MEDIA PUBLIK
(MENYEBARKAN ILMU KE
KALANGAN INTERNAL)
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Oleh
:
Leres Musalamah (2021113073)
Kelas
H
JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN
)PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin,
puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
segala rahmat dan karunia serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Media Publik (Menyebarkan Ilmu ke Kalangan Internal)”.
Makalah ini
penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Tarbawi II. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat
penulis harapkan.
Pekalongan,
6 Maret 2015
Penulis
A.
PENDAHULUAN
Perkembangan peradaban dunia yang semakin maju menjadikan manusia
terpengaruh terhadap kemajuan yang terjadi di era sekarang ini. Kemajuan
tersebut salah satunya ialah dibidang teknologi. Teknologi telah memberikan
pengaruh yang sangat besar bagi manusia untuk berbagai kegiatan, seperti komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Menyebarkan ilmu dalam kegiatan belajar mengajar sangat dimuliakan
dalam Islam dan merupakan suatu kewajiban. Kegiatan ini berlangsung setiap hari
seperti di sekolah, pesantren, masjid atau dalam masyarakat luas, karena umat
muslim pada umumnya membutuhkan suguhan untuk bekal kehidupan
mereka. Sehingga dalam menyampaikan ilmu memerlukan cara baru yang efektif agar
ilmu yang disampaikan dapat tersalur dengan baik kepada siswa atau santri,
terutama masyarakat muslim secara luas.
Islam dari zaman Rasulullah SAW telah menganjurkan kepada umatnya
untuk belajar, sesuai dengan kandungan surah al-Alaq. Dalam belajar sendiri
tentu membutuhkan pembimbing atau seorang penyampai/ penyebar ilmu (‘alim).
Dahulu, Rasulullah SAW menyebarkan ilmu
dengan menggunakan media mimbar. Namun seiring perkembangan zaman yang mana
terdapat perkembangan teknologi yang semakin maju, sehingga kegiatan menyebarkan
ilmu dapat menggunakan berbagai macam media yang biasa digunakan oleh publik.
Penggunaan teknologi dalam kehidupan umat muslim untuk kegiatan
keilmuan seperti belajar mengajar sangatlah penting. Bagi para alim, teknologi
atau media publik dapat memberikan manfaat yang besar untuk menyebarluaskan
ilmu pengetahuan ke khalayak. Maka dari itu, dalam makalah ini akan dipaparkan
mengenai media publik sebagai sarana mnyebarkan ilmu ke kalangan internal.
B. PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Kata media
berasal dari bahasa Latin medius yang
secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media
adalah perantara وسيلة/ وسائل)) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.[1] Menurut Gagne (1970)
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan yang dapat merangsang
untuk belajar. Sementara menurut Briggs (1970) media adalah segala alat fisik
yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.[2]
Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah
sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran,
perasaan dan kemauan audien sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien untuk
belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performen mereka sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.[3]
Pada hakekatnya, proses belajar mengajar
ialah proses komunikasi di mana penyampai pesan dan penerima bertukar pikiran
untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul penyimpangan
sehingga komunikasi tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan karena
kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan penerima pesan, kurangnya minat dan
gairah. Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan
media, karena fungsi media disamping sebagai stimulus informasi, sikap dan
lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi,
mengatur langkah-langkah kemajuan, serta memberikan umpan balik.[4]
2.
Teori Pendukung
Fungsi penggunaan media dalam kegiatan belajar
mengajar, khususnya media visual ialah pertama, fungsi atensi yaitu
menarik dan mengalihkan perhatian audien untuk berkonsentrasi pada isi materi
pelajaran yang menampilkan teks. Kedua, fungsi afektif media visual
dapat terlihat dari tingkat kenikmatan audien ketika belajar (membaca) teks
bergambar. Ketiga, fungsi kognitif dapat memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Dan keempat, fungsi
kompensatoris untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau secara verbal.[5]
Macam-macam media :
a. Media grafis; termasuk media visual yang
berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan, di mana pesan
dituangkan melalui lambang atau simbol komunikasi visual. Media grafis
mempunyai jenis yang bermacam, diantaranya: gambar/ poster, sketsa, diagram, bagan,
grafik, kartun, komik, dan koran/majalah.
b. Media audio; berkaitan dengan indera
pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif.
Beberapa jenis media ini antara lain: radio, alat perekam pita magnetik,
piringan hitam dan laboratorium bahasa.[6]
c. Media visual dua dimensi; bersifat
elektronik yang diproyeksikan dan terdiri dari hardware dan software. Jenis-jenis
media ini antara lain: OHP, dan slide/ film strip.
d. Media audio visual; dapat berupa film
bersuara dan televisi.[7]
Selain
itu, berkenaan dengan kegiatan menyebarkan ilmu (dakwah), merupakan suatu
kewajiban menurut ajaran Islam. Kewajiban tersebut diperuntukkan bagi mereka
orang muslim yang memliki pengetahuan ilmu agama maupun umum untuk
menyampaikannya kepada orang lain. Bahkan dalam hadits disebutkan sebagaimana
berikut:
عَنْ أّبِي هُرَيْرَةَ قال قال رَسًوْلً
اللهِ صَلَّىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ ثُمَّ
كَتَمَهُ أُلْحِمَ يَوْمَ اْلقِيامَةِ بِلِجَامِ مِنْ نَارِ (أخرحه أبو داود والترمذى )
Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW
bersabda: “Barang siapa yang ditanya sesuatu ilmu kemudian ia
menyembunyikannya, maka ia nanti pada hari kiamat dikendalikan dengan tali
kendali dari api neraka.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Diantara seorang ‘alim yang baik adalah
menyebarkan ilmu, baik melalui pengajaran, pembelajaran, menulis buku,
internet, atau pun yang lain. Kewajiban seorang ‘alim ialah menyampaikan ilmu
kepada orang lain disamping mengamalkannya untuk diri sendiri. Ilmu hendaknya
dikonsumsi oleh semua umat manusia secara luas, agar manfaatnya lebih luas dan
masyarakat mendapat pancaran sinarnya ilmu.[8]
3. Materi Hadits
عَنْ أَبِي بَكْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّهُ قَالَ :فَإِنَّ
دِمَاءَكُمْ وَ اَمْوَالَكُمْ, (قَالَ:مُحَمدٌ وَ اَحْسِبُهُ قَالَ)
وَاَعْرَاضَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ
هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا وَ سَتَلْقَوْنَ
ربكُمْ فَيَسْاَلُكَمْ عَنْ اَعْمَالِكُمْ فَلآتَرْجِعُنَ بَعْدِيْ كفارا أو ضُلَالاً
يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ. اَلَا لِيُبَلِغَ الشَاهِدُ
اْلغَائِبَ,فَلَعَلَ بَعْضُ مَنْ يُبَلِغُهُ يَكُوْنُ اَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ
مَنْ سَمِعَهُ . (رواه
مسلم فى الصحيح, كتاب القسامة و المحاربين و القصاص و الديات, باب تغليظ تحريم
الدماء و الأعراض و الأموال)
Diriwayatkan
dari Abu Bakrah RA dari Nabi SAW sesungguhnya beliau telah bersabda: “Sungguh,
darahmu, hartamu, dan kehormatanmu itu haram atasmu seperti haramnya hari kamu
di negeri ini dan pada bulan kamu ini. Di hari-hari dan di
bulan-bulan haram tidak boleh dikerjakan sesuatu yang diharamkan. Mereka
menyamakan hukum merusak kehormatan hari dan bulan haram di Makkah, dengan
hukum merusakan jiwa dan kehormatan manusia. Maka dengan sabda Nabi menegaskan,
bahwa mereka diharamkan menumpahkan darah dan merusakkan harta orang. Dan hal
itu disamakan dengan merusakkan kehormatan hari nahar di negeri Makkah di bulan
Dzulhijjah pula. Dan kamu akan menemui Tuhanmu. Lalu
Dia akan menanyai kamu tentang segala amal perbuatan kamu
. Oleh karena itu, janganlah kamu kembali tersesat sesudahku, yaitu
sebagian kamu memenggal leher sebagian lainnya .
Hendaklah yang hadir ini menyampaikan berita ini kepada yang tidak hadir karena
bisa jadi orang yang disampaikan berita kepadanya lebih memahami dari pada
orang yang mendengarkannya.” (HR. Muslim)
4. Refleksi Hadits
Dari hadits diatas dapat diperoleh
pengertian bahwa Rasulullah SAW menyeru kepada umatnya ketika mendapati sebuah
ilmu atau informasi, agar dibagikan ilmu tersebut kepada orang lain yang belum
mengetahuinya. Dalam menyebarkan suatu ilmu, diperlukan media atau perantara
untuk tersampaikannya ilmu tersebut. Media tersebut bisa berupa manusia atau
bukan manusia.
Rasulullah SAW dalam proses pendidikan
dan pengajarannya menggunakan kedua media ini. Media manusia adalah pribadi
beliau sendiri, seperti media jari, lidah, tangan, wajah, dan hidung. Media
bukan manusia seperti matahari, bulan, mimbar, emas, dan perak.[9]
Atau media teknologi yang berkembang dewasa ini separti radio, televisi,
komputer atau internet dan lain-lain.
Berdasarkan tarjamah pada hadits diatas, “Hendaklah
yang hadir menyampaikan berita ini
kepada yang tidak hadir karena bisa jadi orang yang disampaikan berita
kepadanya lebih memahami dari pada orang yang mendengarkannya”, ini berkaitan dengan judul haditsnya
yakni kegiatan dakwah atau menyebarkan ilmu ke kalangan internal. Yang di sebut
kalangan internal disini ialah menyebarkan ilmu ke kalangan sesama muslim. Jika
diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat secara luas, masyarakat Indonesia
mayoritas beragama Islam, maka kegiatan menyebarkan ilmu dapat dilakukan secara
efektif melalui media televisi, radio, majalah, atau internet.
Penyebaran ilmu melalui televisi atau
radio menjadikan pesan atau ilmu yang disampaikan dapat tersalur secara
cepat kepada masyarakat muslim luas, dan dapat dikonsumsi semua kalangan (tuna
netra, buta huruf) dalam segala kondisi. Lalu jika dengan majalah
pesan-pesan yang diterima dapat dikaji ulang dan disimpan untuk dibaca ulang.[10]
Dan dengan penggunaan internet (blog) dapat mengembangkan kreatifitas
dan update berdakwah dalam tulisan atau dunia maya sehingga penerima pesan dapat
selalu belajar dan bertambah ilmu dari blog tersebut (media alternatif) serta
menjadi media pengembangan syiar agama.[11]
Selain melalui media di atas, menggunakan
media yang pernah diperagakan Rasulullah SAW juga dapat diaplikasikan, media
yang dimaksud ialah mimbar/ khotbah. Rasulullah SAW ketika berdakwah melakukan
hal ini agar para sahabat dapat melihat beliau dengan jelas, sehingga informasi
yang disampaikan dapat diterima dengan baik.[12]
5. Aspek Tarbawi
Berdasar
pada pembahasan hadits tersebut di atas, dapat diketahui nilai kependidikan
didalamnya, antara lain:
a. Menyebarkan ilmu merupakan suatu
kewajiban dan kemuliaan dalam Islam. Sehingga sampaikanlah ilmu walau satu
ayat.
b. Menyebarkan ilmu menjadi lebih muda, variatif
dan efektif setelah disalurkan dengan menggunaan media publik.
c. Dengan media, ilmu yang disampaikan dapat
tersebar ke masyarakat muslim secara luas.
d. Melalui media, komunikasi dapat
berlangsung satu arah sehingga dapat dengan fokus dalam menerima pesan dakwah.
e. Media yang digunakannya menimbulkan
keserempakan.
f. Masyarakat muslim dapat selalu menikmati
sajian ilmu, sehingga hati menjadi lebih tenang dan sejuk.
g. Menjadi jalan alternatif bagi masyarakat
muslim untuk siraman rohani ditengah aktivitas yang padat.
h. Melalui media, kaum muslim dapat terus
menimba ilmu kapan dan dimana pun serta dalam berbagai keadaan.
C. PENUTUP
Media adalah sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan
dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan
audien sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Media merupakan jalan keluar untuk mengatasi
komunikasi yang tidak efektif dan verbalisme. Fungsi media disamping sebagai
stimulus informasi, sikap dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian
dalam penerimaan informasi. Macam-macam media yaitu media grafis, visual,
audio, dan audio visual. Masing-masing contohnya seperti gambar, karikatur, majalah,
radio, televisi, dan lain-lain.
Berkenaan dengan menyebarkan ilmu/ dakwah
merupakan suatu kewajiban. Kewajiban seorang ‘alim ialah menyampaikan ilmu
kepada orang lain disamping mengamalkannya untuk diri sendiri. Ilmu hendaknya
dikonsumsi oleh semua umat manusia secara luas, agar manfaatnya lebih luas dan
masyarakat mendapat pancaran sinarnya ilmu.
Refleksi hadits pada pembahasan di atas,
Rasulullah SAW dalam proses pendidikan dan pengajarannya menggunakan media
manusia dan bukan manusiaini. Media manusia adalah pribadi beliau sendiri,
seperti media jari, lidah, tangan, wajah, dan hidung. Media bukan manusia
seperti matahari, bulan, mimbar, emas, dan perak. Atau media teknologi yang
berkembang dewasa ini separti radio, televisi, komputer atau internet dan
lain-lain.
Jika diaplikasikan dalam kehidupan
masyarakat secara luas, masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam, maka
kegiatan menyebarkan ilmu dapat dilakukan secara efektif melalui media televisi,
radio, majalah, dan internet atau bahkan media mimbar. Semuanya ini dapat
dikatakan efektif salah satunya karena pesan atau ilmu yang disampaikan dapat
tersalur secara cepat kepada masyarakat muslim luas, dapat diterima secara
serempak, dimana pun dan kapan pun.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pengajaran.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Khon, Abdul Majid. 2012. Hadits
Tarbawi. Jakarta: Prenada Media.
Ma’arif, Bambang S. 2010. Komunikasi
Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muhtadi, Asep Saeful. 2012. Komunikasi
Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sadiman, Arif S. 1996. Media
Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Umar, Bukhori. 2014. Hadits Tarbawi.
Jakarta: Amzah.
Usman, M. Basyaruddin. 2002. Media
Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.
TENTANG PENULIS
Leres
Musalamah dilahirkan di Pekalongan, Jawa Tengah. Ia lahir dari keluarga yang
sederhana. Ia bertempat tinggal di sebuah daerah yang banyak didapati
butik-butik perbatikan di setiap jalan rayanya dan sekaligus menjadi sentral
pembuatan batik yakni Kertijayan, kec. Buaran, kab. Pekalongan. Pendidikan yang
telah ditempuh ialah RA Muslimat NU Wonoyoso, MIS Wonoyoso, MTs S Simbang
Kulon, dan MAS Simbang Kulon. Sekarang ia menjadi mahasiswi di STAIN
Pekalongan. Motto hidupnya, sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat bagi
sesama.
[8]
Abdul Majid
Khon, Hadits Trabawi, (Jakarta: Prenada Media, 2012), hlm. 81
[9]
Bukhari Umar, Hadits
Tarbawi, (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 150
[10]
Asep Saeful
Muhtadi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.
78
[11]
Bambang S. Ma’arif, Komunikasi Dakwah,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 172
[12]
Bukhari Umar, Op.Cit
., hlm. 163
Tidak ada komentar:
Posting Komentar