Laman

new post

zzz

Jumat, 26 Oktober 2018

TT A H2 SUBYEK PENDIDIKAN MAJAZI ”NABI SEBAGAI RAHMATAN LIL’ALAMIN”


SUBYEK PENDIDIKAN MAJAZI
”NABI SEBAGAI RAHMATAN LIL’ALAMIN”
(QS. Al-Anbiya’ : 107)
Ifa Yulianna  (2117074)
Kelas : A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang masalah
Setiap sesuatu nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah swt. kepada hamba-Nya, baik yang bersifat umum ataupun yang bersifat khusus, semua itu adalah buah dari rahmat Allah swt, baik berupa kesehatan, harta benda, istri yang cantik, suami yang tampan, anak-anak yang sholeh/sholihah, ilmu yang bermanfaat dan sebagainya. Itu menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat kasih sayang terhadap semua makhluk. Allah menurunkan agama Islam kepada nabi Muhammad dan menyampaikannya secara damai dan tentram penuh dengan rahmat. Dengan demikian bahwa Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin. Nabi Muhammad pembawa rahmat untuk semesta alam, bukan untuk orang Arab saja dan tidak pula untuk kaum muslimin saja, akan tetapi untuk segenap makhluk di bumi ini. Oleh karena itu Nabi Muhammad di utus Allah sebagai rahmatan lil alamin yaitu pembawa rahmat bagi seluruh alam semesta.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hakikat dari rahmatan lil alamin?
2.      Apa dalil yang menunjukkan bahwa nabi Muhammad sebagai rahmatanlil alamin?
3.      Bagaimana seorang pendidik yang penuh kasih sayang?

C.    Tujuan
1.      Memahami hakikat dari rahmatan lil alamin.
2.      Mengetahui dalil nabi sebagai rahmatan lil alamin serta tafsirnya.
3.      Mengetahui bagaimana pendidik yang penuh kasih sayang.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Rahmatan lil alamin
Menurut arti bahasa, bahwa rahmat itu berasal dan kata rahima yang berarti kasih sayang. Adapun yang dimaksud dengan istilah syar’iyyah ialah: kasih sayang (karunia) Allah yang dilimpahkan-Nya kepada semua makhluk-Nya.[1] Nabi Muhammad saw. pembawa rahmat untuk semesta alam, bukan untuk orang Arab saja dan tidak pula untuk kaum muslimin saja, akan tetapi untuk segenap makhluk di bumi ini Allah memberikan manusia berupa nikmat sehat, ilmu yang bermanfaat, harta yang cukup, anak yang shalih-shaliha itu semua merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada umatnya.
Agama Islam diberikan kepada nabi Muhammad sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dimana Islam membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta. Islam datang dengan rahmat dan memberi kebahagiaan kepada umatnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah Muhammad SAW telah mencerminkan sikap kasih sayang (rahmat)nya terhadap anak-anak, rakyat bawahan; terhadap orang-orang tua, dengan mencintai dan menyantuni mereka. Terhadap orang-orang yang lemah ekonominya atau lemah keadaan sosialnya, beliau menunjukkan kasih sayangnya dengan membela nasib mereka dari tindakan kesewenang-wenangan serta penghisapan dengan memberikan hak-hak mereka, menegakkan dasar-dasar keadilan dan lain sebagainya.
Dengan demikian dapat dikatakan dengan adanya Islam bahwa nabi Muhammad datang sebagai pembawa rahmat dan kasih sayang kepada seluruh alam semesta. Kehadirannya membahagiakan seluruh umat dan tidak pernah membawa petaka kepada siapapun.

B.     Dalil Nabi sebagai Rahmatan lil’alamin

Dalil nabi Muhammad sebagai rahmatan lil alamin terdapat dalam surat Al-Anbiya’ ayat 107.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
 Artinya :
“ Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” QS. Al anbiya : 107.
Tafsir Ayat
v  Tafsir Al-Maraghi
Tidaklah Kami mengutusmu dengan membawa pelajaran ini dan yang serupa dengannya berupa syari’at dan hokum yang merupakan sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat, kecuali agar kamu menjadi rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam urusan dunia dan akhirat mereka. Hal ini sesuai dengan hadis rasulullah yang artinya “ sesungguhnya Allah telah mengutusku untuk menjadi rahmat dan petunjuk”.
     Hal ini dapat dijelaskan, bahwa Rasulullah saw diutus dengan membawa ajaran yang mengandung kemaslahatan di dunia dan di akhirat. Hanya saja, orang kafir tidak mau memanfaatkannya dan berpaling darinya akibat kesiapan dan tabiatnya yang telah rusak, tidak menerima rahmat ini dan tidak mensyukuri nikmat ini, sehingga dia tidak merasakan kebahagiaan dalam urusan agama maupun dalam urusan dunia.[2]

v  Tafsir Al-Azhar
Yang telah tertulis di tafsir “Di bawah lindungan Al-Qur’an” karangan Almarhum Syahid fi sabilillah Sayid Quthub “ system ajaran yang dibawa Muhammad saw adalah system yang membawa bahagia bagi manusia seluruhnya dan memimpinnya kepada kesempurnaan yang telah dijangkakan baginya dalam hidup ini”.
Risalah Muhammad datang kepada kemanusiaan setelah dia sampai ke zaman kedewasaan akal. Dia datang sebagai sebuah kitab yang selalu terbuka untuk segala turunan demi turunan, generasi demi generasi. Dia mengandung pokok-pokok ajaran manusia yang tidak berubah-ubah, bersedia menerima keperluan hidup yang selalu baru, yang diketahui oleh Pencipta manusia sendiri. Dia itu sangat halus dan teliti.
Kitab yang dibawa Muhammad ini telah meletakkan dasar yang tetap bagi hidup kemanusiaan yang selalu berubah. Diberi kesempatan bagi manusia mempergunakan ijtihad menyesuaikan pertumbuhan dan perkembangan dengan hokum yang tetap itu, atau mengmbalikan yang cabang kepada yang pokok dengan tidak usah ada pembenturan. Kedatangan Muhammad membawa syariat yang berisi rahmat itu.
Rahmatnya yang lebih penting lagi adalah dengan adanya kemerdekaan barfikir, sehingga akal tidak takut untuk maju. Diakui bahwa hasil pemikiran tidaklah selalu tepat, asal ada niat yaitu mendekati kebenran. Apabila hasil pemikiran itu benar yakni mendapat dua pahala yakni pahala berpikir dan pahala mendapat kebenaran. Tetapi apabila hasilnya tidak tepat, pahala satu tetap ada yakni pahala kepayahan berfikir. Rahmat dari risalat (misi) Nabi Muhammad adalah keseimbangan diantara kesuburan rohani dan jamani. Bukan mendapat rohani enderita karena ingin kesucian rohani. Yang dipikulkan ke atas pundak manusia tidak lebih dari kesanggupannya.
Pokok ajaran Islam adalah kemuliaan yang hendak dicari hanya satu, yaitu kemuliaan di sisi Allah, karena iman dan amal shaleh bukan perbedaan warna kulit atau martabat. Ajaran Islam menjadi rahmat bagi kemanusiaan karena Islam mempersamakan hak manusia dimuka pengadilan.[3]

C.    Pendidik Penuh Kasih Sayang
Dalam hal pendidikan, kasih sayang harus mendasari semua upaya dalam membawa anak menuju tujuannya yaitu kedewasaan. Orang tua sudah seharusnya menumpahkan kasih sayang terhadap anaknya selama mereka membimbingnya sampai mencapai dewasa. Begitu juga guru sebagai pendidik, harus menyadari bahwa kasih sayang merupakan syarat mutlak dalam melakukan interaksi dengan anak didiknya. Tanpa kasih sayang, pendidikan tidak akan bermakna apa-apa. Rasulullah sendiri merupakan pendidik yang penuh kasih sayang. Beliau merupakan seorang yang halus perasaanya dan penyayang.  Seorang pendidik harus mempermudah peerta didik dan tidak mempersulit peserta didik, karena Islam sendiri merupakan agama kasih sayang, mudah, dan damai.




D.    Aspek Tarbawi
1.      Sebagai seorang pendidik senantiasa menjadi pendidik yang penuh kasih sayang, tidak mudah marah, dan selalu memudahkan peserta didik.
2.      Sebagai seorang siswa senantiasa belajar dengan baik dan rajin.
3.      Senantiasa menyayangi alam dan tidak merusaknya.























BAB III
    PENUTUP

A.    Kesimpulan
Nabi Muhammad saw merupakan pembawa rahmatan lil alamin yaitu pembawa rahmat bagi seluruh makhluk yang ada di alam semesta, yaitu bagi seluruh muslimin dan untuk manusia yang menaati beliau, tak terkecuali bagi tumbuhan dan hewan. Kedatangannya membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umatnya. Dengan perilaku beliau yang baik kepada seluruh orang muslimin maupun non muslim mampu mewujudkan suasana kedamaian, ketentraman dan kesejahteraan. Dalam hal mendidik nabi Muhammad merupakan pendidik yang penuh kasih sayang, terlihat beliau tidak pernah mempersulit dan selalu mempermudah, serta perkataan beliau yang lembut dan tenang sehingga dapat dipahami dengan mudah.















DAFTAR PUSTAKA

Hamka. 1981, Tafsir Al-Azhar. Surabaya : Yayasan Latimojong
Musthafa, Al-Maraghi Ahmad. 1989. Tafsir Al-Maraghi. Semarang : CV TOHA                PUTRA SEMARANG.

BIOGRAFI



NAMA                        : IFA YULIANNA
ALAMAT                   : ROWOKEMBU, WONOPRINGGO PEKALONGAN
SEKOLAH                 :IAIN Pekalongan
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1.      RA Muslimat NU Rowokembu Timur
2.      SD Islam YMI Wonopringgo 02
3.      MTs. YMI Wonopringgo
4.      SMAN 1 Kedungwuni




[1] http://teguhsupriyadi.blogspot.com/2011/02/nabi-muhammad-saw-pembawa -rahmatan-lil.html

[2] Ahmad Mustafa AL-Maraghi,  Tafsir Al-Maraghi , (Semarang: CV TOHA PUTRA SEMARANG, 1989) hlm. 127
[3] Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Surabaya : Yayasan Latimojong, 1981) hlm. 153-154

Tidak ada komentar:

Posting Komentar