Kerajaan Islam Di Nusantara
Alfa Nugrahaeni
JURUSAN
SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI
HUKUM EKONOMI SYARIAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Untuk
mempelajari suatu agama, termasuk agama Islam harus bermula dari mempelajari
aspek geografis dan geografi persebaran agama-agama dunia. Setelah itu dapat
dipahami pula proses kelahiran Islam sebagai salah satu dari agama dunia,
terutama yang dilahirkan di Timur Tah, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam.
Ketiganya dikenal sebagai agama langit atau wahyu. Kedua hal itu, geografi
persebaran dan persebaran agama itu sendiri. Selanjutnya untuk dapat memahami
proses perkembangan Islam sehingga menjadi salah satu agama yang dianut oleh
penduduk dunia yang cukup luas, harus dikenali lebih dahulu tokoh penerimaan
ajaran yang sekaligus menyebarkan ajaran itu, yaitu Muhammad saw., sang pembawa
risalah. Keberhasilan proses Islamisasi di Indonesia ini memaksa Islam sebagai
pendatang, untuk mendapatkan simbol-simbol kultural yang selaras dengan
kemampuan penangkapan dan pemahaman masyarakat yang akan dimasukinya dalam
pengakuan dunia Islam. Langkah ini merupakan salah satu watatk Islam yan pluralistis
yang dimiliki semenjak awal kelahirannya.[1]
Rumusan
Masalah
Apa
pengertian masuknya islam di Indonesia ?
Apa
saja metode dalam sejarah kerajaan Islam di Indonesia ?
Apa saja ilmu dasar dalam
sejarah kerajaanislam di Indonesia ?
Apa
saja fungsi dan manfaat dalam sejarah ?
Bagaimana cara kita
menerangkan dari bermacam kerajaan Islam di Indonesia ?
Tujuan
Menjelaskan
pengertian sejarah kerajaan Islam di Indonesia.
Menjelaskan
metode-metode dalam sejarah.
Mengetahui
apa saja manfaat belajar sejarah,khususnya sejarah Islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Masuknya Islam di Indonesia
Kedatangan Islam di
berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula kerajaan-kerajaan
dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik dan sosial budaya
yang berlainan. Proses masuknya Islam ke Indonesia memunculkan beberapa
pendapat. Para Tokoh yang mengemukakan pendapat itu diantaranya ada yang
langsung mengetahui tentang masuk dan tersebarnya budaya serta ajaran agama
Islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai bentuk penelitian seperti
yang dilakukan oleh orang-orang barat (eropa) yang datang ke Indonesia karena
tugas atau dipekerjakan oleh pemerintahnya di Indonesia. Tokoh-tokoh itu diantaranyamarcoolo,,
Ibnu Bathuthah,Dego Lopez deSequeira, Sir Richard Wainsted.Sedangkan
sumber-sumber pendukung Masuknya Islam di Indonesia diantaranya adalah: putri
bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin,
mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah setelah mereka mempunyai kerturunan,
lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah,
dan kerajaan-kerajaan muslim.[2]
a. Berita dari Arab
Berita ini diketahui dari pedagang Arab
yang melakukan aktivitas perdagangan dengan bangsa Indonesia. Pedagang Arab
Telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 M) yang
menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat
termasuk Selat Malaka pada waktu itu. Hubungan pedagang Arab dengan kerajaan
Sriwijaya terbukti dengan adanya para pedagang Arab untuk kerajaan Sriwijaya
dengan sebutan Zabak, Zabay atau Sribusa.5Pendapat ini dikemukakan oleh
Crawfurd, Keyzer, Nieman, deHollander, Syeh Muhammad Naquib Al-Attas dalam
bukunya yang berjudul Islam dalam Sejarah Kebudayaan Melayu dan mayoritas
tokoh-tokoh Islam di Indonesia seperti Hamka dan Abdullah bin Nuh. Bahkan Hamka
menuduh bahwa teori yang mengatakan Islam datang dari India adalah sebagai
sebuah bentuk propaganda, bahwa Islam yang datang ke Asia Tenggara itu tidak
murni.
b.
Berita Eopa
Berita ini datangnya dari Marcopolo
tahun 1292 M. Ia adalah orang yang pertama kali menginjakan kakinya di
Indonesia, ketika ia kembali dari cina menuju eropa melalui jalan laut. Ia
dapat tugas dari kaisar Cina untuk mengantarkan putrinya yang dipersembagkan
kepada kaisar Romawi, dari perjalannya itu ia singgah di Sumatera bagian utara.
Di daerah ini ia menemukan adanya kerajaan Islam, yaitu kerajaan Samudera
dengan ibukotanya Pasai. Diantara sejarawan yang menganut teori ini adalah C.
SnouchHurgronye, W.F. Stutterheim,dan Bernard H.M. Vlekke.
c.
Berita India
Berita
ini menyebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan
penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Karena
disamping berdagang mereka aktif juga mengajarkan agama dan kebudayaan Islam
kepada setiap masyarakat yang dijumpainya, terutama kepada masyarakat yang
terletak di daerah pesisisr pantai.9 Teori ini lahir selepas tahun 1883 M.
Dibawa oleh C. SnouchHurgronye. Pendukung teori ini, diantaranya adalah Dr.
Gonda,VanRonkel, Marrison, R.A. Kern, dan C.A.O. Van Nieuwinhuize.
d. Berita Cina
Berita ini
diketahui melalui catatan dari Ma Huan, seorang penulis yang mengikuti
perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Ia menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak
kira-kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang bertempat
tinggal di pantai utara Pulai Jawa.11 T.W. Arnol pun mengatakan para pedagang
Arab yang menyebarkan agama Islam di Nusantara, ketika mereka mendominasi
perdagangan Barat-Timur sejak abad-abad awal Hijrah atau abad ke-7 dan ke-8 M.
Dalam sumber-sumber Cina disebutkan bahwa pada abad ke-7 M seorang pedagang
Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera
(disebut Ta’shih)
e. Sumber dalam Negeri
Terdapat
sumber-sumber dari dalam negeri yang menerangkan berkembangnya pengaruh Islam
di Indonesia. Yakni Penemuan sebuah batu di Leran (Gresik). Batu bersurat itu
menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah rusak. Batu
itu memuat tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah Binti
Maimun (1028). Kedua, Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang
meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297 M. Ketiga, makam
Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419 M. Jirat makan
didatangkan dari Guzarat dan berisi tulisan-tulisan Arab.13 Mengenai masuknya
Islam ke Indonesia, ada satu kajian yakni seminar ilmiah yang diselenggarakan
pada tahun 1963 di kota Medan, yang menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Pertama kali Islam masuk ke Indonesia pada abad 1 H/7 M, langsung dari negeri
Arab.
2.
Daerah pertama yang dimasuki Islam adalah pesisir sumatera Utara. Setelah itu
masyarakat Islam membentuk kerajaan Islam Pertama yaitu Aceh.
3. Para dai yang pertama, mayoritas
adalah para pedagang. Pada saaat itu dakwah disebarkan secara damai.[3]
B.
Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
Kedatangan Islam ke Indonesia dan
penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara
damai. Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu:
a. Saluran
Perdagangan
Diantara
saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya ialah melalui
perdagangan. Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7
sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara
dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia,India)
turut serta menggambil bagiannya di Indonesia. Penggunaan saluran islamisasi
melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini menimbulkan jalinan di
antara masyarakat Indonesia dan pedagang.15 Dijelaskan di sini bahwa proses
islamisasi melalui saluran perdagangan itu dipercepat oleh situasi dan kondisi
politik beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan
diri dari kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami kekacauan dan
perpecahan. Secara umum Islamisasi yang dilakukan oleh para pedagang melalui
perdagangan itu mungkin dapat digambarkan sebagai berikut: mulal-mula mereka
berdatangan di tempat-tempat pusat perdagangan dan kemudian diantaranya ada
yang bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun
tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan-perkampungan.
Perkampungan golongan pedangan Muslim dari negeri-negeri asing itu disebut
Pekojan.[4]
b. Saluran
Perkawinan
Perkawinan
merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling memudahkan.
Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari kedamaian
diantara dua individu. Kedua individu yauitu suami isteri membentuk keluarga
yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat
muslim. Saluran Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau
saudagar dengan wanitia pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan
dengan Islamisasi. Jalinan baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara
putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah
terlahir seorang muslim.17 Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki
status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk
pribumi, terutama putri[5]
c.
Saluran Tasawuf
Tasawuf19 merupakan salah satu saluran
yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi
dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti
yang jelas pada tulisan-tulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal itu bertalian
langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia.20 Dalam hal ini para ahli
tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan
masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli
tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain.
Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan
mengakomodir nilai-nilai budaya bahkanajaran agama yang ada yaitu agama Hindu
ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan
nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima Diantara ahli-ahli
tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran
Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh,Syeh Lemah Abang, dan
Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad
ke-19 bahkan di abad ke-20 ini.
d.
Saluran Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, raja
berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui
pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat
pengajaran agama Islam bagi para santri.24 Pada umumnya di pondok pesantren ini
diajarkan oleh guru-guru agama, kyai-kyai,25 atau ulama-ulama. Mereka setelah
belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab,26 setelah keluar dari suatu
pesantren itu maka akan kembali ke masing-masing kampung atau desanya untuk
menjadi tokoh keagamaan, menjadi kyaiyangmenyelenggarakan pesantren lagi.
Semakin terkenal kyai yang mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan
pengaruhnya akan mencapai radius yang lebih jauh lagi.[6]
e.
Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti
seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya
pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung
Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan
sebagainya.Contoh lain dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang, yang
digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran
agama Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat
pertunjukan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.[7]
f.
Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan
besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka
rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat
tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya.
Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam
setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja
sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. [8]
C.
Perkembangan Islam di Indonesia Masa Kerajaan-Kerajaan
Islam dimulai di wilayah ini lewat
kehadiran Individu-individu dari Arab, atau dari penduduk asli sendiri yang
telah memeluk Islam. Dengan usaha mereka. Islam tersebar sedikit demi sedikit
dan secara perlahan-lahan. Langkah penyebaran islam mulai dilakukan secara
besar-besaran ketika dakwah telah memiliki orang-orang yang khusus menyebarkan
dakwah. Setelah fase itu kerajaan-kerajaan Islam mulai terbentuk di kepulauan
ini.Diantara kerajaan-kerajaan terpenting adalah sebagai berikut: [9]
1.
Kerajaan Malaka (803-917 H/1400-1511M)
Malaka dikenal sebagai pintu gerbang
Nusantara. Sebutan ini diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalulintas
bagi pedagang-pedagang asing yang berhak masuk dan keluar pelabuahan-pelabuhan
Indonesia. Letak geografis Malaka sangat menguntungkan, yang menjadi jalan
sialnganntaraAsiaTimur dan asiaBarat.Dengan letak geografis yang demikian
membuat Malaka menjadi kerajaan yang berpengaruh atas daerahnya.
Setelah Malaka menjadi kerajaan Islam,
para pedagang, mubaligh, dan guru sufi dari negeri Timur Tengah dan India makin
ramai mendatangi kota bandarMalaka. Dari bandar ini, Islam di bawa ke pattani
dan tempat lainnya di semenanjung seperti Pahang, Johor dan perlak.
Kerajaan Malaka menjalin hubungan baik
dengan Jawa, mengingat bahwa Malaka memerlukan bahan-bahan pangan dari Jawa. Di
mana hal ini untuk memenuhi kebutuhan kerajaannya sendiri. Persediaan dalam
bidang pangan dan rempah-rempah harus selalu cukup untuk melayani semua
pedagang-pedagang. Begitu pula pedangan-pedagang Jawa juga membawa
rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.
Selain dengan Jawa, Malaka juga menjalin
hubungan dengan Pasai. Pedagang-pedangan Pasai membawa lada ke pasaran Malaka.
Dengan kedatangan-pedagang Jawa dan Pasai, maka perdagangan di Malaka menjadi
ramai dan lebih berarti bagi para pedagang Cina. Selain dalam bidang ekonomi,
Malaka juga maju dalam bidang keagamaan. Banyak alim ulama datang dan ikut
mengembangkan agama Islam di kota ini. Penguasa Malaka dengan sendirinya sangat
besar hati. Meskipun penguasa belum memeluk agama Islam namun pada abad ke-15
mereka telah mengizinkan agama Islam berkembang di Malaka. Penganut-penganut
agama Islam diberi hak-hak istimewa bahkan penguasa membuatkan bangunan
masjid.36 Kesultanan Malaka mempunyai pengaruh di daerah Sumatera dan
sekitarnya, dengan mempengaruhi daerah-daerah tersebut untuk masuk Islam
seperti: Rokan Kampar, India Giri dan Siak. Dan kesultanan Malaka merupakan
pusat perdagangan[10]
2.
Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)
Pada abad ke-16, Aceh mulai memegang
peranan penting dibagin utara pulau Sumatra.39 Pengaruh Aceh ini meluas dari
Barus di sebelah utara hingga sebelah selatan di daerah Indrapura. Indrapura
sebelum di bawah pengaruh Aceh, yang tadinya merupakan daerah pengaruh
Minangkabau. Yang menjadi pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan Ibrahim
(1514-1528), ia berhasil melepaskan Aceh dari Pidie. Aceh menerima Islam dari
Pasai yang kini menjadi bagian wiliyah Aceh dan pergantian agama diperkiraan
terjadi mendekati pertengahan abad ke-14.
Kerajaan Aceh yang letaknya di daerah
yang sekarang dikenal dengan Kabupaten Aceh Besar. Di sini pula terletak ibu
kotanya.Aceh mengalami kemajuan ketika saudagar-saudagar Muslim yang sebelumnya
dagang di Malaka kemudian memindahkan perdagangannya ke Aceh, ketika Portugis
menguasai Malaka tahun 1511.43 Ketika Malaka di kuasa Portugis tahun 1511, maka
daerah pengaruhnya yang terdapat di Sumatera mulai melepaskan diri dari Malaka.
Hal ini sangat menguntungkan kerajaan Aceh yang mulai berkembang. Di bawah
kekuasaan Ibrahim, kerajaaan Aceh mulai melebarkan kekuasaannya ke
daerah-daerah sekitarnya. Operasi-operasi militer diadakan tidak saja dengan
tujuan agama dan politik, akan tetapi juga dengan tujuan ekonomi. Kebesaran
kerajaan Aceh ketika diperintah oleh Alauddin Riayat Syah. Kekuasaannya sampai
ke wilayah Barus. Dua putra Alauddin Riayat Syah kemudian diangkat menjadi
Sultan Aru dan sultan Parlaman dengan nama resmi Sultan Ghori dan Sultan
Mughal. Dalam menjaga keutuhan kerajaan Aceh, maka di mana-mana di 3. Kerajaan
Demak ( 918- 960 H/ 1512-1552 M) Di Jawa Islam di sebarkan oleh para wali songo
(wali sembilan),mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi
juga dalam hal pemerintahan dan politik, bahkan sering kali seorang raja
seolah-olah baru sah seorang raja kalau ia sudah diakui dan diberkahi wali
songo.52 Para wali menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam dan
sekaligus menjadikannya sebagai kerajaan Islam yang menunjuk Raden Patah
sebagai Rajanya. Kerajaan ini berlangsung kira-kira abad 15 dan abad 16 M. Di
samping kerajaan Demak juga berdiri kerajaan-kerajaan Islam lainnya seperti
Cirebon,Bante dan Mataram.[11]
3.
Kerajaan Demak ( 918- 960 H/ 1512-1552 M)
Di Jawa Islam di sebarkan oleh para wali
songo (wali sembilan),51 mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan keagamaan,
tetapi juga dalam hal pemerintahan dan politik, bahkan sering kali seorang raja
seolah-olah baru sah seorang raja kalau ia sudah diakui dan diberkahi wali
songo.52 Para wali menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam dan sekaligus
menjadikannya sebagai kerajaan Islam yang menunjuk Raden Patah sebagai Rajanya.
Kerajaan ini berlangsung kira-kira abad 15 dan abad 16 M. Di samping kerajaan
Demak juga berdiri kerajaan-kerajaan Islam lainnya seperti CirebonBanten dan
Mataram.Demak merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Islam yang berkembang
di pantai utara Pulau Jawa. Raja pertamanya adalah Raden Patah.56 Sebelum
berkuasa penuh atas Demak, Demak masih menjadi daerah Majapahit. Baru Raden
Patah berkuasa penuh setelah mengadakan pemberontakan yang dibantu oleh para
ulama atas Majapahit. Dapat dikatakan bahwa pada abad 16, Demak telah menguasai
seluruh Jawa. Setelah Raden Patah berkuasa kira-kira diakhir abad ke-15 hingga
abad ke-16, ia digantikan oleh anaknya yang bernama Pati Unus. Dan kemudian
digantikan oleh Trenggono yang dilantik oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar
Sultan Ahmad Abdul Arifin. Ia memerintah pada tahun 1524-1546 dan berhasil
menguasai beberapa daerah.57 Perkembangan dan kemajuan Islam di pulau Jawa ini
bersamaan dengan melemahnya posisi raja Majapahit.58 Hal ini memberi peluang
kepada raja-raja Islam pesisir untuk membangun pusat-pusat-pusat kekuasaan yang
independen. Di bawah bimbingan spiritual Sunan Kudus, meskipun bukan yang
tertua dari wali Songo.[12]
4.
Kerajaan Banten (960-1096 H/1552-1684 M)
Banten
merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad ke-16, setelah
pedagang-pedagang India, Arab, persia, mulai menghindarai Malaka yang sejak
tahun 1511 telah dikuasai Portugis. Dilihat dari geografinya, Banten, pelabuhan
yang penting dan ekonominya mempunyai letak yang strategis dalam penguasa Selat
Sunda, yang menjadi uratnadi dalam pelayaran dan perdagangan melalui
lautanIndoneia di bagian selatan dan barat Sumatera. Kepentingannya sangat
dirasakan terutama waktu selat Malaka di bawah pengawasan politik Portugis di
Malaka.Sejak sebelum kedatangan Islam, ketika berada di bawah kekuasaan
raja-raja Sunda (dari Pajajaran), Banten sudah menjadi kota yang berarti.63
Pada tahun 1524 Sunan Gunung Jati dari Cirebon, meletakan dasar bagi
pengembangan agama dan kerajaan Islam serta bagi perdagangan orang-orang Islam
di sana.Kerajaan Islam di Banten yang semula kedudukannya di Banten Girang
dipindahkan ke kota Surosowan, di Banten lama dekat pantai. Dilihat dari sudut ekonomi
dan politik, pemindahan ini dimaksudkan untuk memudahkan hubungan antara
pesisir utara Jawa dengan pesisir Sumatera, melalui selat sunda dan samudra
Indonesia. Situasi ini berkaitan dengan kondis politik di Asia Tenggara masa
itu setelah malaka jatuh ke tangan Portugis, para pedagang yang segan
berhubungan dengan Portugis mengalihkan jalur pelayarannya melalui Selat
Sunda.Tentang keberadaan Islam di Banten, Tom Pires menyebutkan, bahwa di
daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dengan Cirebon, banyak
dijumpai orang Islam. Ini berarti pada akhir abad ke-15 M diwilayah kerajaan
Sunda Hindu sudah ada masyarakat yang beragama Islam.Karena tertarik dengan
budi pekerti dan ketinggian ilmunya, maka Bupati Banten menikahkan Syarif
Hidayatullah dengan adik perempuannya yang bernama NhayKawunganten. Dari
pernikahan ini Pemerintahan Banten kemudian di pegang oleh anak Maulana
Muhammad yang bernama Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdulkadir, dinobatkan pada
usia 5 bulan. Dan untuk menjalankan roda pemerintahannya ditunjuk Mangkubumi
Jayanagara sebagai walinya. Ia baru aktif memegang kekuasan pada tahun 1626.
Pada tahun 1651 ia meninggal dunia, dan digantikan oleh cucunya Sultan Abulfath
5.
Kerajaan Goa (Makasar) (1078 H/1667 M)
Kerajaan yang bercorak Islam di
Semenanjung Selatan Sulawesi adalah Goa-Tallo, kerajaan ini menerima Islam pada
tahun 1605 M. Rajanya yang terkenal dengan nama Tumaparisi-Kallona yang
berkuasa pada akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16. Ia adalah memerintah
kerajaan dengan peraturan memungut cukai dan juga mengangkat kepala-kepala
daerah. Kerajaan Goa-Tallo menjalin hubungan dengan Ternate yang telah menerima
Islam dari Gresik/Giri.Penguasa Ternate mengajak penguasa Goa-tallo untuk masuk
agama Islam, namun gagal. Islam baru berhasil masuk di Goa-Tallo pada waktu
datuk ri Bandang datang ke kerajaan Goa-Tallo. Sultan Alauddin adalah raja
pertama yang memeluk agama Islam tahun 1605 M.
Kerajaan Goa-Tallo mengadakan ekspansi ke Bone tahun 1611, namun
ekspansi itu menimbulkan permusuhan antara Goa dan Bone.78 Penyebaran Islam
yang dilakukan oleh Goa-Tallo berhasil, hal ini merupakan tradisi yang
mengharuskan seorang raja untuk menyampaikan hal baik kepada yang lain. Seperti
Luwu, Wajo, Sopeng, dan Bone. Luwu terlebih dahulu masuk Islam, sedangkan
Wajo80 dan Bone81 harus melalui peperangan dulu. Raja Bone yang pertama masuk
Islam adalah yang dikenal Sultan Adam.[13]
6.
Kerajaan Maluku
Kerajaan Maluku terletak dibagian daerah
Indonesia bagian Timur. Kedatangan Islam keindonesia bagian Timur yaitu ke
Maluku, tidak dapat dipisahkan dari jalan perdagangan yang terbentang antara
pusat lalu lintas pelayaran Internasional di Malaka, Jawa dan Maluku.
Diceritakan bahwa pada abad ke-14 Raja ternate yang keduabelas, Molomateya,
(1350-1357) bersahabat baik dengan orang Arab yang memberikan petunjuk
bagaimana pembuatan kapal-kapal, tetapi agaknya bukan dalam kepercayaan.
Manurut tradisi setempat, sejak abad ke-14 Islam sudah datng di daerah Maluku.
Pengislaman di daerah Maluku, di bawa oleh maulana Husayn. Hal ini terjadi pada
masa pemerintahan Marhum di Ternate.Raja pertama yang benar-benar muslim adalah
Zayn Al- Abidin (1486-1500), Ia sendiri mendapat ajaran agama tersebut dari
madrasah Giri. Zainal Abidin ketika di Jawa terkenal sebagai Raja Bulawa, artinya
raja cengkeh, karena membawa
cengkeh dari Maluku untuk persembahan.85
Sekembalinya dari jawa, Zainal abidin membawa mubaligh yang bernama
Tuhubabahul. Yang mengantar raja Zainal Abidin ke Giri yang pertama adalah
Jamilu dari Hitu. Hubungan Ternate, Hitu dengan Giri di Jawa Timur sangat
erat.Tentang masuknya Islam ke Maluku, Tome Pires mengatakan bahwa kapal-kapal
dagang dari Gresik ialah milik PateCucuf. Raja ternate yang sudah memeluk Islam
bernama Sultan BemAcorala, dan hanyalah raja ternate yang disebut sultan sedang
yang lainnya digelari raja. Dijelaskan bahwa ia sedang berperang dengan
mertuanya yang menjadi raja Tidore yang bernama Raja Almancor.[14]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sejarah
adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagaimakhluk
sosial,yang di susun secara ilmiah dan lengka,meliputi urutan fakta masa
tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian serta kepahaman
tentang apa yang telah berlalu.Metodesejarah adalah proses menguji menganalisa
secara kritis rekaman dan peninggalan masa laumpau.untuk data yang akurat
terkait sejarah di butuhkan ilmu-ilmu pendukung yang akan memperkuat sejarah
tersebut.
B.
Saran
Sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, kami menyadari bahwa masih banyak hal-hal yang
kami lakukan sebagai kesalahan. Hendaknya kesalahan tersebut dapat kami
perbaiki melalui saran yang kami harapkan dari pembaca dan peserta diskusi. Dan
kami ucapkan terima kasih atas partisipasi yang telah diberikan. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
BIODATA PEMAKALAH
Nama : Nur Cipto
Ttl : Pemalang, 19-Mei-1995
NIM : 2014116082
Prodi : HES
Nama : Alfa Nugrahaeny
Ttl : Pekalongan,15-Nov-1997
NIM : 2014116083
Prodi : HES
[1] Ahmad Sugiri, “Proses Islamsisasi dan Percaturan Politik Umat Islam di
Indonesia”, dalam Al-
Qalam,
Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan Kemasyarakatan, No. 59/XI/1996, (Serang: IAIN
SGD, 1996), hlm. 43.
Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984),
hlm, 122.
[3] Busman Edyar, dkk (Ed.), Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009), hlm. 207
[4] Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit.,
hlm. 200
[8] Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit.,
hlm. 206-207.
[9] Taufik Abdullah (Ed.), Sejarah
Umat Islam Indonesia, (Jakarta: Majlis Ulama Indonesia, 1991),
[11] Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit.,
hlm. 20
[13] Uka Tjandrasasmita (Ed.),
op.cit., hlm. 29.
[14] Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit.,
hlm. 12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar