MAKALAH
HUBUNGAN HATI NURANI DENGAN
KESADARAN MORAL, MORALITAS DAN PERILAKU
Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Ilmu Akhlak
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati,
M.S.I.
Oleh:
Muzayani
(2021114161)
Nala
Rizqiyati (2021114163)
Yayad
Ruiyad (2021114164)
Ummi
Salamah (2021114165)
Kelas
D
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2014
Kata pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat
Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya, makalah yang ini dapat
diselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada sebaik-baik
manusia, Nabi dan junjungan kita, Muhammad SAW, keluarganya, dan sahabatnya.
Tak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada Dr. Ade Dedi Rohayana, M.Ag selaku ketua STAIN Pekalongan,
kepada Dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Akhlak Ghufron Dimyati, M.S.I, kepada teman-teman dan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam terselesaikannya makalah ini yang tidak bisa kami sebutkan
satu per satu.
Makalah yang berjudul “HUBUNGAN HATI NURANI DENGAN KESADARAN MORAL, MORALITAS DAN PERILAKU”
kami buat agar pembaca dapat mengetahui arti hati nurani, moral,
moralitas, perilaku, dan hubungan diantara semuanya.
Penulis telah berupaya menyajikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya, meskipun tidak komprehensif. Di samping itu,
apabila dalam makalah ini di dapati kekurangan dan kesalahan, baik dalam
pengetikan maupun isinya maka penulis dengan senang hati menerima saran dan
kritik yang konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisnya berikutnya.
Akhirnya semoga makalah yang sederhana ini menambah khasanah keilmuan yang
bermanfaat.
Pekalongan,
5 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………...
1
Daftar Isi………………………………………………………. 2
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah……………………………. 3
B.
Rumusan
Masalah…………………………………... 3
C.
Metode
Perumusan Masalah………………………... 4
D.
Sistematika
Penulisan Makalah…………………….. 4
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hati Nurani……………………………... 5
B.
Pengertian
Moral…………………………………… 7
C.
Pengertian
Moralitas……………………………….. 8
D.
Pengertian
Perilaku………………………………… 8
E.
Hubungan
Hati Nurani dengan Kesadaran Moral, Moralitas, dan Perilaku………………………………………… 9
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan
………………………………………….... 10
B.
Saran/Rekomendasi…………………………………
10
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………..... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya
hidup ini adalah perbuatan, dan segala perbuatan adalah kontrol dari hati nurani
kita. Makalah yang berjudul “Hubungan Hati Nurani dengan Kesadaran Moral,
Moralitas dan Perilaku” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Akhlak. Di samping itu, juga agar mahasiswa dapat memahami dan mempelajari isi
makalah ini sehingga dalam pengamalannya kita dapat memiliki hati nurani yang
baik dan memunculkan moral, moralitas dan perilaku yan baik pula, kerena
hubungan hati nurani dengan masing-masing sub tadi sangat erat, dimana hati
nurani ini adalah sebagai kontrol bagi moral, moralitas dan perilaku kita.
Sebagai suatu pengantar, yang patut didasari
bahwa moral, moralitas dan perilaku adalah semua aspek yang akan dinilai oleh
orang lain terhadap kita. Oleh karena itu hati nurani sebagai instansi dalam
hati kita, perlu diberi pupuk agar menumbuhkan moral, moralitas dan perilaku
yang baik bagi manusia.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu kiranya merumuskan
masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan
masalahnya sebagai berikut :
1.
Bagaimana
pengertian hati nurani?
2.
Bagaimana
pengertian moral?
3.
Bagaimana
pengertian moralitas dan perilaku?
4.
Bagaimana
hubungan diantara hati nurani, moral, moralitas dan perilaku?
C.
Metode
Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui metode kajian
pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi
lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan
masalahnya dimulai dengan menemukan masalah yang akan di bahas dengan melakukan
perumusan masalah, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber.
D.
Tujuan
penulisan
Makalah ini kami
tulis dengan tujuan sebagai berikut :
1.
Agar
pembaca dapat mengetahui apa arti hati nurani
2.
Agar
pembaca dapat mengetahui apa arti moral
3.
Agar
pembaca dapat mengetahui arti moralitas dan perilaku
4.
Agar
pembaca dapat mengetahui hubungan antara hati nurani, moral, moralitas dan
perilaku.
5.
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hati Nurani
Hati nurani
dalam bahasa arab di sebut dlamir atau wijdan sedang dalam bahasa
inggris di sebut dengan conscience. Hatinurani adalah suatu kekuatan
dalam hati seseorang yang selalu memberikan penilaian benar dan salahnya atau
baik dan buruknya atau perbuatan yang akan di lakukan.
1.
Bentuk Hati Nurani
Dapat
di bedakan menjadi dua yaitu hati nurani retrospektif dan prospektif[1]
a)
Hati nurani retrospektif
Yaitu hati nurani yang memberikan
penilaian perbuatan-perbuatan yang telah berlangsung di masa lampau, hati
nurani dalam arti retrospektif menuduh atau mencela bila perbuatanya
jelek dan menuju atau memberi rasa puas, bila perbuatanya di anggap baik . jadi
hati nurani ini merupakan semacam instansi ke hakiman dalam batin kita tentang
perbuatan yang telah berlangsung.
b)
Hati nurani prospektif
Yaitu
hati nurani yang melihat ke masa depan dan menilai perbuatan-perbuatan kita
yang akan datang. Hati nurani dalam arti ini mengajak kita untuk melakukan
sesuatu atau -seperti barang kali lebih banyak terjadi-
mengatakan “jangan” dan melarang untuk melakukan sesuatu . Dalam hati
nurani ini sebenarnya terkadang semacam ramalan ia mengatakan, hati nurani
pasti akan menghukum kita, andai kata kita
melakukan perbuatan itu. Dalam
arti ini hati nurani prospektif
menunjuk kepada hati nurani retrospektif yang akan datang , jika
perbuatan menjadi kenyataan .
2.
Pembinaan hati nurani
Ilmu
pengetahuan empiris mempunyai sebagai cita cita : objektifitas sempurna, keadaan
yang mereka, subjektifitas sama artinya dengan kurang serius, tidak bisa
diandalkan sewenang wenang. Karena sifat subjektif itu mereka tegaskan hati
nurani juga mudah disalahgunakan. Hati nurani bisa menjadi kedok untuk
melakukan rupa rupa kejahatan.
Etika
sebagai ilmu tidak menjadi mubajir dengan adanya hati nurani. Etika harus
berusaha keras untuk mencari kepastian ilmiah dan objektif dalam problem
problem yang dihadapi.
Adanya
banyak tipe hati nurani: ada yang halus dan jitu, ada pula yang longgar dan
kurang tepat, bahkan ada yang tumpul. Dalam fisikiatri dibicarakan tentang
moral insanity: kelainan jiwa yang membuat orang seolah olah buta dibidang
etis, sehingga tidak bisa membedakan baik dan buruk.
Orang yang menderita moral insyanity
perlu diobati.
Anak ytang didik dalam keluarga
pencuri misalnya, hampir tidak mungkin akan mempunyai putusan hati nurani yang
baik tentang hak milik.
Hanya hati nurani yang didik dan
dibentuk dengan baik, dapat memberikan penyuluhan tepat dalam hidup moral kita.
Tapi pendidikan
akal budi jauh lebih gampang untuk dijalankan. Metode metode yang harusnya
digunakan untuk mencapai hasil optimal, dalam mendidik akal budi lebih jauh
jelas. Pendidikan disekolah terutama bertujuan mengembangkan dan mendidik akal
budi anak anak. Disekolah mendidik terutama berarti mencerdaskan.
Pada
mulanya anak kecil hanya bisa dilatih untuk menyesuaikan diri secara lahiriah
dengan kehendak para pendidiknya. Ketakutan akan sanksi yang mewarnai permulaan
kehidupan moral, lama kelamaan harus diganti dengan cinta dan nilai nilai.
Kewajiban terhadap hukum moral mengikat hidup semua orang.
Pendidikan
hati nurani seolah seolah berjalan dengan sendirinya, bilamana si anak diliputi
oleh suasana yang sehat serta luhur dan ia melihat bahwa orang disekelilingnya
memenuhi kewajiban mereka dengan seksama dan mempraktekan keutamaan keutamaan
yang mereka ajarkan.[2]
B. Pengertian
Moral
Kata yang cukup dekat dengan “etika”
adalah “moral”. Kata moral ini berasal dari bahasa latin mos (jamak: mores)
yang berarti juga : kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris, dan banyak bahasa
lain, termasuk bahasa Indonesia (pertama kali dimuat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia 1988), kata mores masih dipakai dalam arti yang sama. Jadi, etomologi
kata: “etika” sama dengan etimologi kata “moral” karena keduanya berasal dari
kata yang berarti adat kebiasaan.[3]
Dalam perkembangan selanjuynya, istilah moral
sering pula di dahului oleh kata kesadaran moral, sehingga menjadi istilah
kesadaran moral.
Kesadaran moral
atau moral sense adalah suatu kesadaran dalam hati yang mengharuskan
seseorang untuk mengerjakan atau meninggalkan suatu perbuatan. Mengharuskan
suatu perbuatan apabila perbuatan tersebut di nilai sesuai dengan norma akhlak
yang barlaku dan di terima dalam hatinya. Melarang suatu perbuatan, apabila
perbuatan tersebut di anggap bertentangan dengan norma akhlak yang di terima
hatinya dan berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian kesadaran moral adalah
kesadaran seorang untuk melakukan suatu perbuatan yang di nilai baik dan
meninggalkan suatu perbuatn yang di nilai buruk.
1.
Tujuan minimum aturan moral
Adalah untuk mencegah konflik dan benturan di
antara para individu. Tujuan yang lebih luas adalah untuk menyelaraskan sikap
dan tindakan kita sedemikian rupa sehingga membuat pencapaian tujuan setiap
orang sejauh mungkin dapat digabungkan. Tujuan ini dapat direalisasikan
manakala aturan ini bukan hanya memungkinkan kita untuk mengantisipasi dan
saling menggantungkan perilaku satu sama lain, melainkan juga meningkatkan dan
memperdalam kerjasama positif kita antara yang satu dengan yang lain. Jadi,
Kerjasama Sosial itu merupakan jantung moralitas, dan sarana yang dengan itu
masing-masing di antara kita dapat secara sangat efektif menyediakan
kebutuhannya dan memaksimalisasikan kepuasannya sendiri.
C. Pengertian
Moralitas
Moralitas adalah batasan kualitas dalam tindakan manusia. Dengan
batasan tersebut seseorang dapat membedakan baik dan buruknya atau benar dan
salahnya suatu perbuatan. Moralitas dapat bersifat objektif dan subjektif.
Moralitas bersifat objektif apabila batasan nilai suatu perbuatan terlepas dari
pandangan dan keinginan pelaku. Sedang moralitas bersifat subjektif apabila
nilai suatu perbuatan sangat dipengaruri oleh pandangan dan keinginan
pelakunya.
D. Pengertian
Perilaku
Perilaku
merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat
diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang
melakukannya.Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa
ada hubungan antara perilaku manusia dengan Hatinurani manusia.Perubahan
perilaku dapat diciptakan dengan merubah pemikiran didalam hatinuraninya yang
menyebabkan perilaku tersebut bisa berubah sesuai kehendaknya atau hati nuraninya.
E.
Hubungan hati nurani dengan kesadaran moral, moralitas, dan
perilaku.
Hati
nurani memainkan peranan baik perasaan maupun kehendak maupun rasio. Alasannya,
karena hati nurani memberi suatu penilaian, artinya, suatu keputusan. Ia
menegaskan: ini baik dan harus dilakukan atau itu buruk dan tidak boleh
dilakukan. Mengikuti hati nurani merupakan suatu hak dasar bagi setiap manusia.
Tidak ada orang lain yang berwenang untuk campur tangan dalam putusan hati
nurani seseorang. Tidak mengikuti hati nurani ini berarti menghancurkan
integritas pribadi kita dan mengkhianati martabat terdalam kita. Hati nurani
berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kesadaran. Dengan hati
nurani dan kesadaran moral baik maka akan menciptakan moral serta perilaku yang
baik pula.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Dari
uraian di atas ternyata, bahwa manusia susila ialah manusia yang bertingkah
laku baik. ia bertanggung jawab kepada kata hatinya, karena ia selalu memilih
menurut petunjuk kata hati itu ; ia pun bertanggung jawab kepada siapapun, yang
berhak brtanggung jawab dengan sah atas perbuatannya. Ia berkepribadian :
satu-satunya pedoman bagi tingkah lakunya ialah keyakinannya bahwa itu baik.
Dengan demikian ia tak terombang-ambingkan oleh apapun dalam pendiriannya etis,
ia berwatak tinggi.
B.
SARAN
Manusia sebagai makhluk sosial yang memilkiki hati nurani sehingga
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Maka diharapkan agar kita
selalu memiliki perilaku dan moral yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hazlitt,
Hendry. 2003. Dasar-dasar Moralitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Poedjawijatna.
1996. Etika Filsafat Tingkah Laku. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bertens,
K. 1993. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar