
2.      Sebagai motivasi ekstrinsik siswa dalam belajar.[1]
B.     Tujuan Variasi Mengajar
Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi mengajar antara lain:
a.      Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar.
Dalam jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian  siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Berbagai faktor memang mempengaruhinya. Misalnya faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran.
Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar, karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang dicapai. Perhatian adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
b.      Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi
Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak setiap siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi seorang siswa menyenanginya, tetapi untuk bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak menyenanginya.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran bukan masalah bagi guru. Karena dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan guru. Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini peranan guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi, yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
c.       Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
Hal ini adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada siswa yang kurang senang terhadap seorang guru. Kurang senangnya seorang siswa terhadap guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru yang kurang bervariasi. Gaya mengajar guru tidak sejalan dengan gaya mengajar siswa. Misalnya, hanya menggunakan metode ceramah setiap kali pertemuan, tidak menggunakan metode yang lain.
Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Di sela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.[2]
d.      Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual
Sebagai seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar, menggunakan media dan penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar di kelas memudahkan seorang melakukan pengembangan variasi mengajar. Tetapi jika sebaliknya, maka sulitlah bagi guru mengembangkan variasi mengajar untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada di sekolah. Fungsinya berguna sebagai alat bantu pengajaran dan alat peraga. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan metode yang harus guru lakukan.
e.       Mendorong anak didik untuk belajar
Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas anak didik. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar hingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Kegiatan komponen variasi mengajar dapat menyeret kegiatan belajar anak didik ke dalam berbagai pengalaman yang menarik pada berbagai tingkat kognitif. Anak didik bergairah belajar.[3]
C.    Prinsip-Prinsip Variasi Mengajar
Agar kegiatan pembelajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar, tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah sebagai berikut:
1.      Dalam menggunakan ketrampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.
2.      Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak merusak perhatian siswa dan proses belajar tidak terganggu.
3.      Penggunaan komponen variasi harus terstruktur dan direncanakan oleh guru.
D.    Manfaat Variasi Mengajar
Manfaat dari variasi mengajar menurut JJ. Hasubuan antara lain:
1)      Memelihara dan meningkatkan aspek belajar siswa.
2)      Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi ingin tahu.
3)      Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
4)      Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual.
5)      Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan.[4]
E.     Komponen-Komponen Variasi Mengajar
Komponen variasi mengajar ini meliputi:
1.      Variasi Gaya Mengajar
Guru sebagai manusia pun mempunyai gaya yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya pada saat mengajar di kelas, walaupun mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyampaikan pengetahuan, membentuk sikap anak dan menjadikan siswa terampil dalam berkarya.[5]
Variasi gaya mengajar ini pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi gerakan anggota badan, dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas.
a.      Variasi Suara
Penggunaan variasi suara yaitu perubahan suara keras menjadi lembut, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lembut dan pelan pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
b.      Penekanan (focusing)
Untuk  memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan penekanan verbal, misalnya dengan perkataan, “Perhatikan ini baik-baik”.
c.       Pemberian Waktu (Pausing)
Untuk menarik perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara menjadi sepi, dari suatu kegiatan menjadi menjadi tanpa kegiatan atau diam. Bagi anak didik, pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi jawaban agar menjadi benar.
d.      Kontak Pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas dan melihat ke semua murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang baik dengan mereka.
e.       Gerakan Anggota Badan (Gesturing)
Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja, tetapi menolong dalam menyyampaikan arti pembicaraan.
f.       Pergantian Posisi Guru dan Gerak Guru di Dalam Kelas
Pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Yang terpenting dalam perubahan posisi ialah harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir.[6]
2.      Variasi Media dan Bahan Ajaran
Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media yaitu:
a.      Variasi media pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta, film, TV, radio, gambar grafik, model, demonstrasi dan lain-lain.
Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut akan memiliki keuntungan antara lain:[7]
1)      Membantu secara konkret konsep berpikir dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat.
2)      Menarik perhatian anak didik.
3)      Membuat hasil belajar lebih permanen.
4)      Menyajikan pengalamn riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak didik.
5)      Mengembangkan cara berpikir berkesinambungan, seperti halnya film.
6)      Memberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat yang lain.
7)      Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar.
b.      Variasi media dengar
Pada umumnya dalam proses belajar di kelas, suara guru adalah alat utama dalam komunikasi. Ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai, diantaranya yaitu pembicaraan anak didik, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara dan lain-lain.
c.       Variasi media taktil
Media taktil adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. Misalnya dalam bidang studi sejarah dapat membuat maket desa zaman majapahit, dalam bidang studi geografi dapat membuat model lapisan tanah, sedangkan untuk bidang studi ekonomi dapat mengumpulkan berbagai jenis mata uang logam.[8]
Sedangkan variasi bahan ajar yaitu bahwa guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya mengajarkan materi-materi pokok saja, tetapi juga harus diselingi (divariasikan) dengan materi-materi penunjang. Materi penunjang yang dimaksud yakni seperti contoh-contoh verbal, cerita atau anekdot, dan sebagainya.[9]
3.      Variasi Interaksi Guru dengan Murid
a)      Pengertian
Roestiah (1994) mengemukakan bahwa “interaksi” adalah proses dua arah yang mengandung tindakan atau perbuatan komunikator maupun komunikan. Adapun interaksi antara guru dan murid yang dimaksudkan dalam proses pembelajaran adalah interaksi yang bersifat positif dan edukatif, sehingga dengan demikian memcu motivasi siswauntuk belajar yang pada akhirnya akan terjadi perubahan perilaku siswa secara menyeluruh baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak didiknya memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub, yaitu:
1)      Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur dari guru.
2)      Anak didik mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di mana guru berbicara kepada anak didik.
b)      Ciri-ciri Interaksi
1)      Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan.
2)      Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan.
3)      Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
4)      Ditandai dengan adanya aktivitas siswa.
5)      Guru berperan sebagai pembimbing.
6)      Membutuhkan kedisiplinan.
7)      Ada batas waktu.[10]
F.     Variasi Mengajar pada Model-Model Belajar
Dalam melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan memahami gaya atau model-model belajar belajar siswanya, supaya siswa termotivasi, bersemangat dan berminat dalam belajar. Adapun model-model belajar tersebut, yaitu:
1.      Visual
Bagi pelajar visual, belajar yang efektif adalah dengan menggunakan gambar keseluruhan (melakulakan tinjauan umum), yakni dengan membaca bahan pelajaran secara sekilas.
Ciri-ciri pelajar visual:
a.       Teratur, memperhatikan segala sesuatu.
b.      Mengingat dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan memori.
Dari ciri di atas, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyajikan bahan pelajaran, guru harus bisa menggunakan gambar, warna, untuk menumbuhkan minat belajar siswa dan meningkatkan memori siswa terhadap bahan tersebut.
2.      Auditorial
Bagi pelajar auditorial, belajar yang efektif adalah dengan mendengar. Adapun ciri-ciri siswa auditorial adalah:
a.       Perhatianya mudah terpecah.
b.      Berbicara dengan pola berirama.
c.       Belajar dengan cara mendengar.
d.      Berdialog secara internal dan eksternal
Untuk itu guru di saat menerangkan dituntut untuk menggunakan variasi, pemusatan, perhatian dan kesenyapan memudahkan dan meningkatkan perhatian siswa dalam belajar.
3.      Kinestetik
Bagi pelajar kinestetik, belajar yang efektif adalah dengan melibatkan diri langsung dengan aktivitasnya, jadi mereka cenderung pada eksperimen (gerak).Ciri-ciri siswa kinestetik:
a.       Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca.
b.      Mengingat sambil melihat langsung
Guru dianjurkan melibatkan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung, menggunakan metode eksperimen, bahasa tubuh guru bervariasi, supaya menarik perhatian siswa dan mempermudah pemahaman siswa terhadap materi tersebut.[11]




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam proses pembelajaran perlu adanya suatu variasi dalam pnyampain materi. Karena dengan adanya variasi, suatu proses pembelajaran tidak menjadi monoton yang bisa mengakibatkan siswa bosan dengan proses penyampaian materi yang begitu-begitu saja. Dengan adanya variasi mengajar juga diharapkan tujuan pembelajaran akan tercapai. Di sini seorang guru dituntut harus lebih kreatif lagi dalam menciptakan suasana pembelajaran agar menjadi kondusif.
Dipertegas kembali bahwa variasi mengajar sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Komponen-komponen variasi mengajar seperti variasi gayya mengajar, variasi media dan bahan ajaran, dan variasi interaksi mutlak dikuasai oleh guru guna menggairahkan belajar anak didik dalam waktu yang relatif lama dalam suatu pertemuan kelas.
















DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zaini. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Mustakim, Zaenal. 2011. Strategi & Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.





[1] Zaenal Mustakim, Strategi & Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2011), hlm. 220.
[2] Ibid., hlm. 220-222.
[3] Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 164-165.
[4] Zaenal Mustakim, op. cit., hlm. 225-226.
[5] Ibid., hlm. 228.
[6] Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, op. cit., hlm. 167-169.
[7] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 128.
[8] Ibid., hlm. 129.
[9] Zaenal Mustakim, op. cit., hlm. 247.
[10] Ibid., hlm. 253-257.
[11] Ibid., hlm. 265-266.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar