TUJUAN PENDIDIKAN GENERAL
"TUJUAN HIDUP"
QS. Adz-Dzariyat 51:56
Ilham Maulana Azis
NIM. (2117103)
Kelas D
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
|
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kekuatan dan
kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “Tujuan Pendidikan General” “Tujuan
Hidup" menurut "Qs. Adz-Dzriyat
51:56” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, keluarganya, dan
sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Tidak lupa penyusun mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Muhammad Ghufron, M.SI selaku dosen pengampu mata
kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan tugas ini serta membantu memberikan
motivasi dan masukan dalam penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah
ini, mungkin masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penyusun berharap
adanya kritik dan saran demi kesempurnaan. Semoga makalah ini bermanfaat.
Aamiin.
Pekalongan, 5 oktober 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Terkadang manusia tidak mengerti
akan tujuan hidup, sehingga manusia yang tidak mempunyai tujuan hidup maka
hidup nya tak berarti apa-apa dan hidup nya asal-asalan dan hidupnya tidak
menemukan esensinya hidupnya sendiri.
Makalah ini akan membahas tujuan hidup manusia
yaitu tidak lain untuk beribadah menyembah kepada Allah. Namun demikian ilmu
pengetahuan tentang ibadah haruslah dipahami secara benar, sehingga makna dan
hakikat dari ibadah yang dijalankan itu tidak hilang atau habis.
Ibadah ialah segala hal yang baik disertai
niatan ikhlas lillah baik yang berupa perkataan atau perbuatan, baik yang jelas
atau yang tersembunyi , yang disukai dan diridhoi Allah dalam rangka mengharap
pahala dari Allah.
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa tujuan hidup dan kehidupan manusia ?
b.
Bagaimana dalil tujuan hidup manusia ?
c.
Perbedaan ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah ?
C.
Tujuan
a.
Mengetahui tujuan hidup dan kehidupan manusia
b.
Dapat memahami dalil tujuan hidup manusia
c.
Mengetahui ibadah mahdhah dan ghiru mahdhah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tujuan Hidup Dan Kehidupan Manusia
Tujuan diciptakan manusia tidak lain untuk beribadah
kepada allah. Penciptaan itu bukan sekedar main-main atau hal yang percuma.
Dibalik penciptaan tersebut, allah mempunyai rencana yang sungguh-sungguh.
Setiap makhluk diberi kesempatan untuk berkembang maju kea arah suatu tujuan
yaitu ridha-Nya. Allah adalah sumber dan pusat segala kekuasaan dan
kesempurnaan. Kemajuan yang kita capai tergantung kepada cara kita menempatkan
diri sesuai dengan kehendaknya. Ini adalah sebail-baik ibadah kita kepada-Nya.[1]
Secara etimologis (lughowi), para ulama mengartikan
ibadah dengan makna ketundukan yang lahir dari puncak kekhusyukan, kerendahan
diri dan kepatuhan hanya kepada Allah SWT. Menurut al-imam abu qosim al-husain
bin Muhammad bin mufadhdhal “ibadah adalah puncak dari kepatuhan dan kerendahan
diri kepada allah”. Dan dalam makna umum ibadah meliputi semua yang disukai dan
diridhai Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang maupun
tersembunyi.[2]
Dalam kehidupan manusia, maka setiap perbuatannya
dikatakan ibadah asal lillah, khusyuk, rendah diri dan patuh hanya kepada Allah
SWT dan dalam kehidupan manusia tujuan ibadah kepada-Nya ialah:
1.
Menjadi ‘Abdullah, hal ini merujuk pada ayat Alquran
surat az-Zariyat: 56, yang bunyinya “tujuan utama penciptaan manusia ialah agar
menusia beribadah kepada-Nya”. Karena tujuan beribadah dalam Islam bukan hanya
membentuk kesalehan individual, tetapi juga kesalehan sosial, yang keduanya
tidak dapat dipisahkan.
2.
Sebagai Khalifah, merujuk pada surat al-Baqarah: 30,
Yunus: 14, dan surat al-An’am: 165 yang berbunyi: “manusia diciptakan untuk
diperankan sebagai wakil Tuhan di muka bumi”. Karena Allah Zat yang menguasai
dan memelihara alam semesta, maka tugas manusia sebagai wakil Tuhan ialah
menata dan memelihara serta melestarikan dan menggunakan alam ini dengan
sebaik- baiknya.
3.
Jika tujuan yang pertama dan kedua lebih
difokuskan pada tanggung jawab individu, tujuan penciptaan
yang ketiga ini menegaskan perlunya tanggung jawab bersama dalam menciptakan tatanan
kehidupan dunia yang damai. Hal ini merujuk pada surat al-Hujurat: 13.[3]
Perlu kita ketahui juga untuk menggapai tujuan hidup
maka manusia haruslah berilmu karena ilmu merupakan sarana untuk mengungkap,
mengatasi, menyelesaikan dan menjawab persoalan yang sedang dihadapi dalam
hidup dan kehidupan manusia, dan dalam mnuntut ilmu diartikan juga bribadah.[4]
B.
Dalil Tujuan
Hidup Manusia
Qs Adz-Dzariyat 51:56
Artinya :
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia,
melainkan supaya beribadah kepada Ku”[5]
Tafsir Al- Maraghi:
Padahal aku tidaklah menciptakan mereka kecuali supaya kenal kepada
ku. Karena sekiranya aku tidak menciptakan mereka niscaya mereka takkan kenal
keberadaan-Ku dan keesaan-Ku. Penafsiran seperti ini ditunjukan oleh apa yang
dinyatakan dalam sebuah hadist qudsi:
( كُنْتُ كَنْزًا مَخْفِيًّافَاَرَدْتُ اَنْ
اُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ فَبِى عَرَفُوْنِىْ )
Artinya :
“aku adalah
simpanan yang tersembunyi. Lalu aku menghendaki supaya dikenal. Maka aku pun
menciptakan makhluk. Maka oleh karena Akulah mereka mengenal aku.”
Demikian kata
mujadid dan begitu pula diriwayatkan dari mujadid, bahwa ayat ini adalah ;
kecuali supaya Aku memerintahkan mereka dan melarang mereka. Tafsiran seperti
ini ditunjukan oleh firman Allah Ta’ala :
Ayat at Taubah
9 ; 31
وَمَا
اُمِرُوااِلاَّلِيعْبُدُوْااِلَهًاوَّاحِدًالاَاِلَه اِلاَّ هُوَسُبْحَنَهُ عَمَّ
يُشْرِكُوْنَ
Artinya :
“Padahal mereka
hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Maha
Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”
Dan tafsiran seperti ini dipilih pula oleh Az-Zujjaj.
Sementara itu segolongan mufassir
berpendapat bahwa arti ayat ini adalah, kecuali supaya mereka tunduk kepada-Ku,
dan merendahkan diri. Yakni bahwa setiap makhluk dari jin atau manusia tunduk
kepada keputusan Allah, patuh kepada kehendak-Nya, dan menuruti apa yang telah
Dia takdirkan atasnya. Allah menciptakan mereka menurut apa yang Dia kehendaki,
dan Allah memeberi rezeki kepada mereka menurut keputusan-Nya, tidak seorangpun
di antara mereka yang dapat memberi manfaat maupun mudarat kepada dirinya
sendiri.
Kalimat seperti ini merupakan
penegasan bagi suruhan agar memberi peringatan, dan juga memuat alasan dari
diperintahkannya memberi peringatan. Karena diciptakannya mereka dengan alasan
tersebut menyebabkan mereka harus diberi peringatan yang menyebabkan mereka
wajib ingat dan menuruti nasehat.[6]
Tafsir Al-Azhar:
Inilah peringatan lanjutan dari ayat
yang sebelumnya yaitu supaya Rasulullah saw meneruskan member
peringatan sebab peringatan akan besar manfaatnya bagi orang yang beriman. Maka
datanglah tambahan ayat 56 ini bahwa sanya allah menciptakan jin dan manusia
tidak ada guna yang lainya melainkan buat mengabdi diri kepada Allah
swt. Jika seseorang telah mengakui beriman kepada tuhan tidaklah dia akan mau
jika hidupnya didunia ini kosong saja. Dia tidak boleh menganngur selama nyawa
dikandung badan, manusia harus ingat tempo nya tidak boleh kosong dalam
pengabdiannya. Seluruh hidup hendaklah dijadikan ibadah
Menurut riwayat dari Ali bin Abu Tolha,
yang diterimanya dari Ibnu Abbas artinya untuk beribadah ialah mengakui diri
adalah budak atau hamba dari Allah, tunduk menurut kemauan Allah, baik secara
sukarela atau terpaksa, namun kehendak allah berlaku juga. Mau tidak mau hidup,
mau tidak mau akan tua, mau tidak mau akan mati..
Oleh sebab itu ayat ini member ingat kepada manusia bahwa sadar atau
tidak sadar dia pasti mematuhi kehendak tuhan. Maka jalan yang lebih baik bagi
manusia ialah menginsafi kegunaan hidupnya sehingga dia pun tidak merasa
keberatan lagi mengerjakan berbagai ibadah kepada tuhan.
Apabila manusia mengenal budi yang
luhur niscaya dia mengenal apa yang dinamai berterima kasih. Pada orang yang
menolong kita melepaskan dari mala petaka kita punnn segera mengucapkan terima
kasih! Kita mengembara disatu padang pasir. Dari sangat jauh nya kita kehausan,
air sangat sukar tiba-tiba disuatu tempat yang sunyi sepi kita bertemu satu
orang yang menyuruh kita berhenti berjalan sejenak. Kitapun berhenti. Lalu dia
bawakan seteguk air kitapun mengucapkan banyak-banyak terima kasih. Kita
ucapkan terima kasih dengan merendahkan diri. Sebab kita merasa berhutang budi kepada nya. Dan tidalah manusia ada
manusia berada di dunia yang membantah keluhuran budi orang yang berterima
kasih.
Maka bandingkanlah semuanya dengan
anugerah ilahi bagi menjamin hidup kita sejak mulai lahir dari perut ibu sampai
kepada masa habis tempo didunia ini dan kita menutup mata, tidaklah dapat
dihitung dan dinilai betapa besar nikmat dan karunia allah kepada kita.
Disinilah tuhan menjuruskan hidup
kita member kita pengarahan. Allah menciptakan kita jin dan mausia tidak untuk
yang lain, hanya untuk satu macam tugas saja yaitu mengabdi dan beribadah.
Beribadah yaitu mengakui bahwa kita ini hambanya, tunduk kepada kemauannya.
Ibadah itu diawali atau dimulai
dengan iman yaitu percaya bahwa ada tuhan yang menjamin kita. Percaya akan
adanya Allah
ini saja sudah jadi dasar pertama dari hidup itu sendiri. Maka iman yang telah
tumbuh itu wajib dibuktikan dengan amal yang sholeh yaitu perbuatan yang baik.
Iman dan amal sholeh inilah pokok ibadah. Bila kita mengaku beriman kepada Allah
niscaya kita akan percaya kepada Rasul Nya. maka pesan Allah
ayang disampaikan oleh rasul itu kita perhatikan. Perintahnya kita kerjakan dan
larangannya kita tinggalkan.
Maka dapatlah kita jadikan seluruh
hidup kita ini ibadah kepada Allah sembayang lima waktu puasa bulan ramadhan,
berzakat pada fakir miskin, adalah bagian kecil, sebagaian pematri dari seluruh
ibadah yang umum itu semuanya kita kerjakan, karena kita iman kepanya kitapun
beramal yang sholih, untuk faedah sesama manusia. Kalua tidak ini yang kita kerjakan tidaklah ada artinya hidup
kita yang terbatas didalm dunia ini.[7]
C.
Ibadah Mahdoh Dan Ghairu Mahdah
Ibadah
dalam pandangan ilmu Fiqh ada dua yaitu ibadah mahḍoh dan ibadah ghoiru mahḍoh.
Ibadah mahḍoh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk,
kadar atau waktunya seperti halnya sholat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah
ghoiru mahḍoh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu segala bentuk aktivitas
manusia yang tidak ditentukan kadar dan waktunya namun diniatkan untuk
memperoleh ridho dari Allah s.w.t. Dan sebenarnya makna yang kedua inilah yang
lebih luas karena bisa menjangkau segala lini kehidupan manusia.[8]
Prinsip
ibadah mahdah:
1.
Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil
perintah, baik dari Al-Qur’an maupun al-Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu,
tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
2.
Tata caranya harus berpola kepada contoh
Rasulullah SAW. Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau
tidak sesuai dengan praktek Rasul saw.,maka dikategorikan “Muhdatsatul umur”
perkara mengadaada, yang populer disebut bid’ah. Salah satu penyebab hancurnya
agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya
bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka.
3.
Bersifat supra rasional (di atas jangkauan
akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal,
melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang
disebut hikmah tasyri‟. Shalat, adzan, tilawatul Qur’an, dan ibadah mahdhah
lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan
ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini,
maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
4.
Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba
dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib
meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk
kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama
diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
Prinsip
ibadah ghoiru mahdah
1.
Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya
dalil yang melarang. Selama Allah SWT dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah
bentuk ini boleh diselenggarakan.
2.
Tata laksananya tidak perlu berpola kepada
contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah”,
atau jika ada yang menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid‟ah,
maka bid‟ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebut
bid’ah dhalalah.
3.
Bersifat rasional, ibadah bentuk ini
baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan
oleh akal atau logika.Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan,
danmadharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan hidup manusia ialah untuk
beribadah kepada allah dengan ketundukan yang lahir dari puncak kekhusyukan, kerendahan diri dan
kepatuhan hanya kepada Allah SWT. Dan dalam beribadah kepada allah haruslah
manusia mempunyai ilmu nya untuk menggapai tujuan hidup yaitu mendapat ridho
allah dan mendapat pahala. Jenis ibadah dibagi menjadi dua, pertama ibadah
mahdah Ibadah mahḍoh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk,
kadar atau waktunya seperti halnya sholat, puasa dan haji dan kedua ibadah
ghoiru mahḍoh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu segala bentuk aktivitas
manusia yang tidak ditentukan kadar dan waktunya namun diniatkan untuk
memperoleh ridho dari Allah s.w.t.
Saran
Semoga apa yang terdapat dalam
materi ini bisa bermanfaat bagi
pembaca, kami sebagai penulis menyadari banyak kekurangan dalam
materi yang kami sajikan segala. Maka dari itu tidak lupa kritik dan
saran sangat di perlukan untuk suatu pembelajaran kedepannya. Atas
masukan-masukannya saya ucapan terimakasih.
Daftar Pustaka
Al-Maraghi,
Ahmad Mustafa, 1974, Tafsir Al-Maraghi, Semarang: PT Karya Toha
Putra
Arifin,
Abdullah Syamsul, 2008, Membongkar Kebohongan Buku “Mantan Kyai NU
Menggugat
Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali), Surabaya: Khalista
Ash-Shidiqiey,
Teungku Muhammad Hasbi, 2010, Kuliah Ibadah, Semarang: Pt Pustaka
Rizki
Putra
Hamka,
2006, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas
Juwariyah,
2010, Hadis Tarbawi, Yogyakarta: Teras
Shihab,
M. Quraish, 2010, Al-Quran Dan Maknanya, Tangerang: Lentera Hati
Lampiran
Biodata
Nama : Ilham
Maulana Azis
NIM : 2117103
Tempat,Tanggal
Lahir : Pemalang, 8 Juli 1999
Alamat : Dsn.
Posongna Kel. Purwoharjo Kec. Comal
Fakultas /
Jurusan : FTIK / PAI
Riwayat Pendidikan :
TK DHARMA BAKTI COMAL
SDN 01 PURWOHARJO COMAL
SMP N 01 COMAL
SMA N 02 PEMALANG
[1] Prof. Dr Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidiqiey, Kuliah
Ibadah (PT PUSTAKA RIZKI PUTRA, Semarang, 2010), Hlm V
[2] Kh Abdullah Syamsul Arifin, Membongkar Kebohongan Buku “Mantan Kyai NU
Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali), (Khalista, Surabaya,
2008) Hlm 1-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar