MAKALAH
LEMBAGA PENDIDIKAN
(Teladan dari Pemimpin Rumah Tangga)
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : Muhammad Ghufron, M.S.I
Oleh:
Rizqoh Umamah
202109025
Kelas G
JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini peran orang tua yang mengambil titik sentral ibu mulai bergeser. Pandangan tentang motherhood beralih ke pandangan yang parenthood. Pandangan ini lebih terasa adil karena peran ayah dan ibu sama pentingnya dalam pengasuhan anak.
Islam merupakan agama yang syamil, segala hal pasti telah diatur, tidak terkecuali masalah pendidikan anak. Anak meruakan amanah kedua orang tua. Anak tidak hanya suatu konsekuensi logis dari adanya pernikahan. Lebih jauh lagi, mereka adalah amanah yang suatu hari nanti kedua orang tuanya harus mempertanggung-jawabkan di hadapan Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda: “Kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin di rumah tangganya dan dia bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita (ibu) adalah pemimpin di rumah suaminya, dan anak-anaknya dan dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai teladan dari pemimpin rumah tangga, semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teks Hadits (Teladan dari Pemimpin Rumah Tangga)
عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَنِيِّ قَالَ: (كَانَ اَنَسُ بْنُ مَالِكٍ إِذَا أَشْفَى عَلَى خَتْمِ الْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ بَقَّى مِنْهُ شَيْئًا حَتَّى يُصْبِحَ فَيَجْمَعَ اَهْلَهُ فَيَخْتِمَهُ مَعَهُمْ)
(رواه الدامري فى السنن كتاب فضائل القرآن, باب فى ختم القرآن)
B. Terjemahan
Dari Tsabit Al-Bunani berkata | عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَنِيِّ قَالَ |
Bahwasanya Annas bin Malik | كَانَ اَنَسُ بْنُ مَالِكٍ |
Ketika hampir / kurang sedikit lagi dalam menghatamkan al-Qur’an pada suatu malam hari | إِذَا أَشْفَى عَلَى خَتْمِ الْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ |
Maka ia menyisakan beberapa ayat Al-Qur’an | بَقَّى مِنْهُ شَيْئًا |
Sehingga waktu subuh kemudian ia mengumpulkan keluarganya | حَتَّى يُصْبِحَ فَيَجْمَعَ اَهْلَهُ |
Maka ia menghatamkan al-Qur’an bersama keluarganya | فَيَخْتِمَهُ مَعَهُمْ |
C. Mufradhat
Menghatamkan Al-Qur’an | خَتْمِ الْقُرْآنِ |
Menyisakan beberapa ayat Al-Qur’an | بَقَّى مِنْهُ شَيْئًا |
Mengumpulkan keluarganya | فَيَجْمَعَ اَهْلَهُ |
Menghatamkan al-Qur’an bersama keluarganya | فَيَخْتِمَهُ مَعَهُمْ |
D. Biografi Perawi (Imam Ad-Darimi)
Nama lengkap Ad-Damiri adalah Darim bin Malik bin Handalah bin Zaid bin Munah bin Tamim. Beliau dilahirkan pada tahun 181 H (ada juga yang berpendapat 182) atau bertepatan dengan tahun 797 M.
Karya-karya beliau Sunan Ad-Damiri (ada juga yang menyebutkan al-Jam’u ash-Shohiih), Tsulutsiyat (Kitab Hadits), al-Musnad, Tafsir. Isi dari Sunan ad-Damiri, kitab ini dimulai dengan mukaddimah yang berisi bab-bab pengantar seperti kondisi manusia sebelum Islam, tentang sifat, mu’jizat Nabi, tentang fatwa, tentang ilmu dan orang-orang berilmu, didalamnya terdapat 654 hadits, kemudian disambung dengan kitab Thaharah, kitab Shalat dan diakhiri dengan kitab Fahail Al-Qur’an. Jumlah kitab dalam Sunan Damiri seluruhnya berjumlah 23 kitab dan dalam setiap kitab terdapat bab, di dalam bab-bab inilah beliau menyebutkan hadits-hadits yang sesuai dengan judul bab yang dimaksud.
Beliau wafat pada hari Kamis, 8 Dzulhidjah (Hari tasriah) ba’da ashar tahun 225 H / 169 M, dalam usia 75 tahun. Dan dimakamkan keesokan harinya, Jum’at (hari arafah).[1]
E. Keterangan dari Kitab
Dalam kitab : فضائل القرآن
3473 – حدثنا سليمن بن حرب ثنا صالح عن ثا البناني قال: ((كَانَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ إِذَا أَشْفَى عَلَى خَتْمِ الْقُرْآنِ بِاللَّيِلْ بَقَّ مِنْهُ شَيْئًا حَتَّى يُصْبِحَ فَيَجْمَعَ اَهْلُهُ فَيَخْتِمَهُ مَعَهُمْ))[2]
“Sulaiman bin Kharabisana Sholih ‘Ansa Bunani berkata : Bahwasanya Anas bin Malik ketika hampir/kurang sedikit lagi dalam menghatamka al-Qur’an pada suatu malam hari maka ia menyisahkan beberapa ayat al-Qur’an sehingga waktu subuh kemudian ia mengumpulkan keluarganya maka ia menghatamkan al-Qur’an bersama keluarganya” (HR. Imam Darimi)
F. Aspek Tarbawi / Pendidikan
Orang tua adalah pendidik utama dan pendidik pertama utama karena pengaruh mereka amat mendasar dalam perkembangan kepribadian anaknya. Pertama, karena orang tua adalah pertama dan yang paling utama dan paling banyak melakukan kontak dengan anaknya. Inti dari pendidikan Islam baik di rumah, di masyarakat, di masjid maupun di sekolah ialah penanaman iman di hati, tugas pendidikan, keimanan ini secara ilmiah, sebagian terbesar adalah tugas orang tua di rumah.[3]
Hadits tersebut mengandung makna pendidikan bahwa keterlibatan seorang ayah dalam mengasuh anak itu penting. Para ayah yang terlibat dan terutama ayah yang secara emosional tersedia bagi anak-anak mereka memberi sumbangan khas terhadap sumbangan anak-anak mereka. Riset membuktikan bahwa anak-anak yang ayanya tidak ada menghadap kesulitan yang lebih besar untuk menemukan keseimbangan antara ketegasan laki-laki dan menahan diri.[4]
Ada beberapa sikap orang tua yang memupuk kreatifitas anak ialah:
1. Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya
2. Menunjang dan mendorong kegiatan anak
3. Menikmati keberadaannya bersama anak
4. Membiarkan anak mengambil keputusan sendiri
5. Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak
6. Mendorong kemandirian anak dalam bekerja
7. Melatih hubungan kerjasama yang baik dengan baik
8. Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba dilakukan dan apa yang dihasilkan
BAB III
PENUTUP
Begitu penting peran ayah dalam pendidikan anak. Bagaimanapun kondisi ayah, tetap saja memiliki tanggung jawab terhadap anak yag diamanahkan Allah kepadanya. Tidak ada alas an karena sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu untuk anaknya. Para ayah sekarang dalam posisi jabatan terpenting apapun di dunia ini, tidak lebih sibuk daripada Rasulullah Saw. Kita sebagai umat Islam, sudah tentu ada teladan dalam patokan hidup yang akan kita jalankan. Rasulullah Saw dengan segudang aktifitasnya tetap saja berinteraksi dengan keluarga, membantu istri menyelesaikan pekerjaan rumah, menyelesaikan keperluannya sendiri dan mencandai anak-anak di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Darimi, Sunan, 139 H/1978 M, Fadhail al-Qur’an, Juz I. Bairut: Darul Fikr.
Tafsir, Ahmad. 1993. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.