KEDUDUKAN
ORANG TUA
“Berbakti
Terutama Pada Ibu” (QS. AL-AHQAAF, 46: 15-16)
KHUSNUL
KHOTIMAH (2021115107)
Kelas: A
Prodi : PAI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang
telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “Berbakti
Terutama Pada Ibu” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya,
keluarganya, dan sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Muhammad Hufron, M.SI selaku dosen
pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II yang telah memberikan tugas ini serta
membantu memberikan motivasi dan masukan dalam penyusunan makalah ini.Dalam
penyusunan makalah ini, mungkin masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penyusun
berharap adanya kritik dan saran demi kesempurnaan. Semoga makalah ini
bermanfaat. Amin.
Pekalongan, 04 Maret 2017
Penyusun
KHUSNUL KHOTIMAH
(2021115002)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tema
“Kedudukan Orang Tua”
B. Judul
“Berbakti Terutama Pada Ibu”
C. Nash dan Artinya
|
وَوَصَّيْنَا
الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ
كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ
وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ
الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا
تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ
الْمُسْلِمِينَ (١٥) أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ
عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ
الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ
Artinya : (15)” Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah
payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah 30 bulan sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai
40 tahun ia berdoa, Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau
yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridhoi, berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan kepada anak cucuku).
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan seseungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri.
(16)” Mereka itulah orang-orang yang Kami terima amal yang baik yang mereka
kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni
surga sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.”[Al-Ahqaaf
46: 15-16].”
D. Arti Penting untuk Dikaji
Ayat di atas penting untuk di kaji karena untuk
mengetahui besarnya jasa orang tua terutama ibu. Ia telah mengandung,
melahirkan dan merawatnya sejak bayi hingga dewasa. Hormatilah Beliau dan
patuhilah perintahnya, janganlah kamu membantah karena dengan mengatahkan AH
saja sudah berdosa. Maka dengan
mengetahui kandungan ayat ini hendaknya kita bisa berbkti kepada orang tua
terutama kepada ibu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori dari Buku
1.
Pengertian Birr
al-Waalidain
Birr berasal dari kata bahasa arab yang berarti
taat dengan mempergaulinya secara baik atas dasar cinta dan kasih sayang.
Menurut Imam Nawawi Birr al-walidain itu adalah berbuat baik kepada kedua orang tua,
bersikap baik kepadanya serta melakukan hal-hal yang dapat membuatnya bahagia
serta berbuat baik kepada teman dan sahabat-sahabat keduanya.
Al-Imam adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birr al-walidain itu hanya dapat
direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban yaitu : pertama, menaati segala perintah orang
tua kecuali dalam maksiat. Kedua,
menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua atau diberikan oleh orang tua. Ketiga, membantu atau menolong orang tua
apabila mereka sedang membutuhkan.[1]
2.
Anjuran Berbuat Baik
Kepada Orang Tua dalam Al-Qur’an
Berbakti kepada orang tua merupakan suatu
kewajiban yang harus ditunaikan oleh semua anak, tanpa terkecuali. Allah telah
memerintahkan hal ini sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an:
a.
Perintah berbakti
kepada orang tua, dan jangan berkata buruk. (Qs. Al-Isra: 23-24)
b.
Ibu yang telah
mengandung dan menyapih dengan keadaan payah. (Qs. Luqman: 14)
c.
Senantiasa berbakti
kepada orang tua dengan ma’ruf, walaupun
kedua orang tua itu musyrik. (Qs. Luqman: 15)[2]
3.
Berbakti Pada Ibu
Telah mengabarkan
pada kami Abu Ashim, dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, ia
berkata,
Saya bertanya (kepada
Rasulullah), “Wahai Rasulullah, kepada siapa mestinya saya berbuat baik?”
Beliau menjawab, “padamu ibu” Saya
bertanya lagi, “Lalu pada siapa?” Beliau menjawab, “padamu ibu.” Saya bertanya lagi? ?” Beliau menjawab, “padamu ibu.” Saya bertanya lagi, “Lalu
pada siapa?” Beliau menjawab, “pada
bapakmu, lalu kerabat yang paling dekat dan seterusnya.”[3]
B. Tafsir dari Buku
1. Tafsir Al- Azhar
“Dan Kami wasiatkan kepada manusia supaya
dengan kedua ibu-bapaknya hendaklah berbuat baik”. (pangkal 15). Inilah
wasiat, atau perintah utama kepada manusia, sesudah perintah-perintah percaya
kepada Allah sebagai dasar kehidupan. Dengan percaya kepada Allah, kalau
manusia hendak menegakkan budi baik dalam dunia ini, maka perintah kedua
sesudah perintah berbakti kepada Allah, ialah perintah menghormati kedua orang
tua, ayah-bunda, ibu-bapak. Sebab pertalian darah, pertalian keturunan,
terutama ayah dan bunda itu adalah thabi’at murni manusia. Bahkan thabi’at
murni binatangpun. Si ayah dan si ibu menumpahkan kasih
sayangnya, cintanya yang murni dan tidak mengharapkan balasan daripada putera
yang lahir dari mereka. Keinginan beroleh putera adalah jadi idaman dari setiap
perempuan yang sehat caranya berpikir. Dalam ayat ini ditegaskan bahwasanya
seorang anak hendaklah berbuat kebajikan kepada kedua orang tuanya.
“Telah
dikandung akan dia oleh ibunya dengan susah payah dan telah melahirkannya
dengan susah payah”.
Ini diperintahkan oleh Tuhan terlebih dahulu
kepada insan berbudi; diperingantkan kepadanya kesusahpayahan ibu mengandung
dan kesusahpayahan ibu melahirkan! Semua kita melihat sendiri kesusahan itu.
Seorang ibu menderita karena mengandung, karena melahirkan, namun
kesusah-payahannya menambah erat cintanya.
Bahkan bukan sedikit seorang ibu yang subur,
melahirkan tahun ini menyusukan tahun depan, melahirkan tahun yang satu lagi
dan menyusukan pula sesudah itu, sehingga tahun ini beranak tahun depan
menyusukan. Kerap kali orang mengambil perumpamaan burung “pelikan” yang
menghisab darahnya sendiri buat minuman anaknya dan sehabis darahnya itu, dia
pun mati dan anaknya hidup, namun dia tidak menyesal.
Maka banyak sekalilah wasiat Tuhan, perintah
wajib dari Tuhan agar manusia menghormati, berbuat kebajikan, berkhidmat kepada
dua orang ibu bapaknya. Dab tidaklah kita bertemu di dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadits yang memerintahkan supaya seorang ayah atau ibu memelihara puteranya
dengan baik. Dan Allah memerintahkan kepada putera menghormati dan berbuat baik
kepada ibu-bapak, sebab banyaklah anak yang telah lupa kepada ibunya dan
bapaknya, bila dia merasa telah dewasa. Allah yang Maha Kuasa sajalah,
Allah yang bersifat Rahman dan Rahim
yang mencurahkan sifat Rahman dan Rahimnya pula dalam hati seorang ibu,
sehingga “Mengandung akan dia ibunya
dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah, dan memeliharanya dan
memisahkannya selama tiga puluh bulan.”
Telor yang kecil di dalam sperma (mani) itu
melekat dalam rahim si ibu. Ditakdirkan Tuhan tidak akan tanggal lagi sampai
waktu dia lahir. Dan selama dia melekat dalam rahim itu dia akan menghisab
makanan yang masuk ke dalam rahim itu, sehingga sejak dia melekat dia telah
mengisap darah ibunya untuk makanannya pokok. Tamabah sehari si janin tambah
membesar, berendam dalam darah ibu dan mengisap makanan ibu. Sehingga sejak
mulai mengandung telah terasa oleh si ibu bagaimana anak itu menghisap,
sehingga si ibu sendiri menjadi lemah, menjadi berubah selera. Si ibu makan, minum,
menelan dan mencerna dan semua yang dimakan, diminum, dan dicerna itu disaring
untuk dijadikan makanan oleh si janin. Terutama bila si janin telah mulai
tumbuh tulang, setelah melalui masa jadi
nuthfah (air segumpal), ‘alaqah (darah segumpal) sampai kepada jadi lemah.
