Laman

new post

zzz

Sabtu, 02 Maret 2019

UQ C 3b MUSHAF AL-QUR’AN AL- UTSMANI

MUSHAF AL-QUR’AN AL- UTSMANI
M. GALIH SARTIO
NIM. (2318036)
Kelas C 

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum W.r Wb.,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat yang begitu banyak, terutama nikmat sehat wal afiat ,sehingga dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya yang berjudul “MUSHAF UTSMANI”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para sahabat, tabiin, serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Hufron,M.S.I,selaku dosen mata kuliah Ulumul Qur'an dalam kegiatan  belajar mengajar, atas tugas yang diberikan sehingga mampu memberikan wawasan pengetahuan mengenai Mushaf Al-Qur’an Al-Utsmani. Dan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, semoga bantuan dari pihak yang terlibat mendapat balasan dari Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda.
Makalah ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan senang hati kami menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna perbaikan penulisan makalah ini. Dengan demikian, semoga makalah ini mampu menambah pemahaman pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb.




Pekalongan, 04 Maret 2019

Penulis




DAFTAR ISI
HALAMAN  JUDUL……………………………………………..……..  i
KATA PENGANTAR………………………………………….….……. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………….…… iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG………………………………...……….. 1
1.2 TEMA/SUB TEMA…....………………………………...…….. 1
1.3 RUMUSAN MASALAH……………………………..………... 1
1.4 TUJUAN……………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN MUSHAF UTSMANI…….… 2
            2.2 RELASI MUSHAF UTSMANI DENGAN
MASYARAKAT ARAB...................………………………….. 3
2.3 PEMAKNAAN KONSEP ISLAM
      DALAM MUSHAF UTSMANI……..........................………. 4

BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN…………………………………………...…….. 5
3.2 SARAN......................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA………………………………………....……………. 6
LAMPIRAN.................................................................................................... 7




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Al-Qur’an hanya berada di dada-dada kaum muslimin. Ada juga yang ditulis di pelepah-pelepah kurma, batu putih yang tipis dan halus, dan lain sebagainya. Keadaan tersebut membuat kaum muslimin membaca Al-Qur’an dengan dialek yang berbeda. Mungkin tidak setiap muslim mengetahui bahwa Al-Qur’an yang banyak dibaca saat ini dulunya adalah berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an yang berserakan. Namun, akhirnya lembaran ayat berserakan tersebut dikumpulkan, terdapat beberapa mushaf setelah Nabi wafat salah satunya adalah Mushaf Ustmani.
Mushaf Al-Qur’an hasil kodifikasi masa pemerintahan Khalifah Ustman bin Affan adalah teks standar yang final historisitas dan otentisitasnya tidak diragukan lagi, begitu juga dengan jumlah salinan mushaf tersebut bagi sebagian Ulama Muslim tidak menjadi masalah yang jelas mushaf tersebut telah selesai disalin.

1.2 Sub Tema
Sub tema dalam makalah ini membahas tentang “Mushaf Al-Qur'an Al-Utsmani”,yang dimana pembahasan ini membahas tentang sejarah pembentukan Mushaf Utsmani yang sekarang menjadi pedoman bacaan Al-Qur’an saat ini.

1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pembentukan Mushaf Al-Qur’an Utsmani ?
2. Mengapa perlu adanya relasi Mushaf dengan masyarakat Arab ?
3. Bagaimana pemaknaan konsep Islam dalam Mushaf Utsmani ?

1.4 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pembentukan Mushaf Utsmani
2. Untuk memberikan informasi mengenai hubungan Mushaf dengan masyarakat
3. Untuk menambah wawasan pengetahuan dalam memaknai Mushaf Utsmani








BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kronologis Penulisan Mushaf Al-Qur’an Al-Utsmani
Sekitar tahun 610
Kerasulan Muhammad diteguhkan
Wahyu turun pertama kali di Gua Hira
Diteruskan secara lisan dan akhirnya secara tertulis
610 - 632
Muhammad SAW di Mekah dan di Madinah
Wahyu terus turun melalui berbagai kesempatan
Disampaikan secara lisan,sesudah dihafal sejumlah orang lalu ditulis oleh para sahabat,langsung di bawah pengawasan Nabi sendiri
632
Rasul wafat
Wahyu terakhir turun beberapa hari sebelumnya
Wahyu secara selengkap telah diturunkan,baik dalam ingatan para sahabat maupun catatan sahabat
632-634
Abu bakar


633
Perang yamamah para hufaz atau penghafal Alquran banyak yang tewas,sekitar 70 penghafal Al Quran gugur dalam peperangan
Abu bakar menyuruh Zaid bin Tsabit, menyiapkan kopi tunggal dari semua Wahyu yang diturunkan.Selama tahun pertama/kedua setelah Rasul seluruh Wahyu dikumpulkan dalam satu mushaf
Zaid bin Tsabit menyusun seluruh Wahyu dalam bentuk shuhuf,baik melalui sumber lisan maupun tulisan.Masing-masing bagian perlu kesaksian dua orang sahabat yang mengetahui sehingga dapat dijamin
634-644
Masa kekhalifahan Umar bin Khattab

Shuhuf tetap di tangan Umar bin Khattab
644-656
Masa kekhalifahan Utsman bin Affan

Shuhuf tetap disimpan oleh Hafsah binti Umar
653
Kampanye terhadap Armenis dan Azerbaijan
Terjadi perbedaan serius di antara sesama muslim tentang cara membaca Alquran yang benar.Usman menegasi Zaid bin Tsabit dan 3 orang sahabat mengumpulkan suhuf yang disimpan di tangan Hafsah.
beberapa kopi dari seluruh Wahyu sudah ada di daerah-daerah Muslim
Zaid dan tiga orang sahabat menyiapkan sejumlah kopi dari shuhuf kopi tersebut lalu dikirim ke berbagai wilayah muslim guna menggantikan shuhuf yang sudah ada dan beredar di kawasan tersebut suhuf asli dikembalikan kepada Hafsah dan Utsman sendiri menyimpan sebuah salinan

            Penulisan kedua ini didasarkan pada dialek Arab suku Quraisy,Utsman hanya menyisakan satu bacaan dari banyak bacaan Al-Qur’an yang digunakan saat itu.Alasan tersebut karena memang Al-Qur’an diturunkan dengan dialek bangsa Quraisy.Mushaf ini diperbanyak dan dikirim ke berbagai kota penting di wilayah kekuasaan Islam pada tahun 25 Hijriah,Sehingga Mushaf ini dikenal hingga saat ini dengan sebutan “Mushaf Utsmani” atau “Rasm Utsmani”

2.2 Relasi Mushaf Utsmani dengan Masyarakat Arab Kekinian
Tema utama masyarakat adalah persoalan kebangkitan arab dengan fokus persoalan tradisi dan modernitas.yang dimaksud tradisi dalam hal ini adalah hasil pemikiran ulama klasik terhadap Al Quran Mushaf Utsmani yang cenderung memahami secara harfiah dan sakral dan bahkan acapkali diyakini sebagai representasi kebenaran mutlak sebagaimana dimaksudkan Tuhan.Sedangkan modernitas adalah seluruh fenomena alam yang hadir dari dunia barat baik yang bersifat maknawi seperti sains maupun yang bersifat material seperti teknologi.
Menyikapi problem tradisi dan modernitas di dunia Arab,Muncul tiga kelompok intelektual dengan tiga model wacana.Pertama,kelompok intelektual yang menghilangkan dunia Arab lupa sama sekali dari tradisi masa lalunya karena tradisi masa lalu tidak lagi memadai bagi kehidupan Arab kontemporer.Kedua,kelompok yang menginginkan bersikap akomodatif,dengan mereformasi tradisi yang selama ini di gelutinya.
Tradisi menurut mereka masih mempunyai nilai tawar yang tinggi bagi dunia tetapi ada beberapa sisi yang perlu direkonstruksi bukan malah dibabat habis karena tidak ada negara yang bangkit dari tradisi orang lain. Ketiga,kelompok intelektual yang menginginkan agar dunia Arab kembali kepada Islam murni khususnya aliran salaf dengan slogan kembali pada Alquran mushaf Utsmani dan hadits mereka berasumsi bahwa kegagalan dunia Arab karena mereka meninggalkan Alquran hadits dan mengambil secara total tradisi dunia luar modern yang bukan dari dunia Islam
Pertarungan tiga model pemikiran ini menyiratkan relasi Mushaf Utsmani dengan budaya lokal Arab saat ini masih problematis,yakni antara mengikuti tradisi dan meninggalkan modernitas,mengambil salah satu saja atau membiarkan keduanya.Kendati aliran yang merancang kan kembali pada tradisi masih dominan hingga saat ini,setidak-tidaknya aliran lain mulai menanamkan pengaruhnya di kalangan intelektual Arab, khususnya di kalangan mudanya

2.3 Pemaknaan Konsep Islam dalam Mushaf Utsmani
Dalam Al-Qur’an,bentuk kata yang berkaitan dengan “Islam” berbeda-beda baik dari segi kata maupun makna.Kata “Islam” dalam Al-Qur’an berakar dari kata “s-I-m” dan dari akar kata ini dapat diturunkan berbagai bentuk kata.Akar kata ini berarti “merasa aman,utuh,dan integral” .Karena kata cabang yang diturunkannya dari akar kata ini berbeda-beda,tentu maknanya juga mengalami perbedaan dan bahkan plural.Dari akar kata yang berbeda-beda itu makna kata Islam dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kata “Islam” bermakna “Agama” kata Islam dengan makna ini disebutkan sekitar 50 kali,dengan pembagian 8 kali berbentuk kata benda,3 kali sebagai kata sifat laki-laki “muslim”,dan 39 kali disebutkan sebagai kata sifat jamak.Namun,ayat yang menunjukkan kata Islam sebagai agama dikemukakan hanya sebanyak 3 kali.

2. Kata cabang “Islam” seperti “Aslama” dan yang senada dengannya,bermakna ketundukan dan penyerahan diri.Disebutkan sebanyak 24 kali dalam Mushaf.Kata bentuk ini bermakna menyerahkan diri seperti aslama wajhahu lillahi yang berarti “menyerahkan diri” khususnya kepada Allah.
Pada masa pra Islam kata “Islam” berarti seorang laki-laki yang menyerahkan barang berharga miliknya yang sulit dilepaskan dan ditinggalkan,Kemudian diserahkan kepada seorang yang memintanya.Setelah dalam semantik Mushaf kata “aslama” selalu mengalami perubahan makna dari yang semula menyerahkan sesuatu pada seseorang,beralih menyerahkan sesuatu pada Allah.Khusunya dalam hal ibadah.

3. Bermakna kedamaian dengan bentuk kata “salam” yang dalam al-qur’an terdapat sekitar 157 kali,dengan rincian: berbentuk kata benda 79 kali, sebanyak 50 kali berbentuk kata sifat,dan berbentuk kata kerja sebanyak 28 kali. Atau dalam bentuk kata benda sebanyak 129 kali dan kata kerja 28 kali. Menurut Hanafi kata benda berarti “substansi” sedangkan kata kerja berarti “aksi”.
















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mushhaf Utsmani adalah mushhaf dari ayat-ayat Allah yang dikumpulkan kaum Muslimin pada zaman khilafah (pemerintahan) Sahabat Utsman bin ‘Affan. Orang yang pertama memberi gagasan akan dikumpulkan dan ditertibkan Al-Qur’an lalu dibukukannya adalah Umar Bin Khatab. Dan gagasanitu diterima oleh Abu Bakar setelah itu diteruskan pada zaman sayyidina Usman. Kholifah Usman memerintahkan untuk menganti mushaf  sesuai dengan lisan Quraysh, sebab al-Qur’an diturunkan dengan lisan Quraisy.
Usaha Usman yang sungguh-sungguh jelas tampak berhasil dan dilihat dari dua cara: pertama, tidak ada Mushaf di provinsi Muslim kecuali Mushaf ‘Utsmani yang telah menyerap ke darah daging mereka; dan kedua, Mushaf atau kerangka teks Mushafnya dalam jangka waktu empat belas abad tidak bisa dirusak. Sesungguhnya manifestasi Kitab Suci Al-Qur'an adalah benar-benar ajaib; interpretasi yang lain tidak berhasil. Khalifah berikutnya, mungkin meneruskan usaha nenek moyangnya, mengutus dan terus mengirim naskah Mushaf yang resmi, tetapi tidak ada naskah yang dikirim yang bertentangan dengan standar universal Mushaf Utsmani.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca dalam menambah ilmu pengetahuannya tentang Mushaf Ustmani.Dan pentingnya mempelajari mengenai Mushaf Utsmani untuk memperkuat keislaman. Segala kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun, akan menjadi acuan bagi penulis untuk memperbaiki segala kekurangan dalam penulisan makalah ini.




















DAFTAR PUSTAKA

Drajat, Amroeni.2017. Ulumul Quran : Pengantar Ilmu – Ilmu Al-Qur’an.Depok: Kencana.

Ghufron, Muhammad & Rahmawati.2013. Ulumul Quran : Praktis dan Mudah.Yogyakarta: Teras.

Hermawan, Acep.2016.Ulumul Quran : Ilmu Untuk Memahami Wahyu.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syadali , Ahmad & Ahmad Rofi’i.1997.Ulumul Qur’an II.Bandung: CV. Pustaka Setia.
Wijaya, Aksin.2017.Arah Baru Studi Ulum Al-Quran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


































LAMPIRAN

1. Biodata Penulis


· Nama : Muhammad Galih Satrio
· Tempat,Tanggal Lahir : Jakarta,25 Mei 2000
· Alamat : Kav PGRI,Kel Pejuang,Kec Medan Satria,Kota Bekasi
· Hobi : Membaca

2. Refrensi





Tidak ada komentar:

Posting Komentar