MAKNA
DAN HAKIKAT GURU
"Peran Guru"
Muhammad Luthfi Purnomo Sidi
Kelas : G
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, pencipta manusia
dari generasi awal sampai generasi terakhir. Shalawat dan salam serta berkah
Allah semoga dicurahkan kepada ciptaan-Nya yang terpilih, penutup para Nabi,
Muhammad saw, kepada seluruh keluarganya yang suci bersih dan sahabatnya.
Semoga rahmat dan ampunan Allah juga dicurahkan kepada tabi’in serta generasi
penerusnya hingga hari kiamat.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar
yang sekaligus pengamalan ilmu tentang makna dan
hakikat guru pada khususnya peran guru.
Dan Alhamdulillah berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia Allah SWT serta do’a dan
dorongan semua pihak, saya dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu
kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
Karya ini
kami persembahkan khusus untuk Dosen kami, bapak Muhammad Ghufron, M.S.I, dan
umumnya untuk teman-teman semuanya. Semoga usaha yang amat sederhana ini dapat
membawa manfaat bagi semuanya. Kritik dan saran selalu kami nantikan, demi
perbaikan di masa yang akan datang. Karena manusia tidak ada yang sempurna,
hanya Allah yang memiliki kesempurnaan dan Maha segalanya.
Pekalongan,
September
2017
Muhammad
Luthfi Purnomo Sidi
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Istilah guru pada saat ini mengalami
penciutan makna. Guru adalah orang yang mengajar di sekolah. Orang yang
bertindak seperti guru seandainya dia berada di suatu lembaga kursus atau
pelatihan tidak disebut guru, tetapi tutor atau pelatih. Padahal mereka itu
tetap saja bertindak seperti guru. Mengajarkan hal-hal baru pada peserta didik.
Terlepas dari penciutan makna, peran
guru dari dulu sampai sekarang tetap sangat diperlukan. Dialah yang membantu
manusia untuk menemukan siapa dirinya, ke mana manusia akan pergi dan apa yang
harus manusia lakukan di dunia. Manusia adalah makhluk lemah, yang dalam
perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, sejak lahir sampai meninggal.
Orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan harapan guru dapat mendidiknya
menjadi manusia yang dapat berkembang optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan
potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal
tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik
secara individu, karena antara satu perserta didik dengan yang lain memiliki
perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin kita masih ingat ketika masih duduk di
kelas I SD, gurulah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis,
ia memegang satu persatu tangan siswanya dan membantu menulis secara benar.
Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan
membiasakan mereka untuk bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya. Guru
juga bertindak bagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil,
atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana.
Guru-lah yang menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan
temannya, menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut kesabaran,
kreatifitas dan profesionalisme.
Memahami uraian di atas, betapa
besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik.
Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM),
serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara dan bangsa.
B.
Tema dan
Judul
Tema : Makna dan
Hakikat guru
Subtema : Peran guru
C. Rumusan
Masalah
1. Apa
peran guru?
2. Bagaimana
peran guru dalam pendidikan?
3. Bagaimana
peran guru dalam pembelajaran?
D.
Tujuan
Pembelajaran
1. Mahasiswa
mampu memahami peran guru dalam pendidikan dan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peran
guru
Para pakar pendidikan di Barat telah
melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang
beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan
(1990) serta Yelon dan Weinstein (1997).[1]
Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
a) Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi
tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya.
Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup
tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik
(nurturer) berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak
untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan
kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas
tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar,
persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan
hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat
disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab
pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat
laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.[2]
b) Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing
dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti
motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal,
tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi.[3]
Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik
dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas
bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru
dalam pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis,
Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan,
Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi
standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar
pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa
berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya
ketika mempelajari materi standar.
c) Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai
pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya
bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu.[4]
Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga
perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam
dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang
tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan
mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Kedua, guru harus
melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting
bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah,
tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Ketiga, guru harus
memaknai kegiatan belajar.Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
d) Guru sebagai Pemimpin
Guru diharapkan mempunyai
kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru menjadi pemimpin bagi peserta didiknya.
Ia akan menjadi imam.
e) Guru sebagai pengelola pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran.
Selain itu ,guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan
keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak
ketinggalan jaman.
f)
Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan
bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru.[5] Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap
bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan,
tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta
didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya
sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar,
Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan
kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis,
Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum. Perilaku guru sangat
mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan
gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan
antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari
kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa
dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
g) Sebagai anggota masyarakat
Peranan guru sebagai komunikator
pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam
pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan
kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan
untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan
olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab
kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan
kurang bisa diterima oleh masyarakat.
h) Guru sebagai administrator
Seorang guru tidak hanya sebagai
pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan
dan pengajaran. Guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di
sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi
teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu
diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti
membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan
dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
i)
Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi
peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan
khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk
menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.[6]
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.[6]
j)
Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang
telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini,
terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain,
demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek
kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada
jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam
pendidikan. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang
berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh
peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang
juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
k) Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang
sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan
menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang
bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita.
Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya
tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk
menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk
menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta
didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu
secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh
guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.[7]
l)
Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu
memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa
kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa
pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari
“self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan
rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta
didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan
dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
m) Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan
aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar
belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan
setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus
dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.[8]
n) Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan
proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan
rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang
memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini
peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi
yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan
pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan
potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus
diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru
hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut.
Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia
harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak,
maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan
akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas
manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan
tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika,
tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus
memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan
masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Kita
mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui
bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara
(lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan),
melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang
biasanya disebut rumus-rumus.
Salah satu dari sekian banyak dampak ketika tidak terlaksananya peran dan
fungsi guru secara maksimal misalnya, tidak terbinanya akhlak dan moral siswa.
Beberapa kebiasaan buruk siswa seperti tidak berlaku disiplin dari berbagai
peraturan yang telah disepakati bersama, malas, kurang berlaku sopan dan
sebagainya, hal itu berarti tugas guru sebagai pendidik belum maksimal. Tugas
mengajar mungkin sudah terlaksana dengan baik, tapi tugas mendidik? Karena itu,
beberapa peran dan tugas guru di atas merupakan sebuah keharusan untuk
diimplementasikan walaupun memerlukan pemikiran dan pengorbanan yang lebih
banyak. Dengan cara ini barangkali barulah guru dapat dikatakan sebagai sebuah
profesi, dimana guru mampu memberikan solusi terbaik dari berbagai masalah yang
dialami kliennya.
B. Saran
Tidak dapat dipungkiri bahwasannya manusia adalah
tempat salah dan khilaf. Maka dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurngannya.oleh karena itu kami minta kritikdan saran yang membangun agar
bertujuan untuk kesempurnaan makalah ini.
Daftar Pustaka
Muhaimin.
2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam.(Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada)
Rugaiyah.
2013. Profesi Kependidikan.(Bogor: Ghalia
Indonesia.)
Abuddin
Nata. 2007. Managemen Pendidikan. (Jakarta:Kencana
Pranada Media)
Nawawi,
Hadari. 1985. Administrasi Pendidikan.
(Jakarta: PT Gunung Agung)
Soetipto.
1999. profesi keguruan. (Jakarta:
Rineka cipta)
[1] Muhaimin.Nuansa Baru Pendidikan
Islam.(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.2006).hlm.138
[2] Rugaiyah.Profesi Kependidikan.(Bogor:Ghalia
Indonesia.2013)hlm 6
[3] Muhaimin.Nuansa Baru Pendidikan
Islam.(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.2006).hlm.168
[4] Abuddin Nata. Managemen
Pendidikan. (Jakarta:Kencana Pranada Media.2007).hlm237
[5] Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung,
1985), hlm. 96
[6] Nata Abuddin, Manajemen Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media,
2007), hlm. 120
[7] Soetipto, profesi keguruan,(Jakarta,Rineka
cipta,1999).hlm.110
[8] Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media,
2007), hlm. 196
Tidak ada komentar:
Posting Komentar