TUJUAN PENDIDIKAN GENERAL
( MEMAKMURKAN KEHIDUPAN )
QS. Al-BAQARAH 2: 201
Fikrillah
NIM. 2117109
Kelas:
D
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM (IAIN) PEKALONGAN
2018
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua. Syukur alhamdulilah penulis dapat merampungkan makalah
Tafsir Tarbawi yang berjudul “Tujuan Pendidikan ‘General’ (Memakmurkan
Kehidupan)”. Tidak lupa pula kita panjatkan puji syukur kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh
dengan teknologi ini. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Muhammad
Hufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi, yang telah memberikan
tugas ini kepada saya, guna melatih ketajaman dalam mengkaji ilmu tafsir
tarbawi.
Penulis pun menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang akan kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Kami berharap makalah sederhana ini dapat
dipahami dan menambah wawasan bagi semua orang khususnya pembaca, Kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Untuk
itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca.
Pekalongan, 3 Oktober 2018
Fikrilla
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu dari tujuan
pendidikan adalah berupaya dalam memperlakukan manusia untuk mencapai suatu
tujuan. Perlakuan tersebut dapat dilakukan dengan cara mempertimbangkan
kapasitas dan potensi yang ada pada manusia. Islam sangat mementingkan
pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, karakter manusia yang
beradab akan terbentuk secara alami, sehingga dapat memunculkan kehidupan
sosial yang bermoral. Akan tetapi, institusi pendidikan saat ini memiliki
kualitas dan fasilitas, namun institusi tersebut masih belum memproduksi
individu yang beradab. Hal ini disebabkan pada visi dan misi pendidikan yang
mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan
institusi pendidikan. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai
sebuah investasi.
Sistem pendidikan
seperti ini akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang
tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu
yang beradab. Terlebih pada individu yang terlalu fanatik pada satu tujuan
tertentu.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagimana
Penjelasan Tentang Tujuan Pendidikan Untuk Kemakmuran dan Kehidupan Dunia ?
2. Bagaimana
Dalil
Memakmurkan Kehidupan Dunia ?
3. Bagaimana
Penjelasan Tentang Makmur sebagai Pintu Damai Sejahtera ?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk
Mengetahui Bagaimana Penjelasan Tentang Tujuan Pendidikan Untuk Kemakmuran
dan Kehidupan Dunia.
2. Untuk
Mengetahui Bagaimana Dalil Memakmurkan Kehidupan Dunia.
3. Untuk
Mengetahui Bagaimana Penjelasan Tentang Makmur sebagai Pintu Damai
Sejahtera.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kemakmuran dan Kehidupan Dunia
Menurut
Ibnu Taimiyah yang dikutip oleh Arif, menjelaskan bahwa kemakmuran dalam
persepsi islam bertujuan untuk mencapai moral kehidupan yang baik, banyak
sekali kewajiban agama yang tidak dapat
dijalankan jika kemakmuran belum dicapai.
Masyarakat yang tidak mencapai kemakmuran, secara otomatis sulit
menjalankan agamanya secara kaffah (totalitas) termasuk dalam hal ibadahnya
kepada Allah SWT. Sehingga, islam sangat mengajurkan agar umat manusia mau
mencapai kehidupan dunia yang lebih baik (hasanat fid duniya) karena hal itu
berkolerasi dengan upaya mencapai hasanat fil akhirat. Syarat mutlak untuk
mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya ialah harus mencapai
kemakmuran umat. Dan kemiskinan merupakan penghalang utama bagi mewujudkan
masyarakat islam yang utama dan yang sebanar-benarnya. Kekayaan akan
meningkatkan hak, sementara kemakmuran mengarahkan kepada upaya pencapaian
kewajiban. Maka islam berpandangan bahwa orang kaya adalah mitra potensial bagi
orang miskin.[1]
Dalam
prakteknya pendidikan mampu memakmurkan kehidupan , tidak hanya pada kemmakmuran
dunia yang akan didapat tetapi kemakmuran di akhirat kelak akan didapatnya. Seperti
pepatah yang mengatakan tumbuhan padi makin berumur makin merunduk. Jika
diterapkan dalam kehidupan artinya seseorang yang ilmunya makin banyak maka ia
akan semakin tahu diri, dia akan lebih menghormati antar satu sama lain, juga
kepada makhluk disekkitarnya. Jika dia mampu menyesuaikan diri dan mampu
membuat jalinan kehidupan yang harmonis antar lingkungan masyarakat
disekelilingnya maka dalam kehidupanya tidak akan terdapat problem yang
menimbulkan permasalahan, terlebih menimbulkan perpecahan umat islam sendiri. Yang
akan didapatnya adalah kehidupan yang aman tentram damai dan sejahtera , dari
situlah kemakmuran akan tercapai dengan sendirinya.
Tidak
bisa dipungkiri bahwa di kehidupan dunia manusia lebih mementingkan sesuatu hal
yang nampak dibanding dengan mengerjakan sesuatu hal yang sifatnya tidak
nampak. Hal itu disebabkan karena di kehidupan dunia ini, banyak orang yang
beranggapan bahwa kemakmuran itu hanya
bisa didapat dengan cara mencari materi sebanyak-banyaknya. Padahal hal itu
tidak dibenarkan, ketika kita meminta suatu kekayaan yang berlimpah, itu
sangatlah mudah bgai Allah SWT melimpahkan segala kekayaan kepadanya. Yang
menjadikan masalah adalah apakah orang itu mau beriman setelah diberikan
kekayaan yang berlimpah. Seperti ayat dibawah ini :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
”Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”[QS. Ibrahim : 7].[2]
Sering
sekali kita mengukur suatu kemakmuran dengan kekayaan, siapakah yang hartanya
paling banyak bisa dibilang orang itu paling makmur dikehidupanya, kecuali di
kehidupan akhirat. Kita juga memerlukan harta sebagai pemenuh kebutuhan dalam
kehidupan, begitu juga dalam pendidikan. Tetapi ketika harta itu tidak dipasangkan
dengan pendidikan yang benar harta itu akan
menjadi biang kesengsaraan di akhirat kelak. Manusia bisa tertipu oleh
gemerlapnya dunia yang memamerkan segala kenikmatanya, tetapi jika manusia memgang
ilmu pendidikan tidak hanya kemakmuran dunia saja yang akan kita genggam,
kemakmuran kehidupan akhiratpun akan diperoleh dengan mudah. Kemakmuran dunia
akhirat merupakan tujuan dari pendidikan. Sehingga semua umat manusia yang ada
di muka bumi ini di perintah untuk
menuntut ilmu. Semakin banyak umat islam yang berpendidikan maka akan semakin
sejahtera pula agama islam yang berkembang.
B. Dalil Memakmurkan Kehidupan Dunia
Tafsir Q.S.
al-Baqarah:201
Allah Ta’ala berfirman:
وَمِنْهُم
مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
[البقرة : 201]
201. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa:
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka.”
al-Imam Ibnu Katsir
rahimahullah:
“Maka doa ini mengumpulkan
semua kebaikan di dunia dan (mengandung permintaan agar) dihindarkan dari
segala bentuk kejelekan. Karena sesungguhnya kebaikan di dunia mencakup segala
hal yang disukai dari perkara duniawi. Baik itu berupa kesejahteraan, rumah
yang luas, istri yang cantik, rezeki yang lapang, ilmu yang bermanfaat, amalan
shalih, tunggangan (kendaraan) yang menyenangkan, pujian yang indah, dan yang
selain itu dari perkara-perkara yang mencakup semua ungkapan yang dipakai oleh
para ahli tafsir (tentang kebaikan duniawi). Masing-masingnya tidak mengandung
kontradiksi. Sebab hal itu semua masuk dalam makna “kebaikan di dunia.”
Adapun
kebaikan di akhirat, yang tertingginya adalah dimasukkan ke dalam al-Jannah
(surga) setelah sebelumnya berupa keamanan dari kengerian yang sangat dahsyat
ketika berdiri di saat penghisaban amalan, dimudahkannya hisab (penghitungan
amalan), dan yang selain itu dari perkara-perkara kebaikan di akhirat. Sedangkan
keselamatan dari an-Nar (neraka), membutuhkan kemudahan (untuk menjalani) sebab-sebabnya
di dunia, berupa (sikap) menjauhi perkara-perkara yang dilarang, (menjauhi)
dosa-dosa, dan meninggalkan syubuhat dan keharaman-keharaman.
Tafsir
Maraghi
201.
a. Dan diantara mereka ada yang
berdoa,”hai, Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat!”
Minta kehidupan yang baik didunia tentu
dengan melakukan sebab-sebbannya yang
sepanjang pengalaman memang memberikan manfaat pada usaha, penghidupan yang
teratur, pergaulan yang baik dan berbudi pekerti sesuai dengan ajaran agama dan
adat istiadat yang baik. Dan mintalah kehidupan yang baik di akhirat adalah
dengan iman yang ersih, amal shaleh dan berakhlak luhur.
201. b. Dan
peliharalah kami dari siksa neraka.
Peliharalah
kami dari godaan hawa nafsu dan perbuatan-perbuatan dosa yang menyebabkan ke
neraka. Dan hal-hal ini bisa diwujudkan dengan meninggalkan perbuatan maksiat,
menjauhi budi yang rendah dan kesenangan-kesenangan yang haram sekaligus
melaksanakan segala kewajiban yang ditentukan oleh Allah.
Dalam
ayat ini mengandung isyarat, bahwa berlebih-lebihan dalam agama itu tercela dan menyalahi fitrah. Allah telah
melarang ahli kitab berbuat demikian dan mencela mereka. Dan Nabi saw juuga
melarang demikian.[3]
Imam
bukhari meriwayatkan sebuah hadis yang beliau terima dari sahabat Anas Ibnu
Malik ra., bahwa Rasulullah saw. Memanggil seseorang yang keadaanya persis
seperti anak ayam yang dicabuti bulunya. Kemudiain beliau bertanya kepadanya :
“ apakah kamu berdoa sesuatu kepada Allah ?” Si lelaki
menjawab: ‘ya, saya sedang berdoa; Ya Allah , saya tidak ingin menyiksa diriku
di akhirat , maka dari itu percepatlah siksaanku di dunia saja ‘. Lalu
Rasulullah saww. Bersabda kepadanya : Subhanallah (maha suci Allah )! Jika
demikian maka anda tidak akan kuat menahanya dan tidak akan bisa. Mengapa anda
tidak mengatakan: Ya Allah , anugerahilah kami dalam dunia ini kebaikan dan di
akhirat kebaikan serta peliharalah kami dari siksa neraka’, Kemudjian
Rasulullah berdoa untuknya, sehingga sembuhlah ia berkat doa Nabi dan
pertolongan dari Allah.”
Mereka
adalah orang-orang yang menghendaki kebahagiaan di dua tempat, yakni
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah menganugerahi mereka apa yang mereka
minta melalui usaha mereka. Sebab mereka meminta kebahagiaan duniawi dan meniti
sebab musababnya sebagaimana mereka menghendaki kebahagiaan akhirat, mereka
sunggguh-sungguh berusaha untuk mendaoatkanya. Oleh karena itu, mereka
memperoleh dari hasil usahanya ini kebahagiaan didunia dan akhirat. ” Barang
siapa yang menghendaki keuntungan di akhyirat , akan kami tambah keuntungan itu
baginya dan barang siapa yang
menghendaki keuntungan dunia , kami berikan kepadanya sebagian drai
keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagiaan pun di akhirat.”
(Asy-Syura, 42 : 20).
Allah
menepati pahala setiap orang berusaha setelah ia menyelesaikan pekerjaanya.
Sebab , memang demikianlah Sunatullah pada makhluk-Nya. Yaitu pemberian upah
atau pahala sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan tanpa memperlambat waktu
pemberian. Kelak, di akhirat semua orang akan melihat perhitungan amal
masing-masing , dan hal ini dapat Allah selesaikan dalam waktu yang singkat
saja. Ada yang meriwayatkan bahwa Allah SWT. Menghitung semua amal perbuatan
manusia seluruhnya , hanya dalam tempo setengah hari kita di dunia. Dan ada yang
meriwayatkan pula bahwa hal itu diselesaikan oleh Allah SWT. Hanya dalam waktu
sekejap mata.[4]
C. Makmur sebagai
Pintu
Damai Sejahtera.
Menurut kamus bahasa Indonesia,
kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti aman, sentosa, makmur
dan selamat, (Poerwadarminta, 1999: 887) atau dapat diartikan sebagai kata atau
ungkapan yang menunjuk kepada keadaan yang baik, atau suatu kondisi dimana
orang-orang yang terlibat di dalamnya berada dalam keadaan sehat, damai dan
makmur.[5]
Islam datang sebagai agama terakhir yang
bertujuan untuk mengantarkan pemeluknya menuju kepada kebahagiaan hidup yang
hakiki, oleh karena itu Islam sangat memperhatikan kebahagiaan manusia baik itu
kebahagiaan dunia maupun akhirat, dengan kata lain Islam (dengan segala aturannya)
sangat mengharapkan umat manusia untuk memperoleh kesejahteraan materi dan
spiritual.[6]
Dari
tujuan pendidikan Islam tersendiri merupakan suatu penggambaran nilai-nilai
Islam yang hendak diwujudkan dalam pribadi peserta didik pada akhir dari proses
kependidikan. Dengan kata lain, tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan
nilai-nilai Islami dalam pribadi peserta didik yang diperoleh dari pendidik
muslim melalui proses yang terfokus pada pencapaian hasil (produk) yang
berkepribadian Islam yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sehingga sanggup mengembangkan
dirinya menjadi hamba Allah yang taat dan memiliki ilmu pengetahuan yang
seimbang dengan dunia akhirat. Sehingga terbentuklah manusia muslim paripurna
yang berjiwa tawakkal secara total kepada Allah swt, sebagai mana firman-Nya
dalam QS Al-An’am/6: 162
الْعَالَمِينَ رَبِّ لِلَّهِ وَمَمَاتِي وَمَحْيَايَ وَنُسُكِي صَلَاتِي إِنَّ قُلْ
“Katakanlah (Muhammad): "Sesungguhnya
shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh
alam.[7]
Dengan
demikian tujuan pendidikan Islam sama luasnya dengan kebutuhan manusia modern
masa kini dan masa yang akan datang karena manusia tidak hanya memerlukan iman
atau agama melainkan juga ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat untuk
memperoleh kesejahteraan hidup di dunia sebagai sarana untuk mencapai kehidupan
yang bahagia di akhirat.[8] Muhammad
Athiyyah Al-Abrasyi berpendapat bahwa: Memperhatikan agama dan dunia sekaligus
merupakan dasar dari pendidikan. Sesungguhnya ruang lingkup pendidikan Islam
tidak hanya terbatas pada pendidikan agama dan tidak pula terbatas hanya pada
dunia semata-mata. Rasululllah SAW pernah mengisyaratkan setiap pribadi dari
umat Islam supaya bekerja untuk agama dan dunianya sekaligus, sebagaimana
sabdanya:
“Beramallah
untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup untuk selama-lamanya dan beramallah
untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok hari”
Berdasarkan
hadis di atas dapat dipahami bahwa Rasulullah SAW tidak hanya memikirkan dunia
semata, tetapi beliau juga memikirkan untuk bekerja dan beramal bagi kehidupan
akhirat. Karena itu tujuan pendidikan Islam bukan hanya untuk pencapaian
kebahagiaan dunia tetapi juga untuk pencapaian kebahagiaan akhirat. Jika antara
dunia, agama, dan ilmu pengetahuan yang dicari itu seimbang, artinya tidak
terberatkan pada salah satu tujuan, maka
kehidupan yang sejahteralah sebagai balasanya.[9]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
kemakmuran
dalam persepsi islam bertujuan untuk mencapai moral kehidupan yang baik, banyak
sekali kewajiban agama yang tidak dapat
dijalankan jika kemakmuran belum dicapai. tujuan pendidikan Islam adalah
perwujudan nilai-nilai Islami dalam pribadi peserta didik yang diperoleh dari
pendidik muslim melalui proses yang terfokus pada pencapaian hasil (produk)
yang berkepribadian Islam yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sehingga sanggup mengembangkan
dirinya menjadi hamba Allah yang taat dan memiliki ilmu pengetahuan yang
seimbang dengan dunia akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Amirus Sodi, Konsep Kesejahteraan
dalam Islam,
Jurnal Ekonomi Syariah, EQUILIBRIUM,
Vol. 3, No. 2, Desember 2015
Departemen
Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya
https://arifpmb.wordpress.com/2009/01/02/pandangan-islam-tentang-kemakmuran/
diakses pada hari rabu, 3 okktober 2018, pukul 20:29
Muhammad Rusmin B, Konsep dan Tujuan Pendidikan Islam,
Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN Alauddin Makassar, Volume VI, Nomor 1,
Januari - Juni 2017,
Syekh Muhamad Musthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Yogyakarta
: Sumber Ilmu, 1986)
[1] https://arifpmb.wordpress.com/2009/01/02/pandangan-islam-tentang-kemakmuran/
diakses pada hari rabu, 3 okktober 2018, pukul 20:29
[2] Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya,14
[3] Syekh Muhamad Musthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Yogyakarta
: Sumber Ilmu, 1986) hlm 134-136
[4] Ibid, hlm 138
[5] Amirus Sodi, Konsep
Kesejahteraan dalam Islam,
Jurnal Ekonomi Syariah,
EQUILIBRIUM, Vol.
3, No. 2, Desember 2015, hlm 383
[6] Amirus Sodi, Konsep Kesejahteraan dalam Islam,
Jurnal Ekonomi Syariah, EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 2, Desember 2015, hlm 388
[7] Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 201.
[8] Muhammad Rusmin B, Konsep
dan Tujuan Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN
Alauddin Makassar, Volume VI, Nomor 1, Januari - Juni 2017, hlm 78-79
[9] Muhammad Rusmin B, Konsep dan
Tujuan Pendidikan Islam,
Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN Alauddin Makassar, Volume VI, Nomor 1,
Januari - Juni 2017, hlm 80
Tidak ada komentar:
Posting Komentar