Kemudian tumbuhlah tulangnya, dan tulang yang
telah mulai tumbuh inipun lebih banyak lagi meminta bahan makan, sehingga
tenaga ibunya benar-benar diambilnya, sehingga si ibu jadi lemah. Malam-malam
si ibu dengan bangga membukakan perutnya dan memperlihatkan kepada suaminya
bahwa anak yang dalam kandungan mulai “nakal” mulai keras gerak geriknya.
Begitu dia payah, namun dia senyum. Dia payah tetapi dia senyum; payah
mengandung, senyum mengikat bahwa tidak lama lagi dia akan memangku! Maka
datanglah bulannya, sekitar sembilan bulan dan mulailah terasa anak akan lahir.
“Sehingga
setelah dia mencapai dewasanya
mencapai empat puluh tahun, berkatalah dia”Tuhanku! Berilah peluang aku, supaya
aku bersyukur atas nikmat Engkau, yang telah Engkau nikmatkan ke atasku”.
“Dan ke atas dua orang ibu-bapakku”.
“Dan supaya aku berbuat amal shalih yang Engkau ridhai”.
Pada ayat selanjutnya Allah memberikan
pengharapan. Alangklah sempitnya hidup kalau tidak diberi pengharan! Tuhan
bersabda selanjutnya!
“Itulah
orang-orang yang Kami kabulkan dari mereka, yang amat baik dari apa yang mereka
kerjakan”. (pangkal ayat 16). Dalam ayat ini Allah menunjukkan bahwa Dia
adalah Maha Besar. Dia bersabda bahwa permohonan yang tulus ikhlas itu
dikabulkan, berkat amalan baik yang pernah mereka kerjakan.
“Dan
kami lampaui dari kesalahan-kesalahan mereka”. Dijelaskan lagi selanjutnya,
bahwa mereka “termasuk yang menempati
sorga”.[4]
2. Tafsir Al-Maraghi
Setelah pada ayat-ayat yang lalu Allah menyebutkan
tentang pengesahan dan pemurnian ibadah kepada-Nya,di samping keteguhan dalam
beramal,maka dilanjutkan dengan wasiat mengenai kedua orang tua.Allah
menyampaikan hal ini tidak hanya satu tempat saja dalam Al-Qur’an.Seperti
firman-Nya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya”.(Al-Isra’,17:23).
Dan firman-Nya pula”Bersyukurlah
kepada-Ku dan kedua ibu dan bapakmu,hanya kepada-Kulah kembalimu”.(Lukman,31:14)
Ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa ayat ini turun
mengenai Abu Bakar,karena kedua ibu bapaknya masuk islam, hal mana tidak
dialami oleh seorang pun diantara para sahabat nabi. Ayahnya adalah Abu Kuhafah
Usman bin Amr, sedang ibunya Ummul Khair binti shakhar bin Amr.
Dan diriwayatkan
pula dari Ibnu Abbas, bahwa ia pernah mengatakan, apabila ada wanita melahirkan
setelah mengandung sembilan bulan, maka cukuplah baginya untuk menyusui anaknya
selama 21 bulan. Dan apabila wanita itu melahirkan setelah mengandung tujuh
bulan, maka cukuplah baginya untuk menyusui anak selama 23 bulan. Dan apabila
ia melahirkan setelah mengandung selama enam bulan, maka ia menyusui anaknya
dua tahun penuh. Karena Allah berfirman :
وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ
شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ
Sehingga apabila manusia itu telah menjadi tua dan
sempurna umumnya, dimana kekuatan dan akalnya menjadi kokoh, yaitu dalam umur
antara 30-40 tahun.
وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً
Dan setelah mencapai umur 40 tahun. Dan umur
sekian adalah akhir dari kematangan dan kesempurnaan akal. Oleh karena itu,
diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Barang siapa telah berumur 40 tahunnamun
kebaikannya tidak melebihi keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap untuk
masuk neraka.
قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ
أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي
أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى
وَالِدَيَّ
Tuhanku, berilah aku taufik untuk dapat
mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau curahkan kepadaku tentang agama maupun
duniaku, yaitu keluasan penghidupan, kesehatan tubuh, keamanan dan keenakan
yang aku nikmati, agar aku dapat sepenuhnya beribadah kepada-Mu dan menunaikan
perintah-perintah-Mu, disamping meninggalkan larangan-larangan-Mu, dan
mensyukuri nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, kedua ibu bapakku,
berupa belas kasih kepadaku ketika mereka berdua mengasuh di masa kecil
وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ
Dan jadikan amalku sesuai dengan rida-Mu agar
aku memperoleh pahala dariMu.
وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي
Dan dijadikanlah kesalehan berlaku pada anak
cucuku dan menempat pada jiwa mereka, bahkan merusak ke dalam hati mereka.
Kemudian Allah SWT menyebutkan balasan bagi
orang-orang yang memiliki sifat-sifat luhur tersebut dengan firman-Nya :
(١٥) أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ
عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ
الْجَنَّةِ
Orang-orang yang mempunyai sifat-sifat
tersebut itulah orang-orang yang Allah menerima dari mereka perbuatan yang baik
di dunia, berupa amal-amal saleh, lalu Allah memberi balasan kepada mereka atas
amal saleh itu, dan memberi pahala kepada mereka atasnya, bahkan memberi maaf
terhadap amal-amal mereka yang buruk yang kadang-kadang terlanjur mereka
lakukan di dunia dan tidak menjadi adat kebiasaan mereka, akan tetapi amal
buruk itu dilakukan karena dorongan kekuatan syahwat atau kekuatan marah.
Kemudian Allah SWT. Menegaskan janji tersebut
dengan firman-Nya :
وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا
يُوعَدُونَ
Allah berjanji kepada mereka dengan janji yang
benar yang tidak perlu diragukan lagi, dan bahwa Dia pasti menunaikannya.[5]
3.
Tafsir Al-Mishbah
Ayat-ayat yang lalu menguraikan hak Allah
terhadap manusia, kini ayat di atas menguraikan hak orang tua terhadap anak.
Memang Al-Qur;an sering kali menyandingkan kewajiban taat kepada Allah dengn
kewajiban patuh kepada kedua orang tua, seperti antara lain pada QS. Al-Baqarah
[2]:83, an-Nisa’ [4]: 36 dan lain-lain. Rasul saw pun menggarisbawahi bahwa:
“Ridha Allah pada ridha kedua orang tua dan murka-Nya pada murka keduanya” (HR.
Bukhari, Muslim dan lain-lain melalui Abdullah Ibn Mas’ud).
Ayat diatas bagaikan menyatakan: Sesungguhnya
Kami telah memerintahkan manusia siapapun manusia itu selama dia benar-benar
manusia agar taat kepada Kami sepanjang hidup mereka dan Kami telah mewasiatkan yakni memerintahkan dan berpesan kepada manusia itu juga dengan wasiat yang baik yaitu agar berbuat baik dan
berbakti terhadap kedua orang tuanya siapa
pun dan apapun agama kepercayaan atau sikap dan kelakuan orang tuanya.”(pangkal
ayat 15)”
Dengan ayat di atas Allah menjelaskan bahwa
Dia Yang Maha Pengasih itu menyambut permohonan yang dipanjatkan sebagaimana terbaca
pada ayat yang lalu demikian pula permohonan orang yang serupa dengannya. Allah
berfirman: mereka itu yang sungguh tinggi kedudukannya lagi amat
terpuji amal-amal mereka adalah
orang-orang yang kami terima secara
baik dari mereka amal terbaik yang telah
mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka. Mereka akan
tinggal bersama penghuni-penghuni surga,
sebagai janji yang benar dan akan terbukti dalam kenyataan yang telah dijanjikan kepada mereka oleh
Allah melalui para Rasul.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa taubat dan
penyerahan diri kepada Allah secara sempurna sehingga seseorang tidak
menghendaki kecuali apa yang dikehendaki-Nya, mengantar yang bersangkutan
memperoleh ilham dankekuatan untuk melaksanakan tuntunan Ilahi dan menjadikannya
terpilih dalam kelompok orang-orang pilihan Allah yang mengikhlaskan diri
kepadaNya.[6]
C.
Aplikasi dalam
Kehidupan
Makna berbakti kepada kedua orang tua yakni berusaha membalas semua yang
telah diberikan orang tua kita, meskipun semua kebaikan mereka tidak akan
pernah bisa terbalas oleh seorang anak. Maka dari itu, seorang anak senantiasa
untuk berbakti kepada kedua orang tuanya, patuhilah perintahnya, dan sayangilah
keduanya. Ibu yang telah mengandung selama 9 bulan, kemudian menyusui, kemudian
menyapih, lalu membesarkannya dan seorang ayah yang bekerja keras untuk
menafkahi keluarga, sudah sepatutnya seorang anak menghormati keduanya dan
senantiasa mendoakannya. Karena ridha Allah terletak kepada ridha orang tua.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Berbakti kepada orang
tua, dan jangan berkata buruk.
2.
Berbaktilah pada ibu
yang telah susah payah mengandung, menyusui, menyapih, dan membesarkannya
karena surga terletak pada telapak kaki ibu.
3.
Ridha Allah terletak
pada ridha kedua orang tua, dan Murka Allah terdapat pada Murka keduanya.
4.
Bertaubatlah dan
berserah diri kepada Allah dengan sempurna.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Birr berasal dari
kata bahasa arab yang berarti taat dengan mempergaulinya secara baik atas dasar
cinta dan kasih sayang.
Menurut Imam Nawawi Birr al-walidain itu adalah berbuat baik kepada kedua orang tua,
bersikap baik kepadanya serta melakukan hal-hal yang dapat membuatnya bahagia
serta berbuat baik kepada teman dan sahabat-sahabat keduanya.
Berbakti
kepada orang tua merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh semua
anak, tanpa terkecuali. Allah telah memerintahkan hal ini sebagaimana terdapat
dalam Al-Qur’an:
a.
Perintah berbakti
kepada orang tua, dan jangan berkata buruk. (Qs. Al-Isra: 23-24)
b.
Ibu yang telah
mengandung dan menyapih dengan keadaan payah. (Qs. Luqman: 14)
Senantiasa berbakti
kepada orang tua dengan ma’ruf, walaupun
kedua orang tua itu musyrik. (Qs. Luqman: 15) Telah mengabarkan pada kami Abu
Ashim, dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata,
Saya bertanya (kepada
Rasulullah), “Wahai Rasulullah, kepada siapa mestinya saya berbuat baik?”
Beliau menjawab, “padamu ibu” Saya
bertanya lagi, “Lalu pada siapa?” Beliau menjawab, “padamu ibu.” Saya bertanya lagi? ?” Beliau menjawab, “padamu ibu.” Saya bertanya lagi, “Lalu
pada siapa?” Beliau menjawab, “pada
bapakmu, lalu kerabat yang paling dekat dan seterusnya.”
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhari Imam. 2008. Adabul
Mufrad. Jakarta: Pustaka Al-kautsar
Al-Maraghi Ahmad Mustafa. 1986. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT Karya Toha Putra Semarang
Amrullah Haji Abdulmalik Abdulkarim. 1980. Tafsir Al-Azhar. Surabaya: YAYASAN
LATIMOJONG
Gunawan Heri. 2014. Keajaiban
Berbakti Kepada Kedua Orang Tua. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Juwariyah. 2010. Hadis
Tarbawi. Yogyakarta: Teras
Shihab Quraish. 2003. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati
PROFIL
Nama : Khusnul Khotimah
TTL : Pemalang, 10 september 1996
Alamat : Ds. Limbangan RT 03/07 Kec. Ulujami Kab.
Pemalang
No Hp : 085725270811
Motto Hidup: “awak dinggo berjuang yo susak ora dinggo
berjuang yo rusak
Mending
awak rusak kanggo berjuang”
Riwayat Pendidikan :
·
SD N 02 Limbangan (Lulus th 2009)
·
SMP 3 Ulujami (Lulus th 2012)
·
SMA TAKHASSUS AL-QUR’AN WONOSOBO ( Lulus th 2015)
·
IAIN Pekalongan (Sedang berlangsung)
[1]
Juwariyah, Hadis Tarbawi, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 15-16
[2]
Heri Gunawan, Keajaiban Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2014), hlm. 12-15
[3]
Imam Al-Bukhari, Adabul
Mufrad, (Jakarta, Pustaka Al-kautsar, 2008), hlm. 46
[4]
Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah,
Tafsir Al-Azhar, (Surabaya: YAYASAN
LATIMOJONG, 1980), hlm. 34-45
[5]
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT Karya
Toha Putra Semarang, 1986), hlm. 29-34
[6]
M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera
Hati, 2003), hlm. 86-91
Tidak ada komentar:
Posting Komentar