KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
“Pengajar”
Wirda Ramadhanti (2023116038)
KELAS D
JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA
PENGANTAR
Assalammu’alaikum
Warrahmatullahi Wabarakatuh
Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Puja dan puji syukur kita haturkan kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Sebelumnya, saya ucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Khususnya
kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi
Belajar Mengajar yang telah memberikan saya motivasi dan masukan-masukan yang
sangat bermanfaat kepada saya dalam penulisan makalah ini. Saya membuat makalah
ini guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, saya menerima dengan tangan terbuka segala kritik
dan saran yang membangun dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
serta dapat menambah pengetahuan mengenai pengajar. Cukup sekian dan terima
kasih.
Wassalmmu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Pekalongan, 21 September 2017
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Tema
Keterampilan
Dasar Mengajar
B.
Sub Tema
Pengajar
C.
Alasan mengapa materi ini perlu dikaji
Seorang guru atau pengajar merupakan salah satu komponen dari
pendidikan. Dimana ia bertugas untuk mengajarkan dan mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh anak didiknya, sehingga ia mampu hidup dan memecahkan masalah
yang akan ia hadapi dimasa yang akan datang. .Oleh karena itu, seorang guru
harus dapat memilah dan memilih cara dan metode yang tepat agar peserta
didiknya dapat memahami dan menerapkan apa yang diajarkan guru kepadanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pengajar
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia , makna dari pengajar yaitu berasal dari kata “ajar” yang
artinya petunjuk yang diberikan kepada
orang supaya diketahui (dituruti). Sedangkan pengajar artinya yaitu orang yang
mengajar (seperti guru,pelatih).[1]
Kemudian untuk arti mengajar menurut Bohar Suharto (1997), mengajar merupakan
suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur (mengelola) lingkungan sehingga
tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik
sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan.[2]
Menurut Oemar
Hamalik, mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik di
sekolah. Kriteria ini sejalan dengan pendapat dari teori pendidikan yang
bersikap pada mata pelajaran yang disebut formal.[3] Dimana seorang
peserta didik cenderung akan menjadi pasif, karena hanya menerima pengetahuan
yang diberikan oleh gurunya, sehingga pengajarannya bersifat teacher
centered.[4]
Perlu diketahui mengajar
dan mendidik adalah kegiatan bersama guru dan peserta didik dalam interaksi
pembelajaran, baik dalam kelas maupun luar kelas. Secara teoritis, mengajar
lebih bersifat penyampaian pengetahuan dan mendidik lebih beraksentuasi pada
penanaman nilai.
Pakar pendidikan, Sikun
Pribadi, berpendapat bahwa pengajaran adalah kegiatan pembinaan yang terkait
dengan ranah kognitif dan psikomotorik. Ranah kognitif dengan tujuan agar
peserta didik lebih cerdas, banyak pengetahuan, berpikir kritis, sistematis, dan
objektif. Untuk ranah psikomotorik dengan tujuan terampil melaksanakan sesuatu,
seperti membaca, menulis, menyanyi, berhitung, lari cepat, berenang, dan
lain-lain.[5]
B.
Pesyaratan Guru
Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan kawan-kawan
(1992: 41), tidak sembarangan tetapi harus memenuhi beberapa syarat dibawah ini
:
1.
Takwa kepada Allah swt.
Guru sesuai dengan tujuan pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik
anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa
kepada-Nya. Sebab guru sebagai teladan bagi anak didiknya. Sejauhmana seorang
guru mampu memberi teladan yang baik kepada anak didiknya, sejauh itu pula ia
diperkirakan akan berhasil mendidik mereka menjadi generasi pengurus bangsa
yang baik dan mulia.
2.
Berilmu
Guru harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan untuk mengajar.
Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik sangat meningkat,
sedangkan jumlah guru jauh dari mencukupi. Maka terpaksa menyimpang untuk
sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan
normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik pendidikan dan
pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.
3.
Sehat Jasmani
Sehat jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat begi mereka
yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya,
sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Disamping itu, guru yang berpenyakit
tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan “mens sama in copore sano”,
artinya dalam tubuh terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak
benar secara keseluruhan, akan tetapi kesehatan badan seangat mempengaruhi
semanagt kerja. Guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya
merugikan anak didik.
4.
Berkelakuan Baik
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru
harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru.Diantara tujuan
pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri anak didik dan ini
mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Yang dimaksud
akhlak yang mulia dalam ilmu pendidikan islam adalah akhlak yang sesuai dengan
ajaran islam, yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Diantara akhlak mulia
tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua
anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi
bekerja sama dengan guru-guru lain, bekerja sama dengan masyarakat.
Di Indonesia untuk
menjadi guru diatur dengan beberpa persyaratan, yakni berijazah, profesional,
sehat jasmani dan rohani, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepribadian yang
luhur, bertanggung jawab, dan berjiwa nasional.[6]
C.
Tujuan Pengajaran
Tujuan Pengajaran adalah sejumlah hasil pengajaran yang dinyatakan
dalam artian siswa belajar, yang secara umum mencakup pengetahuan baru,
keterampilan, dan kecakapan, serta sikap-sikap yang baru, yang diharapkan oleh
guru dicapai oleh siswa sebagai hasil pengajaran. Atau dapat dikatakan juga bahwa
tujuan pengajaran itu adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pengajaran.[7]
Disini juga terdapat Komponen-komponen tujuan pengajaran yakni:
1.
Tingkah laku terminal,
adalah komponen tujuan pengajaran yang menentukan tingkah laku siswa setelah
pengajaran. Tingkah laku ini merupakan bagian dari tujuan yang menunjuk pada
hasil yang diharapkan dalam pengajaran dan menentukan apa yang dapat diperbuat
oleh siswa untuk mendemostrasikan bahwa dia telah mencapai tujuan. Artinya,
tingkah laku dapat diterima sebagai bukti bahwa siswa telah belajar.
2.
Kondisi-kondisi tes, komponen
kondisi pada suatu tujuan pengajaran menentukan situasi bagi siswa dituntut
untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal. Jadi, komponen-komponen itu
menentukan kondisi-kondisi tes.
3.
Standar (ukuran), komponen
ukuran perilaku merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk
membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. Suatu ukuran (standar) menentukan
tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagai bukti bahwa siswa telah
mencapai tujuan. Misalnya, siswa harus dapat memecahkan suatu masalah dalam
waktu sepuluh menit. Siswa harus dapat melakukan prosedur sebagaimana yang
dijelaskan dalam buku paket dan sebagainya. Ukuran perilaku tersebut merupakan
kriteria untuk mempertimbangkan keberhasilan daripada tingkah laku terminal.[8]
D.
Macam-macam Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan dasar mengajar adalah kemampuan atau keterampilan yang
khusus yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur agar dapat melaksanakan
tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional. Dengan demikan keterampilan dasar
mengajar berkenaan dengan beberapa kemampuan atau keterampilan yang bersifat
mendasar dengan beberapa kemampuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dan
melekat harus dimiliki dan diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, atau
instruktur dalam melaksanakan tugasnya.[9]
Menurut Turney (1973) dalam Abdul Majid, bahwa ada delapan
keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh guru:
a.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Adapun hal-hal yang
diperhatikan dalam membuka pelajaran antara lain:
1)
Menarik perhatian peserta didik
2)
Menumbuhkan motivasi peserta didik
3)
Memberikan acuan kepada peserta didik
4)
Membuat kaitan materi pembelajaran
Sedangkan keterampilan dalam menutup
pelajaran, guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1)
Meninjau kembali pokok bahasan apakah sudah dipahami siswa atau
belum, bisa dengan cara membuat rangkuman.
2)
Mengevaluasi pemahaman yang utuh terhadap konsep yang telah
disampaikan baik tes tertulis maupun tes praktik atau pun evaluasi yang
bersifat non tes.
b.
Keterampilan menjelaskan materi, meliputi :
1)
Kejelasan pengucapan vokal dan meghindari kata “eee”, “mmm”,
“kira-kira” dan istilah-istilah lain yang tidak dapat dimengerti siswa.
2)
Penggunaan dan contoh ilustrasi untuk memperjelas sesuatu yang
masih samar.
3)
Pemberian tekanan bisa dengan ekspresi, tanda, atau isyarat lisan
seperti “yang terpenting...”; “diperhatikan...”; “silahkan coba semuanya
lihat.”
4)
Penggunaan balikan dengan mengajukan pertanyaan seperti: “apakah
kalian paham ?”.
c.
Keterampilan mengajar kelompok kecil/individual dengan cara:
1)
Mengadakan pendekatan secara pribadi
2)
Mengorganisasi kelompok dengan baik
3)
Membimbing dan memudahkan belajar
4)
Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
d.
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dengan cara:
1)
Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi.
2)
Memperjelas masalah maupun usulan/pendapat
3)
Menganalisis pandangan/pendapat siswa
4)
Meningkatkan keaktifan siswa untuk berpendapat
5)
Memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi secara merata
6)
Menutup diskusi
e.
Keterampilan bertanya meliputi beberapa komponen berikut:
1)
Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat
2)
Pemberian acuan pertanyaan
3)
Pemusatan dan pemindahan giliran siswa yang ditanya
4)
Penyebaran pertanyaan dan siswa yang ditanya
5)
Pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntutan
f.
Keterampilan memberi penguatan. Artinya memberikan umpan balik
terhadap semua perilaku siswa, adapun komponen keterampilan ini adalah :
1)
Penguatan secara verbal, seperti pujian, penghargaan, kesepakatan,
dsb.
2)
Penguatan non-verbal berupa mimik dan gerakan badan, mendekati siswa,
sentuhan badan atau dengan kegiatan yang menyenangkan.
3)
Penggunaan penguatan yang efektif harus memperhatikan kehangatan
dan efektifitas, kebermaknaan dan menghindari respon yang negatif.
g.
Keterampilan mengelola kelas. Secara umum keterampilan mengelola
kelas terdapat dua hal : pertama, menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal, dan kedua, mengembalikan kondisi belajar yang
optimal. Adapun beberapa cara yang bisa bisa dilakukan delam menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal antara lain :
1)
Tanggap, peduli, dan perhatian
2)
Membagi dan memusatkan perhatian
3)
Memberi petunjuk yang jelas
4)
Menegur apabila terjadi penyimpangan
5)
Memberi penguatan
h.
Keterampilan mengadakan variasi. Dalam proses pembelajaran guru
bisa melakukan variasi dalam beberapa hal, antara lain :
1)
Teacher voice
2)
Focusing
3)
Teacher silent
4)
Eye contact and movement
5)
Ekspresi wajah
6)
Gerak badan dsb.[10]
Untuk
dapat mengetahui sukses atau tidaknya seorang pengajar itu dapat diketahui
dengan adanya perubahan pada tingkah laku anak menuju kesempurnaan. Pengajaran
dikatakan sukses apabila :
a.
Hasilnya tahan lama dan dapat digunakana oleh si pelajar dalam
hidupnya,
b.
Anak-anak dapat menggunakan apa yang sudah dipelajarinya dengan
bebas serta percaya diri diberbagai situasi dalam hidupnya.
Adapun beberapa
indikator dari proses mengajar yang tahan lama ialah apabila: (1) Hasilnya
meresap dalam pribadi anak, (2) Dipahami benar, dan (3) Mengandung arti bagi
kehidupan anak (maeningfull).
Jadi mengajar
dengan sukses itu pada hakikatnya mengusahakan agar isi mata pelajaran itu meaningfull,
usefull, dan mengembangkan seluruh aspek pribadi anak.[11]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengajar adalah seseorang yang menyampaikan pengetahuan kepada
peserta didiknya didalam kelas. Untuk menjadi seorang guru tidaklah sembarang
harus terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi. Menurut Prof. Dr. Zakiah
Daradjat dan kawan-kawan (1992: 41), syarat itu adalah harus takwa kepada Allah
swt, berilmu, sehat jasmani dan berkelakuan baik. Disini seorang pengajar harus
memiliki tujuan pengajaran yang pada intinya tujuan pengajaran itu adalah hal
yang ingin dicapai seorang pengajar pada peserta didiknya yang telah ia didik
agar memiliki kepribadian yang baik. Pengajar juga harus dapat memiliki
keterampilan khusus dalam proses belajar mengajar untuk dapat mengatur dan
mengkondusifkan kelas yang ia bina.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam
Interaksi Edukatif. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Fathurrohman , Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2009. Strategi
Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep
Islam. Bandung: PT Refika
Aditama.
Hamalik, Oemar. 2011. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
_____________. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Mustakim, Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan:
IAIN Pekalongan.
Sadirman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta
: Rajawali Pers.
Solihatin, Etin. 2012. Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta :
PT Bumi Aksara.
PROFIL PENULIS
Wirda Ramadhanti, lahir di Pekalongan, Jawa Tengah.
Pada tanggal 24 Januari 1998. Pendidikan ia mulai di RA Masyithoh
Kertoharjo, Pekalongan Selatan. Kemudian ia menempuh sekolah dasar di MIS
Kertoharjo, Pekalongan Selatan. Dan pada Tahun 2010 ia masuk ke SMP Negeri 14
Pekalongan, disana ia sempat aktif menjadi Paskibra sekolah. Sempat ia
mengikuti lomba PBB tingkat Kota pada saat kelas 8 SMP. Namun, gagal menjadi
juara. Dan pada tanggal 2013, ia masuk ke SMA Negeri 4 Pekalongan. Saat SMA, ia
aktif berorganisasi dan sempat menjadi wakil ketua OSIS, ia menjabat sebagai
wakil ketua selama 2 tahun. Selain itu, ia juga kembali aktif dalam Paskibra di
sekolahnya dengan tujuan untuk memperdalam keterampilan ilmu baris-berbaris.
Dan ia juga mengikuti lomba PBB tingkat Kota, ia mengikuti lomba 2 tahun
berturut-turut kelas 10 sampai kelas 11. Namun ia gagal lagi. Ia pernah
mengikuti seleksi menjadi Paskibra Kota semasa SMA. Tetapi Allah tidak
menghendakinya untuk masuk mejadi Paskibra Kota. Pada tahun 2016, ia masuk ke
IAIN Pekalongan jurusan PGMI jejang S-1. Ia memiliki cita-cita sebagai guru yang
berbakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar