PUSAT-PUSAT PERADABAN
ISLAM DI DUNIA
Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah : Sejarah
Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Ghufron
Dimyati M.S.I
Disusun Oleh :
Ismawati :
2021113217
Saniatun Ni’mah :
2021113218
Kelas G
PRODI PAI
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN)
PEKALONGAN
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam
perkembangan penyebaran agama Islam tak lepas dari peran kota-kota di dunia
yang pernah dikuasai Islam pada masanya. Kota-kota tersebut terdapat peninggalan-peninggalan
Islam yang masih terjaga sampai saat ini misalnya: taman kota, masjid, istana
bahkan benteng dan lain-lain.
Dalam konteks
peradaban, Islam menampilkan peradaban baru yang esistensinya berbeda dengan
sebelumnya. Islam telah melahirkan revolusi kebudayaan dan peradaban. Meskipun
demikian pengaruh lokal adalah proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Akan
tetapi, pengaruh ini justru memperkaya peradaban Islam itu sendiri.
B.
RUMUSAN MASALAH
Kota-kota yang
menjadi pusat peradaban Islam:
1.
Mekkah.
2.
Madinah.
3.
Baghdad.
4.
Kairo (Mesir).
5.
Damaskus di Syiria.
6.
Kairawan.
7.
Isfahan di Persia.
8.
Delhi (India).
9.
Andalusia (Spanyol).
10.
Transoxania.
11. Aceh.
PEMBAHASAN
BAB II
A.
MAKKAH AL-MUKARRAMAH
Mekkah merupakan tempat lahirnya agama Islam, dimana Nabi Muhammad
lahir dan memperoleh wahyu Alquran di Kota Mekkah. Awalnya Mekkah merupakan pusat
peradaban jahiliyyah. Di kota ini juga
terdapat Ka’bah di Masjidil Haram yang
merupakan kiblat umat Islam dalam shalat. Makkah juga menjadi pusat kajian
ilmu-ilmu keagamaan, khususnya pusat kajian ilmu hadits dan fiqih. Dari Madina setelah kekuatan Nabi Muhammad dan
para sahabat menjadi besar beliau merebut kembali kota Makkah dengan cara
menaklukkan kota itu secara damai, pada tahun 8 H (630 M) yang dikenal Fathul
Makkah, yaitu terbukanya kota Makkah.[1]
Mekkah pada masa nabi muhammad lebih dititik beratkan pada menata
masyarakatnya pada aqidah. sedangkan untuk ilmu-ilmu lain banyak diterapkan di
Madinah. Mekkah menjadi pusat Keagamaan umat islam dunia. Mereka banyak
berdatangan ke Mekkah untuk Haji dan umroh. serta memperdalam ilmu agamanya[2]
B.
MADINAH AL-MUNAWWARAH
Kota Madinah
pada awalnya bernama Yatsrib, dari Madinah Nabi meneruskan perjuangan
menyabarkan agama Islam. Di Madinah selama 13 tahun nabi membina dan
mengembangkan masysrakat Islam. Bahkan di Madinah ini, Nabi membangun sistem
kehidupam bermasysrakat Islam yang dicita-cikannya.
Di kota ini
pula terdapat masjid Nabi yang terkenal dengan dengan nama Masjid Nabawi. Di
samping masjid dibangun ruangan tertutup untuk para fakir miskin kaum muslimin.
Masjid diberi pintu dua, yaitu pintu Aisyah dan pintu Atiqah. Pada zaman Rasul
dan para khulafaur rasyidin. Masjid Madinah menjadi kantor besar yang
didalamnya diurus segala urusan pemerintahan. Di kota iniNabi Muhammad
dimakamkan. Kota Madinah merupakan kota suci umat Islam setelah Makkah. Dari
kota ini lahir para ilmuwan muslin dan para ulama yang menghiasi kota Madinah
juga menjadi pusat kajian keilmuankeagamaan Islam, khususnya ilmu hadits, ilmu
fiqih, dan ilmu tafsir Alquran.[3]
Peradaban Madinah berkembang ketika nabi
muhammad datang ke Kota itu, dimana onta nabi muhammad berhenti disuatu bidang
lahan untuk pembangunan masjid Nabawi. Pada saat itu kaum muslimin melakukan
berbagai aktifitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, memutuskan suatu
perkara, jual eli maupun perayaan-perayaan. tempat ini menjadi faktor pemersatu
umat. Selanjutnya kota ini menjadi pusat kekhalifahan sebagai
penerus Nabi Muhammad. Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari kota ini
yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab,
dan Utsman
bin Affan. Pada masa Ali bin Abi Thalib pemerintahan
dipindahkan ke Kufah di Irak karena
terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman.
Secara
sistematik, proses peradaban yang dilakukan oleh nabi pada masyarakat islam di
yatsrib adalah:
- Nabi Muhammad mengubah nama dari yasrib menjadi Madinah Al-munawarah. Perubahan nama itu bukan secara kebetulan, perubahan itu menggambarkan cita-cita nabi Muhammad Saw. yaitu membentuk suatu masyarakat yang tertib dan maju dan berperadaban.
- Membangun masjid bukan sebagai tempat ritual saja, tapi juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawaah dalam merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid juga sebagai pusat pemerintahan.
- Nabi muhammad membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan) yang mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar
- Membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama islam
- Membentuk tentara untuk mengantisipasi gangguan yang dilakukan musuh.
Hubungan
antara muslim dengan muslim lainya berdasarkan piagam madinah terdapat 5
prinsip
i)
bertetngga baik
ii)
saling membantu
iii)
membela yang dianiyaya
iv)
saling menasehati
v)
menghormati kebebasan agama[4]
C.
BAGHDAD
Menurut cerita rakyat, daerah ini sebelumnya adalah tempat
peristirahatan Kisra Anusyirwan, seorang raja Persia yang masyhur, di musim
panas. Baghdad sendiri mempunyai arti “Taman Keadilan”. Masa keemasan Kota
Baghdad terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al- Rasyid (786- 806 M)
dan Al-Ma’mun (813-833 M).Peradaban yang dicapai pada masa Khalifah Al- Manshur
diantaranya pada pembangunan fisik, dengan mendesain kota ini berbentuk bundar,
yang di sekililingnya dibangun dinding tembok yang besar dan tinggi. Di sebelah
luar dinding tembok digali parit besar yang berfungsi sebagai saluran air dan
sekaligus sebagai benteng. Disediakannya empat buah pintu gerbang di sekitar
kota ini untuk setiap orang yang ingin memasuki kota ini. Keempat pintu gerbang
itu adalah Bab al- Kufah yang terletak di sebelah barat daya, Bab al-
Syam di barat laut, Bab al- Bashrah di tenggara, dan Bab al-
Khurasan di timur laut. Di masing-masing pintu gerbang di bangun 28 menara
untuk tempat pengawal negara yang mengawasi keadaan di luar. Terdapat tempat
peristirahatan dengan ukiran indah dan menyenangkan pada setiap pintu gerbang
bagian atas.
Baghdad didirikan pada tahun 762M oleh khalifah Al-Manshur dari
Dinasti Abasiyah. Satu tim ahli dibentuk untuk memilih sebuah bidang tanah yang
cukup luas, yang terletak antara Sungai Tigris dan Sungai Euftar. istana
khalifah terletak di tengah-tengah kota Baghdad dengan gaya seni arsitektur
Persia, yang dikenal dengan Al-Qashr Az-Zahabi (Istana Emas). Istana ini
dilengkapi dengan bangunan masjid, tempat pengawal istana, polisi dan tempat
tinggal putra-putri serta keluarga khalifah.Kota Baghdad menjadi lebih masyhur lagi karena perannya sebagai pusat
perkembangan peradaban dan kebudayaan islam di dunia setelah masa Al-Manshur.
Banyak buku filsafat yang sebelumnya dipandang sudah mati, yang kemudian
dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah Al-
Ma’mun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu ilmu pengetahuan
yang bernama Bait Al-Hikmah. Banyak para ilmuwan dari berbagai daerah
datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan.[5]
Sejak
berdirinya Baghdad sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu
pengetahuan dalam Islam. Dari baghdad lahir karya-karya sastra indah
diantaranya Alfu Lailah wa Lailah (1001 malam). Dan juga para ilmuwan,
ulama, filsuf, dan sastrawan diantaranya: Al-Khawarizmi ( tokoh astronomi,
matematika, penemu al jabar), AL-Kindi (filsuf arab pertama), Al-Farabi (filsuf
besar), Ar-Razi (filsuf, ahli fisika, dan kedokteran), Imam Al-Ghazali (ilmuwan
dan ulama ternama), Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani (pendiri tarekat Qadariyah).Pada
masa Abbasiyah di kota Baghdad juga berdiri akademik dan sekolah tinggi.
Perguruan tinggi yang terkenal adalah An-Nizhamiyah, didirikan oleh
Nizamul Mulk (5H) dan perguruan Al-Mustanshiriyah yang didirikan oleh
khalifat Al-Muntashir Billah (7H).
Karena serangan
bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M kota ini hancur
berantakan. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang oleh pasukan Timur Lenk, tahun
1508 M dihancurkan oleh tentara Kerajaan Safawi.[6]
D.
KAIRO (MESIR)
Setelah panglima
Jauhar As-Siqili menduduki Mesir pada tahun 358 H, Jauhar As-Siqili memulai
pembangunan kota baru untuk mendaji ibu kota Dinasti Fathimiyah. Kota ini
mula-mula diberi nama “Manshuriyah” dinisbatkan kepada Mansur Al-Mu’iz
Lidinilah. Setelah Mu’iz sendiri sampai di Mesir namanya diubah menjadi
Qahiriyah Mu’iziyah. Wilayah Dinasti Fathimiyah meliputi Afrika Utara, Sicilia,
dan Syiria.
Kota Kairo
mengalami puncak kejayaan pada masa Shalahuddin Al-Ayyubi. Dinasti Fathimiyah
dapat ditumbangkan oleh dinasti Ayyubiyah yang didirikan oleh Salahuddun
Al-Ayyubi seorang pahlawan dalam perang salib. Shalahuddin tetap mempertahankan
lembaga-lembaga ilmiyah yang didirikan oleh Dinasti Fathimiyyyah tetapi
mengubah orientasi keagamaannya dari Syi’ah menjadi Ahlus Sunnah. Kekuasaaan
Dinasti Ayyubiyah di Mesir di teruskan oleh Dinasti Mamalik. Dinasti ini
mampumempertahankan pusat kekuasaannya dari serangan bangsa Mongol dan bahkan
dapat mengalahkantentara Mongol di Ain Jalut di bawah pimpinan Baybars yang
berkuasa dari tahun 1260-1277 M. Pada
tahun 1517 M, Dinasti Mamalik dapat dikalahkan oleh Dinasti Usmani di Turki dan
sejak itu Kairo hanya dijadikan sebagai Ibukota provinsi Kerajaan Usmani.[7]
Bentuk kota Kairo ini hampir merupakan segi empat. Di
sekelilingnya dibangun pagar tembok besar dan tinggi, yang sampai
sekarang masih ditemui peninggalannya. Pagar tembok ini memanjang dari
Masjid Ibn Thulun sampai ke Qal’at Al- Jabal, memanjang dari Jabal Al-Muqattam
sampai ke tepi Sungai Nill.Setelah pembangunan kota Kairo rampung lengkap
dengan istananya, Jauhar As-Saqili mendirikan Masjid Al-Azhar, 17 Ramadhan 359
H/970 M. Masjid ini berkembang menjadi sebuah universitas besar yang sampai
sekarang masih berdiri megah. Nama Al-Azhar diambil dari Al-Zahra’, julukan Fathimiah,
puteri Nabi Muhammad SAW dan istri ‘Ali ibn Abi Thalib, Imam pertama Syi’ah.
Dalam pemerintahannya Al-Mu’iz melaksanakan tiga kebijaksanaan besar,
yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi
beragama. Dalam bidang administrasi, beliau mengangkat seorang wazir untuk
melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Dalam bidang ekonomi, beliau memberi gaji
khusus kepada tentara, personalia istana, dan pejabat pemerintahan lainnya.
Dalam bidang agama, di Mesir diadakan empat lembaga peradilan, dua untuk
Madzhad Syi’ah dan dua untuk Madzhab Sunni.
Pada masa Al-Aziz menggunakan program baru dengan mendirikan masjid-
masjid, istana, jembatan, dan kanal- kanal baru. Pada masa Aziz Billah dan
Hakim Bianrillah, terdapat seorang mahaguru bernama Ibn Yunus menemukan
pendulum dan ukuran waktu dengan ayunannya. Karyanya Zij Al-Akbar Al-Hakimi
diterjemahkan ke berbagi bahasa. Beliau meninggal pada tahun 1009 M kemudian
penemuan- penemuannya diteruskan oleh Ibn Al-Nabdi (1040) dan Hasan Ibn
Haitham, seorang astronom dan ahli optika, yang tersebut terakhir ini menemukan
sinar cahaya datang dari objek ke mata dan bukan keluar dari mata lalu mengenai
dunia luar.
Pada masa Al-Hakim
(996-1021 M) didirikan Bait Al-Hikmah, terinspirasi dari lembaga yang sama yang
didirikan oleh Al-Makmun di Baghdad. Di lembaga ini banyak sekali koleksi
buku-buku. Lembaga ini juga merupakan pusat pengkajian astronomi, kedokteran,
dan ajaran-ajaran islam terutama Syi’ah. Pada masa-masa selanjutnya, Dinasti
Fathimiah mulai mendapat gangguan-gangguan politik. Akan tetapi Kairo tetap
menjadi sebuah kota besar dan penting. Ketika jayanya, di Kairo telah memiliki
kurang lebih 20.000 toko milik khalifah. Kafilah-kafilah, tempat-tempat
pemandian dan sarana umum lainnya telah didirikan oleh khalifah. Istana
khalifah dihuni 30.000 orang, 12.000 orang diantaranya adalah pembantu dan
1.000 pengawal berkuda.[8]
E.
DAMASKUS DI SYIRIA
Damaskus pada
zaman sebelum Islam adalah ibu kota Kerajaan Romawi Timur di Syiria. Damaskus merupakan kota lama yang dibangun kembali dalam zaman daulah Bani
Umayyah dan dijadikan ibu kota negara sejak pemerintahan Muawiyyah bin Abi
Sufyan, khalifah pertama Bani Umayyah. Di kota Damaskus banyak didirikan
gedung-gedung yang indah, yang berniali seni, disamping kotanya sendiri
dibangun sedemikian rupa teratur dan indahnya, dengan jalan-jalan yang lebih
rimbun, kanal-kanal yang bersimpang siur berfungsi sebagai jalan dan pengairan,
taman-taman rekreasi yang menakjubkan.Di Damaskus terdapat Masjid Damaskus yang
megah dan agung, masjid ini dibangun oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik
dengan arsiteknya Abu Ubaidah bin Jarrah. [9]
F.
KAIRAWAN
Kairawan
merupakan kota baru yang terletak di Afrika Utara. Kota ini dibangun pada masa
Dinasti Umayyah. Sesuai dengan kota-kota Islam yang lain, Kairawan dibangun
dengan gaya arsitektur Islam, yang dilengkapi dengan berbagai gedung, masjid,
taman, daerah perdagangan, daerah industri, daerah militer dan sebagainya.
Di kota
Kairawan terdapat Masjid Kairawan yang dibangun pada masa Khalifah Hisyam bin
Abdul Malik oleh Aqabah, gubernur Afrika Utara. Masjid ini adalah Masjid yang
termasyhur. Berkali-kali masjid ini mengalami perbaikan dan perlebaran oleh
para gubernur yang silih berganti menjabat, sehingga akhirnya menjadi satu
muslimin di Afrika Utara, terutama dengan kubahnya yang terkenal dengan
“Qubatul Bahwi”. Kota Kairawan kemudian
menjadi kota internasional, karena didalamnya berdiam bangsa-bangsa Arab,
Barbar, Persia, Romawi, dan lain-lain. Kairawan juga merupakan kota ilmu,
disamping sebagai kota militer.[10]
G.
ISFAHAN DI PERSIA
Kota Isfahan merupakan ibu kota kerjaan
Safawi. Kota Isfahan merupakan tua yang didirikan oleh Yazdjird yang merupakan
Raja Persia. Kota Isfahan ini dikuasai Islam tahun 19H/640 M pada masa Umar bin
Khattab. Kota ini terletak diatas Kota Zanndah, dan diatasnya membenteng 3 buah
jembatan yang megah dan indah. Pada tahun 625 H/1228M terjadi pertempuran besar
di Isfahan, ketika tentara Mongol menyerbu negri-negri Islam dan menjadikan
Isfahan sebagai salah satu bagian wilayah kekuasaaan Mongol itu. Ketika Timur
Lenk menyerbu negri-negri Islam pada tahun 790H /1388 M, kota Isfahan ikut
jatuh dibawah kekuasaan Timur Lenk
setelah itu, kota Isfahan dikuasai oleh kerajaan Turki Usmani pada tahun 955
H/1548 M. Pada tahun 1134 H/ 1721 M terjadi pertempuran antara Husain Shafawi
dengan Mahmud Al-Afghani, yang mengakhiri riwayat kerajaan Shafawi. Di kota ini
berdiri bangunan-bangunan indah seperti istana, sekolah-sekolah, masjid-masjid,
menara, pasar, dan rumah-rumah dengan ukuran arsitektur yang indah.[11]
H.
ISTANBUL DI TURKI
Kota istanbul merupakan Ibu kota kerajaan Turki Usmani.
Awalnya merupakan ibu kota kerajaan Romawi Timur dengan nama Konstantinopel.
Konstantinopel sebelumnya sebuah kota bernama Bizantium, kemudian diganti
dengan nama Kontsantipel oleh kaisar Constantin, kaisar Romawi Timur.
Konstantinopel jatuh ke tangan Islam pada masa Dinasti Turki Usmani dibawah
pimpinan Sultan Muhammad II yang bergelar Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453,
dan di jadukan ibukota kerajaan Turki Usmani.
Oleh Sultan Muhammad Al-Fatih, kota Konstantinopel yang
artinya kota Constantin, di ubah namanya menjadi Istanbul yang artinya kota
Islam. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar Eropa Timur, Asia kecil,
dan Aftika Urata. Bahkan daerah-daerah yang lebih jauh juga mengakui kekuasaan
Istanbul. Dalam bidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun membuktikan
kemajuannya. Masjid merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum
Muslimin menjalankan kewajiban ibadahnya. Gereja Aya Sophia, setelah
ditaklukkan kaum Muslimin diubah menjadi masjid Agung yang terpenting di
Istanbul. Pengaruh jatuhnya Kontantinopel besar sekali bagi Turki Usmani. Kota
tua itu adalah pusat kerajaan Bizantium yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan
dan menjadi pusat agama Kristen ortodoks.
Istanbul merupakan pusat peradaban Islam pada masa kekuasaan
Turki Usmani yang terpenting bukan karena keindahan kota akan tetepi, karena di
kota bekas pusat kekuasaan Romawi Timur terdapat pusat-pusat kajian keilmuan
yang mendorong puncak kejayaan peradaban umat Islam.[12]
Setelah Muhammad Al-Fatih menjadikan Istambul sebgai ibu kota kerajaan
Turki Usmani, beliau melakukan penataan hal-ihwal orang-orang Kristen
Yunani(Romawi). Dalam penataan tersebut beliau tetap memberikan kebebasan
kepada pihak gereja, seperti yang dilakukan para pendahulunya dan mengakui
agama lain sesuai dengan ajaran islam yang menghormati keyakinan suatu agama.
Penduduk Istanbul memang heterogen dalam bidang agama. Menurut sensus tahun
1477, penduduk Istanbul berdasarkan agama adalah sebagai berikut: Muslim 8951
rumah tangga (60 %), penganut Kristen Ortodoks (Yunani) 3151 rumah
tangga( 21,5%), Yahudi 1647 rumah tangga (11%), lain-lain 1054 rumah tangga
(7,5% ).
Sebagai ibu kota, di sinilh tempat berkembangnya kebudayaan Turki yang
merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Bangsa Turki Utsmani banyak
mengambil ajaran etika dan politik dari bangsa Persia. Sebagai bangsa berasal
dari Asia Tengah, Turki memang suka berasimilasi dan senang bergaul dengan
bangsa lain. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan, kebudayan Bizantium
banyak mempengaruhi kerajaan Turki Utsmani ini. Namun, jauh sebelum mereka
berasimilasi dengan bangsa-bangsa tersebut, sejak pertama kali mereka masuk
islam bngsa Arab sudah menjadi guru mereka dalam bidang agama, ilmu,
prinsip-prinsip kemasyarakatan dn hukum. Huruf Arab dijadikn huruf resmikerajaan.
Kekuasaan tertinggi memang berada di tangan Sultan, tetapi roda pemerintahan
dijalankan oleh Shadr Al-A’zham (Perdana menteri) yang berkedudukan di ibu
kota. Jabatan-jabatan penting, termasuk perdana menteri, seringkali justru
diserahkan kepada orang-orang asal Eropa, dengan syarat menyatakan diri secara
formal masuk islam.
Dalambidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun di sana membuktikan
kemajuannya. Masjid memang merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat
kaum muslimin mendapat fasilitas lengkap untuk menjalankan kewajiban agamanya,
Gereja Aya Sophia, setelah penaklukan diubah menjadi sebuah masjid agung yang
terpenting di Istambul. Gambar-gambar makhluk hidup yang ada sebelumnya
ditutup, mihrab didirikan, dindingnya dihiasi dengan kaligrafi yang indah, dan
menara-menara dibangun. Masjid-masjid penting lainnya adalah Masjid Agung
Al-Muhammadi atau Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Abu Ayyub
Al-Anshari (tempat penaklukan para Sultan Utsmani), Masjid Bayazid dengan gaya
Persia, dan Masjid Sulaiman Al-Qanuni.
Di samping masjid, para
sultan juga mendirikn istana-istana dan vila-vila yang megah, sekolah, asrama,
rumah sakit, panti asuhan, penginapan, pemandian umum, pusat-pusat Tharekat,
dan lain- lain. Rumah-rumah dan vila yang mewah juga dimiliki oleh
pedagang-pedagang kaya. Istana dan vila biasanya dilengkapi dengan taman dan
tembok di sekelilingnya. Jalan- jalan yang menghubungkan antara satu daerah
dengan daerah lain, terutama dengan ibu kota dibangun.[13]
I.
DELHI (INDIA)
Delhi merupakan ibukota kerajaan Islam India sejak tahun
608 H/1211 M. Sebagai ibukota kerajaan Islam Delhi menjadi pusat kebudayaan dan
peradaban Islan dianak benua India. Delhi terletak di sebalah sungai Jamna.
Mula-mula Delhi dikuasai islam, ditaklukkan oleh Quthb Ad-Din Aybak. Tahun 602
H/ 1204 M oleh Quthb Ad-Din Aybak dijadikan ibukota kerajaan Islam Mongol.
Zhahiruddin Babur raja Dinasti Mongol pertama, merebut Delhi dari tangan
Dinasti Lodi. [14]
Sebelum Islam masuk kesana, Delhi berada di
bawah kekuasaan keturunan Johan Rajput. Dinasti Mamluk ini berkuasa sampai
tahun 689 H(1290), kemudian diganti oleh dinasti Khaji (1296-1326M), kemudian
diganti oleh dinasti Tughlug (1320-1413M). Setiap dinasti Islam memperluas kota
itu dengan mendirikan “kota-kota” baru di Delhi semula, yaitu kota yang berada
di dalam benteng Lalkot. Delhi sekarang mencakup semua kota-kota baru itu.
Semuanya dikenal sebagai ”Tujuh Kota Delhi”. Dinasti Mamluk memperluas tembok
kota Hindu dengan apa yang dikenal kota Kil’a Ray Pithora. Inilah kota pertama
dari tujuh kota Delhi tersebut. Sementara itu Dinasti Khalji menambah bangunan
Masjid dengan atap yang indah dan beberapa menara lagi. Kesebelah barat,
dinasti ini memperluas benteng Lalkot yang lama dengan maksud mempertahankan
kota dari serangan bangsa Mongol. Dengan demikian ia memindahkan ibukota ke
Siri, sekitar 2 km. Inilah kota yang kedua. Di dalam kota, dinasti ini
mendirikan sebuah istana megah tersendiri.
Pada dinasti Tughlug, raja pertama mendirikan
Tughlughabad, kota sekitar 8 km di sebelah timur Kil’a Ray Pithora, yang
kemudian dijadikan sebagai pusat pemerintahan Pada tahun 730 H/1320 M. Di
tengah kota didirikan masjid, perumahan, perkantoran, dan jalan-jalan yang
dikelilingi oleh benteng yang kuat. Muhammad Ibn Tughlug juga melaksanakan
sebuah proyek raksasa, yaitu mendirikan Adilabad yang kemudian dikenal dengan
kota Jahanpah. Hal yang sama juga dilakukan oleh Fairuz Tughlug dengan
mendirikan kota fairuzabad, sekita 3 km disebelah barat laut kota yang kemudian
dikenal dengan Syahjahanabad. Setelah Delhi dihancurkan tentara Timur Lenk,
kekuasaan raja-raja yang berkedudukan di Delhi merosot tajam. Ketika itulah
dinasti Lodi mengambil kota agra sebagai ibu kota, sementara Delhi menjadi kota
yang kurang penting[15]
Kota Agra itu pula
untuk pertama kalinya menjadi ibu kota kerajaan Mongol, ketika Zhahiruddin
Babur mengalahkan dinasti Lodi. Raja mongol Syah Jehan (1628-1658) mendirikan
kota Syahjahanabad. Syah Jehan mendirikan monumen yang sangat bersejarah yang
sangat indah dan menjadi salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia, yaitu Taj
Mahal, sebuah monumen untuk mengenang istri tercintanya Mumtaz Mahal.[16]
Setiap
dinasti Islam uang berkuasa di India dan menjadikan Delhi sebagai ibu kotanya,
seakan-akan mereka berlomba-lomba untuk membangun dan memperindah Istana,
Benteng, Masjid, Madrasah dan Makam. Di Delhi dan sekitarnya banyak berdiri
Makam-makam megah, bukan saja makam penguasa islam tetapi juga makam-makam para
Wali. Kalau saja Timur Lenk tidak menghancurkan kota Delhi, tentu akan banyak
sekali bangunan mewah dan indah yang dapat disaksikan. Delhi islam yang dapat
kita saksikan sekarang adalah Delhi yang hanya dibangun oleh kerajaan Mughal.[17]
J.
ANDALUSIA (SPANYOL)
a.
Cordova
Cordova adalah
kota lama yang dibangun kembali dengan gaya Islam. Dari kota ini lahirlah
filsuf Ibnu Rusyd (Averros). Kota ini pertama kali dimasuki Islam pada tahun
711 M oleh pasukan Islam dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ketika Abdurrahman
Ad-Dakhil masuk ke Andalusia, telah menjadikan Cordova sebagai ibu kota dan
kota yang indah. Ia menciptakan taman dengan dipenuhi tuffah (apel) dan pohon
delima. Semasa pemerintahan Abdurrahman An-Nasir, Cordova diperindah dan
diperluas. Pada masanya terdapat pula Universitas Cordova yang dijadikan satu
dengan Masjid Cordova, pada saat itu Cordova menjasi kota budaya di daratan
Eropa. Cordova, Konstantinopel dan Baghdad merupakan tiga pusat kebudayaan
dunia.[18]
Sebagai ibu kota pemerintahan, Cordova di masa bani Umayyah mengalami
perkembangan yang pesat. Banyak bangunan-bangunan baru yang didirikan seperti
Istana dan Masjid-masjid. Kota ini diperluas dengan memperbesar tembok yang
mengelilinginya. Sebuah jembatan dengan gaya arsitektur Islam yang mempunyai 16
lengkungan dalam gaya romawi, menghubungkan Cordova dengan daerah pinggiran
diseberang sungai. Disebelah barat jembatan itu berdiri Istana al Caza.
Perkembangan kota ini mencapai puncaknya pada abd. Al-Rahman al-Nashir
dipertengahan abad ke-10 M. Pada masa pemerintahan Islam Cordova terkenal juga
sebagai pusat kerajinan barang-barang dari perak, sulaman-sulaman dari sutra
dan kulit yang mempunyai bentuk husus. Pada tahun 1236 M. Cordova direbut oleh
tentara kristen dibawah pimpinan Ferdinand III dari castila. Setelah itu,
supremasi islam di Spanyol mulai mengalami zaman kemunduran.
Pada masa pemerintahan bani Umayyah di Spanyol, Cordova menjadi pusat
ilmu pengetahuan. Di kota ini berdiri Universitas Cordova. Banyak ilmuwan dari
dunia Islam bagian timur yang tertarik untuk mengajar di Universitas ini.
Disamping itu, di kota ini juga terdapat sebuah perpustakaan besar yang
mempunyai koleksi buku kira-kira 400 judul. Daftar sebagian dari buku-buku itu
terkumpul dalam 44 jilid buku besar. Kemajuan ilmu pengetahuan disana tidak
dapat terlepas dari dua orang Kholifah pencinta ilmu yaitu, Abd. Al-Rahman
al-Nashir dan anaknya al-Hakam. Yang disebut terakhir ini memerintahkan
pegawainya untuk mencari dan membeli buku-buku ilmu pengetahuan, baik klasik
maupun kontemporer. Bahkan, ia ikut langsung dalam pengumpulan buku itu. Ia
menulis surat kepada penulis-penulis terkenal untuk mendapat karyanya dengan
imbalan yang tinggi. Pada masanya lah tercapai apa yang dinamakan masa keemasan
ilmu pengetahuan dan sastra di Spanyol Islam.
Cordoba telah menghasilkan banyak ulama untuk kita dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan seperti Ibnu Abdil Barr, Ibn Hazm az-Zhahiri, Ibnu Rusyd,
az-Zahrawi, al-Idrisi, al-Abbas bin Farnas, al-Qurthubi dan lainnya.Cordoba
tetap dalam keunggulan seperti ini dibandingkan dengan kota-kota lain di
Spanyol hingga runtuhnya masa dinasti Umayyah pada tahun 404 H atau 1013 M,
ketika tentara Barbar memberontak dan menggulingkan kekhilafahan. Mereka
menghancurkan istana-istana para Khalifah, meluluhlantahkan kota serta merampas
keindahannya. Sejak saat itu padamlah sinar kemajuan di kota tersebut dan
pindah ke kota selanjutnya, Asybiliah (Sevilla).
Masjid Jami’ terhitung sebagai satu karya besar dalam bidang seni
bangunan yang didirikan pada masa Abdurrahman ad-Dakhil. Dan Masjid Cordoba
tetap eksis hingga sekarang ini dengan seni dan artefak ala Islam lengkap
dengan mihrab-mihrabnya. Akan tetapi sekarang telah berubah fungsi menjadi
Gereja Katedral setelah Cordoba berhasil ditaklukkan dan setelah dirombak
dengan membuang banyak kubah serta ornamen keislamannya.Sekalipun demikian,
Masjid ini mampu mempertahankan sebagian keunggulannya, hingga jatuh ke tangan
Fernando III pada tanggal 23 Syawwal 633 H.. Kaum muslimin dipaksa
meninggalkannya dan usailah sudah lembaran kebudayaan kaum muslimin yang luar
biasa, berlangsung selama 5 abad di kota tersebut.
b.
Granada
Kota Granada terletak ditepi sungai genil di kaki gunung Sierra Nevada,
berdekatan dengan pantai laut mediterania (Laut Tengah). Kota ini berada
dibawah kekuasaan Islam hampir bersamaan dengan kota-kota lain di Spanyol yang
ditaklukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad dan
Musa bin Nushair tahun 711 M. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol,
kota ini disebut Andalusia Atas.
Pada masa itu, Granada mengalami perkembangan pesat. Setelah Bani
Umayyah mengalami kemunduran, tahun 1031 M, dalam jangka 60 tahun, Granada
diperintah oleh Dinasti Zirids. Setelah itu, Granada jatuh kebawah pemerintahan
Al-Mubarithun, sebuah dinasti barbar di Afrika Utara pada tahun 1090-1149 M.
Sejak abad ke13, Granada diperintah oleh Dinasti Nasrid selama lebih kurang 250
tahun. Granada terkenal dengan tembok dan 20 menara mengitarinya.Pada masa
pemerintahan Muhammad V (1354-1391 M), Granada mencapai puncak kejayaannya,
baik dalam bidang arsitektur maupun dalam bidang politik. Pada tahun 1492, kota
ini jatuh ke tangan penguasa Kristen, raja Ferdinand dan Issabela. Selanjutnya,
tahun 1610 M orang-orang Islam diusir dari kota ini oleh penguasa Kristen.[19]
Granada merupakan
kota besar di Andalusia, yang pernah menjadi kebanggaan kaum muslimin
Andalusia. Kebesaran kota Granada terlihat pada peninggalannya yang berupa
istana Alhambra yang didirikan oleh Muhammad bin Al-Ahmar dari Dinasti Ahmar.
Granada menjadi kota terbesar ke lima di Spanyol.
Pada masa
pemerintahan Dinasti Umayyah Granada mengalami perkembangan pesat. Granada
dikelilingi oleh tembok, adapun penduduknya terdiri dari campuran berbagai
bangsa terutama bangsa Arab, Barbar dan Spanyol yang menganut tiga agama besar
Islam, Kristen dan Yahudi.[20]
c.
Sevilla
Kota Sevilla dibangun pada masa Dinasti Al-Muwahhidin. Kota
ini pernah menjadi ibu kota Andalusia. Semuala kota ini adalah rawa-rawa, pada
masa Romawi kota ini bernama Romula Agusta kemudian berubah menjadi Hispah
sebelum menjadi Asyibiliyah. Sevilla berada di bawah kekuasaan Islam, kurang
lebih selama 500 tahun, tidak heran jika banyak dijumpai sisa-sisa peninggalan
seni dan budaya Islam. Salah satu bangunan kebanggaan umat Islam kini telah berubah dari masjid
besar menjadi gereja yaitu Santa Maria de la Sede.[21]
K.
TRAMSOMANIA
1.
Samarkand
Samarkand berada
di sebelah sungai As-Saghad. Riwayat tentang kota Samarkand yang tertua
disebutkan dalam berita-berita tentang peperangan-peperangan Iskandar Zulkarnain.
Dalam beberapa catatan disebutkan bahwa kota Samarkand beberapa kali diduduki
oleh Iskandar ketika ia dan pasukannya berperang melawan Spitamenes. Akan
tetapi, menurut riwayat-riwayat tertua dalam bahasa Arab, Iskandarlah yang
mendirikan kota Samarkand.
Di Samarkand
terdapat makan terkenal yang masih sangat dihormati dan dikunjungi orang, yaitu
makan Qasim bin Abbas, yang dipandang sebagai pembawa agama Islam ke negri ini
pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Di Samarkand juga terdapat malam ulama
theology terkenal yaitu Abu Mansur Al-Maturidi yaitu pendiri aliran Maturidiyah
penopang paham Ahlus Sunnah. Salah seorang walisongo yaitu Maulana Malik
Ibrahin juga disebutkan konon berasal dari daerah Samarkand, karena ia berasal
dari keturunan Ibrahim As-Samarkandi yang kemudian di Jawa dikenal dengan
sebutan Ibrahim Asmarakandi.[22]
2.
Bukhara
Bukhara
diperkirakan sudah ada sebelum Islam, kota ini sudah ada ketika Iskandar
Zulkarnaian datang ke sana. Pengaruh Persia sangat menonjol pada
bangunan-bangunan kuno. Demukian pula pengaruh Cina. Sebelum Islam datang ke
Bukhara penganut agama Budha cukup banyak. Berulang kali umat Islam mengadakan
ekspedisi ke wilayah Bukhara ini, akan tetapi mengalami kegagalan. Barulah pada
masa Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad menyerahkan urusan pemerintahan
ke Samarkand dan Bukhara. Di kota ini terdapat makam yang dihormati dan menjadi
tempat ziarah umat Islam, yaitu Makan Baharuddin An-Naqsyabandi, seorang
pendiri aliran dalam bidang sufistik, yaitu tarekat Naqsyabandiyah. Di samping
itu dari kota Bukhara lahir ulama hadits terkenal yaitu Imam Bukhori yang
menulis kitab Shahih Bukhari. Kota Bukhara dikenal sebagai pusat ilmu-ilmu
keagamaan Islam. Transoxania pernah dihancurkan oleh Jenghiz Khan dan dibangun
kembali oleh Timur Lenk dan dijadikan ibu kota kerajaannnya.[23]
L.
ACEH
Aceh mewakili
pusat dunia Islam di Asia Tenggara. Pada masa kejayaannya Aceh merupakan pusat
peradaban di wilayah dunia Islam bagia Timur, yaitu Asia Tenggara. Bahkan aceh
merupakan pintu transmisi jalur perjalanan penyebaran agama Islam ke seluruh
wilayah, Aceh terkenal dengan sebutan Serambi Mekah. Aceh merupakan pintu
gerbang masuknya Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Di Aceh pernah berdiri
kerajaan-kerajaan Islam yang pertama, yaitu kerajaan Peurlak, Kerajaan Samudra
Pasai dan Kerajaan Aceh Darussalam.
Beberapa ulama
Aceh yang terkenal dengan karya-karyanya adalah Nuruddin Ar-Raniri, Hamzah
Fansuri, Abdurrauf Singkel, Syamsuddin Sumatrani, dll. Aceh juga merupakan kekuatan yang sangat ditakuti
semasa penjajahan belanda, karena Aceh memiliki kekuatan yang sangat dahsyat
dalam menghadapi penjajahan Belanda.[24]
PENUTUP
KESIMPULAN
Peradaban-peradaban
islam yang telah di alami di daerah uang menjadi pusat-pusat peradan Islam di
dunia Islam memiliki kontribusi besar dalam berbagai bidang seperti: pendidikan
dan ilmu pengetahuan, politik dan pemerintahan, ekonomi, arsitektur. Peradaban
dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan Kota Baghdad memiliki perpustakaan
yang dipenuhi dengan beribu-ribu ilmu pengetahuan yang bernama Bait
Al-Hikmah, Perguruan Mustanshiriyah, serta para ilmuwan yaitu Al-
Khawarizmi, Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Abu Hanifah, Syafi’i, Ahmad ibn
Hambal, Al- Ghazali, Abd Al-Qadir Al-Jilani, Ibn Muqaffa’, dan lain-lain.Peradaban
dalam bidang politik dan pemerintahan di Kairo dengan pelaksanaaan tiga
kebijaksanaan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan
ekonomi, dan toleransi beragama.
Kota-kota
yang menjadi pusat pemerintahan Islam terdapat masjid-masjid yang menjadi bukti
kota itu menjadi pemerintahan Islam. Dan membuktikan bahwa Islam sangatlah kuat
pada masanya dengan bukti kota-kota besar di Eropa bisa dikuasai Islam bahkan
menjadi pusat ilmu pengetahuan, ekonomi, arsitektur dan politik
DAFTAR PUSTAKA
Supriadi,Dedi,2008.
Sejarah Peradaban Islam, Bandung:
Pustaka setia.
Yatim,Badri.2003. Sejarah Peradaban Islam,Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
[1]Samsul Munir, Sejarah
peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm 281-282
[2]Dedi Supriadi. Sejarah Peradaban Islam,
(Bandung: Pustaka setia, 2008) hlm 63
[3]Samsul Munir., Op.
Cit., 282-284
[5]Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 277-281
[6] Samsul Munir., Op. Cit., hlm 285
[8]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2003) hlm.281-283
[9]Samsul Munir., Op.
Cit., hlm 287
[14]Samsul Munir., Op.Cit.,
hlm 291
[15]Badri Yatim,Op.Cit., hlm. 290-291.
[16]Samsul Munir, Op.
Cit., hlm 292
[17] Badri Yatim, Op. Cit., hlm. 291
[18] Samsul Munir, Op. Cit., hlm 293-294
[19]Badri Yatim, Op. Cit., hlm. 294-295.
[20]Samsul Munir, Op.
Cit., hlm 295-296
Terimakasih, materinya sangat membantu :)
BalasHapus