ASPEK-ASPEK PEMBENTUK PERILAKU
DAN KEBEBASAN SEBAGAI SALAH SATU
FAKTOR,
KEBEBASAN
DAN TANGGUNG JAWAB
Makalah
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Ilmu Ahlak
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.Si
oleh:
1.
Listi Bahati (2021114232)
2.
Umar Biki (2021114233)
3.
Ityanul Fahmi Dinina (2021114234)
4.
Meri Marsela (2021114235)
KELAS E
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
PEKALONGAN
2014
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar .................................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C.
Tujuan Penulisan ................................................................................. 1
D.
Sistematika Perumusan Makalah.......................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
................................................................................... 3
A.
Aspek-aspek Pembentuk
Perilaku...................................................... 4
1.
Tingkah Laku Manusia................................................................. 4
2.
Insting dan Naluri......................................................................... 4
3.
Nafsu............................................................................................ 4
4.
Adat dan Kebiasaan..................................................................... 4
5.
Lingkungan................................................................................... 5
B. Kebebasan
Menjadi Salah Satu Faktor Penentu
Perilaku................ 5
1. Kebebasan Manusia...................................................................... 5
a. Bebas dalam faham negatif dan positif.................................. 5
b.
Tiga Macam Kebebasan.......................................................... 6
C.
Hubungan
Antara Kebebasan dan Tanggung Jawab......................... 6
1.
Kebebasan.................................................................................... 6
2.
Tanggung Jawab........................................................................... 7
BAB III PENUTUP............................................................................................... 8
Simpulan..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan taufiq,
hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Aspek-aspek pembentuk perilaku
an kebebasan sebagai salah satu faktor, kebesan dan tanggung jawab”.
Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sahabatnya,
keluarganya, serta segala umatnya hingga yaumil akhir.
Makalah
ini disusun guna menambah wawasan pengetahuan mengenai sumber-sumber ajaran
agama islam yang dijadikan sebagai pedoman hidup. Makalah ini disajikan sebagai
bahan materi dalam diskusi mata kuliah Metodologi Studi Islam STAIN Pekalongan.
Penulis
menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna.
Penulis sudah berusaha dan mencoba mengembangkan dari beberapa reverensi
mengenai sumber ajaran islam yang saling berkaitan. Apabila dalam penulisan
makalah ini ada kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan dan pembahasannya
maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir
kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca yang budiman. Amin yaa robbal ‘alamin.
Pekalongan, 25 September 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Didalam ajaran Islam, ahlak
mamiliki karakter yang khusus. Islam bukanlah agama takhayul yang mengajarkan
penganutnya untuk mengisolasi diri dari masyarakat umum. Islam juga bukanlah
agama yang mengatur masalah ritual balaka. Namun, Islam adalah yang mengajarkan
kepada para penganutnya untuk bermasyarakat secara Islami sehingga nilai-nilai
ditegakkan untuk mengaturnya.
Ahlak dalam ajaran Islam menyangkut seluruh sisi kehidupan Muslim dengan
sesama manusia, ahlak dalam mengelola
alam, dalam berhubungan dengan binatang, kegiatan ekonomi, dan dalam kahidupan
beragama. Setiap manusia terlahir kemuka bumi dengan kebebasannya, namun ia hanya
boleh menggunakan kebebasannya itu sepanjang tidak melanggar norma-norma dan
peraturan dalam ajaran Agama. Oleh karena itu,`dalam melakukan kebebasan perlu
adanya tanggunga jawab, karena kebebasan adalah syarat mutlak untuk tanggung
jawab.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa saja aspek-aspek pembentuk
perilaku ?
2.
Mengapa kebebasan menjadi faktor
penentu perilaku ?
3.
Apa keterkaitan antara kebebasan
dan tanggung jawab ?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
a.
Tujuan Umum
Secara
umum penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa tentang
perilaku dalam kebebasan dan tanggung jawab.
b.
Tujuan Khusus
·
Menjelaskan tentang aspek-aspek
pembentuk perilaku
·
Menjelaskan tentang kebebasan
yang menjadi faktor penentu perilaku
·
Menjelaskan tentang keterkaitan
antara kebebasan dan tanggung jawab
D.
Sistematika
Perumusan Makalah
Makalah ini ditulis menjadi tiga
bagian meliputi :
Bab I, bagian pendahuluan yang
terdiri dari: latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan sistematika
penulisan makalah;
Bab II, pembahasan;
Bab III, penutup yang terdiri dari
simpulan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Aspek-aspek Pembentuk Perilaku
Hidup ini hanya merupakan perantara suatu jalan untuk
mencapai tujuan akhir. Kehidupan manusia terdiri dari rangkaian perbuatan, yang
ada dibawah pengawasan manusia, hinggga ia hidup layak sebagaimana selayaknya derajat
manusia, perbuatan ini dinamakan tingkah laku. Tujuan hidup adalah
bertingkahlaku sedemikian rupa hingga kita dapat mencapai kebahagiaan sempurna.
Aspek-aspek yang mempengaruhi
pembentukan perilaku, di antaranya :
1.
Tingkah Laku Manusia
Tingkah laku manusia yaitu sikap yang
dimanifestasikan dalam perbuatan. Sikap seseorang boleh jadi tidak digambarkan
dalam perbuatan atau tidak tercermin dalam perilaku sehari-hari tetapi adanya
kontradiksi antara sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu, meskipun secara
teoritis hal itu terjadi tetapi dipandang dari sudut Islam termasuk iman yang
tipis.
Untuk melatih akhlakul karimah dalam
kehidupan sehari-hari, contoh yang dapat diterapkan yaitu:
·
Akhlak yang berhubungan dengan
Allah
·
Akhlak terhadap diri sendiri
·
Akhlak terhadap keluarga
·
Akhlak terhadap masyarakat
·
Akhak terhadap alam sekitarnya
2.
Insting dan Naluri
Menurut bahasa (etimologi) insting
berarti kemampuan berbuat pada suatu tujuan yang dibawa sejak lahir atau dalam
ilmu akhlak berati akal pikiran, merupakan pemuasan nafsu, dorongan-dorongan
nafsu dan dorongan psikologis. Menurut istilah, insting adalah suatu
kesanggupan untuk melakukan perbuatan yang tertuju kepada sesuatu pemuasan
dorongan nafsu atau dorongan batin yang telah dimiliki manusia maupun hewan
sejak lahir. Insting pada manusia dapat berubah-ubah dan dapat dibentuk secara
intensif.
Naluri merupakan asas tingkah laku
perbuatan manusia. Tingkah laku manusia sehari-hari dapat ditunjukan oleh
naluri sebagai pendorong. Contohnya tindakan makan ialah naluri lapar. Akal
dapat mengendalikan naluri sehingga terwujud perbuatan yang diputuskan oleh
akal. Hubungan naluri dan akal membentuk kemauan, kemauan melahirkan tingkah
laku. Nilai tingkah laku perbuatan menentukan nasib seseorang. Naluri yang ada
pada diri seseorang adalah takdir Tuhan.[1]
3.
Nafsu
Nafsu barasal dari bahasa arab ”afsun”
yang artinya niat. Nafsu ialah keinginan hati yang kuat. Nafsu merupakan
kumpulan dari kekuatan sahwat yang ada pada manusia. Hawa nafsu ini bergerak
dan berkuasa di dalam kesadaran. Nafsu memiliki kecenderungan dan keinginan
yang sangat kuat, ia mempengaruhi jiwa seseorang, inilah yang disebut hawa
nafsu.[2]
Di kalangan ahli tasawuf berpendapat,
bahwa nafsu ialah semua sifat tercela yang ada pada manusia dan mesti dikendalikan.
Nabi bersabda: Musuh yang paling berat di sisimu ialah nafsumu dan berada di
antara kedua punggungmu. Perasaan yang hebat dapat menimbulkan gerak nafsu
dan sebaliknya nafsu dapat menimbulkan akhlak baik dan akhlak buruk yang hebat,
adakalanya kemampuan berpikir dikesampingkan.
4.
Adat dan Kebiasaan
Adat menurut bahasa adalah aturan yang
lazim diikuti sejak dahulu. Kebiasaan ialah perbuatan yang dilakukan dengan
sendirinya, tetapi masih dipengaruhi oleh akal pikiran. Kebiasaan bisa timbul
karena ada dalam diri pribadi seseorang itu yang diawa sejak lahir. Kebiasaan
yang sudah melekat pada seseorang susah dihilangkan. Tetapi jika ada dorongan
yang kuat dalam dirinya untuk menghilangkan, ia dapat mengubahnya.
5.
Lingkungan
Lingkungan ialah ruang lingkup luar yang
berinteraksi dengan insan yang dapat berwujud benda-benda dan selain benda.
Lingkungan dapat memainkan peranan dan pendorong terhadap perkembangan
kecerdasan, sehingga manusia dapat mencapai taraf yang setingi-tinggginya dan
sebaliknya juga dapat merupakan penghambat yang menyekat perkembangan, sehingga
seseorang tidak dapat mengambil manfaat dari kecerdasan yang diwarisi.[3]
B.
Kebebasan Menjadi
Salah Satu Faktor Penentu Perilaku
1)
Kebebasan Manusia
Etika mempunyai objek material perilaku,
atau perbuatan manusia yang secara sadar. Etika tidak akan berguna tanpa
dilandasi sikap tanggung jawab. “Etika itu sendiri suatu perencanaan menyeluruh
yang mengaitkan daya kekuatan alam dan masyarakat dengan bidang tanggung jawab
manusiawi” (Van Peursen, 1976-193). Tanggungjawab hanya dapat dituntut apabila
ada kebebasan untuk memilih.
a)
Bebas dalam faham negatif
dan positif
Disebut bebas apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh suatu paksaan dari atau keterikatan kepada orang lain. Paham ini disebut paham negatif karena hanya dikatakan bebas dari apa, tetapi tidak ditentukan bebas untuk apa. Sedangkan bebas dalam arti positif yaitu bebas tidak hanya dari sesuatu melainkan juga untuk sesuatu.
Disebut bebas apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh suatu paksaan dari atau keterikatan kepada orang lain. Paham ini disebut paham negatif karena hanya dikatakan bebas dari apa, tetapi tidak ditentukan bebas untuk apa. Sedangkan bebas dalam arti positif yaitu bebas tidak hanya dari sesuatu melainkan juga untuk sesuatu.
Dikatakan
bebas apabila :
a.
Dapat menentukan sendiri
tujuan-tujuannya dan apa yang dilakukanya
b.
Dapat memilih antara
kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya
c.
Tidak dipaksa atau terikat untuk
berbuat sesuatu oleh kehendak orang lain
b)
Tiga macam kebebasan
Ø Kebebasan Jasmaniyah
Tidak adanya paksaan terhadap kemungkinan-kemungkinan kita untuk menggerakan badan kita. Jangkauan
kebebasan jasmaniyah ini ditentukan oleh kemampuan badan kita sendiri.
Ø Kebebasan Kehendak
Kebebasan untuk menghendaki sesuatu.
Jangkauan kebebasan kehendak adalah sejauh jangkauan kemungkinan untuk
berfikir, karena manusia dapat memikirkan apa saja, ia juga menghendaki apa
saja.
Ø Kebebasan Moral
Tidak adanya macam-macam ancaman, tekanan
larangan dan lain desakan yang tidak
sampai berupa paksaan fisik.
C.
Hubungan
Antara Kebebasan dan Tanggung Jawab
1.
Kebebasan
Kebebasan sebagaimana dikemukakan Ahmad
Charis Zubair adalah terjadi apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak
tidak dibatasi oleh suatu paksaan dari atau keterikatan kepada orang lain.
Paham ini disebut paham negatif, karena hanya dikatakan bebas dari apa, tetapi
tidak ditentukan bebas untuk apa. Kebebasan mengandung kemampuan khusus
manusiawi untuk bertindak yaitu dengan menentukan sendiri apa yang mau dibuat
berhadapan dengan macam-macam unsur. Manusia bebas berarti menusia yang dapat
menetukan sendiri tindakanya.[4]
Paham adanya kebebasan pada manusia di jelaskan pada beberapa ayat, yaitu:
Paham adanya kebebasan pada manusia di jelaskan pada beberapa ayat, yaitu:
فَلْيَكْفُرْ شَاءَ وَمَنْ فَلْيُؤْمِنْ شَاءَ
فَمَنْ رَبِّكُمْ مِنْ الْحَقُّ وَقُلِ
Katakanlah
kebenaran datang dari Tuhanmu. Siapa yang mau percayalah ia, siapa yang tidak
mau janganlah ia percaya. (QS. Al-kahfi, 18:29)
Buatlah
apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Ia melihat apa yang kamu perbuat. (QS.
Fushilat, 41:40)
Ayat-ayat tersebut dengan jelas
memberi peluang kepada manusia untuk secara bebas menentukan tindakanya
berdasarkan kemauanya sendiri.
2.
Tanggung Jawab
Selanjutnya kebebasan sebagaimana
disebutkan di atas itu ditantang jika berhadapan dengan kewajiban moral. Sikap
moral yang dewasa adalah sikap tanggung jawab. Tak mungkin ada tanggung jawab
tanpa ada kebebasan. Disinilah letak hubungan kebebasan dan tanggung jawab. Tanggung
jawab dalam kerangka akhlak adalah keyakinan bahwa tindakanya itu baik. Selain
itu tanggung jawab erat hubunganya dengan hati nurani atau instuisi yang ada
dalam diri manusia yang selalu menyuarakan kebenaran. Seseorang baru dapat
disebut tanggung jawab apabila secara instuisi perbuatanya itu dapat
dipertanggung jawabkan pada hati nurani dan kepada masyarakat pada umumnya.
Allah telah menjelaskan dalam ayat al-Qur’an :
Artinya:
tiap-tiap
diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya (QSl-Al-Mudatsir: 38)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS: Al-Anfaal ayat 27)
“KEBEBASAN” dan “TANGGUNG JAWAB” seolah-olah merupakan pengertian kembar.
Terdapat hubungan timbal balik antara dua pengertian ini, sehingga orang
menyatakan “manusia itu bebas” dan dengan sendirinya menerima juga “manusia
bertanggung jawab”. Sebaliknya jika kita bertolak dari pengertian tanggung
jawab, kita selalu turut memaksudkan juga kebebasan, tidak mungkin kebebasan
tanpa tanggung jawab dan tidak mungkin
tanggung jawab tanpa kebebasan.
Kebebasan adalah syarat mutlak untuk tanggung jawab, tanggung jawab adalah pertanggung jawaban
segala sesuatu yang disebabkan
olehnya. Tingkah laku yang didasarkan pada sikap, sistem nilai dan pola fikir
berarti tingkah laku berdasarkan kesadaran,
berarti bukan instinktif, terdapat makna kebebasan manusia yang merupakan objek
material etika.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Semua perbuatan-perbuatan yang baik dan yang buruk dapat dilihat dari
akhlaknya seseorang. Akhlaqul Mazdmumah merupakan perbuatan yang tidak terpuji
dan tidak diridhai Allah SWT, karena perbuatan-perbuatan tersebut merupakan
perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT dan tidak ada untungnya bagi manusia, dan
Etika
tidak akan berguna tanpa dilandasi sikap tanggung jawab.
Dengan demikian
perbuatan akhlak itu harus dilakukan atas kemauan sendiri bukan karena adanya
faktor paksaan dari orang lain.
Perbuatan seperti inilah yang diminta pertanggungjawabannya dari orang
yang melakukannya. Dan sinilah letak hubungan antara tanggung jawab dan akhlak.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, Muhammad Yatimin.2007. Studi Akhlak dalam Prespektif Islam.
Jakarta: Amzah
Amin, Achmad. 1975. Etika. Jakarta: NV Bulan Bintang
Bertens, K. 1999. Etika. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka
Nata, Abuddin.2011. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Zubair, Akhmad Charis.1987. Kuliah Etika. Jakarta: CV Rajawali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar