Laman

new post

zzz

Kamis, 20 April 2017

TT2 A10b “LEMAH LEMBUT KUNCI SUKSES” (Q.S THAAHA, 20:44)

PENDIDIKAN LIFE SKIL
“LEMAH LEMBUT KUNCI SUKSES” (Q.S THAAHA, 20:44)

Renika Ulfa Lestari (2021115263) 
Kelas A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah, Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Telah penulis selesaikan tugas makalah ini dengan semampu-mampunya agar menjadi lebih  baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapatkan syaf’atnya di Yaumul Akhir. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak hal-hal yang salah dan akan selalu mengharapkan kritik maupun saran dari para pembaca. Tak lupa pula penulis ucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu meringankan tugas makalah ini. Ucapan terimakasih penulis kepada :
1.      Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II yang telah memberikan tugas kepada penulis.
2.      Orang tua yang selalu mendo’akan dalam segala hal.
3.      Teman-teman yang mensuport setiap waktu.
4.      Dan semuanya yang telah banyak membantu penulis dalam setiap langkah.
Dan semoga tulisan ini banyak membantu dan bermanfaat bagi para pembaca khususnya penulis. Bisa menjadi pelajaran dan dapat diambil hikmah dari setiap kejadian.



Pekalongan, 26 April 2017


Renika Ulfa Lestari


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Manusia diciptakan untuk mampu berdiri sendiri dan mengembangkan dirinya diantara manusia-manusia lainnya (masyarakat, keluarga dan lain-lain). Pada intinya pendidikan life skill membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri untuk dikembangkan dan diamalkan, berani menghadapi problema kehidupan, serta memecahkannya secara kreatif. Pendidikan life skill bukanlah mata pelajaran, sehingga dalam pelaksanaannya tidak perlu merubah kurikulum dan menciptakan mata pelajaran baru.
Adanya pendidikan life skill yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam konteks syari’at Islam, salah satunya yaitu “Lemah Lembut Kunci Sukses”. Dimana yang dimaksudkan dalam lemah lembut disini yaitu kesabaran dalam menghadapi proses kehidupan sehingga mencapai hasil yang baik. Bukan hanya itu saja, lemah lembut mengajarkan kita untuk bersikap kasih sayang kepada semua makhluk ciptaan Allah dimanapun dan kapanpun.
Sedangkan kunci kesuksesan adalah dimana kita  bisa menikmati segala sesuatu dengan kesabaran, keikhlasan dan tanpa keterpaksaan. Lemah lembut kunci sukses yang akan mengantarkan kita meraih keberhasilan dalam setiap hal yang kita perjuangkan.

B.     Tema

Mengenai tema yang sudah ditentukan, maka saya mendapatkan tema tentang “PENDIDIKAN LIFE SKILL”

C.    Judul

Dalam pembahasan kali ini, saya akan membahas mengenai “LEMAH LEMBUT KUNCI SUKSES” sesuai dengan tugas yang diamanahkan kepada saya oleh Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II.
D.    NASH QUR’AN TERJEMAHAN

فَقُولَا لَهُۥ قَوۡلٗا لَّيِّنٗا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوۡ يَخۡشَىٰ ٤٤
Artinya: “maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut." (Q.S Thaaha, 44)

E.     ARTI PENTING DIKAJI

Ayat ini penting dikaji, karena jangkauannya sangat luas dan dapat digunakan dalam berbagai hal tetapi tetap disesuaikan dengan konteksnya. Dengan mengkaji Q.S Thaaha ayat 44 ini maka akan menjadi pengingat untuk kita semua apalagi kita adalah calon seorang pendidik dan kelak menjadi orang tua, bukan hanya itu saja bahkan sekarangpun kita perlu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari bahwasannya sikap lemah lembut itu penting adanya karena akan menjadi jembatan kebaikan untuk kita nantinya.










BAB II
PEMBAHASAN

1.      TEORI

A.    Pengertian Pendidikan Life Skill

Life Skill adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mampu memecahkan permasalahan hidup secara wajar dan menjalani kehidupan secara bermartabat tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Pendidikan Life Skill adalah usaha untuk membantu dan membimbing aktualitas potensi peserta didik untuk mencapai sejumlah kompetensi, baik berupa pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai yang mengarah pada kemampuan memecahkan permasalahan hidup, menjalani kehidupan secara mandiri dan bermartabat serta proaktif dalam mengatasi masalah.[1]

B.     Lemah Lembut Kunci Sukses

Lemah lembut kunci keberhasilan dakwah Rasulullah SAW., karena Rasulullah SAW berdakwah dengan mauidzatul hasanah yakni perkataan yang lemah lembut dan sampai ke hati. Dan perkataan itu menyangkut perintah dan larangan Allah SWT (Nahi dan Munkar) tetapi disampaikan dengan cara yang menyentuh hati.Terkadang seseorang saling hujat padahal hanya karena berbeda persepsi. Itu dikarenakan dia tidak memiliki mauidzatul hasanah.
Tanda-tanda kebaikan akhlak yaitu yang banyak malu, sedikit menyakiti orang, banyak berbuat baik, benar lidahnya, sedikit berbicara dan banyak kerja, banyak silaturrahimnya, lemah-lembut, banyak sabarnya, banyak berterimakasihnya, banyak kasih sayangnya, murah hati kepada fakir dan miskin, cinta pada jalan Allah, dan ikhlas atas segala ketentuan Allah Swt.[2]
Al-kisah, Ahnaf bin Qais pernah ditanya: “Dari manakah kamu belajar lemah lembut?”. Ahnaf bin Qais menjawab: “Dari Qais bin Ashim”. Lalu ia ditanya lagi: “sampai dimana kelemah-lembutannya itu?”, Ahnaf bin Qais menjawab: “Ketika Qais bin Ashim duduk-duduk dirumahnya, lalu datanglah seorang budak wanita membawa besi ke tempat pembakar daging yang penuh berisi daging bakar. Kemudian jatuhlah besi pembakar daging itu dari tangannya dan jatuh mengenai anak Qais yang masih kecil, dan matilah anak kecil itu.” Kemudian budak wanitanya itu gugup dan ketakutan. Maka Qais berkata kepada budaknya: “janganlah kamu merasa takut dan kamu merdeka karena Allah Ta’ala”.
Yahya bin Ziyad Al-Harisi, ia mempunyai budak lelaki yang jahat. Lalu orang bertanya kepadanya: “Mengapa kamu pegang terus budak jahat itu?”. Yahya bin Ziyad Al-Harisi pun menjawab: “Untuk saya pelajarkan kepadanya sifat santun.”
Maka inilah beberapa jiwa yang benar-benar telah dihinakan dengan latihan-latihan (Riadhlah), lalu jiwa itu menjadi lurus akhlaknya dan bersih batinnya dari tipuan, belenggu dan dengki. Maka jiwa itu membuahkan kesenangan dengan semua yang ditakdirkan Allah Ta’ala. Dan itulah tingkat kesuksesan yang sangat tinggi didalam kebaikan akhlak yaitu memiliki sifat lemah-lembut.[3]

2.      TAFSIR DARI BUKU

A.    Tafsir Ibnu Katsier
Q.S Thaaha ayat 44 ini menjelaskan bahwasannya Allah mengatakan, Pergilah kamu berdua kepadanya dan dengan kata-kata yang lemah lembut, cobalah sadarkan dia tentang dirinya sendiri yang tak kurang dan tak lebih hanyalah seorang hamba diantara hamba-hamba-Ku. Dan janganlah kamu berdua lalai, selalu ingatlah pada-Ku dan menyebut nama-Ku selagi kamu menjalankan tugas suci ini. Dan dengan membawa tanda-tanda kekuasaan-Ku disamping kecakapanmu menyampaikan keterangan dan dalil-dalil yang kuat dan hujjah-hujjah yang tidak dapat dibantah, mudah-mudahan dia (Fir’aun) menyadari akan dirinya dan takut kepada-Ku. maksud tafsirnya adalah Allah memerintahkan kepada Musa beserta saudaranya yaitu Harun untuk membawa ayat-ayat Allah dan mendatangi Fir’aun dengan kata lemah lembut untuk mencoba menyadarkan Fir’aun bahwa dirinya sendiri tak lebih hanyalah seorang hamba diantara hamba-hamba Allah yang lainnya.[4]

B.     Tafsir Al-Mishbah

فَقُولَا لَهُۥ قَوۡلٗا لَّيِّنٗا “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut”, yakni ajaklah ia (Fir’aun) beriman kepada Allah dan serulah ia kepada kebenaran dengan cara yang tidak mengundang antipati atau amarahnya, (لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوۡ يَخۡشَىٰ) mudah-mudahan ia ingat atau takut” yakni agar supaya ia ingat akan kebesaran Allah dan kelemahan makhluk, sehingga ia terus menerus kagum kepada Allah dan taat secara penuh kepada-Nya atau paling tidak ia terus menerus takut kepada-Nya akibat kedurhakaannya kepada Allah.
Jadi Firman Allah SWT : “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut” ini menjadi dasar tentang perlunya sikap bijaksana dalam berdakwah yang antara lain ditandai dengan ucapan-ucapan sopan yang tidak menyakitkan hati sasaran dakwah. Karena Fir’aun saja, yang demikian durhakanya kepada Allah pun, masih juga harus dihadapi dengan lemah lembut.[5]

C.    Tafsir Al-Maraghi

Ayat ini berbicara dalam konteks pembicaraan Nabi Musa As., ketika menghadapi Fir’aun. Allah mengajarkan kepadanya agar berkata lemah lembut dengan harapan Fir’aun tertarik dan tersentuh hatinya sehingga dia dapat menerima dakwahnya dengan baik.[6]

D.    Tafsir Al-Azhar

Setelah Allah SWT menyatakan kesombongan Fir’aun, bahwa dia itu dalam pemerintahannya terlalu berlaku melampaui batas kebenaran dan keadilan, maka Allah memberi ingat kepada kedua utusan-Nya yaitu Nabi Musa As dan saudaranya Harun dalam ayat 44 ini ( فَقُولَا لَهُۥ قَوۡلٗا لَّيِّنٗا ) “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.”
Di dalam pangkal ayat 44 ini Allah telah memberikan suatu petunjuk dan arahan yang penting dalam memulai dakwah kepada orang yang telah melampaui batas itu. Dalam permulaan berhadap-hadapan, kepada orang yang seperti itu janganlah langsung dilakukan sikap yang keras, melainkan hendaklah dimulai dengan mengatakan sikap yang lemah lembut, perkataan yang penuh dengan suasana kedamaian. Sebab jika permulaan dakwah dilakukan dengan kata-kata yang kasar, blak-blakan, tidaklah tercapai apa yang dimaksud.
Meskipun di dalam ‘ilmu Allah Ta’ala sendiri pasti sudah diketahui bahwa Fir’aun itu sampai saat terakhir tidak akan mengaku tunduk, tetapi Allah telah memberikan tuntunan kepada Rasul-Nya, ataupun kepada siapa saja yang berjuang melanjutkan rencana-rencana Nabi, bahwa pada langkah awal janganlah mengambil sikap yang menantang. Mulailah dengan kata-kata yang lemah lembut: يَتَذَكَّرُ أَوۡ يَخۡشَىٰ لَّعَلَّهُ “Mudah-mudahan ia (Fir’aun) ingat atau takut”. Ujung ayat 44 ialah bahwa Musa dan Harun diperintahkan terlebih dahulu mengambil langkah lemah lembut guna menyadarkan dan menginsyafkan Fir’aun. Karena Fir’aun itu adalah manusia biasa dan Fir’aun juga seorang raja yang dijunjung tinggi, diangkat martabatnya oleh orang-orang yang mengelilinginya, jarang yang membantah perkataannya walaupun secara halus, karena orang yang di sekitarnya itu merasa berhutang budi kepada rajanya. Mereka merasa tidak ada apa-apanya kalau bukan raja yang menaikkan pangkat dan memberikan gelar kehormatan. Maka jika raja itu atau Fir’aun itu telah duduk seorang diri, hati nuraninya akan berkata tentang dirinya yang sebenarnya. Hati nurani itulah yang akan diketuk dengan sikap yang lemah lembut.
Masih diharapkan, mudah-mudahan dengan kata-kata yang lemah lembut Fir’aun itu akan sadar lalu ingat bahwa selama hidup pasti dia akan mati. Selama muda pasti dia akan tua. Dan selama sehat pasti dia akan sakit. Betapapun kuat sehat badan manusia, namun kekuatannya itu terbatas. Inilah yang harus diingatnya. Ataupun dia takut akan azab siksa Allah yang betapapun tidak akan bisa dia mengelaknya. Itulah siasat atau taktik yang dianjurkan Allah kepada Musa dan Harun sebagai langkah pertama dalam menghadapi Fir’aun.[7]

E.     IMPLEMENTASI DALAM KEHIDUPAN

Ø  Ajaklah saudara-saudari kita menuju ke jalan Allah SWT yaitu jalan yang di ridhoi oleh-Nya dengan ucapan dan kata-kata yang santun dan tidak menyakiti perasaan mereka.
Ø  Berlemah lembut kepada setiap manusia terutama kepada kedua orang tua.
Ø  Sabar dalam menghadapi musibah, ujian yang datangnya dari Allah SWT.
Ø  Menyayangi terhadap semua makhluk Allah SWT dengan selalu berlindung kepada Allah SWT. Karena Allah SWT adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

F.     ASPEK TARBAWI

Ø  Allah menyuruh Nabi dan Rasul-Nya untuk bersikap lemah lembut kepada orang lain ketika mereka menyampaikan dakwahnya meskipun orang yang diajak ke jalan Allah SWT itu telah menutup kalbu mereka untuk mendapat petunjuk Allah dan keimanan. Seperti Fir’aun, Namrud dan Saddad.
Ø  Tutur kata yang manis dan perilaku yang baik akan dapat menembus kalbu seseorang.
Ø  Memiliki sifat lemah lembut bukan berarti kita adalah manusia yang lemah. Namun lemah lembut mengajarkan kita untuk selalu menghadapi segala sesuatu dengan kesabaran baik sesuatu yang ringan ataupun yang sulit.
Ø  Kunci kesuksesan dalam hidup adalah ketika kita bisa menikmati setiap titik perjuangan dan merasa bahwa hidup tidak hanya untuk diam dan lepas dari permasalahan. Tetapi hidup adalah gerak yang selalu berubah dan kelak semua perjuangan kita akan berlalu dengan hasil yang sesuai.

















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan

Pendidikan Life Skill adalah usaha untuk membantu dan membimbing aktualitas potensi peserta didik untuk mencapai sejumlah kompetensi, baik berupa pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai yang mengarah pada kemampuan memecahkan permasalahan hidup, menjalani kehidupan secara mandiri dan bermartabat serta proaktif dalam mengatasi masalah.
Lemah lembut kunci keberhasilan dakwah Rasulullah SAW., karena Rasulullah SAW berdakwah dengan mauidzatul hasanah yakni perkataan yang lemah lembut dan sampai ke hati. Dan perkataan itu menyangkut perintah dan larangan Allah SWT (Nahi dan Munkar) tetapi disampaikan dengan cara yang menyentuh hati.Terkadang seseorang saling hujat padahal hanya karena berbeda persepsi. Itu dikarenakan dia tidak memiliki mauidzatul hasanah.
Tanda-tanda kebaikan akhlak yaitu yang banyak malu, sedikit menyakiti orang, banyak berbuat baik, benar lidahnya, sedikit berbicara dan banyak kerja, banyak silaturrahimnya, lemah-lembut, banyak sabarnya, banyak berterimakasihnya, banyak kasih sayangnya, murah hati kepada fakir dan miskin, cinta pada jalan Allah, dan ikhlas atas segala ketentuan Allah Swt.


B.     Saran

Jika kita tidak paham dengan pola komuikasi sekarang yang sangat bebas ini, kita pasti akan mengalami kesulitan dalam berdakwah kepada Allah SWT. Jadi orang yag keliru atau bersalah, jangan langsung di bully tetapi diberi nasehat yang baik dengan perkataan yang lemah lembut yaitu tidak menyakiti hati mereka. Ibarat batu yang keras apabila setiap hari terkena tetesan air terus-menerus maka akan berlubang juga. Begitupun hati seseorang, sekeras apapun hatinya jika kita bersabar dan terus bersabar kepadanya niscaya akan luluh juga hatinya.

DAFTAR PUSTAKA

Rosyid, Moh. 2007. Pendidikan Life Skill. Kudus: STAIN Kudus Press.
Al-Ghazali, Imam. 2003. Terjemahan Ihya’ Ulumuddin Jilid V. Semarang: CV. AsySyifa’.
Bahreisy, Salim. 1990. Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 5. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an.    Jakarta: Lentera Hati.
Mushthofa, Ahmad. 1994. Tafsir Al-Maraghi Terjemahan Juz 16. Semarang: PT. Karya Toha       Putra.
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar Juz 13,14,15,16,17.  Jakarta: Puastaka Panjimas.















KRONOLOGI PENULIS


Nama               : Renika Ulfa Lestari
TTL                 : Pemalang, 22 Januari 1998
Jenis Kelamin  : Perempuan
Alamat                        : Ds. Bumirejo Rt/Rw 002/001
                          Kec. Ulujami Kab. Pemalang
Status              : Mahasiswi (Hamba Allah)
Hubungan       : Lajang
Hobby             : Tarik Suara
Motto              : Yang Penting Yakin Dan Percaya
Pendidikan      :
1.      SD Negeri 02 Bumirejo                                              (2003-2009)
2.      SMP Negeri 5 Ulujami                                                (2009-2012)
3.      SMK Negeri 1 Ampelgading                                      (2012-2015)
4.      S1 Pendidikan Agama Islam di IAIN Pekalongan     (2015-Sekarang)




[1] Moh. Rosyid, Pendidikan Life Skill (Kudus: STAIN Kudus Press, 2007), hlm. 57
[2] Imam Al-Ghazali, Terjemahan Ihya’ Ulumuddin Jilid V (Semarang: CV. Asy Syifa’, 2003), hlm. 167


[3] Imam Al-Ghazali, Ibid.., hlm. 173-174
[4] Salim Bahreisy, dkk, Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 5 (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), hlm. 248-249
[5] M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 305-306
[6] Ahmad Mushthofa, Tafsir Al-Maraghi Terjemah Juz 16 (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994), hlm. 156
[7] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 13,14,15,16,17 (Jakarta: Puastaka Panjimas,1983), hlm. 213

Tidak ada komentar:

Posting Komentar