SUBYEK HAKIKI
PENDIDIKAN
(MALAIKAT SEBAGAI PENDIDIK)
QS. An-Najm Ayat 5-6
Sofwatil Maula (2021115127)
Kelas : C
TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur dengan berkat
rahmat Allah SWT yang telah memudahkan kami dalam menyelsaikan tugas makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW,Rasulullah yang terakhir yang diutus dengan membawa syafaatnya yang penuh
rahmah dan membawa pada keselamatan dunia dan akhirat.
Adapun makalah Tafsir Tarbawi I ini kami buat dengan usaha
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak,sehingga
dapat mempelancar proses pembuatan makalah ini. Oleh karena itu,kami juga
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Dengan demikian kami mengharapkan semoga makalah Tafsir
Tarbawi I tentang “Subyek Hakiki Pendidikan (Malaikat sebagai Pendidik)” ini
dapat diambil manfaatnya dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
dapat memberikan inspirasi kepada para pembaca. Selain itu kritik dan saran
dari para pembaca selalu kami nantikan agar nantinya menjadi pertimbangan untuk
diperbaikilebih baik lagi makalah ini.
Atas perhatian dan partisipasinya kami mengucapkan Terima
kasih.
Pekalongan, 16 Oktober 2016
Pemakalah
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Judul Makalah............................................................................................. 2
C. Nash dan Arti
QS. An-Najm Ayat 5-6........................................................ 2
D. Arti Penting Kajian Materi ......................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A.
Teori
............................................................................................................ 3
B.
Tafsir
Surat An-Najm Ayat 5-6................................................................... 4
C.
Aplikasi dalam Kehidupan ......................................................................... 6
D.
Aspek
Tarbawi ............................................................................................ 7
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 8
A.
Kesimpulan.................................................................................................. 8
B.
Saran............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 9
BIODATA
PEMAKALAH.................................................................................... 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kita sebagai umat beragama, Islam, tentunya mempunyai pedoman
hidup sesuai perintah Allah SWT yaitu Al-Qur’an. Dalam pedoman tersebut
terdapat aturan-aturan yang harus kita laksanakan dan larangan-larangan yang
harus kita tinggalkan. Al-qur’an adalah sumber hukum islam yang pertama bagi
umat muslim. Al-Quran sebagai pedoman hidup
manusia di dalamnya menyimpan berbagai mutiara yang mahal harganya yang jika
dianalisis secara mendalam sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Diantara
mutiara tersebut adalah beberapa konsep pendidikan yang terkandung dalam
Al-Quran, diantara konsep tersebut adalah konsep awal pendidikan, kewajiban
belajar, tujuan pendidikan dan subjek pendidikan.
Proses pendidikan dalam kehidupan
manusia tidak terlepas dari peran pendidik dan peserta didik itu sendiri.
Berhasil atau gagalnya pendidikan diantaranya ditentukan oleh kedua komponen
tersebut. Mulai dari kemapanan ilmu pengetahuan pendidik, sampai kemampuan
pendidik dalam menguasai objek pendidikan, berbagai syarat yang harus dipenuhi
oleh seorang pendidik, motivasi belajar peserta didik, kepribadian anak didik
dan tentu saja pengetahuan awal yang dikuasai oleh peserta didik. Agar hasil
yang direncanakan tercapai semaksimal mungkin. Disinilah pentingnya pengetahuan
tentang subjek pendidikan. Kehidupan kita tidak terlepas
dari pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi kita umat Islam. Sebagai
seorang calon pendidik, tentunya kita diharapkan menjadi seorang pendidik yang
profesional. Dalam Al –Qur’an telah dijelaskan bagaimana menjadi guru yang baik
dan profeional. Dengan demikian kita akan dapat bersikap dan bertingkah laku
sesuai dengan ajaran islam. Selain kita mendapatkan rizqi kita juga akan
mendapatkan berkah dan ridhonya dari Allah SWT. Pada bab selanjutnya akan
dibahas lebih detail tentang subjek pendidikan menurut Al-Qur’an.
B.
Judul Makalah
Judul makalah
ini yaitu “ Subyek Hakiki Pendidikan (Malaikat sebagai Pendidik)” sesuai dengan
tugas yang telah didapatkan oleh penulis.
C.
Nash dan Arti QS. An-Najm Ayat 5-6
عَلَّمَهُ شَدِ يْدُ الْقُوَى (5) ذُو مِرَّةٍ فَا سْتَوَى (6)
Artinya:
“Ia diajarkan kepadanya oleh yang sangat kuat, pemilik potensi yang
sangat hebat; lalu dia tampil sempurna.”
D.
Arti
Penting Kajian Materi
Dalam Al-Qur’an surat An-Najm ayat
5-6 dapat dipahami bahwa Nabi saw., tak pernah diajari oleh seorang manusia pun. Akan tetapi ia
diajari oleh Jibril yang berkekuatan hebat. Sedang manusia itu diciptakan
sebagai makhluk yang daif. Ia tidak mendapatkan ilmu kecuali sedikit saja. Oleh
karena itu, ayat ini penting untuk kita kaji karena sebagai calon pendidik kita
harus mengetahui klasifikasi seorang pendidik atau subjek pendidikan yakni
seperti yang tercurah dalam ayat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Subjek
pendidikan sangat berpengaruh pada keberhasilan atau gagalnya suatu
pendidikan. Subjek pendidikan atau seorang pendidik adalah orang yang
bertanggung jawab memberikan suatu pengejaran atau pendidikan sehingga materi
yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta didik atau objek pendidikan.
Subjek pendidikan yang dipahami oleh kebanyakan para ahli yaitu orang tua,
guru-guru di sekolah (dalam lingkup Formal) maupun dalam lingkaran informal atau
masyarakat. Pendidikan pertama yang kita ketahui selama ini adalah lingkungan
keluarga (orang tua), yang biasanya dipelajari dalam psikologi pendidikan.
Namun harus kita ketahui sebagai umat Islam subjek pendidikan yang
sebenarnya adalah Allah SWT dan yang kedua adalah Nabi Muhammad SAW.
Pada
surat An-Najm ini ditegaskan klasifikasi seorang pendidik atau siapa saja yang
berkompeten menjadi subjek pendidikan yakni seperti yang tersurah dalam ayat
ini adalah seperti halnya malaikat
Jibril yang mana beliau gambarkan sebagai berikut:
a.
Sangat kuat, maksudnya memiliki fisik dan
psikis yang matang dan mampu memecahkan masalah.
b.
Mempunyai akal yang cerdas, yakni seorang
pendidik haruslah mempunyai akal yang mumpuni dalam bidangnya yakni berkompeten
dalam mengajarkan apa yang diajarkannya sebagai seorang subjek pendidikan.
c.
Menampakkan dengan rupanya yang asli, yakni
seorang subjek pendidikan hendaklah bersikap wajar yang tidak melebih-lebihkan
segala sesuatu baik dari dirinya maupun apa yang dilakoninya dalam bidangnya.[1]
B.
Tafsir
Surat An-Najm Ayat 5-6
1.
Tafsir
Al-Mishbah
Kata (علمه) bukan berarti bahwa
wahyu tersebut bersumber dari malaikat Jibril. Seorang yang mengajar tidak
mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah kita
mengajar anak kita membaca, padahal sering kali bacaan yang diajarkan itu bukan
karya kita. Menyampaikan atau menjelaskan sesuatu secara baik dan benar adalah
salah satu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas
menyampaikan secara baik dan benar kepada Nabi saw., dan itulah yang dimaksud
dengan pengajaran disini.
Kata
( ةمرّ) terambil dari kalimat (اَ
مْرَرْ تُ الْحَبْلَ) yang
berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata (ذو مرة) digunakan
untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan seseorang. Al-Biqa’i
memahaminya dalam arti ketegasan dan kekuatan yang luar biasa untuk
melaksanakan tugas ynag dibebankan kepadanya tanpa sedikitpun mengarah kepada
tugas selainnya disertai dengan keikhlasan penuh. Ada juga ynag memahminya dalam
arti kekuatan fisik, akal, dan nalar.
Ada
lagi ulama yang memahami ayat ini sebagai berbicara tentang Nabi Muhammad saw.,
yakni Nabi agung itu adalah seorang tokoh yang kuat kepribadiannya serta matang
pikiran dan akalnya lagi sangat tegas dalam membela agama Allah.[2]
2. Tafsir Al-Azhar
“Yang memberinya ajaran ialah yang sangat kuat.” (ayat 5)
Inilah jaminan selanjutnya tentang wahyu yang diterima oleh Nabi
Muhammad saw., itu. Bahwasannya yang mengajarkan wahyu itu kepada beliau ialah
makhluk yang sangat kuat. Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud
dengan yang sangat kuat ialah Malaikat Jibril.
“Yang mempunyai keteguhan.” (pangkal ayat 6). Mujahid, al-Hasan dan Ibnu
Zaid member arti: “Yang mempunyai keteguhan.” Ibnu Abbas member arti: “Yang
mempunyai rupa yang elok.” Qatadah member arti: “Ynag mempunyai bentuk badan
yang tinggi bagus.” Ibnu Katsir ketika member arti berkata: “Tidak ada
perbedaan dalam memberi arti yang dikemukakan itu.” Karena Malaikat Jibril itu
memang bagus dipandang mata dan mempunyai kekuatan luar biasa. Lanjutan ayat
ialah (فا ستو ى) artinya: “yang menampakkan diri yang asli.”
Menurut riwayat dari Ibnu Abi Haitam yang diterimanya dari Abdullah bin
Mas’ud, bahwasannya Rosululloh saw. melihat rupanya yang asli itu dua kali.
Kali yang pertama ialah ketika Rosul saw. meminta kepada Jibril supaya sudi
memperlihatkan diri menurut rupanya yang asli. Permintaan itu dia kabulkan,
lalu kelihatanlah dia dalam keasliannya itu memenuhi ufuk. Kali yang kedua
ialah ketika ia memperlihatkan dalam keadaannya yang asli itu, ketika Jibril
akan menemani beliau pergi Isra’ Mi’raj. Dalam pernyataan diri dari keasliannya
itu, Nabi melihatnya dengan sayap yang sangat banyak, 600 (enam ratus) sayap.[3]
3. Tafsir Al-Maragi
Nabi saw.,
tak pernah diajari oleh seorang manusia pun. Akan tetapi ia diajari oleh Jibril
yang berkekuatan hebat. Sedang manusia itu diciptakan sebagai makhluk yang
daif. Ia tidak mendapatkan ilmu kecuali sedikit saja. Di samping itu, Jibril
adalah terpercaya perkataannya. Sebab, kecerdasan yang kuat merupakan syarat
kepercayaan orang terhadap perkataan orang lain. Begitu pula ia terpercaya
hafalan maupun amanatnya. Artinya dia tidak lupa dan tak mungkin merubah.
Jibril
memiliki kekuatan-kekuatan pikiran dan kekuatan-kekuatan tubuh. Sebagaimana
diriwayatkan bahwa ia pernah mencukil negeri kaum Lut dari laut Hitam yang
waktu itu berada dibawah tanah. Lalu memanggulnya pada kedua sayapnya dan
diangkatnya negeri itu ke langit, kemudian dibalikkan. Pernah pula ia berteriak
terhadap Kaum Samud, sehingga mereka mati semua.
Jibril
pernah menampakkan diri dalam rupa yang asli, sebagaimana Allah menciptakan dia
dalam rupa tersebut, yaitu ketika Rosululloh saw. ingin melihatnya sedemikian
rupa. Yakni bahwa Jibril itu menampakkan diri kepada Rosulullah saw. pada ufuk
yang tertinggi, yaitu ufuk matahari.[4]
C. Aplikasi dalam Kehidupan
Seorang pendidik berkewajiban untuk
mengajarkan ilmunya kepada peserta didik, sedangkan peserta didik berkewajiban
menuntut ilmu dari seorang pendidik. Karena peran seorang pendidik sangat besar
terhadap peserta didiknya, maka seorang peserta didik harus menghormatinya.
Dari sinilah terlihat bahwa penghoramatan terhadap seorang pendidik termasuk
bagian dari aspek akhlak (etika). Penghoramatan seorang peserta didik terhadap
seorang pendidiknya telah dicontohkan oleh Nabi Musa as terhadap al- Khidir. Di
antara bentuk-bentuk penghormatan Nabi Musa as terhadap al- Khidir adalah
berbicara dengan lemah lembut, tidak banyak bicara, dan menganggap al-Khidir
lebih tahu daripada dirinya. Pendidik sangat penting sebagai penuntun bagi
peserta didiknya dan sebagai teladan bagi peserta didiknya karena tujuan dasar
dari pendidikan, yakni perubahan tingkah laku peserta didik, salah satunya
adalah tergantung dari pendidiknya. Jika pendidiknya memberikan teladan yang
baik maka peserta didiknya akan mengikutinya, begitu juga sebaliknya jika
pendidiknya memberikan teladan yang tidak baik maka peserta didiknya akan
mengikutinya.[5]
D. Aspek Tarbawi
1. Seorang pendidik harus cerdas dalam
mengajar, kuat menghadapi anak didiknya, serta harus konsisten antara ucapan
dan perbuatannya.
2. Seorang pendidik dapat menjadi model dan
teladan bagi murid-muridnya.
3. Seorang guru bersikap sewajarnya tanpa ada
sesuatu yang menyimpang.[6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada
surat An-Najm ini ditegaskan klasifikasi seorang pendidik atau siapa saja yang
berkompeten menjadi subjek pendidikan yakni seperti yang tersurah dalam ayat
ini adalah seperti halnya malaikat
Jibril yang mana beliau gambarkan sebagai berikut:
a.
Sangat kuat, maksudnya memiliki fisik dan
psikis yang matang dan mampu memecahkan masalah.
b.
Mempunyai akal yang cerdas, yakni seorang
pendidik haruslah mempunyai akal yang mumpuni dalam bidangnya yakni berkompeten
dalam mengajarkan apa yang diajarkannya sebagai seorang subjek pendidikan.
c. Menampakkan
dengan rupanya yang asli, yakni seorang subjek pendidikan hendaklah bersikap
wajar yang tidak melebih-lebihkan segala sesuatu baik dari dirinya maupun apa
yang dilakoninya dalam bidangnya.
B. Saran
Demikian
makalah ini kami buat. Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
DAFTAR
PUSTAKA
Abubakar, Bahrun. 1989. Tafsir
Al-Maragi. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Hamka.
Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII. Jakarta: PT. Kipas Putih Aksara.
Izzan,
Ahmad. 2012. Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat
Berdimensi Pendidikan. Banten: PAM
Press.
Shihab, M. Quraish. 2003. Tafsir
Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, Muhammad Quraish. Lentera Al-Qur’an: Kisah dan
hikmah kehidupan. Bandung: Mizan Media Utama.
BIODATA PEMAKALAH
Nama
: Sofwatil Maula.
Tempat,
tanggal lahir : Pekalongan, 25 Juni
1997.
Alamat : Banyurip
Alit, Gang 4 No. 41 Pekalongan Selatan.
Asal
Sekolah : MII Banyurip Ageng
01
MTs IN Banyurip Ageng
MAS Simbang Kulon
Masih menempuh S1 di IAIN Pekalongan
Fakultas Tarbiyah/PAI
[1] Ahmad Izzan, Tafsir
Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan, (Banten: PAM Press,
2012), hlm. 203
[2] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2003), hlm. 410-411
[4] Bahrun
Abubakar, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1989), hlm
79-81
[5] Muhammad Quraish Shihab, Lentera Al-Qur’an: Kisah dan hikmah kehidupan
(Bandung: Mizan Media Utama,2013),hlm 84
[6] Ibid.,
hlm. 87
Tidak ada komentar:
Posting Komentar