Laman

new post

zzz

Rabu, 09 November 2011

psikologi agama (8) Kelas A


MAKALAH

PERAN KECERDASAN EMOSI DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI AGAMA

       Di Susun  untuk memenuhi tugas :

`                       Mata Kuliah                : Psikologi Agama
Dosen Pengampu        : Ghufron Dimyati, M.S.I








    Disusun oleh :

    Kelompok H

1.      Ana Fitriyani            (2022110022)
2.      Noviatin Veranika    (2022110023)
3.      Susi Ratnasari          (2022110024)

 Kelas A

JURUSAN TARBIYAH PBA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN PEKALONGAN
2011

BAB I
PENDAHULUAN

Kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang sangat diperlukan untuk berprestasi. Sehingga dalam kecerdasan emosional ini kita memerlukan berbagai keterampilan – keterampilan yang berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional juga mengacu kepada kemampuan untuk memahami, mengelola, mengontrol, dan menyikapi pengetahuan – pengetahuan emosional yang terjadi pada diri sendiri dan orang lain.  Dalam perspektif psikologi agama kecerdasan emosional mempunyai peran penting dalam kesuksesan meraih prestasi dan bekerja.
Kecerdasan emosional mempunyai 5 kecakapan emosi, yaitu : kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kecakapan emosi kita menunjukan brapa banyak potensi itu yang telah kita terjemahkan ke dalam kemampuan di tempat kerja. Apabila kita hanya memiliki kecerdasan emosi yang tinggi tidak mungkin kita akan bisa mencapai kecakapan emosi dengan baik.
Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan sub-bab sebagai berikut :
  1. Pengertian kecerdasan emosioanal
  2. Ciri – ciri pikiran emosional
  3. Pentingnya kecerdasan emosioanal
  4. Kecakapan emosional
BAB II
PEMBAHASAN

  1. Definisi Kecerdasan Emosional (EQ)
Secara harfiah kecerdasan bersal dari kata cerdas, yang berarti sempurna perkembangan akal budinya, pandai dan tajam pikiranya. Selain itu dapat pula berarti sempurna pertumbuhan tubuhnya seperti sehat dan kuat fisiknya. Sedangkan kata emosional  berasal dari bahasa inggris, yaitu emotion yang berarti keibaan hati, suara yang mengandung emosi, pembelaan yang mengharukan, pembelaan yang penuh perasaan. Secara umum, emosi sering diartikan dorongan yang amat kuat dan cenderung mengarah kepada hal – hal yang kurang terpuji, seperti halnya emosi yang ada pada para remaja yang sedang goncang.[1] Adapun para pakar psikologi memberikan definisi beragam pada Kecerdasan Emosional (EQ), Di antaranya :
    • Daniel Goleman, mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai “kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.”[2]
    • Cooper dan Sawaf,  mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional adalah “kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif mengaplikasikan kekuatan serta kecerdasan emosi sebagai sumber energi manusia, informasai, hubungan, dan pengaruh.”.[3]
    • Salovey dan Mayer, mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai “suatu kecerdasan social yang berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memantau dan mengendalikan perasaan dirinya dan orang lain, serta menggunakan perasaan – perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.”[4]
Dari definisi – definisi kecerdasan emosional di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk memahami, mengenali, merasakan, mengelola, dan memimpin perasaan diri sendiri dan orang lain serta mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi dan social. Kecerdasan emosional mencakup kemampuan – kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi, dengan kecerdasan akademik (academic intelligence), yaitu kemampuan – kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ. Banyak orang yang cerdas, dalam arti terpelajar, tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi, ternyata bekerja menjadi bawahan orang yang ber-IQ lebih rendah tetapi unggul dalam keterampilan kecerdasan emosi.
Dua macam kecerdasan yang berbeda ini (intelektual dan emosi) mengungkapkan aktifitas bagian – bagian yang berbeda dalam otak. Kecerdasan intelektual terutama didasarkan pada kerja neokorteks, lapisan yang dalam evolusi berkembang paling akhir di bagian atas otak. Sedangkan pusat – pusat emosi berada di bagian otak lebih dalam, dalam subkorteks yang secara evolusi lebih kuno. Kecerdasan emosi dipengaruhi oleh kerja pusat – pusat emosi ini, tetapi dalam keselarasan dengan kerja pusat – pusat intelektual.[5]

  1. Ciri – Ciri Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman, ada beberapa ciri pikiran emosional dalam kecerdasan emosional, di antaranya sebagai berikut :
1. Respon pikiran emosional (emotional mind) itu jauh lebih cepat dari pikiran rasional       (rational mind).
Pikiran emosional itu lebih cepat dalam bertindak tanpa mempertimbangkan apa   yang dilakukannya. Tindakan yang muncul dari pikiran emosional membawa rasa kepastian yang kuat.        
  2. Emosi itu mendahului pikiran
Menurut Ekman, secara teknis, memuncaknya emosi itu berlangsung amat singkat, hanya dalam hitungan detik, bukan dalam hitungan menit, jam, atau hari.
 3. Logika emosional itu bersifat asosiatif
 4. Memposisikan masa lampau sebagai  masa sekarang
Akal emosional bereaksi terhadap keadaan sekarang seolah–olah keadaan itu adalah masa lampau.[6]

  1. Peran Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional sangat penting dalam menompang kelangsungan dan kesuksesan manusia dalam tugasnya. Peran IQ dalam keberhasilan di dunia kerja hanya menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosional dalam menentukan peraihan prestasi puncak dalam pekerjaan. Untuk itu para pelatihan pekerjaan saat ini banyak yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional harus menjadi alasan mendasar dalam setiap pelatihan manajemen. Sehingga dengan kecerdasan emosional seseorang memungkinkan dapat bekerja sama membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan orang lain. Dengan cara demikian semakin terbuka berbagai kemungkinan yang dapat membawa kesuksesan. Dengan hal ini kita dapat mengatakan bahwa seseorang yang sukses dalam studinya dengan menjadi juara kelas atau meraih prestasi angka nilai yang tinggi dalam ujian di kelas, belum dapat menjamin kesuksesannya dalam bidang usaha, manakala tidak di imbangi dengan kecerdasan emosional.
Secara efektif kecerdasan emosional menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi, karena kecerdasan emosional bukanlah muncul dari pemikiran intelek yang jernih tetapi dari perasaan hati manusia. Dan kecerdasan emosionallah yang memotivasi kita untuk mencari manfaat, mengaktifkan aspirasi, dan nilai – nilai kita yang paling dalam. Sehingga mengubahnya dari apa yang kita pikirkan menjadi apa yang kita jalani. Di antara dimensi EQ, yang mempunyai ikatan erat dengan keberhasilan dalam berdagang dan bekerja adalah kemampuan manusia dalam berintegrasi dengan perasaan emosinya, serta kemampuan beradaptasi dengan kesulitan dan kepelikan masalah yang dihadapinya. EQ membantu manusia untuk menentukan kapan dan di mana ia bisa mengungkapkan perasaan dan emosinya. EQ juga membantu manusia mengarahkan dan mengendalikan emosinya.[7]
Dalam konteks hubungan emosi dan motivasi, tindakan memotivasi harus dilakukan dengan menyentuh emosi. Karena emosi yang negatif akan melahirkan tindakan yang negatif pula. Begitu juga sebaliknya, emosi yang positif akan akan melahirkan tindakan yang positif pula (Dean R. Spitzer,1995).
Mendalamnya makna kecerdasan emosional akan dapat dipahami ketika kita sudah sampai pada kesimpulan dibutuhkannya kecakapan dalam menangani emosi, menyelesaikan pertengkaran secara damai, dan bergaul biasa. Sedangkan inti kecerdasan emosional menurut Goleman adalah pengenalan atau kesadaran diri, yakni kesadaran akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul. Menurutnya kesadaran diri bukanlah perhatian yang larut dalam emosi atau bereaksi secara berlebihan. Kecerdasan diri lebih merupakan modus netral yang mempertahankan refleksi diri bahkan di tengah badai emosi. Begitulah makna dan pentingnya kecerdasan emosional.[8]
           
  1.  Kecakapan Emosional
Kecakapan emosional adalah kecakapan hasil belajar yang didasarkan pada kecerdasan emosi, sehingga menghasilkan kinerja yang menonjol dalam pekerjaan. Inti dari kecakapan emosional ini ada dua macam kemampuan, yaitu : Empati, yang melibatkan kemampuan membaca perasaan orang lain, dan keterampilan social, yang berarti mampu mengelola perasaan orang lain dengan baik.
Kecerdasan emosional juga menentukan potensi kita untuk mempelajari keterampilan – keterampilan praktis yang didasarkan pada lima dimensi, yaitu :[9]


1.      Kesadaran diri
Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2.      Pengaturan diri
Menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menundakenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
3.      Motivasi
Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
4.      Empati
Merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam – macam orang.
5.      Keterampilan social
Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan social, berinteraksi dengan lancer, menggunakan keterampilan – keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawaroh dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dengan orang lain demi tujuan bersama.
            Adapun, unsur-unsur yang harus dicakup dalam kecerdasan emosional, antara lain :[10]
  Kesadaran Diri
  Pengembangan Keputusan Pribadi
  Pengelolaan Perasaan (Emosi)
  Motivasi
  Menangani Stres
  Kemampuan Bergaul








                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    
                                                 BAB III
                             KESIMPULAN dan PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional sangat berpengaruh dalam kemampuan untuk memahami, mengenali, merasakan, mengelola, dan memimpin perasaan diri sendiri dan orang lain serta mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi dan social.
Peran IQ dalam keberhasilan di dunia kerja hanya menempati posisi kedua sesudah kecerdasan emosional dalam menentukan peraihan prestasi puncak dalam pekerjaan. EQ membantu manusia untuk menentukan kapan dan di mana ia bisa mengungkapkan perasaan dan emosinya. EQ juga membantu manusia mengarahkan dan mengendalikan emosinya
Kecerdasan emosional mempunyai 5 dimensi kecakapan emosional, yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, keterampilan sosial.
B.     Penutup
            Demikianlah makalah yang kami bahas. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Dan kami mohon maaf apabila makalah ini tak sempurna dan banyak kesalahan dalam menyampaikannya. Terima kasih,                                                                                                  
                                          DATAR PUSTAKA      



Cooper, Robert K.1997. Executive EQ. Inggris : Orion


Efendi, Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung : Anggota IKAPI


Goleman, Daniel. 1999. Working with Emotional Intelligence. Jakarta : Gramedia


Mubayidh, DR. Makmun. 2006. Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak. Jakarta : Pustaka  Al - Kautsar


Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan. Jakaarta : Prenada Media





[1] Prof. Dr. H. Abuddin Nata,Manajemen Pendidikan,(Jakarta: Prenada Media, 2003), halm. 46.
[2] Daniel Goleman,Working With Emotional Intelligence, (Jakarta: Gramedia, 1999), halm. 512.
[3] Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung: Anggota IKAPI, 2005) halm.172
[4] Daniel Goleman, op. Cit., halm. 513.
[5]Ibid., halm. 512.
[6] Agus Efendi, op. Cit., halm. 194.
[7] DR. Makmun Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2006) halm. 18
[8] Agus Efendi, op. Cit., halm. 193
[9] Daniel Goleman, op. Cit., halm. 513-514
[10] Agus Efendi, op. Cit., halm. 203-204

Tidak ada komentar:

Posting Komentar