MAKNA DAN HAKIKAT GURU
“Fungsi Guru”
Kelas : G
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah, Rabb semesta alam, pencipta manusia dari generasi awal sampai
generasi terakhir. Shalawat dan salam serta berkah Allah semoga dicurahkan
kepada ciptaan-Nya yang terpilih, penutup para Nabi, Muhammad saw, kepada
seluruh keluarganya yang suci bersih dan sahabatnya. Semoga rahmat dan ampunan
Allah juga dicurahkan kepada tabi’in serta generasi penerusnya hingga hari
kiamat.
Makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas Strategi
Belajar Mengajar yang sekaligus pengamalan ilmu tentang fungsi guru, yang mana dengan ini kita dapat mengetahui lebih
mendalam apa itu fungsi dari seorang guru, karena kita sebagai calon seorang
guru harus mengetahui apa fungsi seorang guru, bagaimana cara seorang guru
memosisikan diri didalam kelas maupun diluar kelas. Dan Alhamdulillah berkat Rahmat, Hidayah,
dan Karunia Allah SWT serta do’a dan dorongan semua pihak, saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Karya ini
kami persembahkan khusus untuk Dosen kami, bapak Muhammad Ghufron, M.S.I, dan
umumnya untuk teman-teman semuanya. Semoga usaha yang amat sederhana ini dapat
membawa manfaat bagi semuanya.
Dalam makalah ini masih banyak kesalahan, untuk itu dengan segala kerendahan
hati, Kritik dan saran selalu kami nantikan,
demi perbaikan di masa yang akan datang. Karena manusia tidak ada yang
sempurna, hanya Allah yang memiliki kesempurnaan dan Maha segalanya.
Penulis
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Tema
Makna dan
hakikat Guru
B.
Judul
Fungsi Guru
C.
Mengapa penting
dikaji
Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses
belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam pembentukan sumber daya manusia yang
potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu
unsur dibidang kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan
kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang
semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri
guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya pada suatu
kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.
Jadi dalam suatu pembelajaran sangatlah dibutuhkan fungsi atau
peran seorang guru agar dapat mengatur jalannya suatu pembelajaran dalam kelas
agar lebih kondusif dan terarah sehingga terciptalah suatu pembelajaran yang
efektif dan efesien. Guru juga harus dapat menghidupkan suasana di dalam kelas,
sehingga anak didik tidak merasa jenuh atau bosan dengan suasana kelas yang
terkadang hanya monoton saja. Guru diharapkan dapat menginspirasi siswanya menjadi
motifasi bagi siswanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kedudukan Guru
Guru adalah
salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan
dalam pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Oleh
karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan harus
berperan serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga
profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam
arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung
jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan
tertentu.[1]
B.
Fungsi Guru
a.
Guru sebagai pendidik
Guru adalah
pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta
didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Berkaitan
dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui serta memahami nilai, norma moral,
dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan
norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya
dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyaraakat.
Berkenaan
dengan wibawa, guru harus mempunyai kelebihan dalam merealisasikan nilai
spiritual, emosional, moral, sosial dan intelektual, dalam pribadinya, serta
memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai
dengan bidang yang dikembangkan.
Guru juga harus
mampu mengambil keputusan secara mandiri (independent), terutama dalam
berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi,
serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik, dan lingkungan. Guru harus
mampu bertindak dan mengambil keputusan secara cepat, tepat waktu, dan tepat
sasaran, terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran dan peserta didik,
tidak menunggu perintah atasan atau kepala sekolah.
Sedangkan
disiplin, dimaksudkan bahwa guru harus mematuhi tata tertib secara konsisten
atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para
peserta didik disekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam
menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai
tindakan dari perilakunya.
b.
Guru sebagai pengajar
Sejak adanya
kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal
tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru
membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang
belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang
dipelajari.
Berkembangnya
teknologi, khususnya teknologi informasi yang begitu pesat perkembangannya,
belum mampu menggantikan peran dan fungsi guru, hanya sedikit menggeser atrau
merubah fungsinya, itupun terjadi dikota-kota besar saja, ketika para peserta
didik memiliki berbagai sumber belajar di rumahnya.
Kegiatan
belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat
kebebasan, rasa aman dan ketrampilan guru dalam berkomunikasi. Jika
faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat
belajar dengan baik. Sehubungan dengan itu, sebagai orang yang bertugas
menjelaskan sesuatu, guru harusberusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta
didik, dan berusaha lebih terampil dalam memecahkan masalah. Untuk itu,
terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran, sebagai
berikut :
1)
Membuat ilustrasi: pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu
yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya,
dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.
2)
Mendefinisikan: meletakan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan
sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang
dimiliki oleh peserta didik.
3)
Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi
bagian, sebagaimana orang mengatakan: “cuts the learning into chewable bites”.
4)
Dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan
antara bagian yang satu dengan yang lain nampak jelas, dan setiap masalah itu
tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.
5)
Bertanya: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam
agar apa yang dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang dilakukan Socrates.
6)
Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik.
Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan
peserta didik.
7)
Mendengarkan: memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan
setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru maupun
peserta didik.
8)
Menciptakan kepercayaan: peserta didik akan memberikan kepercyaan
terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.
9)
Memberikan pandangan yang bervariasi: melihat bahan yang dipelajari
dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang
bervariasi.
10)
Menyediakan media untuk mengkaji materi standar: memberikan
pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber belajar yang
berhubungan dengan materi standar.
11)
Menyesuaikan metode pembelajaran: menyesuaikan metode pembelajaran
dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan
materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.
12)
Memberikan nada perasaan: membantu pembelajaran menjadi lebih
bermakna, dan hidup melalu antusias dan semangat.
Uraian diatas lebih bersifat khusus, karena
dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik, guru melakukan
banyak kebiasaan: tetu saja ada keinginan untuk meningkatkan kemampuan dalam
pelaksanaanya, sehingga hasilnya pun semakin baik dan diwujudkan dalam prestasi
belajar peserta didik.
c.
Guru sebagai pembimbing
Guru dapat
diibaratkan sebagai pembimbing pelajaran (journey), yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu.
Dalam hal ini istilah perjalanan kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih
dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru yang harus merumuskan tujuan
secara jelas, menetapkan waktu pelajaran, menetapkan jalan yang harus di
tempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh
utama dalam setiap aspek perjalanan. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai
hak dan tanggungjawab dalam setiap perjalanan yang di rencanakan dan
dilaksanakannya.
d.
Guru Sebagai Pelatih
Proses
pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual
maupun motorik, sehingga menurut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih
ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa
latihan seorang peserta didik tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang
dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh karena itu, guru harus berperan
sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan
kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing.
Pelaksanaan
fungsi ini tidak harus mengalahkan fungsi lain, semua yang diketahuinya. Secara
dikdatis, guru menciptakan situasi agar peserta didik berusaha menemukan
sendiri apa yang seharusnya diketahui. Guru harus bisa menahan emosinya untuk
menjawab semua pertanyaan yang ditujukan kepadanya, sehingga kewenangan yang
dimiliki tidak membunuh kreatifitas peserta didik.
e.
Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah
seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagin orang tua, meskipun mereka
tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak
dapat berharap untuk menasehati orang. banyak guru menganggap bahwa konseling
terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha mengatur kehidupan
orang, dan oleh karenanya mereka tidak senang melaksanakan fungsi ini. Padahal
menjadi guru pada tingkat manapun berati menjadi orang kepercayaan, kegiatan
pembelajaranpun meletakkannya pada posisi tersebut. Peserta didik senantiasa
berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan
lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan sendiri dan secara
mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan
mengadu kepada guru sebagai orang kepercayaannya. Makin efektif guru menangani
setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling
kepadannya untuk mendapatkan nasihat dan kepercayaan diri.
f.
Guru sebagai pembaharu (innovator)
Guru menerjemahkan
pengalaman yang telah lalu kedalam jurang yang dalam dan luas antara generasi
yang satu dengan yang lain. Seorang
peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari
pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam
pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta didik. Tugas guru
adalah memahami bagaimana keadaan jurang pemisah ini, dan bagaimana
menjembatanninya secara evektif. Jadi yang menjadi dasar adalah pikiran-pikiran
tersebut, dan cara yang dipergunakan untuk mengekspresikan dibentuk oleh corak
waktu ketika cara-cara tadi dipergunakan.
g.
Guru sebagai model dan teladan
Sebagai
teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan
peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggapa atau
mengakuinya sebagai guru sehubungan itu, beberapa hal dibawah ini perlu
mendapat perhatian dan bila perlu didiskusikan para guru.
1.
Sikap dasar: postur psikologis yang akan nampak dalam
masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran,
kebenaran, hubungan antara manusia, agama, pekerjaan, permainan.
2.
Bicara dan gaya bicara: menggunakan bahsa sebagai alat berfikir.
3.
Kebiasaan bekerja: gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja
yang ikut mewarnai kehidupannya.
4.
Sikap melalui pengalaman dan kesalahan: pengertian hubungan antara
luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan.
5.
Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan
menampakan ekspresi seluruh kepribadian.
6.
Hubungan kemanusiaan: diwujudkan dalam semua pergaulan manusia,
intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berperilaku.
7.
Proses berfikir: cara yang digunakan oleh fikiran dalam menghadapi
dan memecahkan masalah.
8.
Perilaku neurotis: suatu pertahanan yang digunakan untuk melindungi
diri dan bisa juga menyakiti orang lain.
9.
Selera: pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang
dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.
10.
Keputusan: keterampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan
untuk menilai setiap situasi.
11.
Kesehatan: kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan
kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan semangat hidup.
12.
Gaya hidup secara umum: apa yang dipercaya oleh seseorang tentang
setiap aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan kepercayaan ini.
h.
Guru sebagai pribadi
Sebagai
individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian
yang mencerminkan seorang pendidik tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik
kadang-kadang dirasakan lebih berat dibanding perofesi lainnya ungkapan yang sering
dikemukakan adalah bahwa” guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa
pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola
hidupnya bisa ditiru dan diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh
masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan
berkembang dimasyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Secara
nasional, nilai-nilai tersebut sudah.
Terwadahi dan
harus dikenal oleh guru, agar dapat melestarikannya, dan berniat untuk tidak
berperilaku yang bertentangan dengan nilai tersebut. Jika ada nilai yang
bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat dia
menyikapi hal tersebut, sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan
masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik.
Untuk kepentingan tersebut, wawasan nasional mutlak diperlukan dalam
pembelajaran.
i.
Guru sebagai peneliti
Pembelajaran
merupakan seni dalam pelaksanaanya memerlukan penyesuaian dengan kondisi
lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang didalammnya
melibatkan guru. Oleh karena itu, guru adalah seorang pencari atau peneliti.
Dia tidak tau dan dia tau bahwa dia tidak tau, oleh karena itu dia sendiri merupakan
subjek pembelajaran. Dengan kesadaran bahwa ia tidak mengetahui sesuatu maka ia
berusaha mencarinya melalui kegiatan penelitian. Usaha mencari seusatu itu
adalah mencari kebenaran, seperti seorang ahli filsafat yang senantiasa
mencari, menemukan dan mengemukakan kebenaran.
j.
Guru sebagai pendorong kreativitas
Kreativitas
merupakan hal yang penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk
mendemonstrasikan dan menunjukan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas
merupakan sesuatu yang bersifat unifersal dan merupakan ciri aspek dunia
kehidupan disekitar kita. Kreatifitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan
sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau
adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
k.
Guru sebagai pembangkit pandangan
Dalam hal ini,
guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan
kepada peserta didiknya mengemban fungsi ini guru harus terampil dalam
berkomunikasi dengan peserta didik disegala umur, sehingga setiap langkah dari
proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
Guru tahu bahwa ia tidak dapat membangkitkan pandangan tentang kebesaran kepada
peserta didik jika ia sendiri tidak memilikinya. Oleh karena itu para guru
perlu dibekali dengan ajaran tentang hakikat manusia dan setelah mengenalnya
akan mengenal pula kebesaran Allah yang menciptakanya.
l.
Guru sebagai pekerjaan rutin
Guru bekerja
dengan ketrampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat
diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut bisa dikerjakan
dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua
perannya. Disamping itu, jika kegiatan rutin tersebut tidak disukai, bisa
merusak dan mengubah sikap umumnya terhadap pembelajaran. Sebagia contoh, dalam
setiap kegiatan pembelajaran guru harus membuat persiapan tertulis, jika guru
membenci atau tidak menyenangi tugas ini maka akan merusak keefektifan
pembelajaran.
m.
Guru sebagai emansipator
Dengan
kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap
insan, dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi
kebudayaan. Ketika masyarakat membicarakan rasa tidak senang kepada peserta
didik tertentu, guru harus mengenal kebutuhan peserta didik tersebut akan pengalaman,
pengakuan dan dorongan. Dia tau bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan sering
kali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan,
kebodohan, dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Dalam hal ini, guru
harus mampu melihat sesuatu yang tersirat disamping yang tersurat, serta
mencari kemungkinan pengembangannya.
n.
Guru sebagai kulminator
Belajar diruang
kelas tidak bersifat insidental, melainkan terencana, artifisial, dan sangat
selektif. Guru harus mampu menghentikan kegiatannya pada suatu unit tertentu
dan kemudian maju ke unit berikutnya. Untuk itu diperlukan kemampuan
menciptakan suatu kulminasi pada unit tertentu dari suatu kegiatan belajar.
Kempuan ini nampak dalam bentuk menutup pembelajaran, menarik atau membuat kesimpulan
bersama peserta didik, melaksanakan penilaian, mengadakan kenaikan kelas, dan
mengadakan karya wisata.[2]
o.
Guru sebagai evaluator of student learning
Yakni sebagai
penilai hasil belajar siswa. Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa
mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik
siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
Pada asasnya,
kegiatan evaluasi belajar itu prestasi belajar itu seperti kegiatan belajar itu
sendiri, yakni kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan. Evaluasi,
idealnya berlangsung sepanjang waktu dan fase kegiatan belajar. Artinya,
apabila hasil evaluasi tertentu menunjukan kekurangan, maka siswa yang
bersangkutan diharapkan meras terdorong untuk melakukan kegiatan belajar
perbaikan (relearning). Sebaliknya, apabila evaluasi tertentu menunjukan hasil
yang memuaskan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan bermotivasi untuk
meningkatkan volume kegiatan belajarnya agar materi pelajaran lain yang lebih
kompleks dapat pula dikuasai.[3]
C. Kiat Guru di kelas
Bagaimanakah seharusnya seorang guru menerapkan PAKEM dikelas?
Kiat-kiat/berikut ini bisa dipertimbangkan untuk dipraktekkan.
1.
Menjadi Inspirator
Guru harus bisa menjadi sumber inspirasi bagi siswanya. Inspirasi
adalah panggilan hati yang menggerakan orang lain untuk mengikutinya secara
tidak langsung. Kekuatan ilmu, moral, karisma, dan keberanian sering menjadi
sumber inspirasi orang lain. Agar mampu menjadi inspirator, seorang guru harus
menjadi sosok yang dikagumi siswa-siswinya, baik karena kedalaman ilmunya,
keagungan moralnya, ketinggian dedikasinya, kepedulian sosialnya, atau karena
kesucian spiritualitasnya.
Tanpa berkata, siswa dengan sendirinya mengikuti setiap langkah
guru. Lahir batin siswa akan terpanggil untuk meneladani sosok guru inspirator
tersebut. Kata-katanya bagi siswa laksana emas, sikap perilakunya laksana
cahaya, dan kebijakan-kebijakannya membawa kesadaran, kesejukan, dan kedamaian
hati.
Untuk mencapai level inspirator, seorang guru harus melakukan
perjuangan yang gigih dan dalam waktu yang sangat panjang. Sosok seperti KH.
MA. Sahal Mahfudh, layak dijadikan sosok guru inspirator yang mengilhami
siswa-siswanya untuk mengikuti langkah yang telah diukir dan mengembangkannya
secara maksimal. HAMKA juga sosok guru inspirator yang mengilhami berjuta-juta
warga indonesia untuk meneruskan perjuangannya dan mengembangkan pemikirannya.
Guru-guru di Indonesia harus berjuang keras untuk mencapai level
sosok guru inspirator, sehingga akan terlahir banyak kader muda potensial yang
berkualitas tinggi.
2.
Menjadi Motivator
Guru harus bisa
menjadi sosok pembangkit semangat, pendorong potensi, dan penggerak aksi. Siswa
yang malas, tidak semangat, hampa masa depan, dan tidak mempunyai cita-cita,
akan didorong untuk aktif, bersemangat, menetapkan masa depan, dan mempunyai
cita-cita setinggi langit. Berbagi variasi pendekatan harus dilakukan guru
untuk membangkitkan potensi siswa.
Sosok sebagai
motivator ini sangat penting mengingat pragmatisme dan oportunisme sekarang ini
merajalela dengan massifnya. Apalagi anak didik yang hidup di kota, dikelilingi
mall dan disuguhi aneka hiburan setiap saat, tanpa bisa menghindar sama sekali.
Mentalitas dan moralitas anak seperti ini sangat mengkhawatirkan, karena
lingkungan mematikan kreativitas dan mendorongnya menjadi pribadi materialis
dan konsumeris.
Visi hidup yang
terbangun sangat pendek dan mencerminkan egoisme. Visi jangka panjang dan
berdimensi sosial hampir hilang dalam struktur pemikiran dan pergerakannya.
Budaya inilah yang harus diantisipasi dengan langkah-langkah cerdas, visioner,
dan kontekstual.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Guru adalah seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didiknya dan bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, menilai dan mengevaluasi anak didiknya agar bermanfaat dimasa yang
akan datang. Seorang guru harus mengetahui peran dan fungsinya yaitu pendidik,
pengajar, pembimbing, pemimpin, pengelola pembelajaran, model dan teladan,
anggota masyarakat, administrator, penasihat, pembaharu (innovator), pendorong
kreatifitas, emansipator, evaluator, dan kulminator.
Guru profesional adalah guru yang mampu menerapkan hubungan yang
berbentuk multidimensional. Guru yang demikian adalah yang secara internal
memiliki potensi atau kemampuan mengajar
yang baik yang dapat membuat peserta didiknya termotifasi atau semangat dalam
proses pembelajarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sardiman. 2014. INTERAKSI & MOTIVASI BELAJAR MENGAJAR.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Mustakim, Zaenal. 2013. STRATEGI & METODE PEMBELAJARAN.
Pekalongan: STAIN Pekalongan Press
Supriyadi. 2015. STRATEGI BELAJAR & MENGAJAR.
Yogyakarta: Cakrawala Ilmu
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. 7 TIPS APLIKASI PAKEM.
Jogjakarta: DIVA Press
PROFIL DATA DIRI
Nama : Nurhafidoh
Jenis
kelamin : Perempuan
Tempat
lahir : Pemalang
Umur
: 19
Tinggi
badan :160
Berat
badan : 56
Alamat
: Pemalang
Hobby
: Membaca
Status
martial : Mahasiswi
Golongan
darah : B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar