Laman

new post

zzz

Senin, 24 Oktober 2016

tt1 C 7d (MALAIKAT SEBAGAI PENDIDIK) QS. An-Najm Ayat 5-6

SUBYEK HAKIKI PENDIDIKAN 
(MALAIKAT SEBAGAI PENDIDIK)
QS. An-Najm Ayat 5-6

Sofwatil Maula   (2021115127)
Kelas : C

 TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016

 



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur dengan berkat rahmat Allah SWT yang telah memudahkan kami dalam menyelsaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,Rasulullah yang terakhir yang diutus dengan membawa syafaatnya yang penuh rahmah dan membawa pada keselamatan dunia dan akhirat.
Adapun makalah Tafsir Tarbawi I ini kami buat dengan usaha semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak,sehingga dapat mempelancar proses pembuatan makalah ini. Oleh karena itu,kami juga mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Dengan demikian kami mengharapkan semoga makalah Tafsir Tarbawi I tentang “Subyek Hakiki Pendidikan (Malaikat sebagai Pendidik)” ini dapat diambil manfaatnya dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan inspirasi kepada para pembaca. Selain itu kritik dan saran dari para pembaca selalu kami nantikan agar nantinya menjadi pertimbangan untuk diperbaikilebih baik lagi makalah ini.
Atas perhatian dan partisipasinya kami mengucapkan Terima kasih. 



                                                                       Pekalongan, 16 Oktober 2016
                                                                                   
                                                                                                Pemakalah





DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.    Judul Makalah............................................................................................. 2
C.    Nash dan Arti QS. An-Najm Ayat 5-6........................................................ 2
D.    Arti Penting Kajian Materi ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A.    Teori ............................................................................................................ 3
B.    Tafsir Surat An-Najm Ayat 5-6................................................................... 4
C.    Aplikasi dalam Kehidupan ......................................................................... 6
D.    Aspek Tarbawi ............................................................................................ 7
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 8
A.    Kesimpulan.................................................................................................. 8
B.    Saran............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 9
BIODATA PEMAKALAH.................................................................................... 10


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kita sebagai umat beragama, Islam, tentunya mempunyai pedoman hidup sesuai perintah Allah SWT yaitu Al-Qur’an. Dalam pedoman tersebut terdapat aturan-aturan yang harus kita laksanakan dan larangan-larangan yang harus kita tinggalkan. Al-qur’an adalah sumber hukum islam yang pertama bagi umat muslim. Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia di dalamnya menyimpan berbagai mutiara yang mahal harganya yang jika dianalisis secara mendalam sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Diantara mutiara tersebut adalah beberapa konsep pendidikan yang terkandung dalam Al-Quran, diantara konsep tersebut adalah konsep awal pendidikan, kewajiban belajar, tujuan pendidikan dan subjek pendidikan.
Proses pendidikan dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari peran pendidik dan peserta didik itu sendiri. Berhasil atau gagalnya pendidikan diantaranya ditentukan oleh kedua komponen tersebut. Mulai dari kemapanan ilmu pengetahuan pendidik, sampai kemampuan pendidik dalam menguasai objek pendidikan, berbagai syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, motivasi belajar peserta didik, kepribadian anak didik dan tentu saja pengetahuan awal yang dikuasai oleh peserta didik. Agar hasil yang direncanakan tercapai semaksimal mungkin. Disinilah pentingnya pengetahuan tentang subjek pendidikan. Kehidupan kita tidak terlepas dari pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi kita umat Islam. Sebagai seorang calon pendidik, tentunya kita diharapkan menjadi seorang pendidik yang profesional. Dalam Al –Qur’an telah dijelaskan bagaimana menjadi guru yang baik dan profeional. Dengan demikian kita akan dapat bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran islam. Selain kita mendapatkan rizqi kita juga akan mendapatkan berkah dan ridhonya dari Allah SWT. Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih detail tentang subjek pendidikan menurut Al-Qur’an.

B.    Judul Makalah
Judul makalah ini yaitu “ Subyek Hakiki Pendidikan (Malaikat sebagai Pendidik)” sesuai dengan tugas yang telah didapatkan oleh penulis.

C.    Nash dan Arti QS. An-Najm Ayat 5-6

عَلَّمَهُ شَدِ يْدُ الْقُوَى (5) ذُو مِرَّةٍ فَا سْتَوَى (6)
Artinya:
“Ia diajarkan kepadanya oleh yang sangat kuat, pemilik potensi yang sangat hebat; lalu dia tampil sempurna.”
D.    Arti Penting Kajian Materi
Dalam Al-Qur’an surat An-Najm ayat 5-6 dapat dipahami bahwa Nabi saw., tak pernah diajari oleh seorang manusia pun. Akan tetapi ia diajari oleh Jibril yang berkekuatan hebat. Sedang manusia itu diciptakan sebagai makhluk yang daif. Ia tidak mendapatkan ilmu kecuali sedikit saja. Oleh karena itu, ayat ini penting untuk kita kaji karena sebagai calon pendidik kita harus mengetahui klasifikasi seorang pendidik atau subjek pendidikan yakni seperti yang tercurah dalam ayat ini.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori
Subjek pendidikan sangat berpengaruh pada keberhasilan atau gagalnya suatu  pendidikan. Subjek pendidikan atau seorang pendidik adalah orang yang bertanggung jawab memberikan suatu pengejaran atau pendidikan sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta didik atau objek pendidikan. Subjek pendidikan yang dipahami oleh kebanyakan para ahli yaitu orang tua, guru-guru di sekolah (dalam lingkup Formal) maupun dalam lingkaran informal atau masyarakat. Pendidikan pertama yang kita ketahui selama ini adalah lingkungan keluarga (orang tua), yang biasanya dipelajari dalam psikologi pendidikan.  Namun harus kita ketahui sebagai umat Islam subjek pendidikan yang sebenarnya adalah Allah SWT dan yang kedua adalah Nabi Muhammad SAW.
Pada surat An-Najm ini ditegaskan klasifikasi seorang pendidik atau siapa saja yang berkompeten menjadi subjek pendidikan yakni seperti yang tersurah dalam ayat ini  adalah seperti halnya malaikat Jibril yang mana beliau gambarkan sebagai berikut:
a.      Sangat kuat, maksudnya memiliki fisik dan psikis yang matang dan mampu memecahkan masalah.
b.     Mempunyai akal yang cerdas, yakni seorang pendidik haruslah mempunyai akal yang mumpuni dalam bidangnya yakni berkompeten dalam mengajarkan apa yang diajarkannya sebagai seorang subjek pendidikan.
c.      Menampakkan dengan rupanya yang asli, yakni seorang subjek pendidikan hendaklah bersikap wajar yang tidak melebih-lebihkan segala sesuatu baik dari dirinya maupun apa yang dilakoninya dalam bidangnya.[1]

B.    Tafsir Surat An-Najm Ayat 5-6
1.     Tafsir Al-Mishbah
Kata (علمه) bukan berarti bahwa wahyu tersebut bersumber dari malaikat Jibril. Seorang yang mengajar tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah kita mengajar anak kita membaca, padahal sering kali bacaan yang diajarkan itu bukan karya kita. Menyampaikan atau menjelaskan sesuatu secara baik dan benar adalah salah satu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas menyampaikan secara baik dan benar kepada Nabi saw., dan itulah yang dimaksud dengan pengajaran disini.
            Kata ( ةمرّ) terambil dari kalimat (اَ مْرَرْ تُ الْحَبْلَ) yang berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata (ذو مرة) digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan seseorang. Al-Biqa’i memahaminya dalam arti ketegasan dan kekuatan yang luar biasa untuk melaksanakan tugas ynag dibebankan kepadanya tanpa sedikitpun mengarah kepada tugas selainnya disertai dengan keikhlasan penuh. Ada juga ynag memahminya dalam arti kekuatan fisik, akal, dan nalar.
            Ada lagi ulama yang memahami ayat ini sebagai berbicara tentang Nabi Muhammad saw., yakni Nabi agung itu adalah seorang tokoh yang kuat kepribadiannya serta matang pikiran dan akalnya lagi sangat tegas dalam membela agama Allah.[2]
2.     Tafsir Al-Azhar
“Yang memberinya ajaran ialah yang sangat kuat.” (ayat 5)
Inilah jaminan selanjutnya tentang wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw., itu. Bahwasannya yang mengajarkan wahyu itu kepada beliau ialah makhluk yang sangat kuat. Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud dengan yang sangat kuat ialah Malaikat Jibril.
“Yang mempunyai keteguhan.” (pangkal ayat 6). Mujahid, al-Hasan dan Ibnu Zaid member arti: “Yang mempunyai keteguhan.” Ibnu Abbas member arti: “Yang mempunyai rupa yang elok.” Qatadah member arti: “Ynag mempunyai bentuk badan yang tinggi bagus.” Ibnu Katsir ketika member arti berkata: “Tidak ada perbedaan dalam memberi arti yang dikemukakan itu.” Karena Malaikat Jibril itu memang bagus dipandang mata dan mempunyai kekuatan luar biasa. Lanjutan ayat ialah (فا ستو ى) artinya: “yang menampakkan diri yang asli.”
Menurut riwayat dari Ibnu Abi Haitam yang diterimanya dari Abdullah bin Mas’ud, bahwasannya Rosululloh saw. melihat rupanya yang asli itu dua kali. Kali yang pertama ialah ketika Rosul saw. meminta kepada Jibril supaya sudi memperlihatkan diri menurut rupanya yang asli. Permintaan itu dia kabulkan, lalu kelihatanlah dia dalam keasliannya itu memenuhi ufuk. Kali yang kedua ialah ketika ia memperlihatkan dalam keadaannya yang asli itu, ketika Jibril akan menemani beliau pergi Isra’ Mi’raj. Dalam pernyataan diri dari keasliannya itu, Nabi melihatnya dengan sayap yang sangat banyak, 600 (enam ratus) sayap.[3]
3.     Tafsir Al-Maragi
Nabi saw., tak pernah diajari oleh seorang manusia pun. Akan tetapi ia diajari oleh Jibril yang berkekuatan hebat. Sedang manusia itu diciptakan sebagai makhluk yang daif. Ia tidak mendapatkan ilmu kecuali sedikit saja. Di samping itu, Jibril adalah terpercaya perkataannya. Sebab, kecerdasan yang kuat merupakan syarat kepercayaan orang terhadap perkataan orang lain. Begitu pula ia terpercaya hafalan maupun amanatnya. Artinya dia tidak lupa dan tak mungkin merubah.
Jibril memiliki kekuatan-kekuatan pikiran dan kekuatan-kekuatan tubuh. Sebagaimana diriwayatkan bahwa ia pernah mencukil negeri kaum Lut dari laut Hitam yang waktu itu berada dibawah tanah. Lalu memanggulnya pada kedua sayapnya dan diangkatnya negeri itu ke langit, kemudian dibalikkan. Pernah pula ia berteriak terhadap Kaum Samud, sehingga mereka mati semua.
Jibril pernah menampakkan diri dalam rupa yang asli, sebagaimana Allah menciptakan dia dalam rupa tersebut, yaitu ketika Rosululloh saw. ingin melihatnya sedemikian rupa. Yakni bahwa Jibril itu menampakkan diri kepada Rosulullah saw. pada ufuk yang tertinggi, yaitu ufuk matahari.[4]

C.    Aplikasi dalam Kehidupan
Seorang pendidik berkewajiban untuk mengajarkan ilmunya kepada peserta didik, sedangkan peserta didik berkewajiban menuntut ilmu dari seorang pendidik. Karena peran seorang pendidik sangat besar terhadap peserta didiknya, maka seorang peserta didik harus menghormatinya. Dari sinilah terlihat bahwa penghoramatan terhadap seorang pendidik termasuk bagian dari aspek akhlak (etika). Penghoramatan seorang peserta didik terhadap seorang pendidiknya telah dicontohkan oleh Nabi Musa as terhadap al- Khidir. Di antara bentuk-bentuk penghormatan Nabi Musa as terhadap al- Khidir adalah berbicara dengan lemah lembut, tidak banyak bicara, dan menganggap al-Khidir lebih tahu daripada dirinya. Pendidik sangat penting sebagai penuntun bagi peserta didiknya dan sebagai teladan bagi peserta didiknya karena tujuan dasar dari pendidikan, yakni perubahan tingkah laku peserta didik, salah satunya adalah tergantung dari pendidiknya. Jika pendidiknya memberikan teladan yang baik maka peserta didiknya akan mengikutinya, begitu juga sebaliknya jika pendidiknya memberikan teladan yang tidak baik maka peserta didiknya akan mengikutinya.[5]

D.    Aspek Tarbawi
1.     Seorang pendidik harus cerdas dalam mengajar, kuat menghadapi anak didiknya, serta harus konsisten antara ucapan dan perbuatannya.
2.     Seorang pendidik dapat menjadi model dan teladan bagi murid-muridnya.
3.     Seorang guru bersikap sewajarnya tanpa ada sesuatu yang menyimpang.[6]








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pada surat An-Najm ini ditegaskan klasifikasi seorang pendidik atau siapa saja yang berkompeten menjadi subjek pendidikan yakni seperti yang tersurah dalam ayat ini  adalah seperti halnya malaikat Jibril yang mana beliau gambarkan sebagai berikut:
a.      Sangat kuat, maksudnya memiliki fisik dan psikis yang matang dan mampu memecahkan masalah.
b.     Mempunyai akal yang cerdas, yakni seorang pendidik haruslah mempunyai akal yang mumpuni dalam bidangnya yakni berkompeten dalam mengajarkan apa yang diajarkannya sebagai seorang subjek pendidikan.
c.      Menampakkan dengan rupanya yang asli, yakni seorang subjek pendidikan hendaklah bersikap wajar yang tidak melebih-lebihkan segala sesuatu baik dari dirinya maupun apa yang dilakoninya dalam bidangnya.

B.    Saran
               Demikian makalah ini kami buat. Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin              





DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Bahrun. 1989. Tafsir Al-Maragi. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Hamka. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII. Jakarta: PT. Kipas Putih Aksara.
Izzan, Ahmad.  2012.  Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan.  Banten: PAM Press.

Shihab, M. Quraish. 2003. Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, Muhammad Quraish. Lentera Al-Qur’an: Kisah dan hikmah kehidupan. Bandung: Mizan Media Utama.














BIODATA PEMAKALAH


Nama                          : Sofwatil Maula.
Tempat, tanggal lahir  : Pekalongan, 25 Juni 1997.
Alamat                                    : Banyurip Alit, Gang 4 No. 41 Pekalongan Selatan.
Asal Sekolah               : MII Banyurip Ageng 01
                                      MTs IN Banyurip Ageng
                                      MAS Simbang Kulon
                                      Masih menempuh S1 di IAIN Pekalongan
  Fakultas Tarbiyah/PAI




[1] Ahmad Izzan, Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan, (Banten: PAM Press, 2012), hlm. 203
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), hlm. 410-411
[3] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII, (Jakarta: PT. Kipas Putih Aksara), hlm. 93
[4] Bahrun Abubakar, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1989), hlm 79-81
[5] Muhammad Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an: Kisah dan hikmah kehidupan (Bandung: Mizan Media Utama,2013),hlm 84
[6] Ibid., hlm. 87

Tidak ada komentar:

Posting Komentar