Laman

new post

zzz

Selasa, 08 November 2011

ilmu akhlak (7) Kelas F


MAKALAH
 
KONSEP dan APLIKASI 
KEBAIKAN, KEBAJIKAN dan KEBAHAGIAAN
 
Disusun guna memenuhi tugas :
 
Mata Kuliah                : Ilmu Akhlak
Dosen Pengampu        : M. Ghufron Dimyati, M.SI
 
Oleh kelompok 7
 
1.      ABDUL KHALIM                         : 2021 111 259
2.      SITI SURAHMI                            : 2021 111 260
3.      NURUL FADHILAH                     : 2021 111 261
4.      DZIKROTUL KHASANAH         : 2021 111 262
 
Kelas : F
 
TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN ) PEKALONGAN
2011
 
PENDAHULUAN

                                                                                                                                                                                          
          Dalam kehidupan setiap manusia pastilah diiringi oleh konsep kebaikan, kebajikan dan kebahagiaan. Ketiganya berjalan secara beriringan, tidak dapat dipisahkan karena merupakan kesatuan yang utuh. Berawal dari kebaikan kemudian berlanjut menjadi kebajikan dan berakhir pada kebahagiaan.
            Di dalam makalah ini akan membahas tentang konsep “APLIKASI KEBAIKAN, KEBAJIKAN DAN KEBAHAGIAAN” . Kami mengharapkan mudah-mudahan makalah kami kali ini, dapat membantu mahasiswa dalam memahami dan mempelajari materi terseut dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan yang nyata.




















PEMBAHASAN


A.    KEBAIKAN
Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang di inginkan, yang di usahakan dan menjadi tujuan manusia. tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut menuju kesempurnaan manusia. Kebaikan disebut nilai (vulue) bahwa nilai kebaikan itu di ukur oleh Agama, dan tidak oleh semata – mata oleh kepentingan Dunia[1]
Dalam etika, sebagai filsafat tingkah laku, antara lain dibicarakan apakah ukuran baik buruknya kelakuan manusia.yang dicari adalah ukuran yang bersifat umum, yang berlaku pada semua manusia. Pada garis besarnya teori – teori yang berkenaan dengan hal ini dapat digolongkan pada 2 golongan yaitu :
1.                  Teori Deontologis
Dalm teori ini tindakan yang dalam hal tertentu disebut juga etika situasi, pada pokoknya mengatakan bahwa setiap tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasaekan akibat atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri. Karena itu etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik.
2.      Teori Teleologis
Etiks teleologis justru mengukur baik buruknya perbuatan atau suatu tindakan berdasarkan dari akibat – akibat Yang ditimbulkan atau tujuan yang ingin dicapai.suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu yang baik.[2]
Tujuan akhir dari setiap manusia merupakan kebaikan tertinggi, baik manusia itu mencarinya dengan kesungguhan atau tidak. Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing manusia kearah tujuan akhir yaitu dangan melakukan perbuatan yang membuatnya baik sebagai manusia.[3]
Dalam melakukan kebaikan – kebaikan maka dibagi tipe – tipe kebaikan yaitu :
a.       Kebaikan – kebaikan Jasmani
  1. Kebaikan – kebaikan Eksternal.
c.       Kebaikan – kebaikan Tuhan

B.     KEBAJIKAN
Kebajikan merupakan kualitas kejiwaan, keadaan yang tetap sehingga memudahkan pelaksanaan perbuatan. Kebiasaan dalam pengartian yang sebenarnya hannya ditemukan pada manusia, karena hannya manusia yang dengan sengaja, bebas, mengarahkan kegiatannya.
Kebiasaan yang dari sudut pandang kesusilaan baik dinamakan kebajikan (virtue), sedangkan yang jahat, buruk, dinamakan kejahatan (vice). Kebajikan adalah kebiasaan yang menyempurnakan manusia. Kebajikan budi menyempurnakan akal menjadi alat yang baik untuk menerima pengetahuan. Bagi budi spekulartif kebajikan disebut pengertian, pengetahuan. Bagi budi praktis disebut kepandaian, kebijaksanaan..
Kebajikan pokok adalah kebajikan susila yang terpenting,meliputi :                        
1.      Menuntut keputusan budi yang benar guna memilih alat - alat dengan tepat untuk tujuan yang bernilai (kebijaksaan).
2.      Pengendalian keinginan kepada kepuasan badaniah (pertahanan / pengendalian).
3.      Tidak menyingkir dari kesulitan.
4.      Memberikan hak kepada yang memilikinya (keadilan).[4]
Manusia didalam mengerjakan kebaikan,terbagi kedalam 2 kelompok :
a)      Manusia yang mengerjakan kebajikan dengan meengharapkan rasa terima kasihdari orang lain.
b)      Manusia yang mengerjakan kebajikan tanpa mengharapkan rasa terima kasih dari orang lain.
Begitu juga dari sisi menyampaikan rasa terima kasih manusia terbagi kepada 2 kelompok yaitu :
a)      Manusia yang menyampaikan terima kasih kepada orang lain atas perbuatannya.
b)      Manusia yang tidak menyampaikan terima kasih kepada orang lain atas perbuatan baiknya.
Sejarah menceritakan Nabi Isa al-mahdi As. Permnah mengobati sepuluh orang yamg sakit  pada waktu yang sama., Namun tidak ada satupun dari mereka yang mengucapkan terima kaasih, walaupun demikian, hal itu tidak menghalangi buliau untuk terus berbuat kebajikan kepada manusia.[5]
Bahkan tidak mustahil anda melakukan kebajikan kepada orang lain namun alih- alih mengucapakan terima kasih,mereka malah menyakitimu.dari sisi lain, tidaklah terpuji jika kita mengingkari dan tidak mengucapkan terima kasih atas kebaikan yang dilakukan orang kepada kita,baik yang secara langsung berhubungan dengan kita maupun tidak langsung. Menyampaikan terima kasih kepada orang lain tidak membebani kita sedikitpun.
Imam ja’far Ash-shadiq as berkata “ berterima kasihlah kepada orang yang telah memberikan kenikmatan kepadamu dan berikan kenkmatan kepada orang yang berterima kasih kepadamu. sesungguhnya kenikmatan tidak akan hilang jika kamu berterima kasih dan tidak akan langgeng jika kamu mengingkari. Berterima kasih itu akan memperbanyak kenikmatan dan menghindarkan kekafiran.[6]




C. KEBAHAGIAAN.
1.      Pengertian Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan dasar alasan, seluruh perbuatan manusia. Bahagia juga sering disama artikan dengan kesenangan. Kesenangan yang dimaksud adalah menurut ukuran fisik, harta, atau apa saja yang tampak,yang dapat dinilai dengan uang. Jadi orang yang sudah senang karena harta bendanya yang banyak, sudah sama artinya dengan orang yang berbahagia. Bahagia = kesenangan.
Kebahagiaan adalah kepuasan yang sadar, yang dirasakan seseorang karena keinginannya memiliki kebaikan sudah terlaksana. Kebahagiaan sempurna terjadi karena kebaikan sempurna dimiliki secara lengkap sehingga memenuhi seluruh keinginan kita. Beberapa jalan fikiran yang menganggap kebahagiaan sempurna itu dapat dicapai:
a)      Manusia mempunyao keinginanakan bahagia sempurna.
b)      Keinginan tersebut merupakan bawaan kodrat manusia yaitu merupakan dorongan pada alam rohaniyah yang bukan sekedar efek samping.
c)      Sifat bawaan tersebut dimaksudkan untuk mencapai kesempurnaan yang sesuai dengan harkat manusia.[7]

2.      Asas Bahagia Adakah Kesenangan
Sebenarnya tidak dapat disangkal, bahwa asas pegertian bahagia itu adalah kesenangan. Yang menjadi tanda tanya sekarang ialah kesenangan itu banyak jenisnya dan sebanyak sumbernya.
Pada garis besarnya kesenangan itu dapat dibagi atas dua golongan : kesenangan fisik dan kesenangan psychis / rohani.
a.         Kesenangan Fisik.
Yang pokok disini adalah kesenangan yang dapat dirasakan, dinikmati oleh tubuh / raga. Sumber dan jenisnya dari makanan, minuman, yang menerima kesenangan itu mulai dari tenggorokan sampai keperut.
Bila sumbernya hubungan badani, maka yang menerima kesenangan itu adalah alat kelamin, bila sumbernya sebagai hasil kerja misalnya pekerjaan tangan atau sesuatu yang menggunakan tenaga, maka kesenangan itu dinilai dengan sebutan memuaskan, beres dan selesai.
b.         Kesenangan Psychis
Ø Bila sumbernya sebagai hasil seni. Contoh Lukisan, Lagu, Musik,maka hasil kesenanggan itu dinilai dengan sebutan indah, menarik, hebat. Penilaian ini diberikan oloeh rasa, emosi, getaran jiwa.
Ø Bila sunbernya itu adalah otak, piker, yang merasakan kesenangan itu adalah otak, piker dimana hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan ilmiah, hebat, mengagumkan dan sebagainya.
Ø Bila sumbernya adalah kepercayaan, yang menikmati kesenangan itu adalah jiwa, perasaan, rohani, hati, dimana kesenangan itu dinailai dengan sebutan menentramkan jiwa, yakni rasa beriman, dan sebagainya.
Ø Bila sumbernya itu dari alam itu sendiri yang merasakn kesenangan itu adalah panca indra yang turut menikmati keindahan yang disajikan oleh alam itu. Hasilpenilaian dari kesenangan itu biasanya dengan pujian mengagumkan.[8]

3.      Teori Tentang Kesenangan
Disini teori tentang kesenangan dibagi menjadi dua teori, yaitu :
A.       Teori etika Hedonisme (Ethical Hedonisme) etika hedonisme disini dimaksudkan sebagai suatu teori bagaimana seharusnya orang bertindak, apa yang ingin diperbuat untuk mendapatkan kesenangan itu.
Dalam pelaksanaannya ethikal Hedonisme ini terdapat dua aliran :
1.    Yang bersifat egois, disebut juga Hedonisme egois, yaitu yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan semaksimal mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah yang dapat dinikmati dengan waktu yang lama dan mendalam.
2.    Yang bersifat umum, disebut juga Hedonisme Universal yaitu suatu aliran yang dapat dirasakan bagi diri sendiri dan bagi orang banyak.
B.       Teori Jhon stuart mill tentang kesenangan.
Yang banyak mempersoalkan masalah kesenangan ini, adalah Jhon Stuart Mill yang kemudian juga dikenal dengan teori utilitarian. J.S Mill membagi teori ini atas enam disposisi :
v  Baik dalam bidang pikir maupun kerja,terdapat konsekuensi senang dan susah. Satu- satunya yang diinginkan adalah kesenangan.
v  Dari segi psikologis, dimanapun mausia berada,apapun yang mereka kerjakan sudah menjadi waktunya, manusia itu selalu menjadi kesenangan.
v  Antara kesenangan – kesenangan itu sendiri kualitasnya tidak sama. Sudah tentu orang akan memilih jenis kesenangan yangmenurut anggapannya lebih baik dan lebih sesuai dengan dirinya
v  Bahwa kesenangan itu sendiri dapat dirasakan oleh banyak orang.
v  Bahwa bila terdapat dua jenis kesenangan yang dianggap sama, maka yang dijadikan criteria untuk memilih mana diantara yang terbaik,maka dipilihlah yang paling lama memberi kesan yang paling lama dapat dinikmati.
v  Bahwa kesenangan itu adalah merupakan suatu yang patut diterima oleh seseorang yang telah bekerja, telah berusaha dan berjuang dalam hidupnya.[9]






KESIMPULAN


            Sebenarnya kebaikan, kebajikan dan kebahagiaan merupakan suatu bentuk kepribadian yang saling berkaitan. Dan merupakan sesuatu yang diinginksn dan merupakan dari kwalitas kejiwaandan keadaan yang tetap. Sehingga, memudahkan dalam pelaksanaan perbuatan yang akan di lakukan. Selain itu juga dapat menimbulkan rasa kepuasan yang besar.
            Tingkah laku atau perbuatan akan menjadi baik dalam arti akhlak, yaitu dengan melakukan perbuatan yang membuatya baik sebagai manusia. Dan untuk mengukur baik buruknya perbuatan atau suatu tindakan berdasarkan dari akibat-akibat yang ditimbulkan atau tujuan yang akan di capai kelak.



















DAFTAR PUSTAKA


Al-Musawi, Khalil. 2000. Bagaimana Membangun Kepribadian Anda. Yokyakarta: Pustaka Pelajar
Fakhri, Majid. 1996. Etika Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Salam, Burhanuddin. 1997. Etika Sosial. Jakarta: PT, Rineka Cipta
Zubair, Achmad Charris. 1987. Kuliah Etika. Jakarta: Rajawali Press



[1] Zubair Achmad Charris, Kuliah Etika, (Jakarta:Rajawali Press, 1987), hal.81
[2] Salam Burhanuddin, Etika Soial, (Jakarta:pt.  Rineka Cipta), hal. 67-73
[3] Zubair Achmad Charris, Kuliah Etika, (Jakart: Rajawali Press), hal. 82
[4] Ibid, hal 84-85
[5] Al-Musawi Khalil, Bagaimana Membangun Kepribadian  Anda, (Jakarta: Lentera, 2000),  hal. 42-45
[6] Ibid, hal 267
[7] Salam Burhanudin, Etika Sosial, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), Hal. 85-86
[8] Fakhri Madjid, Etika Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), Hal. 93-95
[9] Burhanudin Salam, Etika Sosial, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), Hal. 90-93

Tidak ada komentar:

Posting Komentar