HERMENEUTIKA
AL-QUR’AN
Nur
Maszidah
NIM. 2318117
KELAS: E
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN
PEKALONGAN
2019
Puji syukur penulis atas kehadirat
Allah swt yang telah senantiasa memberikan kemudahan dan kelancaran, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hermeneutika Al-qur’an” sesuai
harapan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad saw, yang kita nantikan syafa’atnya di yaumil akhiraamiin.
Ucapan
terimakasih kami tujukan kepada Bapak Muhammad Hufron,M.Si, selaku dosen mata
kuliah Ulumul Qur’an atas tugas yang telah diberikan sehingga menambah wawasan
penulis tentang Hermeneutika Al-qur’an. Serta kepada semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini.
Makalah
ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
penulis dengan terbuka
menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga
makalah ini dapatmendatangkanmanfaatyaituberupailmu serta dapat membuka wawasan yang luas bagi mahasiswa. Amin yaa robbal
‘alamin.
Pekalongan,
21 Mare 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BABI PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang
Masalah........................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan............................................................. 2
D. Metode Pemecahan
Masalah................................................. 2
E. Sitematika Penulisan
Makalah............................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
A. Pengertian
Hermeneutika...................................................... 3
B. Sejarah Singkat
Hermeneutika.............................................. 4
C. Aliran-aliran
Hermeneutika Al-qur’an ............................ ...... 4
D. Perbandingan
hermeneutika dengan tafsir............................ 5
E.
Kontra hermeneutika Al-qur’an............................................. 6
BABIII PENUTUP................................................................................. 9
A. Simpulan................................................................................ 9
B. Saran ..................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 11
BIODATA
PENULIS................................................................................ 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
Akhir-akhir
ini di kalangan kaum muslimin terutama kaum modernis telah banyak memanfaatkan
Hermeneutika sebagai salah satu instrumen untuk menggali isi dan kandungan al
Quran. Dewasa ini, muncul upaya-upaya untuk mengaplikasikan hermeneutika
sebagai metode tafsir al-Quran menggantikan metode yang telah dirumuskan oleh
para ulama. Namun tentu saja, ide tersebut harus ditelaah dan dikritisi.
Penggunaan
hermeneutika dalam dunia penafsiran al Quran adalah hal baru yang belum pernah
dilakukan oleh para mufassir terdahulu. Dalam tradisi keilmuwan Islam telah
dikenal ilmu tafsir yang berfungsi untuk menafsirkan al Quran, sehingga ilmu
ini dianggap telah mapan dalam bidangnya. Dari segi epistemologi dan metodologi
ilmu ini telah diakui mampu mengembankan tugasnya untuk menggali kandungan al
Quran.
Penggunaan
Hermeneutika dalam penafsiran ayat-ayat al Quran mendapat tanggapan yang
beragam dari para ulama dan cendekiawan muslim. Ada yang menyetujuinya dan ada
pula yang menolaknya. Para filosof muslim tidak menelan mentah-mentah filsafat Aristoteles
atau Plato, akan tetapi mengkritisi bahkan memodifikasinya. Bagi mereka yang
menerima selama itu sesuai dengan akidah dan syariat Islam.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian hermenrutika?
2.
Bagaimna sejarah hermeneutika?
3.
Apa saja aliran-aliran hermeneutika Al-qur’an?
4.
Apa perbedaan hermeneutika dan tafsir Al-qur’an?
C.
Tujuan pembahasan
Setelah
mengetahui rumusan masalah, dapat diketahui tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui arti hermeneutika
2. Untuk mengetahui sejarah singkat
hermeneutik
3. Untuk mengenal lebih jauh tentang
hermeneutika Al-qur’an
D.
Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang
dilakukan melalui studi literatur atau metode kajian pustaka, yaitu dengan
menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi lainnya yang merujuk
pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai
dengan menentukan masalah yang akan
dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah
pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban
permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian
jawaban permasalahan.
D.
Sitematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I,
bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan pembahasan, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan
makalah; Bab II, adalah pembahasan; Bab III, bagian penutup yang terdiri dari
simpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hermeneutika
Secara
etimologis, kata hermeneutika (hermeneutic)
berasal dari kata Yunani, hermeneuein,
yang berarti menerjemahkan atau menafsirkan.[1]
Istilah tersebut merujuk pada seseorang tokoh mitologis yang disebut Hermes,
yaitu seseorang utusan dewa yang bertugas menerjemahkan pesan Yupiter yang
menggunakan bahasa langit agar lebih mudah dipahami oleh manusia yang
menggunakan bahasa bumi.[2]
Adapun secara terminologis, istilah hermeneutika dapat di definisikan sebagai
tiga hal,
1. Mengungkapkan pikiran seseorang dalam
kata-kata,menerjemahkan, dan bertindak sebagai penafsir.
2. Usaha mengalihkan dari suatu bahasa
asing yang maknanya gelap tidak diketahui ke dalam bahasa lain yang bisa
dimengerti oleh sipembaca.
3. Pemindahan ungkapan pikiran yang kurang
jelas, diubah kedalam bentuk ungkapan yang lebih jelas.
Secara ringkas,
hermeneutika ini bisa diartikan sebagai proses mengubah suatu situasi
ketidaktahuan menjadi tahu dan menerti.[3]
Istilah
hermeneutika dalam pemikiran Islam, pertama-tama diperkenalkan oleh Hasan
Hanafi dalam karyanya yang berjudul Les
Methodes d’exegese, Essai sur La Science des Fordements de la Comprehension,
Ilmu Ushul Fikih (1965), sekalipun tradisi hermeneutik telah dikenal luas dalam
berbagai bidang ilmu-ilmu islam traisional,terutama tadisi ushul fiqih dan
tafsir Al-qur’an. Rintisan Hasan Hanafi ini kemudian mendapat respon dan
dilanjutkan oleh pemikir-pemikir Muslim Kontemporer lainya seperti Nasr Hamid
Abu Zayd dengan Mafhum al-Nashnya.[4]
B.
Sejarah Singkat Hermeneutika
Pada awalnya hermeneutika digunakan oleh
kalangan agamawan. Melihat hermeneutika dapat menyuguhkan makna alam teks
kelasik, maka pada abad ke-17 kalangan gereja menerapkan telaah hermeneutis
untuk membongkar makna teks injil, ketika menemukan kesulitan dalam memahami
bahasa dan pesan kitab suci itu, mereka berkesimpulan bahawa kesulitan itu akan
terpecahkan oleh hermeneutika.Fakta ini dinisbatkan sebagai langkah awal
pertumbuhan hermeneutika menjadi sebuah gerakan interpretasi atau eksegesis
diawal perkembangannya.
Memasuki abad ke-20 kajian hermeneutika
semakin berkembang.sebagai metode interpretasi, hermeneutika sangat besar
pengaruhnya, artinya bagi keilmuan dan bisa diadopsi oleh semua kalangan.
Selanjutnya hingga abad ke-20 paling tidak hermeneutika dapat dipilih dalam
tiga kategori, yakni filsafat, kritik, dan teori.[5]
C.
Aliran-aliran Hermeneutika Al-qur’an
Meski secara terminilogis metode
hermeneutika al-Qur’an tergolong baru dalam hasanah tafsir, namun sampai saat
ini ilmu yang dalam perkembangannya menjadi bagian dari kajian filsafat ini
telah mengalami perkembangan signifikan ditangan para hermeneut muslim
kontemporer. Berbagai metode telah tersajikan untuk menyempurnakankerangka metodologis
ilmu-ilmu al-Qur’an. Pengelompokan aliran-aliran hermeneutik dalam kesarjanaan
muslim juga telah terpetakan. Dalam hal ini Sahiron Syamsuddin memetakan aliran
hermeneutika al-Qur’an menjadi tiga kelompok:
1. Quasi obyektivis tradisionalis, yakni
suatu pandangan bahwa al-Qur’an harus dipahami, ditafsirkan serta diaplikasikan
pada masa kini, sebagaimana ia juga telah dipahami, ditafsirkan dan
diaplikasikan pada situasi di mana al-Qur’an diturunkan pada Nabi Muhammad.
2. Quasi obyektivis modernis, aliran ini
juga memandang penting terhadap original meaning (makna asal), namun bagi
kelompok ini, makna asal tersebut hanya sebagai pijakan awal untuk melakukan
pembacaan terhadap al-Qur’an dimasa kini. Makna asal literatur al-qur’an tidak lagi dipandang pesan utama al-Qur’an.
3. Aliran subyektivis, yaitu aliran yang
meyakini langkah penafsiran sepenuhnya merupakan subyektivitas penafsir. Karena
itu setiap generasi berhak menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan[6]
D.
Mengenal Hermeneutika dan Tafsir Al-qur’an
Di kalangan umat islam,
penafsiran terhadap kitab suci al-Qur’an telah berjalan sejak ayat al-Qur’an
turun pada nabi Muhammad SAW , nabi sendiri telah menafsirkan beberapa ayat
al-Qur’an. Tafsir al-Qur’an yang langsung dilakukan oleh nabi adalah tafsir
bil-manqu. Dalam perkembangan selanjutnya para ulama menyusun sebuah disiplin
untuk penafsiran terhadap al-Qur’an,
yakni ulum al-tafsir. Akan tetapi, menurut kami ulum al-tafsir tidak dapat
diidentikkan dengan hermeneutika.
Mungkin secara bahasa ada kesamaan artinya hermeneutika itu sebenarnya berarti
penafsiran. Hanya sebatas makna lafdziyah ini dapat di terima. Akan tetapi jika
yang dikehendaki dengan istilah penafsiran sebagai satu sistem metodologi
penafsiran kitab suci, jelas tidak identik. Sebagai sebuah sistem ulum
al-tafsir atau ulum al-Qur’an terdiri dari unit-unit bahasan yang mana satu
dengan yang lain saling berhubungan. Di antara unit-unit itu adalah :
1. Kaidah memahami al-Qur’an, kaidah ini
membahas shorof dan nahwu.
2. Ayat muhkamat dan mutasyabihat.
3. Nasakh : nasih dan mansuh.
4. Bahasan mengenai manthuq dan mafhum.
5. Bahasan mengenai mafatih al-suwar.
6. Dan lain-lain.
Item-item di atas merupakan bagian
yang menjadi bahasan dalam ulum al- tafsir atau ilmu untuk menafsirkan
al-Qur’an. Dari tema-tema atau item-item bahasan tersebut menjelaskan kepada
kita, bahwa, pertama, ulum al-tafsir memiliki otonom yang mandiri dan
berbeda dari hemeneutika. kedua, sebagai suatu disiplin untuk
menafsirkan kitab suci, ulum al-tafsir tidak terpengaruh hermeneutika, dalam
sisi tata bahasa atau nahwu, secara umum, artinya tidak saja berlaku untuk
menafasirkan al-Qur’an tetapi juga untuk teks yang berbahasa Arab, sastra arab
mempunyai otonom sendiri.
Tidak hanya itu, aspek
kontekstualisasi juga tidak lepas dari perhatian beberapa pengkaji al-Qur’an
periode klasik. Kajian terhadap konsep
maslahah atau maqasid al-syar’iyah bisa dimasukkan dalam ranah ini. Maqasid
al-syar’iyah dimaksudkan bahwa setiap hasil penafsiran atau produk ijtihad
bener-benar mampu membawa kebaikan umat. Kitab-kitab ushul fiqh karya sarjana
muslim klasik telah memberikan porsi yang cukup signifikan mengenai hal ini.[7]
E.
Argumen Kontra Hermeneutika
E.Ada
beberapa problematika yang perlu
dijadikan pertimbangan ketika menjadikan hermeneutika diaplikasikan
sebagai tafsir Al-Qur’an dan inilah yang menjadi argumen bagi yang kontra
hermeneutika, yakni:
1.
Hermeneutika
berlandaskan pada pedoman bahwa segala penafsiran al-Quran itu relatif.
Padahal, fakta menunjukkan bahwa para mufasir sepanjang masa tetap memiliki
pedoman-pedoman pokok dalam menafsirkan al-Quran
2.
Para
ahli hermeneutika berpendapat bahwa mufasir bisa lebih mengerti lebih baik
daripada pengarang, mustahil dapat terjadi dalam al-Quran. Tidak pernah ada
seorang mufassir al-Qur’an yang mengklaim bahwa ia lebih mengerti dari pencipta
atau pengarang al-Quran, yaitu Allah SAW
3.
Konsep
hermeneutika yang berpedoman bahwa interpretasi teks yang berdasarkan doktrin
dan bacaan yang dogmatis harus ditinggalkan dan dihilangkan (deabsolutisasi)
juga tidak sesuai dengan ajaran Islam. Umat Islam meyakini bahwa al-Quran
adalah sebuah mukjizat dan berbeda dengan teks-teks biasa. Doktrin kebenaran
al-Quran semuanya bersumber kepada Allah dan menjadi syarat keimanan umat Islam
4.
Hermeneutika
yang mengatakan bahwa pengarang tidak mempunyai otoritas atas makna teks, tapi
sejarah yang menentukan maknanya juga tidak mungkin diaplikasikan pada
al-Quran. Seluruh umat Islam sepakat bahwa otoritas kebenaran al-Quran tetap
dipegang oleh Allah Swt. sebagai penciptanya. Realita juga menunjukkan bahwa
Allah, melalui al-Quran, justru mengubah sejarah, bukan dipengaruhi atau
ditentukan oleh sejarah. Di antara pengaruh al-Quran adalah fakta bahwa
al-Quran telah melahirkan sebuah peradaban baru yang disebut sebagai “peradaban
teks” (haḍarah al-nash)
5.
Tradisi
hermeneutika dalam Bibel memang memungkinkan. Terdapat berbagai macam Bibel dan
tiap-tiap Bibel ada pengarangnya. Tapi teks al-Quran pengarang adalah hanya
Allah. Karena itu metode hermeneutika yang diaplikasikan pada Bibel tidak mungkin
digunakan dalam al-Quran
6.
Bibel diliputi serangkaian mitos dan dogma
yang menyesatkan. Hal tersebut yang memicu penggunaan hermeneutika pada Bibel.
Sedangkan al-Quran itu pasti dan keasliannya selalu terjaga. Begitu pula
sejarah dan tradisi tafsir al-Quran. Karena al-Quran diciptakan oleh dzat yang
maha sempurna dan ditafsirkan oleh makhluk yang penuh keterbatasan, maka tidak
akan pernah ada kata sempurna tentang penafsirannya
7.
Orang
yang ingin menafsirkan al-Quran harus memenuhi beberap ketentuan seperti:
menguasai al-Sunnah, yaitu memahami sepenuhnya nash (teks) asSunnah, mengetahui
dan memahami kisah-kisah sejarah di
dalam al-Quran atau berita tentang berbagai umat manusia pada zaman dulu yang
bersumber dari Rasulullah Saw. Menguasai ilmu Tauhid, ilmu Fiqih, ilmu I’rāb
(gramatika), Ilmu Balaghah, dan lain sebagainya. Hal ini tidak berlaku untuk
hemeneutika.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
mengetahui definisi hermeneutika, manfaat, sejarah perkembangannya, dan
perbandingan dengan tafsir Al Qur’an dalam Islam, di penghujung makalah ini,
penulis menyimpulkan bahwa hermeneutika mempunyai latar belakang dan metode
yang berbeda bahkan cenderung bertentangan dengan karakter al- Quran, tafsir,
serta pandangan hidup Islam. Karena itu hermeneutika tidak dapat diterapkan
sebagai metode tafsir al-Quran. Mengapa?
1. Al Quran adalah kitab suci yang
merupakan firman Allah SWT. Padanya terdapat petunjuk dan hidayah bagi seluruh
umat manusia dan merupakan mukjizat, serta keotentikannya tidak terbantahkan karena
Allah swt sendirilah yang menjaga. Jika kita menerima hermeneutika sebagai
instrumen untuk menafsirkan al Quran, maka keyakinan tersebut akan runtuh.
2. Jika kita menerima Hermeneutika dalam
penafsiran al Quran maka akan muncul sikap syak (ragu) pada setiap kebenaran al
Quran.
3. Ulama telah menentukan metode dan alat
yang diperlukan untuk menafsirkan/ menginterpretasikan suatu ayat Al Qur’an
dengan standarisasi yang ketat, sehingga tidak memerlukan hermeneutika.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca dan
kami selaku pemateri mendapatkan manfaatnya. Dan apabila terdapat kekhilafan
dan kekurangan dalam penulisan atau penyajian makalah ini kami senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini lebih
bermanfaat di masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Faiz, Fakhrudin. 2002. Hermeneutika Qur’ani antara Teks,Konteks,dan Kontekstualisasi. Yogyakarta: Qalam.
Kurdi, dkk. 2010. Hermeneutika Al-qur’an dan Hadis.
Yogyakarta: eLSAQ.
Muslim ,Ahmad
Shobirin.2015.Problematika Hermeneutika
sebagai Metode Tafsir Al-qur’an.Jurnal Empirisma.24(1):47-55.
Saenong, Ilham B. 2002.
Hermeneutika Pembebasan Metodologi Tafsir
Al-qur’an Menurut Hasan Hanafi. Jakarta: TERAJU.
Sibawaihi. 2007. Hermeneutika Al-qur’an dan Fazlur Rahman.
Yogyakarta: Jalasutra.
Syamsudin, Sahiron,
dkk. 2003. Hermeneutika Al-qur’an.
Yogyakarta: Islamika.
REFERENSI
BUKU
BIODATAPENULIS
Nama:
Nur Maszidah
Tempat
Tanggal Lahir : Pekalongan, 03 November 2000.
Alamat
: Jl. Pelita lll no 7 rt 01 rw 09 Jenggot Gg 4 Pekalongan Selatan
NIM:
2318117
Kelas
: Ulumul Qur’an E.
Jurusan
: Pendidikan Guru MI.
Hobi
: Membaca.
[1] Sibawaihi,Hermeneutika Al-qur’an
dan Fazlur Rahman,(Yogyakarta:Jalasutra,2007),hlm.6
[2] Ilham B. Saenong,Hermeneutika
Pembebasan Metodologi Tafsir Al-qur’an Menurut Hasan Hanafi,(Jakarta:TERAJU,2002),hlm.xx
[3] Fakhrudin Faiz,Hermeneutika
Qur’ani antara Teks,Konteks,dan
Kontekstualisasi,(Yogyakarta:Qalam,2002),hlm.22
[4] Sahiron Syamsudin,dkk,Hermeneutika
Al-qur’an(Yogyakarta:Islamika,2003),hlm.60
[5] Sibawaihi,Hermeneutika Al-qur’an
dan Fazlur Rahman,(Yogyakarta:Jalasutra,2007),hlm.7
[6] Kurdi,dkk,Hermeneutika Al-qur’an
dan Hadis(Yogyakarta:eLSAQ,2010),hal.5
[7] Kurdi,dkk,Hermeneutika Al-qur’an
dan Hadis(Yogyakarta:eLSAQ,2010),hal.6
[8] Ahmad Shobirin Muslim,”Problematika
Hermeneutika sebagai Metode Tafsir Al-qur’an”.Empirisma.Vol.24No.1,Januari2015,hal47-55
ayo daftarkan diri anda di AJOQQ :D
BalasHapusmenangkan jackpot dengan sebanyak-banyaknya :D
Bagus, semoga manfaat kak
BalasHapusIf you're looking to lose fat then you certainly have to start using this totally brand new personalized keto meal plan diet.
BalasHapusTo create this keto diet service, licensed nutritionists, fitness trainers, and top chefs united to develop keto meal plans that are useful, convenient, economically-efficient, and delicious.
Since their first launch in January 2019, 100's of people have already transformed their body and well-being with the benefits a certified keto meal plan diet can give.
Speaking of benefits: in this link, you'll discover eight scientifically-certified ones given by the keto meal plan diet.