TUJUAN
PENDIDIKAN GENERAL
"IBADAH KEPADA ALLAH SWT"
QS. HUD AYAT 61
M.
Riza Fahmi
NIM. 2117315
Kelas
A
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN
PEKALONGAN
2018
Kata
Pengantar
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berlimpah
nikmat berupa kesehatan jasmani maupun rohani kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini sampai selesai. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam
menyusun makalah yang berjudul “Ibadah Kepada Allah”, tidak sedikit kesulitan
dan hambatan yang penulis alami. Namun, berkat dorongan, dukungan dan semangat
dari orang terdekat, makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menghaturkan
terima kasih kepada Bapak. Muhammad Ghufron, M.S.I,
selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I, Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dengan
ikhlas baik materil maupun spirituil, serta teman-teman yang telah banyak membantu penulis.
Penulis
menyadari bahwa makalah sederhana ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu,
penulis menerima dengan baik kritikan ataupun saran yang membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis.
Pekalongan, 04 Oktober 2018
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................... .................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................ ............... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.......................................... .........................................................
1
B.
Rumusan Masalah......................................................... .....................................
1
C.
Tujuan......................................................................................... ........................
1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
hakikat ibadah dan Allah................................................................................
2
B.
dalil Ibadah kepada Allah ..............................................................................
2
C. sifat wajib dan jaiz bagi Allah.........................................................................
5
BAB
III PENUTUP
A.
Simpulan...........................................................................................................
7
B.
Saran
.................................................................................................................
7
DAFTAR
PUSTAKA
...........................................................................................
8
BIODATA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sering dijumpai bahwasanya banyak orang yang salah dalam
mengartikan suatu yat yang terkandung dalam Al-Qur’an, sehingga orang bisa saja
mengartikan ayat tersebut secara pengetahuannya sendiri tanpa melihat berbagai
sumber termasuk tafsir tafsir yang sudah ada. Seperti yang kita ketahui,
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, Dengan perantara
Malaikat jibril As secara berangsur angsur, yang berfungsi sebagai petunjuk
manusia dan penjelas atas petunjuk bagi manusia agar selamat dunia akhirat
Oleh karena itu kita ambil contoh surat Hud juz 11 ayat 61 tentang
ibadah kepada Allah Swt. Kita semua tahu bahwasanya Allah merupakan zat yang
wajib disembah. Sepertihalnya kisah nabi shaleh as dan kaumnya yaitu kaum
samud, serta kekuasaan Allah SWT dalam membinasakan orang orang dhalim. Inilah
yang mewajibkan kita untuk senantiasa beribadah kepada Allah dan menyembahnya
agar senantiasa selamat dunia dan akhirat. Tugas manusia dimuka bumi ini adalah
memakmurkan bumi, mensejahterakannya serta menjaganya sebagai tempat yang
tetap. Sebagaimana yang terurai dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 61. Berikut ini
akan saya bahas dalam makalah ini
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa hakikat ibadah dan Allah...?
2.
Apa dalil Ibadah kepada Allah...?
3.
Apa sifat wajib dan jaiz bagi Allah...?
C.
Tujuan
1.
Agar mengetahui Hakikat ibadah dan Allah.
2.
Agar mengetahui Dalil ibadah kepada Allah.
3.
Agar mengetahui Sifat wajib dan Jaiz bagi Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ibadah
Menurut bahasa ibadah berarti patuh
(al-tha’ah), dan tunduk (al-khudlu). Secara etimologis ibadah berasal dari kata
abada, yu’budu,’abdan, fahuwa’aabidun. Kata abidun itu berarti budak atau
hamba.Dapat dikatakan bahwa ibadah adalah perbuatan atau pernyataan tentang
bukti ke patuhannya terhadap Allah yang di dasarkan oleh peraturan agama serta
hati yang ikhlas.
Ibadah kepada Allah merupakan
sesuatu hal yang wajib bagi semua umat muslim untuk di kerjakan. Sabagai
hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah), selain itu ada juga hubungan
dengan alam serta hubungan manusia
dengan manusia. Bentuk ibadah kepada Allah sangatlah banyak, kita dapat
menjalankannya sesuai dengan syariat. Sebagai contoh Ibadah yang termudah yaitu
tersenyum.
