Memanfaat
Panca Indra untuk Mencari Ilmu
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Oleh:
Ulfa
Faza (2021113176)
KELAS:
PAI H
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2014/2015
Kata
Pengantar
Panca
indera manusia merupakan anugrah yang diberikan Allah SWT kepada setiap manusia
dan digunakan sebagai alat pembantu manusia dalam melaksanakan kegiatan
sehari-hari. Tanpa panca indera manusia akan mengalami kesulitan dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, ada sebagian dari kita yang memiliki alat
panca indera tetapi fungsi alat tersebut tidak maksimal. Walaupun demikian
sebagian orang tersebut juga memiliki kelebihan disalah satu inderanya yang
bisa membantu untuk kehidupan sehari-harinya.
Alat
indera yang dimiliki manusia mempunyai peranan dan fungsi masing-masing,
diantara fungsi tersebut adalah untuk melihat, mendengar, mengucapkan sesuatu,
merasakan sesuatu dan mencium sesuatu. Tanpa kita sadari setiap waktu kita
pasti memanfaatkan dan menggunakan panca indera kita, mulai dari bangun tidur
sampai tidur lagi kita pasti tidak lepas dari yang namanya panca indera.
Setipa
manusia pada dasarnya mempunyai panca indera yang sama, walaupun tidak semua
manusia memiliki kemampuan yang sama dalam panca inderanya. Rasulullah SAW juga
mengajarkan pada umatnya untuk bisa memanfaatkan dan menggunakan panca
inderanya dengan baik, salah satunya menggunakan indera penglihatan dan
pendengaran. Beliaupun ketika menerima wahyu yang pertama menggunakan indera
pendengaran dan isi wahyu tersebut anjuran untuk membaca. Ketika kita membaca
kita minimal menggunakan dua indera, yaitu indera penglihatan dan pengecap /
mulut. Ketika kita bisa menggunakan indera kita untuk hal-hal yang baik pasti
akan memberikan manfaat bagi kita.
Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karenanya kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapakan.
Pekalongan,
7 Maret 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia diberi anugrah berbagai kelebihan, baik
kelebihan itu disadari oleh manusia itu sendiri atau tidak. Manusia di karuniai
alat yang sangat luar biasa yang bisa digunakan oleh manusia untuk kehidupan
sehari-hari. Alat tersebut di gunakan untuk membantu manusia agar lebih mudah
menjalani kehidupannya. Alat itu memiliki beberapa kegunaan seperti yang
gunanya untuk melihat, mendengar, merasakan sesuatu, menghirup, dan mengucapkan
sesuatu.
Istilah yang sering kita dengar mengenai hal
tersebut diatas adalah lima alat indera manusia atau panca indera manusia.
Panca indera tersebut dimiliki oleh setiap manusia, meskipun ada beberapa yang
memilikinya tetapi tidak bisa berfungsi secara optimal, tetapi di berikan kelebihan oleh Allah SWT untuk mengoptimalkan
kekuragan tersebut.
Panca indera yang manusia miliki akan sangat
bermanfaat ketika digunakan untuk hal-hal yang baik, diantara hal baik tersebut
adalah untuk mancari ilmu. Ketika kita bisa mengoptimalkan panca indera kita
untuk mencari ilmu akan sangat membantu kita dalam memahami ilmu tersebut.
Rasulullah SAW ketika menerima wahyu pun
menggunakan panca indera beliau, salah satunya dengan indera pendengaran
beliau. Dimakalah ini kita akan membahas pemanfaatan panca indera untuk mencari
ilmu semoga bisa memberikan penjelasan bagi kita tentang hal tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian ilmu?
2. Apa
pengertian panca indera?
3. Bagaimana
pandamgan al-Qur’an tentang panca indera?
4. Apa
hadits yang berkaitan dengan panca indera?
5. Bagaimana
refleksi dalam kehidupan sehari-hari bekaitan dengan pemanfaatan indera untuk
mencari ilmu?
6. Bagaiman
aspek tarbawi dari pembahasan makalah?
BAB
II
MEMANFAATKAN
PANCA INDERA UNTUK MENCARI ILMU
A.
Pengertian
Untuk
memperoleh pengertian yang tepat tentang ilmu, setidak-tidaknya dapat
ditinjau dari dua segi yaitu segi etimologi dan terminologi. Secara etimologis kata
ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm (علم) yang padanannya dalam
bahasa Inggris science, dalam bahasa jerman Wissenschaft dn dalam
bahasa Belanda wetenchap.
Dalam konteks Indonesia, kata “ilmu”, seperti
halnya kata science dalam bahasa Inggris, juga berasal
dari kata asing, dari bahasa Arab. Ilmu berasal dari ‘ilm, kata jadian
dari ‘alima, ya’lamu, menjadi ‘ilmun, ma’lumun, ‘alimun, dan
seterusnya. Tiga kata yang terakhir ini menjadi kata Indonesia, ilmu, maklum,
dan alim ulama. Dalam bahasa Arab, ‘alima, sebagai kata kerja, berarti
tahu atau mengetahui. Ilmu, sebagaimana halnya scientia, berarti juga
pengetahuan.
Dari segi
maknanya, pengerian ilmu sepanjang terbaca dalam pustaka menunujukan
sekurang-kurangnya pada tiga hal, yakni pengetahuan, aktivitas, dan metode. Dalam
hal yang pertama dan ini yang palig umum, ilmu senantiasa berarti pengetahuan
(knowledge). Diantara para filosof dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum
bahwa ilmu adalah suatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (a systematic body of knowledge).
Seorang filosof yang meninjau ilmu, John G. Kemeny, juga memakai arti semua
pengetahuan yang dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah (all knowledge collected by means of the scientific method).[1]
Indera atau indria merupakan
alat penghubung/kontak antara jiwa dalam wujud kesadaran rohani diri
dengan material lingkungan. Dalam ajaran Hindu indria ada sebelas macam dan disebut
sebagai eka dasa indriya.
Lima macam indera berfungsi sebagai alat sensor
dalam bahasa Sanskerta disebut panca budi indriya dan dalam bahasa Indonesia lebih dikenal sebagai panca indera yaitu:
alat pembantu untuk melihat (mata), alat pembantu untuk
mengecap (lidah), alat pembantu untuk membau (hidung), alat pembantu untuk mendengar (telinga), dan alat pembantu untuk merasakan
(kulit/indera peraba).[2]
Indera sebagai sumber pengetahuan adalah pengetahuan yang diperoleh manusia
melalui kelima inderanya, yakni mata, hidung, perasaan (kulit), telinga dan
lidah. Pengetahuan inderawi juga disebut pengetahuan empiris. Dalam
sejarah epistemologi barat tokohnya adalah Roger Bacon, John
Locke, David Hume dan sejumlah pengikutnya.[3]
Pengetahuan yang bersumber dari indra-indra lahiriah seperti hasil dari
melihat, mendengar, meraba, mencium, dan merasa adalah suatu jenis pengenalan
dan pemahaman yang bersifat lahiriah, permukaan, tidak mendalam. Berhubungan
dengan alat dan sumber pengetahuan ini tidak terdapat perbedaan antara manusia
dengan hewan, karena keduanya sama-sama dapat melihat, mencium, merasa, dan
mendengar, bahkan pada sebagian bintang mempunyai indra yang sangat kuat dan tajam
dibanding manusia.
Tanpa indra manusia tidak dapat mengetahui alam fisik. Pengetahuan indrawi
bersifat parsial, disebabkan oleh adanya perbedaan antara indra yang satu
dengan yang lainnya. Masing-masing indra menangkap objek atau sesuatu yang
berbeda menurut perbedaan indra dan terbatas pada sensibilitas organ-organ
tertentu, oleh karena itu, secara objektif, pengetahuan yang ditangkap satu
indra saja, tidak dapat dipandang sebagai pengetahuan yang utuh . Namun
pengetahuan indrawi menjadi sangat penting karena bertindak sebagai pintu
gerbang pertama menuju pengetahuan yang lebih utuh.[4]
B. Teori
Pendukung
Seorang anak dilahirkan dalam keadaan tidak
mengetahui apapun. Tidak beberapa lama kemudian, indra si anak mulai berfungsi.
Si anak pun mulai terpengaruh oleh stimulus-stimulus dari luar yang terjadi
pada dirinya. Kejadian-kejadian itu akan menimbulkan beragam perasaan. Itulah
yang menjadi dasar terbentuknya persepsi dan pengetahuan anak terhadap dunia
luar. Al-Qur’an telah mengisyaratkan kenyataan tersebut pada banyak ayat.
Sebagai contoh, diantaranya sebagai berikut:
ª!$#ur
Nä3y_t÷zr&
.`ÏiB
ÈbqäÜç/
öNä3ÏF»yg¨Bé&
w cqßJn=÷ès?
$\«øx©
@yèy_ur
ãNä3s9
yìôJ¡¡9$#
t»|Áö/F{$#ur
noyÏ«øùF{$#ur
öNä3ª=yès9
crãä3ô±s?
ÇÐÑÈ
78.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.
ö@è%
uqèd
üÏ%©!$#
ö/ä.r't±Sr&
@yèy_ur
â/ä3s9
yìôJ¡¡9$#
t»|Áö/F{$#ur
noyÏ«øùF{$#ur
( WxÎ=s%
$¨B
tbrãä3ô±n@
ÇËÌÈ
23.
Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur.
¢OèO
çm1§qy
yxÿtRur
ÏmÏù
`ÏB
¾ÏmÏmr
( @yèy_ur
ãNä3s9
yìôJ¡¡9$#
t»|Áö/F{$#ur
noyÏ«øùF{$#ur
4 WxÎ=s%
$¨B
crãà6ô±n@
ÇÒÈ
9.
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.[5]
C. Materi
Hadist
عَنْ عَبْدِ
اللهِ بْنِ مَسْعُوْدِ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسّلَّمَ يَقُوْلُ : { نَضَّرَ اللهُ
إِمْرَاَءً سَمِعَ مِنَّا شَيْأً فَبَلَغَهُ كَمَا سَمِعَ فَرُبَّ مُبَلِّغُ
أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ } قَالَ أَبُوْعِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ
وَقَدْ رَوَاهُ عَبْدِ اْلمَالِكُ بِنْ عُمَيْرِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بِنْ عَبْدِ
اللهِ . (رواه الترمذى فى الجامع, كتاب العلم عن رسول الله, باب ما جاء فى الحث
على تبليغ السماع)
Dari
Abdullah bin Mas’ud ra dia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami,lalu dia
menyampaikannya (kepada yang lain)sebagaimana yang dia dengar,maka
kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami dari pada orang yang
mendengarnya.(HR.At-Tirmidzi)
Mufrodad:
Berseri/melezatkan/menikmatkan
: نَضَّر
Seseorang : إِمْرَاَء
Mendengar : سَمِعَ
Sesuatu : شَيْأ
Menyampaikan : فَبَلَغَه
Lebih paham/
Paham : أَوْعَى
Dari kita : مِنْ
Orang yang
mendengar : سَامِع
D. Refleksi
hadist dalam kehidupan
Indera manusia adalah alat dan sumber lain untuk
mencapai sebuah pengetahuan. Indera memberikan pemahaman luas tentang alam
semesta kepada manusia. Sumber ini memberikan pengetahuan awal dan paling
dangkal kepada manusia tentang keberadaan. Jika setiap dari indra ini tidak
berfungsi, maka pengetahuan khususnya terkait keberadaan akan hilang. Orang
yang kehilangan indrawinya maka seakan-akan ia telah kehilangan ilmunya.
Jika seseorang tidak mempunyai mata dan buta sejak
lahir, maka ia tidak akan memiliki ilmu pengetahuan dan pemahaman khusus
terkait dengan penglihatan. Imam Shadiq as mengungkapkan bahwa lima indera
manusia sebagai sumber pengetahuan, namun lima sumber ini tidak bisa sempurna
dalam memberikan ilmu dan informasi kepada manusia kecuali dibarengi dengan
petunjuk akal dan bergerak dalam cahaya petunjuk akal.[6]
Setiap orang normalnya memiliki lima / panca indera yang
berfungsi dengan baik untuk menangkap rangsangan sehingga dapat memberikan
respon sesuai dengan keinginan atau sesuai dengan insting kita. Orang yang
cacat indra masih bisa hidup namun tidak akan bisa menikmati hidup layaknya
manusia normal.
Indera Manusia ada lima sehingga disebut panca indera disertai arti definisi / pengertian,yaitu:
Indera Manusia ada lima sehingga disebut panca indera disertai arti definisi / pengertian,yaitu:
1.
Indera Penglihatan / Penglihat = Mata
Mata
adalah indera yang digunakan untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk
gambar sehingga mampu dengan mengenali benda-benda yang ada di sekitarnya
dengan cepat. Jumlah mata manusia ada dua buah yang bekerja saling menunjang
satu sama lain. Orang yang tidak memiliki mata disebut buta sehingga butuh
bantuan tongkat, anjing pemandu, dll untuk kemudahan dalam mengenali lingkungan
sekitar dan juga untuk bergerak.
2.
Indera Penciuman / Pencium = Hidung
Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan
sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah
mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar dengan mudah hanya
dengan mencium aroma makanan tersebut. Di dalam hidung kita terdapat banyak sel
kemoreseptor untuk mengenali bau.
3.
Indera Pengecap = Lidah
Lidah adalah alat indera yang berfungsi untuk merasakan rangsangan
rasa dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut kita. Lidah dapat merespon
berbagai jenis dan macam rasa seperti rasa manis, rasa pahit, rasa asam dan
rasa asin. Kita dapat menikmati makanan dan minuman karena adanya indra
pengecap ini. Bagian lidah yang depan berguna untuk merasakan rasa asin, bagian
yang sebelah samping untuk rasa asam, bagian tepi depan berfungsi untuk
merasakan rasa manis dan bagian lidah yang belakang untuk rasa pahit.
4.
Indera Pendengaran / Pendengar = Telinga / Kuping
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi
untuk mendengar suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui /
mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan
mata kepala kita sendiri. Orang yang tidak bisa
mendengar disebut tuli. Telinga kita terdiri atas tiga bagian yaitu bagian
luar, bagian tengah dan bagian dalam.
5.
Indera Peraba = Kulit
Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan
temperatur suhu, sentuhan, rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya.
Pada kulit terdapat reseptor yang merupakan percabangan dendrit dari neuron
sensorik yang banyak terdapat di sekitar ujung jari, ujung lidah, dahi, dll.[7]
Namun disini, al-Qur’an cukup
mengemukakan pendengar dan penglihatan sebagai dua alat indera saja, karena
pertama, signifikasi yang begitu penting dari kedua indera itu dalam proses
tanggapan panca indera. Kedua, penyebutan keduannya cukup menjadi indikator
tentang pentingnya panca indera yang lain dalam proses tanggapan panca indera.
Dalam kebanyakan ayat-ayat al-Qur’an,
penglihatan disebutkan setelah pendengaran. Hal ini tampaknya dikarena beberapa
pertimbangan. Pertama, pendengaran lebih penting ketimbang penglihatan dalam
proses penginderaan, belajar, dan memperoleh ilmu pengetahuan. Apabila
seseorang kehilangan penglihatannya, masih mungkin baginya untuk memelajari
bahasa dan memperoleh ilmu pengetahuan. Tetapi apabila ia kehilangan pendengarannya,
maka sulit sulit baginya untuk bisa mempelajari bahasa dan memperoleh ilmu
pengetahuan.
Kedua, indera pendengaran langsung
berfungsi setelah seorang anak lahir, dimana anak itu begitu lahir, langsung
bisa mendengar suara. Sementara untuk melihat sesuatu dengan jelas, ia
membutuhkan waktu beberapa lama. Ketiga,
fungsi indera pendengaran berlangsung terus menerus, tanpa terhenti, sementara
indera penglihatan kadang-kadang terhenti fungsinya apabila seseorang
memejamkan matanya atau apabila ia sedang tidur. Keempat, indera pendengaran
bisa mendengar baik apakah dalam keadaan
terang maupun gelap. Sementara indera penglihatan hanya bisa dalam keadaan
terang.
Pendengaran, dalam al-Qur’an
disebutkan dalam bentuk mufrod, sedangkan penglihatan dalam kebanyakan ayat
al-Qur’an disebutkan dalam bentuk jamak. Ini sendiri merupakan salah satu bukti
kemu’jizatan komposisis al-Qur’an, di mana dalam hal ini indera pendengaran
bisa menerima berbagai semua dari semua arah, sementara mata tidak bisa melihat
kecuali apabila seseorang mengarahkan penglihatannya ke arah benda yang hendak
dilihatnya.[8]
Alhasil, indera pendengaran merupakan
instrumen (alat) yang paling pokok dan penting bagi setiap manusia untuk
menyerap informasi yang berkaitan keberadaan alam semeta ini. Salah satu
mu’jizat al-Qur’an adalah bahwa ia dibawa
dan disampaikan oleh seorang Nabi yang ummi (buta huruf), yang
tak dapat membaca dan menulis, namun mampu mendengar.[9]
Akan tetapi, indera manusia mempunyai
keterbatasan tersendiri, dan ia juga dapat keliru. Oleh karena itu, Alllah swt
menganugerahkan perangkat yang lebih tingi, yaitu akal, yang dapat meluruskan
kesalahan indera. Dengan rasio itu manusia dapat memahami segala yang dapat
dipahaminya, seperti perhitungan matematis, pokok-pokok pemikiran, dan segala
hal selain bentuk-bentuk parsial yang dapat diindra.[10]
E. Aspek
Tarbawi
Dari uraian di atas dapat di ambil beberapa aspek tarbawi sebagai berikut:
1.
Sebagai sumber ilmu
pengetahuan, panca indera yang terdapat pada manusia mempunyai banyak kegunaan
sebagai sarana mendukung dan melengkapi manusia untuk mencari ilmu, baik ilmu
agama maupun ilmu umum.
2.
Panca indera harus dimanfaatkan
sebaik-baiknya untuk hal – hal yang senantiasa diridhoi Allah sebagai wujud
rasa syukur kepada Allah.
3.
Bukti bahwa Islam tidak hanya
menyuruh umatnya untuk mencari ilmu agama tetapi juga untuk mencari ilmu yang
bersifat umum, serta bukti bahwa segala yang telah diberikan oleh Allah Swt.
kepada manusia selalu ada manfaatnya
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Baik
secara etimologi, maupun terminologi, ilmu secara umum dapat juga diartikan
sebagai pengetahuan. ).
Seorang filosof yang meninjau ilmu, John G. Kemeny, juga memakai arti semua
pengetahuan yang dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah (all knowledge collected by means of the scientific method).
Indera atau indria merupakan
alat penghubung/kontak antara jiwa dalam wujud kesadaran rohani diri
dengan material lingkungan. Indera sebagai sumber pengetahuan adalah pengetahuan
yang diperoleh manusia melalui kelima inderanya, yakni mata, hidung, perasaan
(kulit), telinga dan lidah.
Di dalam
al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang indera, diantaranya
dalam Q.S al-Nahl ayat 78, Q.S al-Mukminun ayat 78. Q.S al-Mulk ayat 23, Q.S
al-Sajdah ayat 9, dan lain sebagainya.
Setiap
orang normalnya memiliki lima / panca indera yang berfungsi dengan baik untuk
menangkap rangsangan sehingga dapat memberikan respon sesuai dengan keinginan
atau sesuai dengan insting kita.
Namun disini, al-Qur’an cukup mengemukakan
pendengar dan penglihatan sebagai dua alat indera saja, karena pertama,
signifikasi yang begitu penting dari kedua indera itu dalam proses tanggapan
panca indera. Kedua, penyebutan keduannya cukup menjadi indikator tentang pentingnya
panca indera yang lain dalam proses tanggapan panca indera.
DAFTAR
PUSTAKA
Durrah, Muhammad as-Sayyid Yusuf Ahmad, Pustaka
Pengetahuan al-Qur’an, (Jakarta: PT. Rihal Publik)
Najati, Mohammad
Utsman.1997.Terjemah Al-Qur’an wa Ilmu al-nafs, (Pustaka: Bandung)
Najati, Muhammad Utsman, Psikologi dalam Al-Qur’an (Terapi Qur’ani
dalam Penyembuhan Gangguan Jiwa), (Bandung: CV. Pustaka Setia)
Qardhawi, Yusuf, As-Sunah Msdaran lil Ma’rifati
wal Hadharati, (Jakarta: Gema Insani Press)
Syafi’I,
Imam. 2000. Konsep
ilmu pengetahuan dalam al-qur’an, (
Yogyakarta : UII Press)
http://www.referensimakalah.com/2012/11/indera-sebagai-sumber-pengetahuan.html
BIODATA
PENULIS
Nama :
Ulfa Faza
Tempat, Tanggal Lahir : Pekalongan, 21 Mei 1995
NIM :
2021113176
Alamat :
Jl.Otto Iskandardinata kel.Kali Baros
Riwayat Pendidikan Formal :
·
SD Negeri
Sokorejo
·
SMP Negeri 6
Pekalongan
·
MA NU Nurul Huda
Semarang
Riwayat Pendidikan non Formal :
·
TPQ Miftahul
Huda Sokorejo
·
Madrasah Diniyah
Sokorejo
Motto :
Nothing is Impossible, because If You Think You Can! You Can!
[1]
Imam Syafi’I,
Konsep
ilmu pengetahuan dalam al-qur’an,
( Yogyakarta : UII Press, 2000), hlm.25-27
[4]Diunduh
dar:n https://sulthonkalimosodho.wordpress.com/2011/11/03/sumber-sumber-ilmu-pengetahuan/
pada : 03/03/2015 15:17
[5] Muhammad Utsman Najati, Psikologi
dalam Al-Qur’an (Terapi Qur’ani dalam Penyembuhan Gangguan Jiwa), (Bandung:
CV. Pustaka Setia), hlm.198-199.
[6]
Diunduh dari : http://indonesian.irib.ir/islam/ahlul-bait/item/90507-sumber-pengetahuan-dalam-perspektif-imam-jafar-shadiq-as pada: 03/03/2015
15:30
[7]
Diunduh dari : http://www.organisasi.org/1970/01/5-lima-alat-indera-manusia-mata-hidung-telinga-lidah-kulit-panca-indera.html pada 03/03/2015
15:02
[8] Mohammad Utsman Najati, Terjemah
Al-Qur’an wa Ilmu al-nafs, (Pustaka: Bandung, 1997), hlm.135-138.
[9] Muhammad as-Sayyid Yusuf Ahmad
Durrah, Pustaka Pengetahuan al-Qur’an, (Jakarta: PT. Rihal Publik),
hlm.6.
[10] Yusuf Qardhawi, As-Sunah
Msdaran lil Ma’rifati wal Hadharati, (Jakarta: Gema Insani Press), hlm.147.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar