TUJUAN PENDIDIKAN GENERAL
“MAKMURKAN KEHIDUPAN”
Diky Yusuf Setiyadi
NIM: 2117380
Kelas (L)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2018
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya memperlakukan manusia untuk
mencapai suatu tujuan. Perlakuan itu akan manusiawi apabila mempertimbangkan
kapasitas dan potensi-potensi yang ada pada manusia. Suatu usaha yang tidak
mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. ibarat seseorang yang
bepergian tak tentu arah maka hasilnya pun tak lebih dari pengalaman selama
perjalanan.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan
pendidikan yang benar dan berkualitas, individu – individu yang beradab akan
terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya,
sekalipun institusi – institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan
fasilitas, namun institusi tersebut masih belum memproduksi individu yang
beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya
manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan. Pendidikan
dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi. Sistem
pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki
status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan
mereka sebagai individu yang beradab.
Agama Islam memiliki tujuan yang lebih komprehensif
dan integrative dibanding dengan sistem pendidikan sekular yang semata-mata
menghasilkan para anak didik yang memiliki paradigma yang pragmatis.
Dalam makalah ini saya berusaha menggali dan
mendeskripsikan tujuan pendidikan dalam Islam secara induktif dengan melihat
dalil naqli yang sudah ada dalam al–Qur`an, sehingga diharapkan tujuan
pendidikan dalam Islam dapat diaplikasikan pada wacana dan realita kekinian. Dalam
makalah ini kami akan menguraikan tafsir tentang ayat-ayat yang berhubungan
dengan tujuan pendidikan, yaitu pada QS. Al – Baqarah [2]: 201
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana penjelasan tentang tujuan
pendidikan mengenai kemakmuran dan kehidupan dunia?
2.
Bagaimana dalil memakmurkan kehidupan dunia?
3.
Bagaimana penjelasan mengenai makmur pintu
damai sejahtera?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui tujuan pendidikan mengenai
kemakmuran dan kehidupan dunia;
2.
Mengetahui dalil memakmurkan kehidupan dunia;
3.
Mengetahui penjelasan mengenai makmur pintu
damai sejahtera.
PEMBAHASAN
A. Kemakmuran dan Kehidupan Dunia
Menurut Dr. Syauqi Ahmad Dunya
dalam bukunya berjudul Al-Iqtisad Al-Islami, aspek-aspek kehidupan dalam
pandangan Islam dibagi berdasarkan kebutuhan (al-Haajah) yang diatur
berdasarkan tujuan mendapatkan mashlahat dunia–akhirat, jasmani-ruhani,
materil-non materil, jangka pendek-jangka panjang dan sebagainya dalam varian
yang luas, namun proses pemenuhan kebutuhan berikut materialnya harus sesuai
dengan koridor yang Allah SWT tetapkan tentang halal-haram, mashlahat-mudharat
dan seterusnya.
Menurut Ibnu Taimiyah, kemakmuran
dalam persepsi Islam bertujuan untuk mencapai moral kehidupan yang baik. Beliau
juga menambahkan bahwa akan banyak sekali kewajiban agama yang tidak dapat
dijalankan jika kemakmuran belum dicapai. Dan masyarakat yang tidak mencapai
kemakmuran secara otomatis sulit menjalankan agamanya secara kaffaah
(totalitas) termasuk dalam hal ibadahnya kepada Allah SWT. Sehingga oleh sebab
itulah Islam sangat menganjurkan agar umat manusia mau mencapai kehidupan dunia
yang lebih baik (hasanat fid duniya) karena hal itu berkorelasi dengan upaya
mencapai hasanat fil akhirat.
Dalam pandangan Ibnu Taimiyah,
kemakmuran jauh berbeda dengan kekayaan semata. Kemakmuran lebih tinggi
kedudukannya daripada kekayaan, keduanya (antara kemakmuran dan kekayaan)
saling berinteraksi dan membutuhkan. Kekayaan akan meningkatkan hak, sementara
kemakmuran mengarahkan kepada upaya pencapaian kewajiban. Dan oleh sebab itulah
Islam berpandangan bahwa orang kaya adalah mitra potensial bagi orang miskin,
orang miskin sangat diperlukan oleh orang kaya.[1]
Dalam prakteknya pendidikan mampu
memakmurkan kehidupan, tidak hanya pada kemakmuran dunia yang akan didapat,
akan tetapi kemakmuran di akhirat kelak juga akan didapatnya. Jika diterapkan
dalam kehidupan artinya seseorang yang ilmunya makin banyak maka ia akan semakin
tahu diri, dia akan lebih menghormati antara satu sama lain, dan juga kepada
makhluk disekitarnya.
B. Dalil Memakmurkan Kehidupan Dunia
QS. Al-Baqarah,
2:201
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ
Artinya: Dan di antara mereka ada yang berdo’a, “Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami
dari azab neraka”.
QS. Al–Baqoroh ini berkaitan dengan sebuah
kisah yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya ada suatu kaum dari
masyarakat Badui yang datang ke tempat wuquf, lalu mereka berdo`a atau meminta segala sesuatu yang merupakan urusan
duniawi saja dan tidak menyebutkan urusan akhirat sama sekali.
Setelah mereka pergi, kemudian datanglah orang – orang
mu’min dan mereka mengucapkan : " رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار " dan ternyata Allah lebih
memuji orang–orang yang memohon kebaikan dunia dan akhirat kepada–Nya,
dibandingkan orang yang hanya memohon kebaikan dalam urusan duniawi semata.
Lalu Allah berfirman : وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُوْلُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار" " doa
ini meliputi berbagai kebaikan di dunia dan menjauhkan segala bentuk kejahatan.
Kebaikan di dunia mencakup segala permintaan yang bersifat duniawi, berupa
kesehatan, rizki yang melimpah, istri yang cantik dan sholihah, ilmu yang
bermanfaat, amal sholih, dan sebagainya yang tercakup dalam ungkapan para
mufassir, dan diantara berbagai pendapat para mufassir itu tidak ada
pertentangan, karena semuanya termasuk dalam kategori kebaikan duniawi.
Dalam kitab al-Maraghi dijelaskan bahwasanya yang
dimaksud dengan kebaikan di dunia yaitu kesehatan, wanita / istri yang
sholihah, anak–anak yang berbakti, ilmu serta pengetahuan. Sedangkan kebaikan
di akhirat yang dimaksud adalah surga atau ru’yatillah ta’ala pada hari kiamat.[2]
Kata منهم dalam
ayat ini berarti orang yang mencari kebaikan di dunia dan di akhirat secara
keseluruhan, para mufassir berselisih pendapat mengenai arti/maksud dari
“kebaikan” tersebut, apakah kebaikan tersebut diartikan sebagai kesehatan,
kecukupan, istri yang sholihah, anak yang berbakti, harta yang baik, ilmu
pengetahuan, ataupun ibadah dan ketaatan. Yang jelas, " حَسَنَةٌ " diartikan sebagai kehidupan
yang baik, jika kita melihat pada kehidupan seseorang yang baik, maka
kehidupannya pun akan bahagia di dunia. Maka barangsiapa yang
berdoa kepada Allah dengan doa yang ijmal/umum, maka memintalah pada
kebahagiaan di dunia dan akhirat serta kehidupan yang baik dalam keduanya
dengan membaca ayat ini : "
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّار
Sedangkan mengenai kebaikan akhirat, maka yang
tertinggi adalah masuk surga dan segala cakupannya berupa rasa aman dari
ketakutan yang sangat dahsyat, kemudahan hisab dan berbagai kebaikan urusan
akhirat yang lainnya.
Sedangkan keselamatan dari api neraka, dapat diartikan
sebagai perlindungan dari hal-hal yang menyebabkan kita masuk ke dalam neraka,
misalnya : perlindungan dari berbagai larangan dan dosa, terhindar dari
berbagai hal yang syubhat bahkan haram, dan lain-lain.
C. Makmur Pintu Damai Sejahtera
Menurut kamus
bahasa Indonesia, kesejahteraan dapat diartikan sebagai kata atau ungkapan yang
menunjuk kepada keadaan yang baik, atau suatu kondisi dimana orang-orang yang
terlibat didalamnya berada dalam keadaan sehat, damai, dan makmur aspeknya.
Makmur disini, berarti hidup kecukupan tanpa ada kekurangan. Dalam konteks
negara, kemakmuran adalah keadaan berkecukupan yang meliputi kehidupan seluruh
rakyatnya, sedangankan masyarakat yang makmur adalah masyarakat yang berada,
bahagia, mampu, kaya, sejahtera.[3]
Allah menetapkan
syari’at Islam untuk mewujudkan kehidupan yang adil dan makmur dalam segala
Hidup sejahtera
dapat diperoleh dengan mental yang hanya bergantung kepada sang Khalik, yaitu
dengan beriman dan bertakwa kepada-Nya. Selain itu, Allah juga menganjurkan
untuk menyiapkan generasi penerus yang kuat, baik kuat ketakwaanya maupun kuat
ekonominya. Oleh karena itu, siapa yang mau melakukan amal kebaikan, beriman,
serta bertakwa kepada Allah. Maka, Allah telah menjajikan balasan berupa
kebahagiaan hidup di dunia dan pahala atau kebahagiaan di akhirat. Kehidupan
yang baik dapat diartikan sebagai kehidupan yang nyaman, damai, tentram,
rezeki, dan sebagainya.
Adapun cara-cara
untuk mencapai pintu damai dan sejahtera antara lain dengan mengaplikasikan
unsur-unsur murni dalam kehidupan kita, yaitu dengan keimanan yang tinggi, amal
sholeh, taqwa, Al- amr bi al-ma’ruf wa al nahy ‘an al-munkar, akhlak yang
terpuji.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah lebih memuji orang–orang yang memohon kebaikan
dunia dan akhirat kepada–Nya, dibandingkan orang yang hanya memohon kebaikan
dalam urusan duniawi semata. Lalu Allah berfirman : وَمِنْهُمْ
مَنْ يَقُوْلُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار" " doa ini meliputi berbagai
kebaikan di dunia dan menjauhkan segala bentuk kejahatan.
Kebaikan dalam bentuk
apapun tanpa didasari ilmu, niscaya tidak akan terwujud. Baik berupa kebaikan
duniawi yang berupa kesejahteraan, ketenteraman, kemakmuran dan lain
sebagainya. Apalagi kebaikan di akhirat tidak akan tercapai tanpa adanya
pengetahuan yang memadai. Karena segala bentuk keinginan dan cita-cita tidak
akan terwujud tanpa adanya usaha dan pengetahuan untuk mencapai keinginan dan
cita-cita itu sendiri.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan serta wawasan pembaca. Penulis menyadari bahwa penulisan
makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar lebih baik kedepannya dalam penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://arifpmb.wordpress.com/2009/01/02/pandangan-islam-tentang-kemakmuran, diakses pada Sabtu, 06 Oktober
2018, jam 23.03
Musthafa, SyekhMuhammad. 1986. Terjemah
Tafsir Al-Maraghi. Yogyakarta: Sumber Ilmu.
Chirzin, Muhammad. 2017. Etika
Alquran menuju Masyarakat Adil dan Makmur. Al-Quds: Jurnal Studi Al Qur’an
dan Hadis vol 1, no 2.
Nama Lengkap : Diky Yusuf Setiyadi
Nama Panggilan : Diky
Tempat, Tanggal Lahir : Pemalang, 23 Desember 1999
Anak ke : 2 dari 3 bersaudara
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Keluarga : Anak Kandung
Alamat : Desa Muncang Kec. Bodeh Kab. Pemalang
Riwayat Pendidikan :
1. TK Handayani XII Muncang
2. SDN 03 MUNCANG
3. SMP N 1 BODEH
4. SMA N 1 KESESI
5. IAIN PEKALONGANG (Dalam Proses)
[1] https://arif
pmb.wordpress.com/2009/01/02/pandangan-islam-tentang-kemakmuran
[2] Syekh Muhammad Musthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi,(Yogyakarta:
Sumber Ilmu, 1986) hlm 134
[3] Muhammad Chirzin, Etika Alquran menuju Masyarakat Adil dan Makmur, Al-Quds:
Jurnal Studi Al Qur’an dan Hadis vol 1, no 2, 2017, hlm 7-8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar