OBYEK
PENDIDIKAN DIRECT
(Istri
Keturunan Penyejuk Hati)
QS. Al-Furqan, 25: 74
Siti Rubaedah Indriani
NIM. (2117276)
Kelas : D
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
dan Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat
dan hidayah – Nya maka kelompok 9 dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “OBJEK PENDIDIKAN’’ DIRECT’’ dalam al quran surah Al- Furqon ayat 74 ”
ini.
Makalah
ini Kami buat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi di
semester 3 Tahun Ajaran 2018, dan sebagai media saya menyampaikan gagasan serta
alat untuk saya berlatih menulis Karya Ilmiah .
Saya
selaku penulis sudah berusaha menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin,
akan tetapi Kami sadar dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan . Untuk itu, Kami membutuhkan
saran dan kritik dari teman – teman semua .
Akhir
kalimat saya berharap mudah-mudahan penyusunan makalah ini ada manfaatnya, Amin
ya Robal Alamin .
Pekalongan,
2 November 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-qur’an
adalah firman Allah yang sangat rapih dan sopan. Al-qur’an menata semua hal
didunia maupun di akhirat bahkan dalam masalah percintaan Al-qur’an mengatur
dengan baik. Di dalam pernikahan Al-qur’an mengaturnya dan memerintahkan setiap
muslim yang bertaqwa untuk mengikuti apa yang telah diperintahkan. Pola pikir
yang berbeda antara istri dan suami dapat menyebabkan konflik yang
lama-kelamaan dapat memicu perceraian. Lemahnya iman juga menjadi pemicu dalam
berumah tangga. Kemudian masalah-maslah rumah tangga yang sering bermunculan karena
kurangnya ilmu agama dan budi pekerti yang buruk tersebut sudah dijawab dalam
surat Al-Furqan tentang do’a supaya
diberi istri dan keturunan yang shalih-shalihah, agar menjadikan mereka para
suami yang menjadi teladan bagi kaum yang bertaqwa.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa hakikat istri dan keturunan?
2.
Bagaimana dalil istri dan keturunan sebagai penyejuk hati?
3.
Apa yang dimaksud dengan rumah tangga laksana taman surga?
4.
Bagaimana pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari?
5.
Aspek Tarbawi?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui hakikat istri dan keturunan
2.
Untuk mengetahui dalil istri dan keturunan sebagai penyejuk hati
3.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud rumah tangga laksana taman surga
4.
Untuk mengetahui cara pengaplikasian Qs. Al-furqon ayat 25:74 dalam kehidupan
sehari-hari
5.
Untuk mengetahui aspek tarbawi dalam penjelasan berikut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Istri dan Keturunan
Istri berasal dari bahasa Sanskerta
yang artinya adalah wanita atau perempuan. Yaitu seorang perempuan yang sudah
menikah atau yang dinikahi.
Keturunan
artinya anak, cucu atau generasi. Keturunan yang dimaksud disini yaitu anak.
Penyejuk hati berarti obat penawar
atau obat rasa obat rasa gundah dan segala ganjalan-ganjalan masalah jiwa dan
raga atau jasmani dan rohani. Penyejuk hati juga bisa disebut dengan sumber
kebahagiaan. [1]
B. Dalil
dan Tafsir
Q.S Al-
Furqon, 25 : 74
وَٱلَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Artinya : “
Dan orang-orang berkata,’ Ya Tuhan kami anugerahkanlah kepada kami istri-istri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam
bagi orang-orang yang bertaqwa.” [2]
1. Tafsir
Al-maraghi
Orang orang yang memohon kepada Allah
supaya diberikan keturunan yang taat dan beribadah semata mata kapada-Nya dan
tidak menyekutkan dengan yang lain. Sebenarnya bagi orang yang beriman, apabila
melihat keluarganya seperti dirinya, maka tentunya dia akan merasa senang dan
gembira. Dia mengharapkan mereka agar dapat berguna sepanjang hidupnya dan akan
bertemu denganya diakhirat. Mereka memohon agar Allah menjadikan mereka sebagai
imam yang diteladani dalam menegakkan agama dengan menganugerahkan ilmu yang
luas serta memberinya taufik kepada mereka untuk menjalankan amal saleh. Yang
sudah tercantum dalam QS Al-Furqon ayat 74
وَالَّذِينَ
يَقُولُونَ رَبَّنَا هَب لَنَا مِن اَزوَا جِنَا وَذُرِيَتِنَا قُرَةَ اَءيُنٍ وَاجحَتِنا
لِلمُتَقِينَ اِمَامًا
Artinya:
“Dan orang orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, anugerahkan-lah kepada kami
istri istri kami dan keturunan kami penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami
imam bagi orang orang yang bertaqwa.
2. Tafsir Al-Azhar
Bahwa salah satu sifat ‘Ibadur
Rahman itu senantiasa bermohon kepada Tuhanya supaya agar isteri- isteri mereka
dan anak anak mereka dijadikan buah hati permainan mata, obat jerih pelerai
demam, menghilangkan segala luka dalam jiwa, penawar segala kekecewaan hati
dalam hidup. Betapapun condong hati seorang suami mendirikan kebajikan, kalau
tidak ada sambutan dari isteri, hati suami pun akan luka juga. Tujuan hidup
muslim adalah jamaah bukan hidup yang nafsi nafsi.Dalam hadits Rasulullah Saw
dikatakan: ‘’Dunia ini adalah perhiasan hidup, dan sebaik baiknya perhiasan itu
adalah isteri yang shalihah.
Apalagi seorang anak. Semua kita
yang beranak berketurunan merasakan sendiri. Bahwa inti kekayaan adalah putra
putri yang berbakti, berhasil dalam hidupnya. Dia berilmu, dia beriman dan
beragama dan dapat menempuh hidup dalam segala kesulitanya. Dan setelah dia
besar tumbuh dewasa dia tegak sendiridala rumah tangganya. Inilah anak yang
akan menyambung keturunan bahagia yang tidak ada habis habisnya. [3]
C. Rumah Tangga Laksana Taman Surga
Rumah tangga dalam islam adalah
‘tempat berteduh’, tempat terwujudnya suasana sakinah (tenteram) yang
disempurnakan dalam mawaddah (cinta) dan rahmah (kasih sayang).
Suasana yang sakinah, mawaddah,
rahmah inilah yang dibutuhkan oleh setiap bayi yang lahir sebagai buah dari
pernikahan. Anak yang dibesarkan dalam rumah tangga yang tentram, diliputi rasa
kasih sayang, pasti akan menjadi anak yang tumbuh normal, dewasa, dan matang
kepribadiannya. Sebaliknya apabila bayi lahir dari kegelisahan, kebencian, dan
kekejaman dalam rumah tangga kelak akan menjadi ank-anak yang membalas dendam
kepada masyarakat dimana dia hidup. [4]
Pada intinya jadikanlah rumah
sebagai fondasi, tempat awal lahirnya sosok-sosok pribadi terbaik umat islam
yang menjalankan ajaran islam sepenuhnya, sehingga dari sanalah keberkahan dan
ridho akan tercurah. Rumah akan terasa aman, nyaman dan damai.[5]
D. Aplikasi Dalam Kehidupan
Setiap isteri harus ikhlas terhadap
pemberian suaminya, setiap apa yang suami
nafkahkan kepada isterinya, tidak meminta
lebih ataupun kurang, asalkan nafkah yang diberi tersebut halal. Isteri juga
wajib ikhlas dengan pekerjaan yang ditanggungnya dalam kehidupan berumah
tangga. Setiap isteri wajib taat kepada suami, setiap apa yang diperintahkan
suai asal tidak maksiat aka isteri wajib untuk mentaatinya dan hendaklah
seorang isteri rajin dalam urusan rumah tangga. Setiap suami harus membimbing
isteri dan anaknya serta selalu mendoakan kebaikan untuknya. Setiap anak harus
melaksanakan segala perintah orang tua dan mengasihinya serta mengerti keadaan
kondisi keluargaanya.
E. Aspek
Tarbawi
1. Pendidikan awal yang dialami seorang anak
adalah pendidikan keluarga.
2. Suami isteri harus mempersiapkan kondisi
yang dapat membuat mereka gembira.
3. Anak
yang saleh dan shalehah adalah penenang, seorang ayah dan ibu serta menjadi
kebanggaan ereka.
4. Seorang isteri harus ikhlas dengan tanggung
jawab pekerjaanya dalam berumah tangga menerima dengan ikhlas nafkah dari
suami. [6]
DAFTAR PUSTAKA
Hamka,
Tafsir Al-Azhar, Juz XIX, 1982 (JAKARTA: PUSTAKA PANJIMAS.)
Al-maragi,Ahmad
Musthafa TafsirAl-maraghi,JuzXXI,1993(Semarang: PT.Karya Toha Putra,)
Nashir
as-Sa’di, Syaikh Abdurrahman. 2016. Tafsir Al-Qur’an. Jakarta : Dar Ibn
al-Jauzi, KSA,
Hidayatullah.
2016. Jadikan Rumah tangga Kita sebagai “Baiti Jannati”. vol.16. No.20
Zaidan,
Ibnu. 2015. Jadikan Rumah Laksana Surga sebelum Surga Sesungguhnya. vol.25.
No.2
[1] Hamka, Tafsir Azhar Juzu XIX (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1982) hlm:49
[2] Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir
Al-Qur,an, (Jakarta: Dar Ibn al-Jauzi, KSA, 2016),hlm:207
[3] Ahmad
Musthafa, Tafsir Al-Maraghi Juz XXI,(
Semarang: PT Toha Putra, 1993) hlm.77-78
[4]
Hidayatullah, Jadikan Rumah Tangga Kita
Sebagai “Baiti Jannati”, vol.16, No.20, Februari 2016, hlm.24-25
[5] Ibnu
Zaidan, Jadikan Rumah Laksana Surga sebalum
Surga Susungguhnya, Vol.25, No.2, Desember 2015, hlm.9
[6] Hamka, Tafsir Al-Azar Juzu XIX, (Jakarta:
Pustaka Panjimas, 1982)nlm.200
Tidak ada komentar:
Posting Komentar