Laman

new post

zzz

Rabu, 18 November 2015

spi H 08 sejarah masuk islam di indonesia


SEJARAH MASUK DAN KERAJAAN ISLAM 
DI NUSANTARA

Disusun Oleh:
1.      Indah novi fadhilah  
2.      Novianti               
3.      Sahafudin           
4.      Kharirotun Na’im    

Kelas:
Pendidikan Agama Islam H

JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN PEKALONGAN
2015



KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena tanpa rakhmat dan hidayah-Nya tak mungkin makalah dengan judul “Sejarah Masuk dan Kerajaan Islam di Nusantara” ini dapat diselesaikan, hingga akhirnya penulis berhasil menyusun tugas ini untuk memenuhi salah satu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam di STAIN Pekalongan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, keluarganya, dan sahabatnya.
Makalah ini memaparkan islam masuk ke nusantara, tasawuf dan islam di Indonesia, sebab-sebab Islam cepat berkembang di Indonesia, kesultanan islam di luar Indonesia, kondisi kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Penulis menyadari bahwa kemampuan  dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Penulis sudah berusaha dan mencoba mengembangkan dari beberapa referensi mengenai sumber ajaran Islam yang saling berkaitan. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan dan pembahasanya maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca. Kemudian kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.






Pekalongan, 16 Oktober 2015


                                                                                Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 30 Hijrih atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah. dalam makalah ini akan di bahas lebih mendalam mengenai sejarah perkembangan islam di Indonesia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Islam  masuk ke Nusantara?
2.      Bagaimana tasawuf dan islam di Nusantara?
3.      Apa saja sebab-sebab islam cepat berkembang di Nusantara?
4.      Apa saja kesultanan Islam di luar Nusantara?
5.      Apa saja kerajaan-kerajaan islam di Nusantara?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui proses masuknya islam ke Nusantara
2.      Mengetahui tasawuf dan islam di Nusantara
3.      Mengetahui sebab-sebab islam cepat berkembang di Nusantara
4.      Mengetahui macam-macam kesultanan Islam di Nusantara
5.      Mengetahui macam-macam kerajaan-kerajaan islam di Nusantara

D.    Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah dilakukan melalui study literatur atau metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalah dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber serta pengelompokkan berbagai perumusan masalah.

E.     Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pemecahan masalah dan sistematika penulisan makalah; Bab II, adalah pembahasan; Bab III, bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Islam Masuk ke Nusantara
Ada dua pendapat mengenai islam masuk di indonesia. Pertama, pendapat lama, yang mengatakan bahwa islam masuk ke indonesia pada abad ke-13 M. Pendapat ini dikemukakan oleh para sarjana, antara lain N.H. Krom dan Van Den Berg. Kemudian ternyata pendapat lama tersebut mendapat sanggahan dan bantahan. Kedua, pendapat baru yang mengatakan bahwa islam masuk ke indonesia pada abad ke-7 M atau abad 1 H. Pendapat baru ini dikemukakan oleh H. Agus Salim, M zainal Arifin Abbas, Hamka, Sayed Alwi bin Taher Alhadad, A. Hasjmy, dan thomas W. Arnold.
Permasalahan yang lain adalah masalah asal-usul Islam di Indonesia, kapan, mengapa dan bagaimana penduduk indonesia mulai memeluk agama islam merupakan perkara yang belum dijelaskan dengan sempurna. Selain itu beberapa ahli memiliki permasalahan yang berbeda-beda mengenai apa yang dimaksud dengan islam.[1]
Seminar masuknya islam diindonesia menghasilkan keputusan sebagai berikut.
1.      menurut sumber-sumber yang kita ketahui, islam untuk pertama kalinya telah masuk ke indonesia pada abad pertama Hijriyah dan langsung dari arab.
2.      Daerah yang pertama didatangi oleh islam ialah pesisir sumatera, dan bahwa setelah terbentuknya masyarakat islam, maka raja oslam yang pertama berada di Aceh.
3.      Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang indonesia ikut aktif mengambil bagian.
4.      Mubaligh-mubaligh islam yang pertama-tama itu selain sebagai penyiar islam juga sebagai saudagar.
5.      Penyiaran islam  diindonesia dilakukan dengan cara damai.
6.      Kedatangan islam ke indonesia, membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa indonesia.

            Bahkan diceritakan bahwa ketika islam berkembang pada abad pertama, 1 H ( 7 Masehi ), Rasulullah telah mengutus Sa’ad bin Abi Waqqash berziarah pada Kaisar Cina dan memperkenalkan islam di negeri Cina. Diketahui pada abad pertama hijriyah sudah ada pemukiman masyarakat muslim di kanton.
            Bahkan Syed Naguib Al-Attas, dalam karangannya Preliminary Statement on the General Theory of the Islamization of  the Malay-Indonesian Archipelago. Menyebutkan bahwa orang-orang muslim yang berpindah dari kanton pada abad pertama hijriyah ( abad ke-7 M ), kemudian bermukim di Palembang dan Kedah. Mereka yang bermukim di sana telah menjalan ibadah dan adat istiadat islam dengan sangat baik.
            Pendapat senada mengenai masuknya islam di abad pertama hijriyah, dikemukakan oleh Thomas W. Arnold dalam The Peaching Islam, ia mengatakan, “mungkin agama ini telah dibawa kemari oleh pedagang-pedangan Arab sejak abad-abad pertama hijriyah, lama sebelum kita memiliki catatan sejarah dimana sebenarnya pengaruh mereka telah mulai terasa”.[2]
            Pedagang-pedagang Muslim asal Arab,Persia dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 M ( abad 1 H ), ketika islam pertama kali berkembang di Timur Tengah. Malaka, jauh sebelum di taklukan portugis , merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui Malaka, hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh pelosok Nusantara dibawa ke Cina dan India, terutama Gujarat, yang melakukan hubungan dagang langsung dengan Malaka pada waktu itu. Sampai berdirinya kerajaan-kerajaan islam itu, perkembangan agama Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase.
a.       Singgahnya pedagang-pedagang islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara
b.      Adanya komunitas-komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia
c.       Berdirinya kerajaan-kerajaan islam.[3]

            Menurut para sejarawan, islam masuk ke indonesia melalui berbagai jalur sehingga dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat indonesia. Jalur-jalur yang dilakukan oleh para penyebar islam yang mula-mula di indonesia adalah sebagai berikut.
1.      Melalui jalur perdagangan.
Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan. Mereka yang melakukan dakwah islam, sekaligus juga sebagai pedagang yang menjajakan dagangannya kepada penduduk pribumi.
2.      Melalui jalur perkawinan.
Para penyebar islam melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi. Melalui jalur perkawinan mereka telah menanamkan cikal bakal kader-kader islam.
3.      Melalui jalur tasawuf.
Penyebaran islam kepada masyarakat indonesia melalui jalur tasawuf atau mistik ini mudah diterima karena sesuai dengan alam pikiran masyarakat indonesia. Misalnya, menggunakan ilmu-ilmu riyadhat dan kesaktian dalam proses penyebaran agama islam kepada penduduk setempat.
4.      Melalui jalur pendidikan.
Dalam islamisasi di indonesia ini, juga dilakukan melalui jalur pendidikan seperti pesantren, surau,masjid dan lain-lain yang dilakukan oleh guru-guru agama, kiai dan ulama. Jalur pendidikan digunakan oleh para wali khususnya di Jawa dengan membuka lembaga pendidikan pesantren sebagai tempat kaderisasi mubaligh-mubaligh islam di kemudian hari.
5.      Melalui jalur kesenian.
Para penyebar islam juga menggunakan jalur kesenian dalam rangka penyebaran islam, antara lain dengan wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya.

6.      Melalui jalur politik.
Para walisongo melakukan strategi dakwah mereka dikalangan para pembesar kerajaan seperti Majapahit, Pajajaran, bahkan para walisongo juga mendirikan kerajaan Demak, sunan Gunung jati juga mendirikan kerajaan Cirebon dan kerajaan banten. Kesemuanya dilakukan untuk melakukan pendekatan dalam rangka penyebaran islam baik di sumatera, jawa maupun di indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan islam memerangi kerajaan-kerajaan non-islam. Kemenagan-kemenangan secara politis banyak menarik penduduk kerajaan yang bukan islam itu masuk islam. [4]

B.     TASAWUF DAN ISLAMISASI DI INDONESIA
Islam dalam tahap ini sangat diwarnai oleh aspek tasawuf, namun tidak berarti bahwa aspek hukum terabaikan sama sekali. Meskipun demikian, secara umum islam tasawuf tetap unggul dalam tahap pertama islamisasi, setidaknya sampai akhir abad ke-17 M. Hal tersebut dikarenakan islam tasawuf yang datang ke Nusantara, dengan segala pemahaman dan penafsiran mistisnya terhadap islam, dalam berbagai segi tertentu “cocok” dengan latar belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi asketisme Hindu Buddha dan Sinkritisme kepercayaan lokal. Dalam proses islamisasi tahap pertama ini islam tidak langsung secara merata diterima oleh lapisan bawah masyarakat.
Sementara di Jawa, proses islamisasi sudah berlangsung sejak abad ke-11 M, meskipun belum meluas, terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475 H/1082 M. Adapun para penyebar islam di jawa  yaitu Walisongo, mereka ialah:
a.       Maulana Malik Ibrahim
b.      Sunan Ampel
c.       Sunan Bonang
d.      Sunan Derajat
e.       Sunan Giri
f.       Sunan Kalijaga
g.      Sunan Kudus
h.      Sunan Muria
i.        Sunan Gunungjati
Demikian perkembangan tarekat, membawa pengaruh yang besar dalam perkembangan islam. Para tokoh tasawuf dan tarekat cukup berjasa dalam perkembangan islam di Indonesia. Dikarenakan melalui pendekatan tasawuf islam justru diterima dengan mudah dan proses islamisasi berjalan damai tanpa ada unsur kekerasan.[5]

C.    Sebab-sebab Islam Cepat Berkembang di Indonesia
Sekitar permulaan abad XV, Islam telah memperkuat kedudukannya di Malaka, pusat rute perdagangan Asia Tenggara yang kemudian melebarkan sayapnya ke wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Pada permulaan abad tersebut, Islam sudah bisa menjejakkan kakinya ke Maluku, dan yang terpenting ke beberapa kota perdagangan di pesisir utara pulau Jawa yang selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Majapahit. Dalam waktu yang tidak terlalu lama yakni permulaan abad XVII dengan masuk Islamnya  penguasa kerajaan Mataram yaitu Sultan Agung, kemenangan agama tersebut hampir meliputi sebagian besar wilayah Indonesia. Berbeda dengan masuknya Islam ke negara-negara di bagian dunia lainnya yakni dengan kekuatan militer, masuknya Islam ke Indonesia itu dengan cara damai disertai dengan jiwa toleran dan saling menghargai antara penyebar dan pemeluk agama baru dengan penganut-penganut agama lama (Hindu-Budha).
Ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di Indonesia. Menurut Dr. Adil Muhyidin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam dari Timur Tengah, menyatakan bahwa ada tiga factor yang menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1.      Faktor Agama
Faktor agama, yaitu akidah islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat dan martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas rohaniwan seperti Brahmana dalam system kasta yang diajarkan Hindu. Masyarakat yang diyakinkan bahwa dalam Islam semua lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak ada yang lebih utama dalam pandangan Allah kecuali karena taqwanya. Mereka juga sama didalam hukum, tidak ada yang diistemewakan meskipun ia keturunan bangsawan. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat  dapat saling hidup rukun, bersaudara, bergotong royong, saling menghargai, saling mengasihi, bersikap adil, sehingga toleransi Islam merupakan ciri utama bangsa ini yang di kenal dunia dewasa ini. Selain itu akidah sufi kaum muslimin juga ikut membantu memasyarakatkan Islam di Indonesia, karena memiliki banyak persamaan dengan kepercayaan kuno Indonesia, yang cenderung menghargai pada pandangan dunia mistik. Seperti kepercayaan pada tiga dewa, yaitu dewa kecantikan, kemahiran, dan kesenian, yang diwariskan Hindu yang dasarnya menganut animisme.
2.      Faktor Politik
Faktor politik yang diwarnai oleh pertarungan dalam negeri antara negara-negara dan penguasa-penguasa Indonesia, serat oleh pertarungan negara-negara bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu. Hal tersebut mendorong para penguasa, para bangsawan dan para pejabat di negara-negara bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang di pandang mereka sebagai senjata ampuh untuk melawan dan menumbangkan kekuatan Hindu. Hal itu dapat di buktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislaman dibangkitkan ditengah-tengah masyarakat Indonesia, baik di Sumatra, Jawa maupun kepulauan Indonesia lainnya, dengan mudah sekali seluruh kekuatan dan semangat keislaman itu akan bangkit serentak sebagai suatu kekuatan kekuatan yang dahsyat.
3.      Faktor Ekonomi
Factor ekonomis yang pertama diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antar kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan Indonesia ke Cina, India, dan Teluk Arab/Parsi yang merupakan pendukung utamanya, karena telah memberikaan keuntungan yang tidak sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagi pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang masuk maupun yang keluar. Ternyata orang-orang yang terlibat dalam perdagangan itu bukan hanya para pedagang, tetapi dianatara mereka terdapat para penguasa negara-negara bagian, pejabat negara dan kaum bangsawan. Karena perdagangan melalui lautan Indonesia dan India hampir seluruhnya dikuasai pedagang arab, maka para pedagang Indonesia yang terdiri dari para pejabat dan bangsawan itu, yang bertindak sebagai ageb-agen barang Indonesia yang akan dikirim ke luar dan sebagai penyalur barang-barang yang masuk ke Indonesia, banyak berhubungan dengan para pedagang muslim Arab yang sekaligus mengajak mereka.
Dalam waktu yang relative cepat, ternyata agama Islam dapat diterima dengan baik oleh sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat jelata hingga kaum bangsawan.
Ada beberapa factor yang menyebabkan agama Islam dapat berkembang cepat di Indonesia. Di antaranya sebagai berikut:
1.  Syarat untuk masuk agama Islam sangatlah mudah. Seseorang hanya butuh mengucapkan kalimat syahadat untuk bisa secara resmi menganut agama Islam.
2.  Agama Islam tidak mengenal system pembagian masyarakat berdasarkan kasta. Dalam ajaran agama Islam tidak dikenal adanya berbedaan golongan dalam masyarakat. Setiap anggota masyarakta mempunyai kedudukan yang sama sebagai hamba Allah SWT.
3.  Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan yang relative damai (tanpa melalui kekerasan).
4.   Sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah member peluang untuk bergaul lebih erat dengan bangsa lain. Di dalam pergaulan yang erat itu kemudian terjadi saling mempengaruhi dan saling pengertian.
5.  Upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih sederhana.
 Faktor-faktor di atas didukung pula dengan semangat para penganut Islam untuk terus menyebarkan agama yang telah dianutnya, karena bagi penganut agama Islam, menyebarkan agama Islam adalah merupakan sebuah kewajiban.
Salah satu factor penting yang menjadi daya tarik begi terjadinya konversi massal kepada Islam adalah tentang introduksi kebudayaan peradaban literasi yang relative universal bagi penduduk Indo-Melayu. Factor ini telah sering dikemukakan banyak ahli, khususnya al-Attas. Bahkan Al-Attas dengan terlalu bersemangat menyimpulkan bahwa pengenalan kebudayaan peradaban literasi  ini telah memunculkan semanagat rasionalisme dan intelektualisme bukan saja dikalangan keraton atau istana, tetapi juga dikalangan rakyat jelata.
Penyebaran Islam yang begitu massif di Indo-Melayu pada masa-masa ini, tidak hanya berkaitan dengan para pedagang atau lebih tepatnya dengan apa yang disebut  Reid sebagai “repaid commercialization” kawasan Asia Tenggara. Berbarengan dengan itu, penting pula dicatat  kehadiran para guru sufi pengembara yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk menyebarkan Islam. Berbeda dengan para pedagang atau dunia  perdagangan pada umumnya yang berpusat  di wilayah-wilayah pesisir yang terbuka dan kosmopolitan itu, guru-guru sufi pengembara ini merambah daerah-daerah pedalaman yang tertutup, yang lebih di kuasai budaya agraris dan pandangan kosmopolitannya yang khas.
Melalui sebab-sebab itulah Islam cepat berkembang dan mendapat pengikut yang banyak, meskipun ada perbedaan dalam mengungkapkan bagaimana Islam cepat berkembang di Indonesia.[6]


  1. Kesultanan islam diluar indonesia

1.kesultanan malaka (abad 15)
Kesultanan ini terletak di semenanjung malaka. Islam di malaka berasal dari ksultanan samudra pasai. Pendiri kesultanan malaka adalah parameswara, seorang pangeran majapahit. Parameswara menikah dengan putri sultan samudra pasai dan kemudian masuk islam. Kesultanan malaka mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan sultan muzzafar syah pada tahun (1445-1459). Kesultanan ini runtuh ketika portugis menyerang dan mengalahkan malaka pada tahun 1511. Peninggalan sejarah kesultanan malaka berupa mata uang yang merupakan peninggalan dari akhir abad ke -15 dan benteng A-farmosa yang merupakan bukti penaklukan malaka oleh pasukan portugis.
            kesultanan malaka terkenal dan maju dalam perdagangan  karena malaka sebagai kota pelabuhan yang di kunjungi banyak pedagang sebagai pusat transit perdagangan di wilayah asia tenggara.
Adapun sultan malaka adalah:
1. Parameswara ( Megat Iskandar Syah) (1402-1424)
2. Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
3. Sri Parameswara Dewa Syah (1444-1446)
4. Sultan Muzaffar Syah (1446-1459)
5. Sultan Mansyur Syah (1459-1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488-1528)


2. kesultanan islam pattani (abad 15)
            Kehadiran islam di pattani dimulai dengan kedatangan Syaikh Said, nubaligh dari pasai, yang berhasil menyembuhkan Raja Pattani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Phaya Tu Nakpa (1486-1530 M) beragama Buddha, kemudian masuk islam dan bergelar sultan islamil syah. Kesultanan pattani kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan, terutama bagi pedagang dari cina dan india. Kejayaan pattani berakhir setelah di kalahkan kerajaan siam dari Bangkok. Peninggalan sejarah pattani berupa nisan kubur yang di sebut Batu Aceh yang melambangkan kedekatan hubungan dengan samudra pasai.
3. Kesultanan Brunai Darusalam
            Raja brunei pertama adalah awing betatar yang tertarik menerima islam dan mengganti namanya menjadi sultan Muhammad syah. Lalu seluruh keluarga istana masuk islam., termasuk putra sultan Muhammad syah yang kelak menggantikannya menjadi sultan kedua yaitu sultan ahmad.
            Pada tahun 1511 M, kerajaan malak jatuh ke tangan portugis. Maka atas kekosongan ini brunei mengambil alih menjadi pusat penyebaran islam dan perdagangan di kepulauan melayu. Di zaman pemerintahan sultan bolkiah  (1473-1521 M), sultan brunei ke-5, brunei berkembang menjadi suatu kerajaan yang maju dan kuat. Sultan bolkiah gemar mengadakan ekspedisi pelayaran hingga di beri gelar Nahkoda Ragam.pada tahun 1564 M, gubernur sepanyol Francesco de Sande  memperingatkan pemerintahan brunei agar tidak melakukan dakawahislam ke dalam daerah kekuasaannyadi kepulauan sulu-mindano dan Filipina yang berada di bawah kekuasaanya. Kerajaan brunei merupakan kerajaan islam yang makmur di kawasan Asia Tenggara .
            Brunei merdeka sebagai Negara islam di bawah pimpinan sultan ke-29, yaitu sultan hasanal bolkiah muizaddin waddaulah. Panggilan resmi kenegaraan sultan adalah kebawah duli yang maha mulia paduka seri baginda sultan dan yang dipertuan Negara. Gelar muizaddin waddaulah (penata agama dan Negara ) merupakan ciri sebutan yang selalu melekat pada setiap raja yang memerintah brunei.sultan has anal bolkiah sebagai sultan yang memegang kepala Negara sekaligus pemerintahan.
            Adapun secara lengkap raja-raja brunei darusalam adalah:
1.      Sultan Muhammad Syah (1405-1415)
2.      Sultan Ahmad (1415-1425)
3.      Sultan Sharif Ali (1425-1433)
4.      Sultan Sulaiman (1433-1473)
5.      Sultan Bolkiah (1473-1521)
6.      Sultan Abdul Kahar (1521-1575)
7.      Sultan Saiful Rijal  (1575-1600)
8.      Sultan Syah Brunei ( 1600-1605)
9.      Sultan Hassan (1605-1619)
10.  Sultan Abdul Jalilul Akbar (1619-1649)
11.  Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1649-1652)
12.  Sultan Muhammad Ali (1652-1660)
13.  Sultan Abdul Akkul Mubin (1660-1673)
14.  Sultan Muhyiddin (1673-1690)
15.  Sultan Nasaruddin (1690-1705)
16.  Sultan Hussin Kamaluddin (1705-1730)
17.  Sultan Muhammad Alauddin (1730-1745)
18.  Sultan Omar Ali Saifuddin I (1762-1795)
19.  Sultan Muhammad Tajuddin (1796-1807)
20.  Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1806-1807)
21.  Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1829)
22.  Sultan Muhammad Alam (1825-1828)
23.  Sultan Pengiran Muda Omar Ali Saifuddin II (1829-1852)
24.  Sultan Abdul Momin (1852-1885)
25.  Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
26.  Sultan Muhammad Jamalul Alam  II (1906-1924)
27.  Sultan Muhammad Tajuddin Akhazul Khairi Waddien (1924-1950)
28.  Sultan Omar Ali Saifuddien III (1950-1967)
29.  Sultan Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-sekarang)
4. kesultanan islam sulu abad ke 15
            Kesultan sulu merupakan kesultanan islam yang terletak di Filipina bagian selatan. Islam masuk dan berkembang di sulu melalui orang arab yang melewati jalur perdagangan malaka dan Filipina. Pembawa islam di sulu adalah syarif karim al-makdum, mubalig arab yang ali dalam ilmu pengobatan. Abu bakar, seorang da’i dari arab, menikah dengan putri dari pangeran bwansa dan kemudian memerintah di sulu dengan mengangkat dirinya sebagai sultan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk bwansa dan pemimpin-pemimpin mereka pastilah orang yang telah memeluk islam dan memiliki kemauan untuk menerima suatu kerajaan di negerinya
Para Penguasa Kesultanan Sulu di Filipina Selatan dimulai sejak Syarif Abu Bakar (Sultan Syarif Al-Hasyim) (1405-1420 M) hingga Sultan Jamalul Kiram II (1887) berjumlah 32 sultan. Di antaranya adalah Sultan Abu Bakar ( Sultan Syarif Al Hasyim), Sultan Kamaluddin bin Syarif Abu Bakar, Sultan Alauddin bin syarif Abu Bakar.

5. kesultan johor (abad ke 16)
            Kesultan johor berdiri setelah Kesultanan Malaka di kalahkan oleh portugis (1511 M). Sultan Alaudin Riayat Syah membangun kesultanan johor sekitar tahun 1530-1536. Masa kejayaan kesultanan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II. Kesultanan Johor memperkuat dirinya dengan mengadakan aliansi bersama kesultanan Riau sehingga di sebut kesultanan Johor-Riau. Kesultanan Johor-Riau berakhir setelah Raja Haji wafat dan wilayahnya di kuasai Belanda.
            Kesultanan Johor merupakan lanjutan dari Kesultanan Malaka (1511). Kesultanan Johor merupakan kerajaan yang gigih mengadakan perlawanan terhadap penjajahan portugis. Pada masa pemerintahan Sultan Johor yang ketiga yaitu Sultan Abdul Jalil Riayat Syah I, kerajaan ini sangat di segani penjajah. Demikian pula pada masa pemerintahan sultan ke empat yaitu Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II. Pada masa pemerintahannya kerajaan johor berada pada puncak kemegahanya.
Adapun para sultan johor adalah
1.      Sultan Alauddin Riayat Syah
2.      Sultan Muzafar Syah
3.      Sultan Abdul Jalil Riayat Syah I
4.      Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II

E.     Kondisi kerajaan-kerajaan di Indonesia
a.      Kerajaan Samudera pasai
Kerajaan islam pertama di indonesia adalah kerajaan samudra pasai yang merupakan kerajaan kembar. Kerajaan islam ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kemunculannya sebagai kerajaan islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad ke-7, ke-8 M, dan seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan samudera pasaai pada abad ke-13 M itu didukung oleh adanya nisan kubur terbuat dari granit asal samudera pasai. Dari nisan itu, dapat diketaui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan ramadhan tahun 696 H, yanh diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.
Malik Al-Saleh, raja pertama itu, merupakan pendiri kerajaan tersebut. Hal itu diketahui melalui tradisi hikayat Raja-raja pasai, hikayat melayu, dan juga hasil penelitian atas beberapa sumber yang dilakukan sarjana-sarjana barat, khususnya para sarjana Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P. Molquette, J.L. Moens, J. Hushoff  Poll, G.P. Rouffaer, H.K.J. Cowan, dan lain-lain.

b.      Kerajaan Perlak
Sebagai sebuah pelabuhan perniagaan yang maju dan aman pada abad ke-8 M perlak menjadi tempat persinggahan kapal-kapal niaga orang-orang Arab dan Persi. Seiring dengan berjalannya waktu didaerah  ini terbentuk dan berkembang masyarakat Islam terutama sebagai akibat perkawinan di antara saudagar-saudagar muslim dengan perempuan-perempuan anak negeri. Perkawinan ini menyebabkan lahirnya keturunan-keturunan muslimdari percampuran darah antara Arab, Persi dengan puteri-puteri perlak. Hal inilah yang kemudian menyebabkan berdirinya kerajaan Islam Perlak yang pertamapada hari selasa satu hari bulan Muharram tahun 225 H/ 840 M dengan rajanya Syed Maulana Abdul Azia Shah (peranakan Arab Quraisydengan puteri perlak) atau yang terkenal dengan gelar Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azia Shah.
Adapun para sultan yang memimpin kerajaan perlak adalah setelah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis shah (225-249 H/ 860-864 M) adalah sultan alaiddin syed maulana abdul rahim shah (249-285 H/ 864-888 M), sultan alaiddin syed maulana abbas shah (285-300 H/ 888-913 M).masa pemerintahan ketiga sultan ini disebut sebagai pemerintahan Dinasti syed maulana abdul azis shah. Pada masa pemerintahan baginda ( aliran syi’ah), aliran ahlus sunnah wal jama’ah mulai berkembang dalam masyarakat dan hal ini sangat tidak disukai aliran syi’ah. Pada akhir pemerintahan sultan ketiga terjada perang saudara antara dua golongan tersebut yang menyebabkan setelah kematian sultan selama dua tahun tidak ada sultan.
Pada tahun 302-305 H/ 915-918 M naiklah syed maulana ali mughayat shah sebagai sultan. Setelah kurang lebih tiga tahun,pada akhir masa pemerintahannya pergolakan antara dua golongan terjadi lagi. Kemenangan ada di pihak ahlus sunnah wal jama’ah sehingga sultan yang di angkat untuk memerintah perlak di ambil dari golongannya yaitudari keturunan meurah perlak asli (syahir nuwi).
Adapun urutan sultan yang memrintah adalah sebagi berikut:
1)      Sultan makdum alaiddin malik abdul kadir shah johan berdaulat (306-310 H/ 928-932 M)
2)      Sultan makdum alaiddin malik muhammad amin shah johan berdaulat (310-334 H/ 932-956 M)
3)      Sultan makdum alaiddin abdul malik shah johan berdaulat (334-362 H/ 956-983 M)
Setelah diselingi dua penguasa pemerintahan, kerajaan perlak kembali bersatu dibawah  sultan makdum ibrahim shah johan berdaulat sampai tahun 402 H-1023 M sedangkan sultan-sulatn penggantinya adalah:
1)      Sultan makdum alaiddin malik mahmud shah johan berdaulat (402-450 H/ 1023-1059 M)
2)      Sultan makdum alaiddin malik mansur shah johan berdaulat (450-470 H/1059-1078 M)
3)      Sultan makdum alaiddin malik abdullah shah johan berdaulat (470-501 H/ 1078-1109 M)
4)      Sultan makdum alaiddin malik ahmad shah johan berdaulat (501-527 H/ 1109-1135 M)
5)      Sultan makdum alaiddin malik mahmud shah johan berdaulat (527-552 H/ 1135-1160 M)
6)      Sultan makdum alaiddin malik usman shah johan berdaulat (552-565 H/ 1160-1173 M)
7)      Sultan makdum alaiddin malik muhammad shah johan berdaulat (565-592 H/ 1173-1200 M)
8)      Sulan makdum alaiddin abdul jalil shah johan berdaulat (592-622 H/ 1200-1230 M)
9)      Sultan makdum alaiddin malik muhammad amin shah II johan berdaulat (622-659 H/ 1230-1267 M). Sultan mempunyai dua puteri yaitu puteri ratna kamala dan puteri ganggang. Puteri pertama dikawinkan dengan raja malaka yaitu sultan muhammad shah (parameswara sebelum Islam) sedang puteri kedua dikawinkan dengan raja samudera pasai atau al-malik al-saleh.
10)   Sultan makdum alaiddin malik abdul azis shah johan berdaulat (662-692 H/ 1263-1292 M). Baginda merupakan sultan terakhir dari kerajaan perlak dinasti johan berdaulat. Setelah sultan mangkat kerajaan perlak disatukan dengan kerajaan samudera pasai pada masa pemerintahan sultan muhammmad malik al-zahir putera al-malik al-saleh.[7]
c.       Kerajaan Demak (1500- 1550)
Menurut tradisi yang tercantum dalam historiografi tradisional jawa, pendiri kerajaan demak ialah raden patah. Dia adalah seorang putera raja majapahit dari istri cina yang dihadiahkan kepada raja palembang.Graaf menyatakan bahwa asal-usul raja demak dari keturunan cina dapat dipercaya, bahkan dia sudah menganut agama Islam ketika dia menetap disana. Konon, dia berasal dari Gresik (jawa timur) dan menjabat sebagai patih. Dia hidup di Demak pada perempat terakhir abad ke-15.
Raden patah adalah salah satu murid sunan kudus yang ulung. Oleh karena itu, tatkala dia memimpin demak, sunan Kuduslah yang selalu mendampinginya. Sebagai kelengkapan negara, maka disusunlah angkatan perang. Mereka bukan saja sebagai penjaga dan pengayom negara, tetapi juga sanggup menjelmakan cita-cita agama Islam. Mereka juga berhasrat  agar agama Islam unggul dan terus berkembang seperti yang diinginkan oleh para pendahulunya (walisanga).
Atas nasihat Sunan Kudus, Raden Patah membuat siasat:
a.       Menghancurkan kekuatan portugis di luar Indonesia
b.      Membuat pertahanan yang kuat di Indonesia
Untuk dapat menhancurkan portugis di luar Indonesia dikerahkan angkatan laut yang berpangkalan di Jepara yang dipmpin oleh Adipati Unus (pangeran sabrang lor), putera Raden Patah. Dengan bantuan dari palembang, mereka menuju ke Malaka. Akan tetapi, serangan itu dapat ditangkis oleh portugis. Hal itu terjadi pada tahun 1513. Setelah itu dengan dipimpin oleh ratu kalinyamat (cucu raden patah) armada laut demak menyerang portugis lagi. Usaha ini pun gagal, karena ternyata armada portugis lebih unggul.
Tatkala perjuagan melawan portugis belum selesai, pada tahun 1518 Raden Patah wafat, dan digantikan oleh puteranya, Adipati Unus (pangeran sabrang lor). Dikenal dengan nama tersebut, karena dia pernah menyeberang ke utara untuk menyerang portugis yang ada di sebelah utara (malaka). Di samping itu, dia dikenal dengan nama Cu Cu Sumangsang/ Aria Sumangsang. Namun sayang, dia hanya memerintah selama tiga tahun sehingga usahanya sebagai negarawan tidak banyak diceritakan. Konon, dia mempunyai armada laut yang terdiri dari 40 kapal juang yang berasal dari daerah-daerah taklukan, terutama yang diperoleh dari Jepara.
Sebagai penggantinya adalah Sultan Trenggana/ Tranggana, saudara adipati unus. Dia memerintah dari tahun 1521-1546. Tatkala dia memerintah, kerajaan telah diperluas ke barat dan ke timur. Ke barat sampai ke banten dan ke timur sampai ke sangguruh, yaitu daerah di bagian hulu sungai brantas atau saat ini dikenal dengan kota malang. Sebagai lambang kebesaran Islam, masjid demak pun dibangun kembali.
Dengan gambaran tersebut diatas, perjuangan panggeran trenggana tidak kalah oleh para pendahulunya. Adapun orang-orang portugis di malaka, dirasanya sebagai ancaman dan bahaya. Untuk menggempur langsung, dia belum sanggup. Namun demikian, dia berusaha membendung perluasan daerah-daerah yang dikuasai oleh portugis yang telah berhasil pula menguasai daerah pase di sumatera utara. Seorang ulama terkemuka di pase, Fatahillah, yang sempat melarikan diri dari kepungan orang-orang portugis, diterima oleh trenggana. Fatahillah pun dikawinkan dengan adiknya. Ternyata Fatahillah dapat menghalangi kemajuan orang-orang portugis dengan merebut kunci-kunci perdagangan kerajaan pejajaran di Jawa Barat yang belum masuk Islam, yaitu banten dan cirebon. Sementara itu, trenggana sendiri berhasil menaklukan mataram dipedalaman jawa tengah dan juga Singasari Jawa Timur bagian selatan. Pasuruan dan panarukan dapat bertahan, sedangkan blambanggan menjadi bagian dari kerajaan Bali yang tetap Hindu. Dalam usahanya untuk menyerang Pasuruan pada tahun 1546, Trenggana wafat. Dengan wafatnya Sultan Trenggana, timbullah pertengkaran yang maha hebat di Demak tentang siapa yang menggantinya.[8]
Rupanya peradaban yang sudah cukup maju itu terhenti setelah sultan Trenggana wafat, karena setelah itu muncul kekacauan dan pertempuran antara para calon pengganti raja. Konon, ibukota demak pun hancur karenanya. Para calon pengganti raja yang bertikai itu adalah adik Trenggana (pangeran sedaing Lepen) melawan anak Trenggana (pangeran prawoto). Adik Trenggana terbunuh dan anak Trenggana dan keluarganya di bunuh oleh adik Trenggana, Arya Panangsang yang terkenal sangat kejam. Arya Panangsang juga membunuh adipati Jepara yang sangat besar pengaruhnya. Istri adipati jepara, Ratu Kalinyamat mengangkat senjata dan dibantu oleh adipati-adipati yang lain untuk melawan arya panangsang. Salah satunya adalah Adiwijaya (Jaka Tingkir), menantu Sultan Trenggana yang berkuasa di Pajang (Boyolali). Akhirnya, Joko Tingkir dapat membunuh Arya Penangsang. Pada tahun 1568, keraton demak pun di pindah ke Pajang.[9]
d.      Kerajaan Pajang (1568-1618)
Pengesahan Joko Tingkir sebagai raja pertama pajang disahkan oleh Sunan Giri (salah seorang Wali sanga) dan segera mendapatkan pengakuan dari adipati-adipati di seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan Demak hanya sebagai kadipaten yang dipimpin oleh seorang adipati, Arya Pangiri. Dia adalah anak Sultan Prawoto yang diangkat oleh Sultan  Pajang.
Setelah Joko Tingkir (adi wijaya) disahkan menjadi sultan, tanda kebesaran demak dipindahkan ke pajang. Perlu diketahui, tatkala menjadi konflik antara Aria Panangsang dengan Adiwijaya mendapat perhatian dari sunan kudus. Sebenarnya sunan kudus kurang cocok jika adiwijaya menjadi sultan. Sebab, di samping adiwijaya kurang mampu menghadapi portugis, juga ibukota kerajaan akan pindah ke pedalaman (pajang). Padahal, sunan kudus menentang kekuasaan pedalaman yang di sana pernah muncul gerakan agama yang menentang Islam yang dianut oleh pesisir. Gerakan tersebut ditokohi oleh Syaikh Siti Jenar. Oleh karena itu, pengharapan sunan kudus kandas.
Selama pemerintahan Jaka Tingkir, kesusasteraan dan kesenian keraton yang sudah maju peradabannya di Demak dan Jepara, lambat laun dikenal di Pedalaman Jawa Tengah. Berkat ajaran tokoh legendaris Syaikh Siti Jenar, agama Islam juga tersebar di pengging. Diberitakan bahwa hubungan keagamaan antara keraton pajang dengan masyarakat santrinya yang telah dibentuk oleh ulama dari semarang. Di samping masalah keagamaan, dipajang juga terdapat tulisan tentang sajak mono listik jawa yang dikenal dengan Niti Sruti. Sajak tersebut ditulis oleh pujangga pajang, pangeran karang Gayam. Pada masa kesultanan pajang, kesusasteraan Jawa juga dihayati dan dihidupkan di Jawa tengah bagian selatan. Selanjutnya, kesusasteraan jawa di pedalaman berkembang pada masa Mataram Islam.
Setelah Jaka Tingkir meninggal dunia pada tahun 1587, para penggantinya tidak dapat mempertahankan pemerintahannya. Ahli waris sultan Pajang ialah tiga orang putera menantu, yaitu raja di Tuban, raja di Demak, dan raja di araos Baya, di samping putranya sendiri, pangeran Benawa, yang konon masih sangat muda. Oleh karena itu, dia disingkirkan oleh Arya pangiri (dari Demak) dan dijadikan adipati di Jipang. Sebagai pemimpin pajang  adalah Arya Pangiri . Ternyata, tindakan-tindakannya banyak yang merugikan rakyat sehingga menimbulkan rasa tidak senang di mana-mana.
Keadaan semacam itu dimanfaatkan oleh pangeran Benawa untuk merebut kembali kekuasaannya. Usahanya berhasil, sesudah terjadi pertempuran singkat pada tahun 1588. Selanjutnya, Arya Pangiri dikembalikan ke Demak. Kemenangan tersebut atas peran senopati Mataram yang dianggapnya sebagai kakak. Namun, baru atu tahun memerintah, dia wafat. Meskipun ada pendapat yang mengatakan bahwa dia meninggalkan pajang, menuju Parakan (Kedu).
Setelah itu, pemerintahan Pajang banyak dikendalikan oleh orang-orang mataram. Buktinya, senopati mataram mengangkat Gagak Bening, yang memerintah sampai dengan tahun 1591. Senopati Mataram mengendalikan Pajang sampai dengan tahun 1618.

e.       Kerajaan Mataram
Kiai Ageng Pamanahan yang lebih dikenal dengan nama Kiai Gede mataram, sebagai perintis kerajaan Mataram. Dialah yang dalam waktu singkat menjadikan daerahnya sangat maju. Dia sendiri tidak sempat menikmati hasil usahanya, karena dia meninggal pada tahun 1575. Akan tetapi, anaknya yang bernama Sutawijaya yang dikenal dengan senopati melanjutkan usahanya dengan giat. Karena dia adalah seorang yang gagah berani dan mahir dalam peperangan, maka dia dikenal dengan senopati ing alaga (panglima perang), bahkan Sayidin Panatagama (yang dipertuan pengatur agama).
Selanjutnya, pada tahun 1586 dia mengangkat dirinya sebagai raja mataram. Tatkala menjadi raja, senopati baru menguasai Mataram, kedu, dan banyumas. Sedangkan pajang sendiri dan daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya serta Demak belum mau tunduk, bahkan wilayah pesisir menentangnya. Namun, tatkala dia meninggal, Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur sudah dapat ditaklukkan.
Setelah senopati wafat, pada tahun 1601 dia digantikan oleh puteranya, Mas Jolang (Pangeran Seda Ing Krepyak) yang hanya sempat mempertahankan daerah-daerah yang telah ditundukan ayahnya, sebab daerah-daerah selalu berontak. Jawa baru dikuasai tatkala Mataram dipegang oleh Sultan Agung ( Raden Mas Rangsang). Dia memerintah dari tahun 1613-1645. Kenaikan tahtahnya tidak lancar, karena. Menjelang wafatnya, panembahan Krepyak menunjuk puteranya, dan Mas Rangsang, sebagai pengantinya. Ini berlawanan dengan apa yang dijanjikan lebih dahulu, yaitu bahwa Martapura, putra yang lebih muda, akan menggantikannya. Martapula ini tidak akan lama menjadi raja dan akan menyerahkan jabatannya kepada kakaknya. Memang, mula-mula Raden Martapula diangkat sebagai Raja oleh Ki Adi Pati Mandaraka dan Pangeran Purbaya. Dia bahkan keluar dari tempat upacara untuk dielu-elukan dan duduk dikursi kerajaan dari emas. Akan tetapi, atas bisikan Ki Adipati Mandaraka dia segera meletakan jabatannya dan mempersilahkan kakaknya Den Mas Rangsang untuk duduk dikursi kerajaan. Kemudian berlangsung pengangkatan raja baru yang memakai nama Sultan Agung, Senopoti Ing Alaga, Ngabdur-Rahman. Meraka yang tidak puas ditatang tetapi mereka menyetujuinya.

f.       Kerajaan Cirebon
Menurut tradisi seperti yang tertera dalam historiografi tradisional, pendiri Kerajaan Cirebon adalah Sunan Gunungjati. Ia bernama Nurullah, kemudian terkenal dengan sebutan Syaikh Molana. Penulis-penulis portugis mengenalnya dengan nama Falatehan dan Tagaril. Menurut Hoesein Djajaningrat, kata Falatehan berasal dari bahasa Arab Fath (kemenangan) dan Tagaril, konon nama sebuah kota di Arab Fakhrullah. Adapun Hamka menyebut Falatehah dengan nama Fatahillah. Nama tersebut sebagai penghargaan tertinggi dari Sultan Trenggana karena dia dapat menaklukkan banten, sedangkan nama sebelumnya adalah Syarif Hidayatullah.
Sartono mengatakan, berdasarkan tradisi Jawa Barat bahwa Nurullah melakukan ibadah haji dan sekembalinya (1524) dari Mekah tinggal di Demak. Di sana, dia kawin denagn saudara perempuan Sultan Trenggana. Tak lama kemudian, Nurullah bertolak ke banten. Di sana didirikanlah pemukiman bagi pengikutnya (kaum muslimin). Sepeninggal puteranya, pangeran pasareyan, Nurullah yang kemudian dikenal dengan nama sunan gunnung jati pindah ke cirebon, sedang pemerintahan di Banten diserahkan kepada seorang putera lain, Hasanuddin.
Meskipun sebagai penguasa di Cirebon, tidak ada kepastian bahwa dia membangun keraton besar di sana. Hanya saja, dia menyuruh membuat masjid yang besar atau memperluas tempat peribadatan di sana dengan gaya yang sama seperti Masjid suci Demak yang menjadi model, yang telah menjadi model bagi semua masjid besar di kota-kota besar Jawa. Tidak dibangunnya keraton besar disana kemungkinan karena dia sampai sampai dengan tahun 1552 masih berkedudukan  di Banten. Konon cirebon yang telah dikuasainya itu telah diserahkan kepada puterannya (Pangeran Pasareyan ). Setelah Pangeran Pasareyan meninggal dunia (1552) Sultan yang telah tua itu pindah ke Cirebon.
Sampai meninggalnya pada 1570, kerajaan pakuwanbulum juga ditaklukan. Kerajaan pakuwan baru dapat ditaklukan, setelah Cirebon dipimpin oleh putera Sunan Gunung Jt, Pangeran Ratu atau yang dikenal Panembahan Ratu. Selama pemerintahannya, dipeliharanya hubungan damai dengan Mataram ddan penguasa lokal di sebelah barat Mataram. Namun demikian, Pangeran Ratu juga mengalami pergolakan zaman, yaitu munculnya kekuasaan Belanda, berdirinya Batavia dan peristiwa lainnya. Pada paruh kedua abad XVII dinasti ini terpecah menjadi beberapa cabang yang masing-masing mempunyai kekuatan.[10]
g.      Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam didirikan pada tahun 1524 M oleh Sultan Ali Mughayat Shah.
Peletak dasar kerajaan aceh darussalam adalah Sultan Alauddin Riayat Shah.
Kerajaan ini mencapai puncaknya pada masa Sultan Iskandar Muda (1608-1637 M).
Pada masa pemerintahan Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan, karena saudagar-saudagar muslim yang sebelumnya berdagang dengan Malaka, memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malaka dikuasai Portugis (1511 M). Sebagai akibat dari penaklukan Malaka oleh Portugis itu, jalan dagang yang sebelumnya dari Laut Jawa ke Utara melalui selat Karimata terus ke Malaka, pindah melalui selat Sunda dan menyusuri pantai Barat Sumatera terus ke Aceh. Dengan demikian Aceh menjadi ramai dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri. H.J. De Graaf berpendapat bahwa raja Aceh yang pertama ialah Ali Mughayat Syah.Sultan-sultan yang pernah memerintah Aceh diantaranya sebagai berikut:[11]
a.       Sultan Johan Syah
b.      Sultan Riayat Syah
c.       Sultan Mahmud Syah
d.      Sultan Firman Syah, dan beberapa Sultan lainnya.
Pada masa kerajaan ini, perkembangan ilmu pengetahuan semakin maju. Pada masa ini muncul tokoh-tokoh ulama seperti:
1)      Syaikh abdullah arif (dari arab)
2)      Hamzah al- fansuri (tokoh tasawuf)
3)      Syamsuddin as-sumatrani (1630 M)
4)      Abdurrauf singkel (1693 M)[12]
h.      Kerajaan Banten
Kerajaan Islam banten di dirikan oleh Sunan Gunugjati. Setelah Sunan Gunungjati menaklukan Banten pada tahun 1525 M, ia kembali ke cirebon, dan kekuasaannya diserahkan kepada anaknya yaitu Sultan Hasanuddin. Hasanuddin kemudian menikahi puteri Demak dan diresmikan menjadi panembahan banten pada tahun1552 M. Ia meneruskan usaha-usaha ayahnya dalam meluaskan wilayah Islam, yaitu ke lampung dan daerah sekitarnya di Sumatera Selatan, setelah sebelumnya tahun 1527 menaklukan Sunda Kelapa.
Pada tahun 1568 M, ketika kekuasaan Demak beralih ke pajang, sultan hasanuddin memerdekakan banten. Oleh karena itu, ia di anggap sebagai raja Islam pertama dari banten. Ketika ia meninggal pada tahun 1570 M, kedudukannya digantikan oleh putranya yaitu pangeran Yusuf. Pangeran Yusuf menaklukan pakuan pada tahun 1579 M sehingga banyak para bangsawan sunda yang masuk Islam.
Setelah pangeran Yusuf meninggal pada tahun 1580 M, ia digantikan oleh puteranya, yaitu Maulana Muhammad yang masih muda. Maulana Muhammad bergelar Kanjeng Ratu Banten. Selama itu kekuasaan dipegang oleh Qadhi bersama empat pembesar istana lainnya. Maulana Muhammad meninggal pada tahun 1596 M dalam usia 25 tahun. Setelah itu kedudukannya digantikan oleh anaknya yang masih kecil bernama Abdul Mufakhir Mahmud Abdul Qadir. Ia memerintah secara resmi pada tahun 1638 M.
Pada masa sultan Abdul Fattah yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1659 M) terjadi beberapa kali peperangan antara banten dengan VOC karena sultan ageng tirtayasa anti belanda. Sikapnya yang anti belanda itu mendapat dukungan dari seorang alim berpengaruh, yaitu Syaikh Yusuf yang berasal dari makassar. Peperangan itu baru berakhir dengan perdamaian pada tahun 1659 M. Sikap anti belanda ini tidak di setujui oleh anaknya, yaitu Abdul kahar yang bergelar Sultan Haji, ia lebih suka bekerja sama dengan Belanda. [13]
i.        Kerajaan Goa (Makasar)
Kerajaan Gowa awalnya merupakan kerajaan non-Islam. Raja Goa mula-mula masuk Islam adalah Karaeng Tonigallo. Setelah masul Islam, ia bergelar Sultan Alauddin Awwalul Islam. Kemudian kerajaan Goa (makasar) dinyatakan sebagai kerajaan Islam makasar pada tahun 1603. Sultan Alauddin Awwalul Islam memerintah sejak 1591-1638 M.
Pada tahun 1654-1660 M, kerajaan Goa diperintah oleh Sultan Hasanuddin. Selama masa pemerintahannya, Goa berkembang dan maju. Wilayah kekuasaanya meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan pulau-pulau sekitarnya dan Sumbawa.
Tahun 166o Sultan Hasanuddin turun tahta setelah menandatangani perjanjian perdamaian dengan belanda. Sebelum perjanjian perdamaian antara sultan hasanuddin dan belanda, berkali-kali telah terjadi peperangan. Setelah sultan hasanuddin turun tahta, anaknya Mapasomba naik tahta menggantikannya.
Kerajaan Makasar berdiri kurang lebih 65 tahun, sejak diproklamirkan oleh Sultan Alauddin Awwalul Islam tahun 1603 sampai tahun 1669 M.
j.        Kerajaan Ternate
Raja ternate yang pertama msuk Islam adalah Raja Gapi Buguna atas ajakan Maulana Husein. Setelah masuk Islam, maka ternate dinyatakan sebagai kerajaan Islam. Raja Gapi Buguna memerintah dari tahun 1465-1486 M setelah ia mangkat namanya dikenal sebagai Raja Marhum.[14]
Kehidupan sosial masyarakat Maluku sangat dipengaruhi oleh pedagang internasional. Pengaruh agama sangat terasa di pusat penyebarannya, agama Islam sangat berpengaruh budaya dan perkembangan di Maluku Utara. Bukan hanya agama islam saja akan tetapi maluku juga menjadi pusat penyebaran agama katholik dan protestan yang dibawa oleh bangsa Belanda dan Portugis.[15]











BAB III
PENUTUP

A.     Simpulan
Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu, Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia. Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun mengenal ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke daerah pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas ekonomi, pendidikan, dan politik.
Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun, dan sangat beragam. Dan dalam perkembangan selanjutnya bermunculan banyak kerajaan-kerajaan islam di Indonesia seperti samudera pasai dan kerajaan-kerajaan islam lainnya.












DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1991. Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam, cetakan ke-2. Jakarta: Amzah.
Ibrahim, Darsono. 2009. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Saepudin, Didin. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Press.
Supartha, I Made, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yatim, Badri. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yusuf, Mundzirin. 2006. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Pinus.



[1] I Made Supartha, dkk, SejarahKebudayaan Indonesia, (Jakarta: PT. RajagrafindoPersada, 2009), hlm.65.
       [2] Drs. Samsul Munir Amin, M.A.,sejarah peradaban islam,(jakarta:Amzah,2010)hlm. 302- 305
       [3] Dr. Badri Yatim, M.A., sejarah peradaban islam, ( jakarta : PT rajaGrafindo Persada, 2011) hlm. 191-193
[4]  Drs. Samsul Munir Amin, M.A.,sejarah peradaban islam,(jakarta:Amzah,2010)hlm. 306-309
[5] Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Majelis Ulama Indonesia, 1991), hlm. 39.

       [6] http://amrikhan.blogspot.co.id/2013/05/sebab-sebab-islam-cepat-berkembang-di.html. diakses tanggal 15 oktober 2015. Jam 16;30
       [7] Mundzirin Yusuf, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Pinus, 2006), hlm. 55-58.

[8] Ibid., hlm. 76-80
[9] Ibid., hlm. 81
[10] Ibid., hlm.81-89
[11]Didin Saepudin, SejarahPeradaban Islam. (Jakarta: UIN Press, 2007), hlm. 204.
[12] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 333
[13] Ibid., hlm. 338-339
[14] Ibid., hlm. 341
[15]Darsono Ibrahim, TonggakSejarahKebudayaan Islam, (Solo: PT TigaSerangkaiPustakaMandiri, 2009 ), hlm. 35-40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar