Laman

new post

zzz

Kamis, 03 November 2016

tt1 B 9c Pendidikan Pertama Terhadap Anak QS. Luqman, 31 : 17

OBYEK PENDIDIKAN “LANGSUNG”
Pendidikan Pertama Terhadap Anak
QS. Luqman, 31 : 17

Beta Dwi Kurniasari (2021115317)
Kelas : B

JURUSAN TARBIYAH / PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2016



KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah bertemakan “Pendidikan Pertama Terhadap Anak” untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi I. Penulis mengucapkan terima kasih yang pertama dan yang paling utama kepada Allah SWT yang selalu memberi kemudahan dalam segala hal. Yang kedua terimakasih kepada Bpk Muhammad Hufron M.S.I yang telah menyampaikan Ilmu dalam Mata Kuliah Tafsir Tarbawi I dengan bimbingan yang tiada habisnya. Juga kepada Staf perpustakaan IAIN  Pekalongan yang telah menyediaan buku-buku bacaan terkait makalah ini. Yang terakhir saya ucapkan terimakasih kepada kedua Orang Tua saya yang selalu mendukung saya dalam mencari ilmu lewat iringan doa-doanya serta teman-teman seperjuangan yang saling bahu-membahu dalam aktifitas perkuliahan.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan keislaman khususnya untuk mata kuliah Tafsir Tarbawi I. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis. Penulis mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan didalam penulisan makalah ini. Karena penulis sadari masih dalam tahap belajar. Penulis berharap adanya kritik, saran, dan usul guna memperbaiki makalah yang penulis buat.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb


Pekalongan, 17 Oktober 2016
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Al Qur’an memandang bahwa pendidikan merupakan persoalan pertama dan utama dalam membangun dan memperbaiki kondisi umat manusia di muka bumi ini. Ajaran yang terkandung di dalamnya berupa akidah tauhid, akhlak mulia, dan aturan-aturan mengenai hubungan vertikal dan horizontal ditanamkannya melalui pendidikan tersebut. Hal itu ditandai dengan gagasan awal Al Qur’an mengenai pendobrakannya terhadap tabir kebodohan dan keterbelakangan melalui perintah membaca, di mana membaca itu merupakan aktivitas belajar yang tentu saja bagian dari kegiatan pendidikan. Dengan demikian, pendidikan kata kunci untuk kemajuan bangsa. Maka kemajuan suatu negara selalu di ukur dengan mutu dan penyelenggaraan pendidikan yang dimiliki oleh bangsa tersebut.
             Ada beberapa upaya yang dilakukan dalam mendidik anak, yaitu do’a atau permohonan secara terus menerus terhadap Allah agar anak-anaknya menjadi anak-anak yang baik. Dan upaya kedua adalah mereka menempatkan pribadinya sebagai pribadi yang baik sehingga menjadi teladan bagi anak-anaknya. Selain itu, secara continue pula mereka membimbing anak-anak tersebut untuk taat kepada Allah.
B.    Judul
Pendidikan Pertama Terhadap Anak.

C.    Nash dan Artinya
¢Óo_ç6»tƒÉOÏ%r&no4qn=¢Á9$#öãBù&urÅ$rã÷èyJø9$$Î/tm÷R$#urÇ`tã̍s3ZßJø9$#÷ŽÉ9ô¹$#ur4n?tã!$tBy7t/$|¹r&(¨bÎ)y7Ï9ºsŒô`ÏBÇP÷tãÍqãBW{$#ÇÊÐÈ

Artinya : “Wahai anakku! Dirikanlah sembahyang dan menyuruhlah berbuat yang ma’ruf dan mencegah berbuat yang munkar dan sabarlahatas apapun yang menimpa engkau. Sesungguhnya yang demikian itu adalah termasuk yang sepenting-penting pekerjaan.”

D.    Arti Penting
Kenapa perlu di diskusikan? Karena ayat ini memperbincangkan tokoh pendidikan yaitu Luqman al Hakim. Ia seorang yang bijak, maka dengan kebijakannya ia berhasil mendidik anak dan istrinya menjadi muslim yang ta’at kepada Allah, padahal pada mulanya anak dan istrinya itu bukan muslim tetapi kafir. Ayat ini menjelaskan pembelajaran Luqman terhadap anaknya. Materi yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah terutama shalat adalah materi yang harus di ajarkan kepada anak-anak. Ia termasuk fardhu ‘ain yang mesti diketahui dan diamalkan oleh setiap individu muslim.















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori
Pendidikan pertama terhadap anak haruslah meliputi semua kajian keislaman yang menjadi fardhu ‘ain. Laksanakanlah sholat dengan sempurna dan hendaklah di samping engkau memperhatikan dirimu dan membentenginya dari kekejian dan kemungkaran, hendaklah engkau menganjurkan orang lain berlaku serupa. Karena itu, perintahkanlah secara baik-baik siapa pun yang mampu engkau ajak untuk mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah mereka dari kemungkaran. Memang engkau akan mengalami banyak tantangan dan rintangan dalam melaksanakan tuntunan Allah swt. Karena itu tabah dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu dalam melaksanakan aneka tugas. Sungguh yang demikian itu, yakni shalat, amar ma’ruf dan nahi mungkar, ketabahan dan kesabaran. Termasuk hal-hal yang diperintah Allah swt. Agar diutamakan sehingga tidak ada alasan untuk mengabaikannya.[1]

B.    Tafsir
QS. Luqman, 31:17                                  
¢Óo_ç6»tƒÉOÏ%r&no4qn=¢Á9$#öãBù&urÅ$rã÷èyJø9$$Î/tm÷R$#urÇ`tã̍s3ZßJø9$#÷ŽÉ9ô¹$#ur4n?tã!$tBy7t/$|¹r&(¨bÎ)y7Ï9ºsŒô`ÏBÇP÷tãÍqãBW{$#ÇÊÐÈ
Artinya : “Wahai anakku! Dirikanlah sembahyang dan menyuruhlah berbuat yang ma’ruf dan mencegah berbuat yang munkar dan sabarlah atas apapun yang menimpa engkau. Sesungguhnya yang demikian itu adalah termasuk yang sepenting-penting pekerjaan.”

→ Tafsir Al Azhar
            Kemudian Luqman meneruskan wasiatnya : “Wahai anakku! Dirikanlah sembahyang dan menyuruhlah berbuat yang ma’ruf dan mencegahlah berbuat yang munkar dan sabarlah atas apapun yang menimpa engkau.” (pangkal ayat 17).
            Untuk memperkuat pribadi dan meneguhkan hubungan dengan Allah, untuk memperdalam rasa syukur kepada Allah atas nikmat dan perlindunganNya yang selalu kita terima, dirikanlah sembahyang. Dengan sembahyang kita melatih lidah, hati dan seluruh anggota badan selalu ingat kepada Allah.
            Maka apabila pribadi telah kuat karena ibadah. Terutama tiang agama yaitu sembahyang, lakukanlah tugas selanjutnya. Yaitu berani menyuruh berbuat yang ma’ruf. Sesudah itu hendaklah berani pula menegur mana perbuatan yang munkar. “Sesungguhnya yang demikian itu adalah termasuk yang sepenting-penting pekerjaan.” (ujung ayat 17). Yakni kalau kita ingin jadi manusia yang berarti dalam pergaulan hidup di dunia ini. Sembahyang peneguh pribadi, amar ma’ruf nahi munkar dalam hubungan dengan masyarakat dan sabar dalam mencapai apa yang dicita-cita.[2]

→  Tafsir Al Misbah
            Luqman as melanjutkan nasihatnya kepada anaknya, nasihat yang dapat menjamin kesinambungan tauhid serta kehadiran Ilahi dalam kalbu sang anak. Beliau berkata : “Wahai anakku sayang, laksanakanlah shalat dengan sempurna syarat, rukun dan sunnah-sunnahnya.”
            Dan di samping engkau memperhatikan dirimu dan membentenginya dari kekejian dan kemunkaran, anjurkan pula orang lain berlaku serupa. Karena itu, perintahkanlah secara baik-baik siapapun yang mampu engkau ajak mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah mereka dari kemunkaran. Memang, engkau akan mengalami banyak tantangan dan rintangan dalam melaksanakan tuntunan Allah. Karena itu tabah dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu dalam melaksanakan aneka tugasmu.
            Sesungguhnya yang demikian itu yang sangat tinggi kedudukannya dan jauh tingkatannya dalam kebaikan yakni shalat, amr ma’ruf nahi munkar dan kesabaran termasuk hal-hal yang diperintah Allah agar diutamakan, sehingga tidak ada alasan untuk mengabaikannya.
            Nasihat Luqman di atas menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal shaleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amr ma’ruf nahi munkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah.[3]

→ Tafsir Ibnu Katsir
            Pesan-pesan ini sangat bermanfa’at. Pesan ini dikisahkan Allah melalui Luqmanul Hakim agar diteladani dan diikuti oleh manusia. Luqman berkata, “Hai anakku, dirikanlah shalat” sejalan dengan kewajiban , hukum, rukun dan waktunya. “Dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah dari perbuatan yang mungkar” sesuai dengan kesanggupanmu. “Serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu”, sebab orang yang menyeru kepada jalan Allah, pasti mendapat gangguan. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang ditetapkan. Sesungguhnya kesabaran dalam menghadapi gangguan manusia merupakan ketetapan yang diberikan Allah kepada para da’i. [4]

→ Tafsir Al Qurthubi
Dalam ayat ini dibahas tiga masalah, yaitu:
            Pertama : Firman Allah SWT, “Hai anakku, dirikanlah shalat.” Luqman berwasiat kepada anaknya dengan ketaatan-ketaatan paling besar, yaitu shalat. Menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar. Tentu saja maksudnya setelah dia sendiri melaksanakannya dan menjauhi yang mungkar. Inilah ketaatan dan keutamaan paling utama. Sungguh bagus sekali perkataan orang yang mengungkapkan,
وابدأ بنفسك فانهها عن غيها        فا ذا انتهت عنه فأ نت حكيم
“Mulailah dengan dirimu. Hentikanlah kezhalimannya sebab jika dia telah berhenti dari kezhalimannya, maka kamu adalah orang yang bijak.”
Bait syair ini telah disebutkan dalam bait-bait syair lainnya yang terdapat dalam penjelasan surah Al Baqarah.
      Kedua : Firman Allah SWT,“Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.” mengandung anjuran untuk merubah kemungkaran sekalipun Anda mendapatkan kemudharatan. Ini mengisyaratkan orang yang merubah terkadang akan disakiti. Ini semua hanya sebatas kemampuan dan kekuatan sempurna hanya milik Allah SWT. Bukan harus dan tidak bisa ditawar-tawar. Hal inipun telah dijelaskan dengan lengkap dalam surah Ali Imran dan Al Maidah.
           Ada yang berpendapat bahwa dia memerintahkan anaknya untuk bersabar atas segala kesusahan dunia seperti penyakit dan lainnya serta tidak keluar dari takut kepada berani melakukan maksiat terhadap Allah Azza wa Jalla. Ini penakwilan yang baik sekali, sebab lebih umum.
            Ketiga : Firman Allah SWT, “Sesungguhnya yang demikian itu adalah termasuk yang sepenting-penting pekerjaan.” Ibnu Abbas RA berkata, "Di antara hakikat keimanan adalah bersabar atas segala yang tidak diinginkan."[5]

C.    Aplikasi dalam kehidupan
            Mengikuti model pendidikan Luqman terhadap anaknya, maka materi pelajaran atau pendidikan yang mesti diberikan kepada anak dalam keluarga adalah tanamkan aqidah yang kuat terhadap anak. Hal ini sangat diperlukan agar anak-anak mampu berbuat kebaikan meskipun hal yang dilakukannya sangat kecil dan mungkin dianggap tidak memiliki arti apa-apa. Akan tetapi, di mata Allah SWT perbuatan, baik sekecil apapun akan Allah SWT balas sesuai dengan apa yang kita lakukan.
Berikan kesadaran kepada anak akan sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Allah SWT, seperti Maha Kaya, Maha Mengetahui dan Maha Teliti. Hal tersebut dilakukan agar anak menyadari bahwa setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia pasti akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Perintahkan kepada anak agar senantiasa mengerjakan sholat. Tentu sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kewajiban-kewajiban yang bertujuan menyempurnakan ibadah sholat anak. Berikan pengetahuan kepada mereka mengenai hal-hal yang berkaitan tentang sholat. Seperti rukun, sunnah, balasan bagi yang senantiasa mengerjakannya serta yang meninggalkannya.
Ajarkan kepada mereka agar berani menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Contohkan kebaikan-kebaikan kepada mereka agar mereka mendapat figur teladan yang nyata dihadapannya. Sinergikan antara perkataan dan perbuatan yang membuat mereka memiliki contoh nyata untuk ditiru. Penyakit terbesar orangtua maupun pendidik adalah tidak menyatunya antara perbuatan yang diperintahkan olehnya dengan tindakan atau perilakunya.
Perintahkan kepada mereka agar mampu bersabar dalam menghadapi ujian kehidupan dalam proses amr ma’ruf nahy munkar. Jelaskan kepada mereka agar menjadi pribadi-pribadi yang tidak mudah putus asa dalam berdakwah. Pahamkan juga bahwa ketika kita menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, maka sudah dapat dipastikan halangan dan rintangan akan datang menerjang. Butuh konsistensi agar dapat menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa. Dan itu adalah kewajiban bagi setiap orang beriman.

D.    Aspek Tarbawi
1.     Laksanakanlah shalat.Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama (Islam) itu dan barangsiapa merobohkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu.
2.     Berani menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
3.     Bersabar dalam menghadapi ujian kehidupan.










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pendidikan pertama terhadap anak haruslah meliputi semua kajian keislaman yang menjadi fardhu ‘ain yaitu akidah, akhlak, dan hukum fiqh yang berkaitan dengan kewajiban sehari-hari. Membiasakan anak shalat sejak dini adalah hal yang mutlak dilakukan oleh orang tua. Demikian juga menanamkan budaya dan adat istiadat masyarakat yang tidak bertentangan dengan ajaran agama, sabar, tabah, santun, dan rendah hati.
B.    Saran
Agar kita dapat menerapkan ajaran yang terdapat pada surat Al Luqman dalam kehidupan sehari-hari. Dan apabila ada salah kata atau adanya kekurangan dalam makalah ini. Kepada pembaca, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan.











DAFTAR PUSTAKA
Al Qurthubi, Syaikh Imam. 2009. Tafsir Al Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Ar Rifa’i, Muhammad Nasib. 2006. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani.
Hamka. 1992. Tafsir Al Azhar. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, Quraish. 2012. Al Lubab. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, Quraish. 2002. Tafsir Al Misbah. Jakarta: Lentera Hati.






















PROFIL PENULIS
Nama         : Beta Dwi Kurniasari
NIM           : 2021115317
Prodi : Tarbiyah / PAI
Pendidikan : TK ABA Pekalongan
                     SDN Podosugih 01 Pekalongan
                     SMP N 01 Kedungwuni
                     MA Al Fadhilah Kendal
                                                        IAIN Pekalongan






















[1] Quraish Shihab, Al Lubab (Jakarta: Lentera Hati, 2012), hlm. 175
[2] Hamka, Tafsir Al Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), hlm. 132-133
[3] Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 136-137
[4]Ar Rifa’i Muhammad Nasib, Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm. 792
[5] Syaikh imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm. 163-164

Tidak ada komentar:

Posting Komentar