Laman

new post

zzz

Jumat, 22 September 2017

SBM D 3-a “Pengajar”

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
“Pengajar”

Wirda Ramadhanti (2023116038) 
KELAS D

JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017




KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

            Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puja dan puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
            Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Khususnya kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah memberikan saya motivasi dan masukan-masukan yang sangat bermanfaat kepada saya dalam penulisan makalah ini. Saya membuat makalah ini guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar.
             Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saya menerima dengan tangan terbuka segala kritik dan saran yang membangun dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah pengetahuan mengenai pengajar. Cukup sekian dan terima kasih.

Wassalmmu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pekalongan, 21 September 2017

                        Penulis                        
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Tema
                        Keterampilan Dasar Mengajar
B.     Sub Tema
                        Pengajar
C.    Alasan mengapa materi ini perlu dikaji
            Seorang guru atau pengajar merupakan salah satu komponen dari pendidikan. Dimana ia bertugas untuk mengajarkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak didiknya, sehingga ia mampu hidup dan memecahkan masalah yang akan ia hadapi dimasa yang akan datang. .Oleh karena itu, seorang guru harus dapat memilah dan memilih cara dan metode yang tepat agar peserta didiknya dapat memahami dan menerapkan apa yang diajarkan guru kepadanya.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pengajar
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , makna dari pengajar yaitu berasal dari kata “ajar” yang artinya  petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (dituruti). Sedangkan pengajar artinya yaitu orang yang mengajar (seperti guru,pelatih).[1] Kemudian untuk arti mengajar menurut Bohar Suharto (1997), mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur (mengelola) lingkungan sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan.[2]
            Menurut Oemar Hamalik, mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik di sekolah. Kriteria ini sejalan dengan pendapat dari teori pendidikan yang bersikap pada mata pelajaran yang disebut formal.[3] Dimana seorang peserta didik cenderung akan menjadi pasif, karena hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh gurunya, sehingga pengajarannya bersifat teacher centered.[4]
                        Perlu diketahui mengajar dan mendidik adalah kegiatan bersama guru dan peserta didik dalam interaksi pembelajaran, baik dalam kelas maupun luar kelas. Secara teoritis, mengajar lebih bersifat penyampaian pengetahuan dan mendidik lebih beraksentuasi pada penanaman nilai.
                        Pakar pendidikan, Sikun Pribadi, berpendapat bahwa pengajaran adalah kegiatan pembinaan yang terkait dengan ranah kognitif dan psikomotorik. Ranah kognitif dengan tujuan agar peserta didik lebih cerdas, banyak pengetahuan, berpikir kritis, sistematis, dan objektif. Untuk ranah psikomotorik dengan tujuan terampil melaksanakan sesuatu, seperti membaca, menulis, menyanyi, berhitung, lari cepat, berenang, dan lain-lain.[5]

B.     Pesyaratan Guru
            Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan kawan-kawan (1992: 41), tidak sembarangan tetapi harus memenuhi beberapa syarat dibawah ini :
1.      Takwa kepada Allah swt.
Guru sesuai dengan tujuan pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab guru sebagai teladan bagi anak didiknya. Sejauhmana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada anak didiknya, sejauh itu pula ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka menjadi generasi pengurus bangsa yang baik dan mulia.
2.      Berilmu
Guru harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan untuk mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik sangat meningkat, sedangkan jumlah guru jauh dari mencukupi. Maka terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.
3.      Sehat Jasmani
Sehat jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat begi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Disamping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan “mens sama in copore sano”, artinya dalam tubuh terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara keseluruhan, akan tetapi kesehatan badan seangat mempengaruhi semanagt kerja. Guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak didik.
4.      Berkelakuan Baik
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru.Diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri anak didik dan ini mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula. Yang dimaksud akhlak yang mulia dalam ilmu pendidikan islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran islam, yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Diantara akhlak mulia tersebut adalah mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi bekerja sama dengan guru-guru lain, bekerja sama dengan masyarakat.
      Di Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberpa persyaratan, yakni berijazah, profesional, sehat jasmani dan rohani, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepribadian yang luhur, bertanggung jawab, dan berjiwa nasional.[6]

C.    Tujuan Pengajaran
            Tujuan Pengajaran adalah sejumlah hasil pengajaran yang dinyatakan dalam artian siswa belajar, yang secara umum mencakup pengetahuan baru, keterampilan, dan kecakapan, serta sikap-sikap yang baru, yang diharapkan oleh guru dicapai oleh siswa sebagai hasil pengajaran. Atau dapat dikatakan juga bahwa tujuan pengajaran itu adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pengajaran.[7] Disini juga terdapat Komponen-komponen tujuan pengajaran yakni:
1.      Tingkah laku terminal, adalah komponen tujuan pengajaran yang menentukan tingkah laku siswa setelah pengajaran. Tingkah laku ini merupakan bagian dari tujuan yang menunjuk pada hasil yang diharapkan dalam pengajaran dan menentukan apa yang dapat diperbuat oleh siswa untuk mendemostrasikan bahwa dia telah mencapai tujuan. Artinya, tingkah laku dapat diterima sebagai bukti bahwa siswa telah belajar.
2.      Kondisi-kondisi tes, komponen kondisi pada suatu tujuan pengajaran menentukan situasi bagi siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal. Jadi, komponen-komponen itu menentukan kondisi-kondisi tes.
3.      Standar (ukuran), komponen ukuran perilaku merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. Suatu ukuran (standar) menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagai bukti bahwa siswa telah mencapai tujuan. Misalnya, siswa harus dapat memecahkan suatu masalah dalam waktu sepuluh menit. Siswa harus dapat melakukan prosedur sebagaimana yang dijelaskan dalam buku paket dan sebagainya. Ukuran perilaku tersebut merupakan kriteria untuk mempertimbangkan keberhasilan daripada tingkah laku terminal.[8]

D.    Macam-macam Keterampilan Dasar Mengajar
            Keterampilan dasar mengajar adalah kemampuan atau keterampilan yang khusus yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional.             Dengan demikan keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa kemampuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dengan beberapa kemampuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, atau instruktur dalam melaksanakan tugasnya.[9]
            Menurut Turney (1973) dalam Abdul Majid, bahwa ada delapan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh guru:
a.       Keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam membuka pelajaran antara lain:
1)     Menarik perhatian peserta didik
2)     Menumbuhkan motivasi peserta didik
3)     Memberikan acuan kepada peserta didik
4)     Membuat kaitan materi pembelajaran
     Sedangkan keterampilan dalam menutup pelajaran, guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1)   Meninjau kembali pokok bahasan apakah sudah dipahami siswa atau belum, bisa dengan cara membuat rangkuman.
2)   Mengevaluasi pemahaman yang utuh terhadap konsep yang telah disampaikan baik tes tertulis maupun tes praktik atau pun evaluasi yang bersifat non tes.
b.      Keterampilan menjelaskan materi, meliputi :
1)   Kejelasan pengucapan vokal dan meghindari kata “eee”, “mmm”, “kira-kira” dan istilah-istilah lain yang tidak dapat dimengerti siswa.
2)   Penggunaan dan contoh ilustrasi untuk memperjelas sesuatu yang masih samar.
3)   Pemberian tekanan bisa dengan ekspresi, tanda, atau isyarat lisan seperti “yang terpenting...”; “diperhatikan...”; “silahkan coba semuanya lihat.”
4)   Penggunaan balikan dengan mengajukan pertanyaan seperti: “apakah kalian paham ?”.
c.       Keterampilan mengajar kelompok kecil/individual dengan cara:
1)      Mengadakan pendekatan secara pribadi
2)      Mengorganisasi kelompok dengan baik
3)      Membimbing dan memudahkan belajar
4)      Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
d.      Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dengan cara:
1)      Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi.
2)      Memperjelas masalah maupun usulan/pendapat
3)      Menganalisis pandangan/pendapat siswa
4)      Meningkatkan keaktifan siswa untuk berpendapat
5)      Memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi secara merata
6)      Menutup diskusi
e.       Keterampilan bertanya meliputi beberapa komponen berikut:
1)      Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat
2)      Pemberian acuan pertanyaan
3)      Pemusatan dan pemindahan giliran siswa yang ditanya
4)      Penyebaran pertanyaan dan siswa yang ditanya
5)      Pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntutan
f.       Keterampilan memberi penguatan. Artinya memberikan umpan balik terhadap semua perilaku siswa, adapun komponen keterampilan ini adalah :
1)      Penguatan secara verbal, seperti pujian, penghargaan, kesepakatan, dsb.
2)      Penguatan non-verbal berupa mimik dan gerakan badan, mendekati siswa, sentuhan badan atau dengan kegiatan yang menyenangkan.
3)      Penggunaan penguatan yang efektif harus memperhatikan kehangatan dan efektifitas, kebermaknaan dan menghindari respon yang negatif.
g.      Keterampilan mengelola kelas. Secara umum keterampilan mengelola kelas terdapat dua hal : pertama, menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan kedua, mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Adapun beberapa cara yang bisa bisa dilakukan delam menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal antara lain :
1)      Tanggap, peduli, dan perhatian
2)      Membagi dan memusatkan perhatian
3)      Memberi petunjuk yang jelas
4)      Menegur apabila terjadi penyimpangan
5)      Memberi penguatan
h.      Keterampilan mengadakan variasi. Dalam proses pembelajaran guru bisa melakukan variasi dalam beberapa hal, antara lain :
1)      Teacher voice
2)      Focusing
3)      Teacher silent
4)      Eye contact and movement
5)      Ekspresi wajah
6)      Gerak badan dsb.[10]
                        Untuk dapat mengetahui sukses atau tidaknya seorang pengajar itu dapat diketahui dengan adanya perubahan pada tingkah laku anak menuju kesempurnaan. Pengajaran dikatakan sukses apabila :
a.         Hasilnya tahan lama dan dapat digunakana oleh si pelajar dalam hidupnya,
b.         Anak-anak dapat menggunakan apa yang sudah dipelajarinya dengan bebas serta percaya diri diberbagai situasi dalam hidupnya.
            Adapun beberapa indikator dari proses mengajar yang tahan lama ialah apabila: (1) Hasilnya meresap dalam pribadi anak, (2) Dipahami benar, dan (3) Mengandung arti bagi kehidupan anak (maeningfull).
            Jadi mengajar dengan sukses itu pada hakikatnya mengusahakan agar isi mata pelajaran itu meaningfull, usefull, dan mengembangkan seluruh aspek pribadi anak.[11]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Pengajar adalah seseorang yang menyampaikan pengetahuan kepada peserta didiknya didalam kelas. Untuk menjadi seorang guru tidaklah sembarang harus terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi. Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan kawan-kawan (1992: 41), syarat itu adalah harus takwa kepada Allah swt, berilmu, sehat jasmani dan berkelakuan baik. Disini seorang pengajar harus memiliki tujuan pengajaran yang pada intinya tujuan pengajaran itu adalah hal yang ingin dicapai seorang pengajar pada peserta didiknya yang telah ia didik agar memiliki kepribadian yang baik. Pengajar juga harus dapat memiliki keterampilan khusus dalam proses belajar mengajar untuk dapat mengatur dan mengkondusifkan kelas yang ia bina.










DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:             PT Gramedia Pustaka Utama.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.      Jakarta : PT  Rineka Cipta.
Fathurrohman , Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar:     Melalui            Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam. Bandung:             PT Refika Aditama.
Hamalik, Oemar. 2011. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan            Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.
_____________. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mustakim, Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: IAIN    Pekalongan.
Sadirman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta : Rajawali          Pers.
Solihatin, Etin. 2012. Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta : PT Bumi Aksara.



           
PROFIL PENULIS
 



Wirda Ramadhanti, lahir di Pekalongan, Jawa Tengah.  Pada tanggal 24 Januari 1998. Pendidikan ia mulai di RA Masyithoh Kertoharjo, Pekalongan Selatan. Kemudian ia menempuh sekolah dasar di MIS Kertoharjo, Pekalongan Selatan. Dan pada Tahun 2010 ia masuk ke SMP Negeri 14 Pekalongan, disana ia sempat aktif menjadi Paskibra sekolah. Sempat ia mengikuti lomba PBB tingkat Kota pada saat kelas 8 SMP. Namun, gagal menjadi juara. Dan pada tanggal 2013, ia masuk ke SMA Negeri 4 Pekalongan. Saat SMA, ia aktif berorganisasi dan sempat menjadi wakil ketua OSIS, ia menjabat sebagai wakil ketua selama 2 tahun. Selain itu, ia juga kembali aktif dalam Paskibra di sekolahnya dengan tujuan untuk memperdalam keterampilan ilmu baris-berbaris. Dan ia juga mengikuti lomba PBB tingkat Kota, ia mengikuti lomba 2 tahun berturut-turut kelas 10 sampai kelas 11. Namun ia gagal lagi. Ia pernah mengikuti seleksi menjadi Paskibra Kota semasa SMA. Tetapi Allah tidak menghendakinya untuk masuk mejadi Paskibra Kota. Pada tahun 2016, ia masuk ke IAIN Pekalongan jurusan PGMI jejang S-1. Ia memiliki cita-cita sebagai guru yang berbakat.






                [1] Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm.13.
                [2] Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam, Cet. Ke-3 (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm. 7-8.
                [3] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Cet. Ke-15 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm. 44-46. 
[4] Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 47.
[5] Zaenal Mustakim, Ibid., hlm. 31.
                [6] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta : PT  Rineka Cipta, 2000), hlm. 32-34.
                [7] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Cet. ke-10 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hlm. 108-109.
                [8] Oemar Hamalik, Ibid., hlm. 111-113.
                [9] Etin solihatin, Strategi Pembelajaran PPKN (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012), hlm.  58-75.
                [10] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: IAIN Pekalongan, 2017), hlm. 34-37.
[11] Zaenal Mustakim, Ibid., hlm. 33.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar