Laman

new post

zzz

Rabu, 01 Maret 2017

tt2 a4b “Berbakti Terutama Pada Ibu” (QS. AL-AHQAAF, 46: 15-16)

KEDUDUKAN ORANG TUA
“Berbakti Terutama Pada Ibu” (QS. AL-AHQAAF, 46: 15-16)

KHUSNUL KHOTIMAH (2021115107)
Kelas: A

Prodi : PAI
 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “Berbakti Terutama Pada Ibu” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, keluarganya, dan sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad  Hufron, M.SI selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II yang telah memberikan tugas ini serta membantu memberikan motivasi dan masukan dalam penyusunan makalah ini.Dalam penyusunan makalah ini, mungkin masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik dan saran demi kesempurnaan. Semoga makalah ini bermanfaat. Amin.





Pekalongan,  04 Maret  2017
Penyusun


KHUSNUL KHOTIMAH
(2021115002)




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Tema
“Kedudukan Orang Tua”
B.    Judul
“Berbakti Terutama Pada Ibu”
C.     Nash dan Artinya
(١٦)
 
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (١٥) أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ

Artinya : (15)” Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah 30 bulan sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai 40 tahun ia berdoa, Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridhoi, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan kepada anak cucuku).
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan seseungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.
(16)” Mereka itulah orang-orang yang Kami terima amal yang baik yang mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.”[Al-Ahqaaf 46: 15-16].”
D.    Arti Penting untuk Dikaji
Ayat di atas penting untuk di kaji karena untuk mengetahui besarnya jasa orang tua terutama ibu. Ia telah mengandung, melahirkan dan merawatnya sejak bayi hingga dewasa. Hormatilah Beliau dan patuhilah perintahnya, janganlah kamu membantah karena dengan mengatahkan AH saja sudah berdosa.  Maka dengan mengetahui kandungan ayat ini hendaknya kita bisa berbkti kepada orang tua terutama kepada ibu.








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori dari Buku
1.     Pengertian Birr al-Waalidain
Birr berasal dari kata bahasa arab yang berarti taat dengan mempergaulinya secara baik atas dasar cinta dan kasih sayang.
Menurut Imam Nawawi Birr al-walidain itu adalah berbuat baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepadanya serta melakukan hal-hal yang dapat membuatnya bahagia serta berbuat baik kepada teman dan sahabat-sahabat keduanya.
Al-Imam adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birr al-walidain itu hanya dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban yaitu : pertama, menaati segala perintah orang tua kecuali dalam maksiat. Kedua, menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua atau diberikan oleh orang tua. Ketiga, membantu atau menolong orang tua apabila mereka sedang membutuhkan.[1]
2.     Anjuran Berbuat Baik Kepada Orang Tua dalam Al-Qur’an
Berbakti kepada orang tua merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh semua anak, tanpa terkecuali. Allah telah memerintahkan hal ini sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an:
a.      Perintah berbakti kepada orang tua, dan jangan berkata buruk. (Qs. Al-Isra: 23-24)
b.     Ibu yang telah mengandung dan menyapih dengan keadaan payah. (Qs. Luqman: 14)
c.      Senantiasa berbakti kepada orang tua dengan ma’ruf, walaupun kedua orang tua itu musyrik. (Qs. Luqman: 15)[2]
3.     Berbakti Pada Ibu
Telah mengabarkan pada kami Abu Ashim, dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata,
Saya bertanya (kepada Rasulullah), “Wahai Rasulullah, kepada siapa mestinya saya berbuat baik?” Beliau menjawab, “padamu ibu” Saya bertanya lagi, “Lalu pada siapa?” Beliau menjawab, “padamu ibu.” Saya bertanya lagi? ?” Beliau menjawab, “padamu ibu.” Saya bertanya lagi, “Lalu pada siapa?” Beliau menjawab, “pada bapakmu, lalu kerabat yang paling dekat dan seterusnya.”[3]


B.    Tafsir dari Buku
1.     Tafsir Al- Azhar
Dan Kami wasiatkan kepada manusia supaya dengan kedua ibu-bapaknya hendaklah berbuat baik”. (pangkal 15). Inilah wasiat, atau perintah utama kepada manusia, sesudah perintah-perintah percaya kepada Allah sebagai dasar kehidupan. Dengan percaya kepada Allah, kalau manusia hendak menegakkan budi baik dalam dunia ini, maka perintah kedua sesudah perintah berbakti kepada Allah, ialah perintah menghormati kedua orang tua, ayah-bunda, ibu-bapak. Sebab pertalian darah, pertalian keturunan, terutama ayah dan bunda itu adalah thabi’at murni manusia. Bahkan thabi’at murni binatangpun. Si ayah dan si ibu menumpahkan kasih sayangnya, cintanya yang murni dan tidak mengharapkan balasan daripada putera yang lahir dari mereka. Keinginan beroleh putera adalah jadi idaman dari setiap perempuan yang sehat caranya berpikir. Dalam ayat ini ditegaskan bahwasanya seorang anak hendaklah berbuat kebajikan kepada kedua orang tuanya.
Telah dikandung akan dia oleh ibunya dengan susah payah dan telah melahirkannya dengan susah payah”.
Ini diperintahkan oleh Tuhan terlebih dahulu kepada insan berbudi; diperingantkan kepadanya kesusahpayahan ibu mengandung dan kesusahpayahan ibu melahirkan! Semua kita melihat sendiri kesusahan itu. Seorang ibu menderita karena mengandung, karena melahirkan, namun kesusah-payahannya menambah erat cintanya.
Bahkan bukan sedikit seorang ibu yang subur, melahirkan tahun ini menyusukan tahun depan, melahirkan tahun yang satu lagi dan menyusukan pula sesudah itu, sehingga tahun ini beranak tahun depan menyusukan. Kerap kali orang mengambil perumpamaan burung “pelikan” yang menghisab darahnya sendiri buat minuman anaknya dan sehabis darahnya itu, dia pun mati dan anaknya hidup, namun dia tidak menyesal.
Maka banyak sekalilah wasiat Tuhan, perintah wajib dari Tuhan agar manusia menghormati, berbuat kebajikan, berkhidmat kepada dua orang ibu bapaknya. Dab tidaklah kita bertemu di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits yang memerintahkan supaya seorang ayah atau ibu memelihara puteranya dengan baik. Dan Allah memerintahkan kepada putera menghormati dan berbuat baik kepada ibu-bapak, sebab banyaklah anak yang telah lupa kepada ibunya dan bapaknya, bila dia merasa telah dewasa. Allah yang Maha Kuasa sajalah, Allah  yang bersifat Rahman dan Rahim yang mencurahkan sifat Rahman dan Rahimnya pula dalam hati seorang ibu, sehingga “Mengandung akan dia ibunya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah, dan memeliharanya dan memisahkannya selama tiga puluh bulan.”
Telor yang kecil di dalam sperma (mani) itu melekat dalam rahim si ibu. Ditakdirkan Tuhan tidak akan tanggal lagi sampai waktu dia lahir. Dan selama dia melekat dalam rahim itu dia akan menghisab makanan yang masuk ke dalam rahim itu, sehingga sejak dia melekat dia telah mengisap darah ibunya untuk makanannya pokok. Tamabah sehari si janin tambah membesar, berendam dalam darah ibu dan mengisap makanan ibu. Sehingga sejak mulai mengandung telah terasa oleh si ibu bagaimana anak itu menghisap, sehingga si ibu sendiri menjadi lemah, menjadi berubah selera. Si ibu makan, minum, menelan dan mencerna dan semua yang dimakan, diminum, dan dicerna itu disaring untuk dijadikan makanan oleh si janin. Terutama bila si janin telah mulai tumbuh  tulang, setelah melalui masa jadi nuthfah (air segumpal), ‘alaqah (darah segumpal) sampai kepada jadi lemah.
Kemudian tumbuhlah tulangnya, dan tulang yang telah mulai tumbuh inipun lebih banyak lagi meminta bahan makan, sehingga tenaga ibunya benar-benar diambilnya, sehingga si ibu jadi lemah. Malam-malam si ibu dengan bangga membukakan perutnya dan memperlihatkan kepada suaminya bahwa anak yang dalam kandungan mulai “nakal” mulai keras gerak geriknya. Begitu dia payah, namun dia senyum. Dia payah tetapi dia senyum; payah mengandung, senyum mengikat bahwa tidak lama lagi dia akan memangku! Maka datanglah bulannya, sekitar sembilan bulan dan mulailah terasa anak akan lahir.
Sehingga setelah dia mencapai dewasanya mencapai empat puluh tahun, berkatalah dia”Tuhanku! Berilah peluang aku, supaya aku bersyukur atas nikmat Engkau, yang telah Engkau nikmatkan ke atasku”.
“Dan ke atas dua orang ibu-bapakku”.
“Dan supaya aku berbuat amal shalih yang Engkau ridhai”.
Pada ayat selanjutnya Allah memberikan pengharapan. Alangklah sempitnya hidup kalau tidak diberi pengharan! Tuhan bersabda selanjutnya!
Itulah orang-orang yang Kami kabulkan dari mereka, yang amat baik dari apa yang mereka kerjakan”. (pangkal ayat 16). Dalam ayat ini Allah menunjukkan bahwa Dia adalah Maha Besar. Dia bersabda bahwa permohonan yang tulus ikhlas itu dikabulkan, berkat amalan baik yang pernah mereka kerjakan.
Dan kami lampaui dari kesalahan-kesalahan mereka”. Dijelaskan lagi selanjutnya, bahwa mereka “termasuk yang menempati sorga”.[4]
2.     Tafsir Al-Maraghi
Setelah pada ayat-ayat yang lalu Allah menyebutkan tentang pengesahan dan pemurnian ibadah kepada-Nya,di samping keteguhan dalam beramal,maka dilanjutkan dengan wasiat mengenai kedua orang tua.Allah menyampaikan hal ini tidak hanya satu tempat saja dalam Al-Qur’an.Seperti firman-Nya:
 Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”.(Al-Isra’,17:23).
Dan firman-Nya pula”Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua ibu dan bapakmu,hanya kepada-Kulah kembalimu”.(Lukman,31:14)
Ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa ayat ini turun mengenai Abu Bakar,karena kedua ibu bapaknya masuk islam, hal mana tidak dialami oleh seorang pun diantara para sahabat nabi. Ayahnya adalah Abu Kuhafah Usman bin Amr, sedang ibunya Ummul Khair binti shakhar bin Amr.
      Dan diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa ia pernah mengatakan, apabila ada wanita melahirkan setelah mengandung sembilan bulan, maka cukuplah baginya untuk menyusui anaknya selama 21 bulan. Dan apabila wanita itu melahirkan setelah mengandung tujuh bulan, maka cukuplah baginya untuk menyusui anak selama 23 bulan. Dan apabila ia melahirkan setelah mengandung selama enam bulan, maka ia menyusui anaknya dua tahun penuh. Karena Allah berfirman :
وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ
Sehingga apabila manusia itu telah menjadi tua dan sempurna umumnya, dimana kekuatan dan akalnya menjadi kokoh, yaitu dalam umur antara 30-40 tahun.
                                                وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً
Dan setelah mencapai umur 40 tahun. Dan umur sekian adalah akhir dari kematangan dan kesempurnaan akal. Oleh karena itu, diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Barang siapa telah berumur 40 tahunnamun kebaikannya tidak melebihi keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap untuk masuk neraka.
قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي
أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ
Tuhanku, berilah aku taufik untuk dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau curahkan kepadaku tentang agama maupun duniaku, yaitu keluasan penghidupan, kesehatan tubuh, keamanan dan keenakan yang aku nikmati, agar aku dapat sepenuhnya beribadah kepada-Mu dan menunaikan perintah-perintah-Mu, disamping meninggalkan larangan-larangan-Mu, dan mensyukuri nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, kedua ibu bapakku, berupa belas kasih kepadaku ketika mereka berdua mengasuh di masa kecil
                        وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ
Dan jadikan amalku sesuai dengan rida-Mu agar aku memperoleh pahala dariMu.
وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي
Dan dijadikanlah kesalehan berlaku pada anak cucuku dan menempat pada jiwa mereka, bahkan merusak ke dalam hati mereka.
Kemudian Allah SWT menyebutkan balasan bagi orang-orang yang memiliki sifat-sifat luhur tersebut dengan firman-Nya :

(١٥) أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ
Orang-orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut itulah orang-orang yang Allah menerima dari mereka perbuatan yang baik di dunia, berupa amal-amal saleh, lalu Allah memberi balasan kepada mereka atas amal saleh itu, dan memberi pahala kepada mereka atasnya, bahkan memberi maaf terhadap amal-amal mereka yang buruk yang kadang-kadang terlanjur mereka lakukan di dunia dan tidak menjadi adat kebiasaan mereka, akan tetapi amal buruk itu dilakukan karena dorongan kekuatan syahwat atau kekuatan marah.
Kemudian Allah SWT. Menegaskan janji tersebut dengan firman-Nya :
وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
Allah berjanji kepada mereka dengan janji yang benar yang tidak perlu diragukan lagi, dan bahwa Dia pasti menunaikannya.[5]
3.     Tafsir Al-Mishbah
Ayat-ayat yang lalu menguraikan hak Allah terhadap manusia, kini ayat di atas menguraikan hak orang tua terhadap anak. Memang Al-Qur;an sering kali menyandingkan kewajiban taat kepada Allah dengn kewajiban patuh kepada kedua orang tua, seperti antara lain pada QS. Al-Baqarah [2]:83, an-Nisa’ [4]: 36 dan lain-lain. Rasul saw pun menggarisbawahi bahwa: “Ridha Allah pada ridha kedua orang tua dan murka-Nya pada murka keduanya” (HR. Bukhari, Muslim dan lain-lain melalui Abdullah Ibn Mas’ud).
Ayat diatas bagaikan menyatakan: Sesungguhnya Kami telah memerintahkan manusia siapapun manusia itu selama dia benar-benar manusia agar taat kepada Kami sepanjang hidup mereka dan Kami telah mewasiatkan yakni memerintahkan dan berpesan kepada manusia itu juga dengan wasiat yang baik yaitu agar berbuat baik dan berbakti terhadap kedua orang tuanya siapa pun dan apapun agama kepercayaan atau sikap dan kelakuan orang tuanya.”(pangkal ayat 15)”
Dengan ayat di atas Allah menjelaskan bahwa Dia Yang Maha Pengasih itu menyambut permohonan yang dipanjatkan sebagaimana terbaca pada ayat yang lalu demikian pula permohonan orang yang serupa dengannya. Allah berfirman: mereka itu  yang sungguh tinggi kedudukannya lagi amat terpuji amal-amal mereka  adalah  orang-orang yang kami terima secara baik dari mereka amal terbaik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka. Mereka akan tinggal bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar dan akan terbukti dalam kenyataan yang telah dijanjikan kepada mereka oleh Allah melalui para Rasul.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa taubat dan penyerahan diri kepada Allah secara sempurna sehingga seseorang tidak menghendaki kecuali apa yang dikehendaki-Nya, mengantar yang bersangkutan memperoleh ilham dankekuatan untuk melaksanakan tuntunan Ilahi dan menjadikannya terpilih dalam kelompok orang-orang pilihan Allah yang mengikhlaskan diri kepadaNya.[6]
C.    Aplikasi dalam Kehidupan
      Makna berbakti kepada kedua orang tua yakni berusaha membalas semua yang telah diberikan orang tua kita, meskipun semua kebaikan mereka tidak akan pernah bisa terbalas oleh seorang anak. Maka dari itu, seorang anak senantiasa untuk berbakti kepada kedua orang tuanya, patuhilah perintahnya, dan sayangilah keduanya. Ibu yang telah mengandung selama 9 bulan, kemudian menyusui, kemudian menyapih, lalu membesarkannya dan seorang ayah yang bekerja keras untuk menafkahi keluarga, sudah sepatutnya seorang anak menghormati keduanya dan senantiasa mendoakannya. Karena ridha Allah terletak kepada ridha orang tua.
D.    Aspek Tarbawi
1.     Berbakti kepada orang tua, dan jangan berkata buruk.
2.     Berbaktilah pada ibu yang telah susah payah mengandung, menyusui, menyapih, dan membesarkannya karena surga terletak pada telapak kaki ibu.
3.     Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua, dan Murka Allah terdapat pada Murka keduanya.
4.     Bertaubatlah dan berserah diri kepada Allah dengan sempurna.
BAB III
PENUTUP
1.     Kesimpulan
Birr berasal dari kata bahasa arab yang berarti taat dengan mempergaulinya secara baik atas dasar cinta dan kasih sayang.
Menurut Imam Nawawi Birr al-walidain itu adalah berbuat baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepadanya serta melakukan hal-hal yang dapat membuatnya bahagia serta berbuat baik kepada teman dan sahabat-sahabat keduanya.
 Berbakti kepada orang tua merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh semua anak, tanpa terkecuali. Allah telah memerintahkan hal ini sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an:
a.      Perintah berbakti kepada orang tua, dan jangan berkata buruk. (Qs. Al-Isra: 23-24)
b.     Ibu yang telah mengandung dan menyapih dengan keadaan payah. (Qs. Luqman: 14)
Senantiasa berbakti kepada orang tua dengan ma’ruf, walaupun kedua orang tua itu musyrik. (Qs. Luqman: 15) Telah mengabarkan pada kami Abu Ashim, dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata,
Saya bertanya (kepada Rasulullah), “Wahai Rasulullah, kepada siapa mestinya saya berbuat baik?” Beliau menjawab, “padamu ibu” Saya bertanya lagi, “Lalu pada siapa?” Beliau menjawab, “padamu ibu.” Saya bertanya lagi? ?” Beliau menjawab, “padamu ibu.” Saya bertanya lagi, “Lalu pada siapa?” Beliau menjawab, “pada bapakmu, lalu kerabat yang paling dekat dan seterusnya.”


DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhari Imam. 2008.   Adabul Mufrad. Jakarta:  Pustaka Al-kautsar
Al-Maraghi Ahmad Mustafa. 1986. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT Karya Toha Putra Semarang
Amrullah Haji Abdulmalik Abdulkarim. 1980. Tafsir Al-Azhar. Surabaya: YAYASAN LATIMOJONG
Gunawan Heri. 2014.  Keajaiban Berbakti Kepada Kedua Orang Tua. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Juwariyah. 2010. Hadis Tarbawi. Yogyakarta: Teras
Shihab Quraish. 2003.  Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati
                 






















PROFIL

Nama : Khusnul Khotimah
TTL : Pemalang, 10 september 1996
Alamat : Ds. Limbangan RT 03/07 Kec. Ulujami Kab. Pemalang
No Hp : 085725270811
Motto Hidup: “awak dinggo berjuang yo susak ora dinggo berjuang yo rusak
                        Mending awak rusak kanggo berjuang”
Riwayat Pendidikan :
·       SD N 02 Limbangan (Lulus th 2009)
·       SMP 3 Ulujami (Lulus th 2012)
·       SMA TAKHASSUS AL-QUR’AN WONOSOBO ( Lulus th 2015)
·       IAIN Pekalongan (Sedang berlangsung)

















            



[1] Juwariyah, Hadis Tarbawi, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 15-16
[2] Heri Gunawan, Keajaiban Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2014), hlm. 12-15
[3] Imam Al-Bukhari,  Adabul Mufrad, (Jakarta, Pustaka Al-kautsar, 2008), hlm. 46
[4] Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, (Surabaya: YAYASAN LATIMOJONG, 1980), hlm. 34-45
[5] Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT Karya Toha Putra Semarang, 1986), hlm. 29-34
[6] M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), hlm. 86-91

Tidak ada komentar:

Posting Komentar