Ibadah merupakan bentuk penyembahan
manusia kepada Allah SWT. Dari ibadah dapat dilihat seberapa bersyukurnya
setiap hamba manusia tidak dapat di pisahkan dengan ciptaanNya. Didunia manusia
tidak dapat hidup tanpa adanya manusia lain. Dengan penciptanya terdapat
hubungan khusus kepada Allah dengan ibadah dan kepada sesama manusia terdapat
hubungan yang merupakan ibadah yang berbuat baik dengan makhluk ciptaan Allah
yang lainya. Semua perbuatan yang dengan di awali dengan niat ikhlas akan
berbuah ibadah yang dinilai oleh Allah dan ibadah tersebut akan menambah
dekatnya makhluk dengan khaliq, dalam sebuah sya’ir lagu disebutkan bahwa jika
makhluk dekat maka khaliq akan dekat dan sebaliknya, jika makhluk jauh maka
khaliq pun ikut jauh. Ibadah yang hubunganya dengan Allah disebut dengan ibadah
mahdhah dan ibadah yang hubungan dengan sesama manusia ataupun makhluk ciptaan
Allah disebut ibadah ghairu mahdhah. Berbuat baik terhadap binatang atau tumbuhan
pun merupakan suatu ibadah.[1]
B.
Dalil Beribadah kepada Allah SWT
Dalam Al-Qur’an Surat Hud :11:61
Allah Swt berfirman:
۞ وَإِلَىٰ ثَمُوْدَ أَخَاهُمْ
صَلِحًا ۚ قَالَ يَقَوْمِ اعْبُدُوااللَّهَ مَالَكُمْ مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ
هُوَأَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَافَاسْتَغْفِرُوْهُ
ثُمَّ تُوبُو إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيْبٌ مُّجِيْبٌ(61)
Artinya: “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh.
Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu
Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan
kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan
(doa hamba-Nya)".[2]
1.
Tafsir Al-Azhar
“Dan kepada Tsamud, saudara mereka Shalih, Dia
berkata: “Hai kaumku! Sembahlah olehmu akan Allah, tidaklah ada bagi kamu Tuhan
selain Dia. Dia-lah yang menciptakan kamu dari bumi dan meramaikan kamu
dalamnya, maka mohonlah ampun kepadaNya, kemudian itu taubatlah kepadaNya,
Sesungguhnya Tuhanku itu adalah sangat dekat, lagi memperkenakan.
“Dan kepada Tsamud”. (Pangkal ayat 61). Telah
di utus pula “Saudara mereka Shalih”. Artinya bahwa Nabi Shalih diutus Tuhan menjadi Rasul kepada kaum Tsamud
itu, bukanlah dia orang yang di datangkan dari luar, melainkan putera dari
Kabilah Tsamud itu sendiri. Sebagaimana juga sekalian Nabi yang diutus Tuhan,
maka seruan yang disampaikan Shalih kepada kaumnya itu, sama juga yang
disampaikan oleh Nabi-Nabi yang lain.
Dia berkata:”Hai kaumku! Sembahlah
olehmu akan Allah, tidaklah ada bagi kamu Tuhan selain Dia”.- Hanya Allah
sajalah yang patut kamu sembah, karena selain dari Dia tidak ada Tuhan.
Persembahan kepada berhala atau barang pujaan yang lain tidaklah benar, bahkan
tidak sesuai dengan kenyataan. Sebab yang lain itu tidak ada lain yang
berkuasa, melainkan khayal fikiran kamu sajalah yang membikinya.”Dialah yang
telah menciptakan kamu dari bumi”. Bukanlah berhala, atau patung atau makhluk
yang lain itu yang menciptakan kamu dari tidak ada menjadi ada, melaikan Allah
itulah yang menciptakan kamu dari bumi. Nenek moyangmu Nabi Adam itu
digeligakan dari tanah. Kemudian turun-turunan Beliau, kita ini, keluar dari
saringan darah, yaitu mani laki-laki dan mani perempuan bercampur jadi satu,
tersimpan di dalam rahim perempuan, 40 hari bernama Nuthfah, 40 hari lagi bernama ‘Alaqah dan 40 hari lagi bernama
Mudhghah, kemudian berangsur bertumbuh, berlengkap dengan daging tulang dan
darah. Dan semuanya itu terjadi dari pada bumi juaadanya. Sebagaimana kita
ketahui, di dalam tumbuh-tumbuhan di bumi ini tersimpan calori, Vitamine
berbagai ragam, Minerai dan Hormon. Ahli- ahli ghidzi (yang telah di
indonesiakan dengan sebuah Gizi), yaitu bahan makanan, semua sudah sependapat
bahwasanya seluruhnya itu adalah berasal dari tumbuh tumbuhan, dari zat besi,
zat tembaga dan zat putih telur dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu dari
bumi. Lantaran itu dapat kita simpulkan bahwa bukan Nabi Adam saja yang
langsung dijadikan dari tanah, bahkan kita anak cucu Adam inipun tidaklah akan
lahir jadi manusia, kalau bahanya tidak dari bumi juga. Lalu
selanjutnya Nabi Shalih berkata: “Dan (Dia) meramaikan kamu didalamnya”. Subur
makmur muka bumi ini, dengan serba lengkap dan serba cukup bahan makanan, dan
ramaikanlah manusia menjadi penghuninya.
Didalam ayat ini bertemu kalimat
“Was Ta’marakum”. Lalu kita ma’nakan dengan meramaiakan kamu. Dari kata
ista’marakum, inilah berpecahan menjadi makmur, apabila bumi subur dan makanan
cukup, manusiapun hidup dengan sentosa mencari rezeki dan berketurunan.
Sebagai
kita ketahui di atas tadi, kaum Tsamud telah hidupdengar makmur di tanah
kediaman mereka, dinegeri Al Hijr, diantara Syam dengan Hejaz. Banyak sekali
bukti bertemu sampai sekarang, baik dalam isyarat Al-Qur’an, ataupun hasil
peyelidikan purbakala (Archeologi), bahwa tanah-tanah yang sekarang telah
tandus. Padang pasir sahara, bertemu bekas-bekas kemakmuran.zaman lampau.
Inilah yang diperingatkan oleh Nabi Shalih kepada kaumnya, agar mereka
mensyukuri nikmat kemakmuran yang telah diberikan Tuhan kepada mereka, Pintu
syukur yang pertama ialah sadar kembali bahwasanya mempersekutukan yang lain
dengan Allah adalah suatu dosa yang sangat besar. Sebab itu berkata Shalih
selanjutnya “Maka mohonkanlah ampun kepada kepada-Nya”. Meminta ampun kepada
Tuhan sesudah menyadari bahwa langkah sudah salah. Allah yang menganugerahi
kemakmuran, lalu yang lain disembah:”Kemudian itu taubatlah kepada mereka”.[3]
2.
Tafsir Ibnu Katsier
Tafsirannya: Allah berfirman, “kami
telah mengutus kepada kaum tsamud seorang rasul, ialah saudara mereka sendiri
Shaleh, yang berseru kepada mereka agar hanya menyembah kepada Allah.yang telah
menciptakan mereka dari tanah dan menjadikan mereka berkuasa diatasnya,
mengelola untuk kepentingan hidupnya. Shaleh berkata “beristigfarlah kamu dari
dosa-dosa kamu yang lalu, kemudian bertaubatlah sesungguhnya tuhanku itu dekat
dan mendengar setiap doa-doa hamba-hambanya serta memperkenankannya. Kaum
tsamuh adalah penduduk “al-Hijr” kota yang terletak antara tabuk dan Madinah.[4]
3.
Tafsir Al-Misbhah
Kata (أَنْشَأَكُمْ) mengandung makna mewujudkan serta mendidik dan
mengembangkan.objek kata lain manusia dan binatang. Kata (اسْتَعْمَرَكُمْ) terambil dari kata(amaro) yang berarti memakmurkan. Kata
tersebut juga diambil dari antonym (khorab) yakni kehancuran. Ibnu kasir
memahaminya menjadi kamu pemakmur-pemakmur dan pengelola pengelola.
Thabathaba’I memahami kata (أَنْشَأَكُمْ مِنَ
الْأَرْضِ)dalam arti mengelola
bumi sehingga beralih menjadi suatu tempat kondisi yang memungkinkan manfaatnya
yang di petik seperti membangun pemukiman, masjid tempat ibadah tanah untuk
pertanian dll.
Kata (مُجِيْبٌ) terambil dari kata(aajaba) yakni jawaban. Kata mujib adalah
pelaku menjawab.Ulama berpendapat bahwa kata itu artinya memohon, memotong
permohonan dan menghentikannya dengan jalan mengabulkannya.
Kalau Allah yang mengabulkan doa dan
harapan itu dilukiskan oleh ayat di atas dengan kata (قَرِيبٌ )maka itu mengisyaratkan
tidak perlu berteriak mengeraskan suara ketika berdoa.
الْمُعْتَدِينَيُحِبُّلاَإِنَّهُوَخُفْيَةًتَضَرُّعًارَبَّكُمْادْعُواْ
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.[5]
C.
Sifat Wajib dan Jaiz Allah
Dengan ayat surat hud ayat 61 kita diperintahkan untuk menyembah
kepada Allah, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT dengan artian
kita disini diperintahkan untuk beribadah pada Allah, dengan cara kita bertaqwa
menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Seperti ibadah
mahdhah adalah ibadah langsung hubungannya dengan Allah seperti shalat, puasa,
zakat dan haji. Ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah secara tidak langsung atau
melalui kebaikan sesama manusia atau semua yang tidak termasuk ibadah langsung
di sebabkan niat yang ikhlas atas perbuatan itu, baik dengan alam, binatang,
tumbuhan.
Memiliki ketakwaan, ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena
ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah
SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan
untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut
timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan
sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban
adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari
pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.
Dengan Ibadah kepada Allah kita terhindar dari kemaksiatan. Ibadah
memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh
kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan
berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun
manusia beribadah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahwa ibadah itu merupakan perbuatan
atau pernyataan tentang bukti ke patuhannya terhadap Allah yang di dasarkan
oleh peraturan agama serta hati yang ikhlas. Cara melakukan ibadah sangat
banyak baik itu yang khusus maupun yang umum asal dengan hati yang ikhlas.
Ruang lingkupnya juga sangat luas.
Kita sebagai khalifah wajib untuk merawat bumi ini atau memakmurkan bumi
sebagai bukti ketaatan kepada Allah.
Beribadah kepada Allah harus
dilakukan dengan hati yang ikhlas dan kesungguhan hati agar kita selamat dunia
dan selamat di akhirat
B.
Saran
Sangat disarankan bagi pelajar
khususnya mahasiswa untuk mempelajari TAFSIR TARBAWI I secara komprehensif
tentang tafsir menerjemahkan surah HUD ayat 61 tentang ibadah kepada Allah SWT.
Selain sebagai penambah wawasan keilmuan, juga menambah ketaqwaan kita kepada
Allah. Studi ini juga sangat berkaitan erat dengan studi praktik dan tafsir.
Semoga kehadiran makalah ini memberi manfaat bagi para pembaca. Hanya kepada
Allah kita memohon hidayah dan taufiq.
Daftar Pustaka
Shihab,
M.quraish.2005. Tafsir al-misbah. Jakarta:lentera Hati.
Bahreisy,
salim dkk.1988.Terjemahan singkat tafsir ibnu katsier jilid lv.Surabaya:PT bima
ilmu.
Hamka.
2002. Tafsir Al-Azhar juz XII, Jakarta: Pustaka panjimas
http://donielibra.wordpress.com/makalah-lengkap-study
-islam-tentang-ibadah/htm=1? Rabu 03 Oktober 16:00.
BIODATA
Nama :
M. Riza Fahmi
TTL :
Pekalongan, 22 Juni 1998
Alamat : Jl. Mayjend Sutoyo,
Desa Waru Lor RT 09/RW 06 No. 49
Kec. Wiradesa Kab. Pekalongan
Fakultas/Jurusan :
FTIK/PAI
Status :
Mahasiswa IAIN Pekalongan
Riwayat Pendidikan :
- MIS
Salafiyah WaruLor (2005-2011)
- MTs
Salafiyah Wiradesa (2011-2014)
- SMK
Ma’arif NU Tirto Pekalongan (2014-2017)
[1] http://donielibra.wordpress.com
[3] Prof. Dr. Hamka, Tafsir AL-Azhar juz XII, (Jakarta: Pustaka
Panjimas,2002), hlm 82-85
[4] Terjemahan singkat Tafsir Ibnu Katsir jilid LV, salim bahreisydkk.
(Surabaya: pt bima ilmu, 1988), hlm 308-309
[5] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2005),
hlm 284-286.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar